Anda di halaman 1dari 47

INSINERASI LIMBAH B3

LIMBAH B3
Limbah B3 yang dapat diinsinerasi
Limbah B3 yang dapat diinsinerasi
• Sistem insinerasi limbah B3 dirancang untuk 
memusnahkan limbah organik yang bersifat B‐3 
hk li b h ik b if B 3
jenis organik yang bersifat cair, padat, atau semi‐
padat. 
d
• Insinerasi adalah pembakaran pada suhu tinggi 
dengan suplai udara mencukupi, yang dapat 
menghasilkan produk stabil yang tidak berbahaya. 
• Teknologi ini merupakan cara yang aman digunakan 
untuk memusnahkan limbah B3 organik yang tidak 
g y g
dapat dibuang secara aman dengan metoda lainnya
Limbah organik terklorinasi
Limbah organik terklorinasi
• Insinerasi hidrokarbon terklorinasi memerlukan:
– stabilitas termal tinggi, 
– temperatur tinggi,  hingga 1200oC
– waktu
kt retensi
t i lama 
l
• Produk emisi gas: 
– partikulat (abu/debu);
– SOx;
– NOx;
– Logam berat;
– CO2 , CO
– VOC
Limbah organik terklorinasi
Limbah organik terklorinasi
• Kesetimbangan reaksi antara produk‐produk ini adalah sebagai berikut:
H2O+ Cl
O Cl2 2HCl ½O2
2HCl + ½O
• Produk terbanyak adalah HCl. 
• HCl dan Cl2 bersifat korosif. 
• Cl2 sulit ditiadakan dengan
g p peralatan p
pengolah
g ggas buang, 
g,
• HCl dapat ditangkap dengan medium alkali (misalnya NaOH, Ca(OH)2) membentuk
NaCl.

• Konstanta kesetimbangan reaksi tersebut di atas adalah sebagai berikut:

[PHCl] 2 [PO2 ]1/2
Kp =   ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
[ H20] [P
[P ] [ Cl2]

Kp = konstanta kesetimbangan
P = tekanan parsial
p
Hubungan antara Kp dgn suhu
Hubungan antara K dgn suhu
Kp 1000

100

10

1000 2000
1500

Suhu (oC)
Makna kurva dan persamaan reaksi
Makna kurva dan persamaan reaksi
• Bila
Bila suhu
suhu meningkat, nilai
meningkat, nilai Kp meningkat. 
meningkat.
• Bila nilai Kp meningkat, HCl yang terbentuk
makin tinggi pula.
• Fenomena lain:   
– bila kadar H2O meningkat, kadar
O meningkat kadar HCl meningkat
– bila kadar H2 meningkat (sumber bahan bakar
ditambah), kadar HCL meningkat
– Bila O2 meningkat, maka kadar Cl2 meningkat dan
kadar HCl menurun.
Hubungan antara suhu insinerasi dan 
emisi Cll2
Cl2
1000
Udara 25%

Tanpa penambahan bhn bakar 

600
Udara 10%
Udara 10%

Udara 25%
200
Dengan penambahan bhn bakar 
Udara 10%

800 1000 1200 1400


SUHU
Insinerasi PCB
Insinerasi PCB
• Suhu
Suhu pembakaran untuk pembakaran PCB 
pembakaran untuk pembakaran PCB
minimum 1200oC. 
• Sebaiknya PCB dibakar bersama container, 
Sebaiknya PCB dibakar bersama container
berupa drum 200 L atau kapasitornya
Insinerasi Pestisida
Insinerasi Pestisida
• Pestisida yang amat beracun diinsinerasi bersama kontainernya berupa
kaleng kaleng aerosol atau
kaleng‐kaleng aerosol atau drum 200 L. 
drum 200 L
• Suhu insinerasi pada umumnya sekitar 1200oC dengan waktu retensi gas 2 
detik. 
• Pestisida berbentuk p
padatan memerlukan waktu retensi yyang lebih
g lama 
untuk pemusnahannya.

• Produk emisi gas dari insinerasi pestida adalah:


– partikulat
ik l (abu/debu)
( b /d b )
– P2O5 (dari pestisida yang mengandung organofosfor)
– HCl (dari pestisida yang mengandung Cl)
– sianida ((dari p
pestisida yyang mengandung
g g g N‐organik)
g )
– SO2 (dari pestisida yang mengandung S organik)

• Daya bakar dan nilai kalori hidrokarbon terklorinasi menurun bila % Cl
meningkat.
i k t
Standar pengolahan cara termal 
PP 101/2014
/
• efisiensi
efisiensi pembakaran dengan nilai paling 
pembakaran dengan nilai paling
sedikit mencapai 99,99% 
• efisiensi penghancuran dan penghilangan 
efisiensi penghancuran dan penghilangan
Principal Organic Hazardous Constituents / 
Polycyclic Organic Hydrocarbons (POHCs)
Polycyclic Organic Hydrocarbons (POHCs) 
dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99%
Kriteria insinerator
• Harus dapat memusnahkan limbah B‐3 organoklor; karenanya harus
d t mencapaii suhu
dapat h 1200oC dengan
Cd waktu
kt retensi
t i gas 2 detik. 
2 d tik
• Harus mampu membakar container yang bervariasi dari botol
aerosol hingga drum 200 L.
• Dapat memusnahkan jenis limbah cat dan
cat dan resin yang berbentuk
resin yang berbentuk
semi padat.
• Memiliki sistem feeding yang mampu memungkinkan pembakaran
berbagai jenis limbah dengan berbagai nilai kalori.
• Abu sebaiknya keluar dalam bentuk padat, karena akan lebih tahan
terhadap leaching di TPA.
• Residu dari bahan toksik harus seminimum mungkin g mengandung
g g
bahan berbahaya.
• Sistem pencampuran limbah harus sebaik mungkin, khususnya bila
limbah terdiri atas berbagai jenis dan bentuk.
Jenis‐jenis insinerator untuk
pemusnahanh limbah
l b h B‐3:

1. Liquid Injection Incinerator (LII)
2. Rotary Kiln Incinerator (RKI)
3. Fluidized Bed Incinerator (FBI)
4. Multiple Hearth Furnace (MHF)
Liquid Injection Incinerator
Liquid Injection Incinerator
• Dapat
p memusnahkan semua
jenis limbah cair mudah
terbakar, yang
kekentalannya < 2.2 x 103
poise.
• Kekentalan limbah dapat
diturunkan dengan
pemanasan menggunakan k
alat tambahan.
• Bila tidak memungkinkan,
pemanasan awal dapat
ditambahkan cairan dengan
kekentalan lebih rendah,
yang dapat bercampur
dengan baik.
Liquid Injection Incinerator (2)
Liquid Injection Incinerator (2)
• Bagian
Bagian utama LII adalah alat atomisasi atau nozzle
utama LII adalah alat atomisasi atau nozzle
yang berfungsi untuk mengatomkan limbah, serta 
mencampurnya dengan udara. 
• Proses atomisasi berlangsung dalam ruang 
pembakaran. 
• Atomisasi dilakukan secara mekanik dengan cawan 
berputar atau dengan nozzle bertekanan tinggi. 
• Bahan bakar tambahan tidak diperlukan untuk 
mencapai dan mempertahankan suhu 1250oC 
apabila kalor bakar limbah > 5000 Btu/lb.
bil k l b k li b h 5000 Bt /lb
Liquid Injection Incinerator (3)
Liquid Injection Incinerator (3)
• Jenis limbah yyang dapat
g p dimusnahkan dengan g LII meliputi: 
p
limbah minyak dan bahan‐bahan kimia seperti cat, thinner, 
pelarut organik, resin, fenol, sabun, detergen, pestisida, dan
limbah hidrokarbon yang mengandung
yang mengandung halogen. 
halogen
• LII umumnya dilengkapi dengan wet electrostatic precipitator
untuk mengatasi emisi gas dan partikulat.
• Keunggulan: harga peralatan, biaya operasi, serta biaya
pemeliharaan relatif rendah. 
• Kelemahan:
K l h
– Nozzle mudah tersumbat; 
– Suhu insinerasi sangat dipengaruhi nilai kalori limbah;
– Sulit mengatasi padatan yang terdapat dalam limbah.
Rotary Kiln Incinerator (RKI)
Rotary Kiln Incinerator
Rotary Kiln Incinerator (2)
Rotary Kiln Incinerator
• Ruang pembakaran berupa silinder berputar dengan kemiringan 
t t t
tertentu, yang dimaksudkan untuk mempermudah 
di k dk t k d h
pencampuran limbah dengan udara yang disirkulasi.
• Dapat memusnahkan limbah cair dan limbah padat dengan 
p p g
kalor pembakaran 550‐8300 kcal/kg. 
• Limbah padat yang dikemas dalam drum dibawa ke tungku 
d
dengan conveyer. Limbah padat yang tidak dikemas dimasukkan 
Li b h d id k dik di kk
ke dalam tungku dengan bucket elevator atau crane. Limbah cair 
dan lumpur diinjeksikan ke dalam  tungku dengan nozzle. 
• Suhu pembakaran antara 810‐1600oC. 
• Biasanya dilengkapi dengan sistem injeksi kapur atau basa untuk 
menetralkan gas bersifat asam dan produk pembakaran lainnya.
lk b f d d k b k l
Rotary Kiln Incinerator (3)
Rotary Kiln Incinerator
• Panjang
Panjang : diameter RKI = 10:2.
: diameter RKI = 10:2
• Kecepatan rotasi 5‐25 mm/detik. 
• Perbandingan panjang dan diameter yang 
b di j d di
tinggi dan laju rotasi yang rendah biasanya 
di l k
diperlukan untuk memusnahkan limbah yang 
k hk li b h
membutuhkan waktu tinggal lama agar 
pembakaran berlangsung sempurna.
b k b l
Rotary Kiln Incinerator (4)
Rotary Kiln Incinerator
• Keunggulan RKI antara lain:
gg
– dapat digunakan untuk memusnahkan berbagai jenis limbah;
– dapat dioperasikan pada suhu tinggi;
– mempunyai kemampuan yang baik untuk pencampuran limbah secara 
mempunyai kemampuan yang baik untuk pencampuran limbah secara
kontinu.
• Kelemahan‐kelemahannya adalah:
– biaya pengadaan dan pengoperasian tinggi;
– dibutuhkan tenaga yang benar‐benar terlatih untuk pengoperasian;
– lapisan liner
p pada tungku harus sering diganti apabila alat digunakan 
p g g g p g
untuk memusnahkan limbah yang bersifat korosif;
– menghasilkan banyak partikulat selama proses pembakaran.
Rotary Kiln Incinerator (5)
Rotary Kiln Incinerator
• Umumnya memiliki ruang pembakaran kedua yang berfungsi 
y gp y g g
untuk menyempurnakan pembakaran limbah. 
• Abu sisa pembakaran dibuang melalui bagian bawah ruang 
pembakaran kedua tersebut. 
b k k d t b t
• Emisi gas dari ruang pembakaran I bergerak melalui ruang 
p
pembakaran kedua di mana dilakukan penambahan sumber 
p
oksigen dan limbah yang mudah terbakar.
• RKI dapat pula dioperasikan dengan cara pirolisis. Gas‐gas 
yang terbentuk selanjutnya dibakar kembali di ruang 
b k l j dib k k b li di
pembakaran kedua. Model operasi ini menguntungkan karena 
dapat mengurangi jumlah partikulat dari proses pembakaran.
Rotary Kiln Incinerator (6)
Rotary Kiln Incinerator
• Jenis limbah yang dapat diinsinerasi dengan RKI a.l.:
Jenis limbah yang dapat diinsinerasi dengan RKI a.l.:
– PCB yang terdapat dalam kapasitor, 
– limbah nitroklorobenzena, 
– minyak pelumas, 
– limbah dari produksi klorotoluena, 
– fenilamina, 
– fenol teralkilasi, 
– epiklorohidrin, 
ikl hid i
– akrilonitrit
Fluidized Bed Incinerator (FBI)
Fluidized Bed Incinerator
• Sering digunakan untuk memusnahkan limbah industri 
p
petroleum, kertas, penggergajian kayu, dan lumpur IPAL 
p gg g j y p
limbah kota. 
• Dilengkapi dengan sistem pembakaran, suplai udara, dan 
feeding limbah cair dan limbah padat. 
limbah cair dan limbah padat
• Ruang pembakar berisi medium butiran, yang terdiri atas 
p p y g
lapisan pasir yang tidak reaktif. 
• Ruang pembakaran dilengkapi dengan sistem pengadukan 
untuk mencampur udara
• Pengadukan berlangsung cepat, sehingga media pasir 
mengembang dan bersifat sebagai fluida. Limbah cair atau gas 
dilewatkan ke dalam media pasir, di mana berlangsung proses 
p , g gp
oksidasi dan pembakaran pada limbah yang terdistribusi 
merata. 
Fluidized Bed Incinerator (1)
Fluidized Bed Incinerator
Fluidized Bed Incinerator (2)
Fluidized Bed Incinerator (2)
• FBI
FBI dirancang agar pembakaran pada media 
dirancang agar pembakaran pada media
pasir dapat berlangsung pada suhu 450‐980oC. 
• Agar suhu pembakaran dapat dipertahankan 
Agar suhu pembakaran dapat dipertahankan
di atas 850oC, limbah setidaknya harus 
memiliki nilai kalori di atas 4500 BTU/lb
memiliki nilai kalori di atas 4500 BTU/lb.
• Pada FBI model terbaru, udara yang disuplai 
untuk pembakaran dipanaskan terlebih 
k b k di k l bih
dahulu, hingga suhu antara 425‐650oC. Hal ini 
d
dapat mengurangi kebutuhan limbah dengan 
i k b h li b h d
nilai kalori tinggi.
Fluidized Bed Incinerator (3)
Fluidized Bed Incinerator (3)
• Keunggulan FBI antara lain: 
Keunggulan FBI antara lain:
– mempunyai efisiensi pembakaran yang tinggi;
– biaya pemeliharaan relatif rendah karena desain yang sederhana;
– rendahnya kemungkinan pembentukan NOx karena suhu gas yang 
relatif rendah dan tingginya kebutuhan udara;
– media pasir dapat menetralkan produk pembakaran;
– media pasir mempunyai luas permukaan yang tinggi, sehingga 
menjamin pembakaran yang sempurna;
– suhu yang merata di seluruh permukaan media pasir dapat membakar 
y g p p p
limbah lumpur serta toleran terhadap laju feeding;
– jika limbah mempunyai nilai kalori yang cukup, tidak diperlukan bahan 
bakar tambahan.
Fluidized Bed Incinerator (3)
Fluidized Bed Incinerator (3)
• Kelemahan FBI adalah:
Kelemahan FBI adalah:
– diameter dan tinggi bed sangat bergantung pada kemampuan 
teknologi desain;
– pemisahan abu dari media pasir seringkali jadi masalah;
– pengoperasian pada suhu rendah dapat mengakibatkan 
akumulasi arang pada media pasir;
k l i d di i
– biaya operasi tinggi;
– jenis limbah yang dapat diinsinerasi terbatas;
jenis limbah yang dapat diinsinerasi terbatas;
– limbah organik tertentu dapat menggumpalkan media pasir;
– emisi partikulat merupakan masalah utama yang perlu diatasi.
p p y gp
Multiple Hearth Furnace (MHF)
Multiple Hearth Furnace
• Banyak
Banyak digunakan untuk memusnahkan lumpur 
digunakan untuk memusnahkan lumpur
buangan domestik. 
• Dilengkapi dengan sistem liner baja, pengatur udara 
g p g j ,p g
yang berputar, satu seri tungku datar, peniup udara 
(blower), rangkaian pembakar (burner) pada dinding‐
dinding tungku, sistem pembuang abu, dan sistem 
feeding limbah. 
• Ada pula yang dilengkapi dengan fasilitas injeksi dan 
d l dl k d f l k d
pembakar limbah cair serta tungku pembakaran 
kedua.
kedua
Multiple Hearth Furnace (2)
Multiple Hearth Furnace (2)
• Limbah yang beragam jenisnya dapat dimasukkan ke MHF pada 
lapisan tungku yang dikehendaki. 
• Limbah diaduk dengan tangkai berputar yang ada di setiap tungku. 
• Limbah berbentuk lumpur masuk tungku melalui bagian atas dan 
Limbah berbentuk lumpur masuk tungku melalui bagian atas dan
bergerak ke bawah melalui rangkaian tungku yang ada. 
• Tar dan minyak pelumas dibakar di bagian tepi tungku, sedangkan 
gas dan limbah cair dibakar terlebih dahulu pada tungku terbawah. 
• Produk pembakaran berbentuk partikulat dikeluarkan melalui sisi 
bawah insinerator, dibawa dengan conveyor
, g y dan bucket elevator ke 
container penampung abu. 
• Buangan gas mengalir ke atas melalui pendingin, menuju fasilitas 
pembersih gas buang
pembersih gas buang.
Multiple Hearth Furnace (3)
Multiple Hearth Furnace (3)
Multiple Hearth Furnace (3)
Multiple Hearth Furnace (3)
• Ada 3 macam suhu pembakaran pada MHF, yaitu:
p p ,y
– 300‐550oC pada tungku bagian atas
– 750‐1000oC pada tungku bagian tengah
– 200‐300oC pada tungku terbawah
• Jenis limbah yang dapat diinsinerasi dengan MHF adalah 
lumpur tar dan minyak pelumas
lumpur, tar, dan minyak pelumas. 
• Keunggulan MHF: tidak memerlukan lahan yang luas. 
• Sedangkan kelemahannya adalah:
Sedangkan kelemahannya adalah:
– proses pembakaran berjalan lambat;
– gas buang  membutuhkan peralatan pengolahan yang mahal;
– tidak dapat digunakan untuk membakar limbah hidrokarbon 
d kd d k k b k l b hhd k b
berhalogen.
Emisi gas
Emisi gas
• Nitrogen
Nitrogen oksida
oksida (NOx): yang terpenting
): yang terpenting NO dan
NO dan
NO2.  Sumber NOx dari proses insinerasi adalah:
– NOx thermal, yaitu
thermal yaitu NOx dari reaksi antara N2 dan
N2 dan O2  
O2
dalam udara panas selama proses pembakaran;
– NOx bahan bakar, yaitu
bakar yaitu NOx yang terbentuk
yang terbentuk karena
reaksi antara N2 dan O2 yang ada dalam bahan bakar.
• NOx adalah prekursor pembentukan ozon, peroksiasetal
ozon, peroksiasetal
nitrat (PAN), dan oksidan fotokimia yang dikenal sebagai
kabut. NOx mengkontribusi pula pembentukan aerosol 
nitrat di atmosfir yang menyebabkan terbentuknya kabut
asam dan hujan asam.
Emisi gas (1)
Emisi gas (1)
• Sulfur oksida (SO
Sulfur oksida (SOx): terdiri atas SO
): terdiri atas SO2 dan SO
dan SO3
– dibentuk apabila bahan bakar yang digunakan 
mengandung belerang/sulfur
mengandung belerang/sulfur. 
– dapat mengakibatkan iritasi pada mata, hidung, 
dan tenggorokan. Pada kadar tinggi dapat
dan tenggorokan. Pada kadar tinggi dapat 
menyebabkan kematian karena menyebabkan 
gangguan paru2, seperti asma dan bronkhitis. 
– dapat pula menyebabkan terjadinya hujan asam 
dan salju asam yang telah mempengaruhi hutan, 
danau, dan sungai di Amerika Utara dan Eropa 
Utara.
Emisi gas (2)
Emisi gas (2)
• Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO)
– dapat terbentuk selama pembakaran apabila tidak 
tersedia cukup oksigen
tersedia cukup oksigen. 
– dapat bereaksi dengan haemoglobin membentuk 
karboksihaemoglobin (HbCO), yang menghambat
karboksihaemoglobin (HbCO), yang menghambat 
pembentukan oksihaemoglobin dalam transfer 
oksigen pada jaringan hidup. 
– Keracunan CO dapat menyebabkan pusing kepala, 
muntah‐muntah, dan kematian pada konsentrasi 
yang tinggi.
Emisi gas (3)
Emisi gas (3)
• Partikulat
– dapat terbentuk dalam insinerasi melalui beberapa proses:
• pembakaran yang tidak sempurna; 
p y g p ;
• pelepasan bagian limbah yang tidak dapat terbakar.
– Partikulat <10 um dapat membahayakan kesehatan karena 
dapat terhisap ke dalam paru‐paru. 
– Gas dari insinerator mengandung 20‐40% partikulat 
berukuran < 10 µm dan 7‐10% partikulat berukuran < 2
berukuran < 10 µm, dan 7‐10% partikulat berukuran < 2 
µm. 
Emisi gas (4)
Emisi gas (4)
• Logam
– Emisi gas yang mengandung logam dapat terjadi 
dalam proses pembakaran limbah B3
dalam proses pembakaran limbah B3. 
– Sumber uap logam tersebut dapat berasal dari 
bahan bakar, container limbah, dan kontaminan 
bahan bakar, container limbah, dan kontaminan
logam yang terkandung dalam limbah B3 yang 
diinsinerasi. 
Emisi gas (5)
Emisi gas (5)
• Gas‐gas
Gas gas bersifat asam, seperti HCl, HF, H
bersifat asam seperti HCl HF H2SO4
dan HNO3. H2SO4 dan HNO3 di atmosfir berasal 
dari emisi NOx dan SO
dari emisi NO dan SOx.
• Dioksin dan furan: bersifat sangat toksik. 
Dapat dihasilkan dari pembakaran limbah B3
Dapat dihasilkan dari pembakaran limbah B3 
yang mengandung hidrokarbon berhalogen. 
Emisi gas (6)
Emisi gas (6)
• Dioksin adalah anggota kelompok polychlorinated 
gg p p y
dibenzodioxin (PCDD, a). Satu molekul PCDD mempunyai 
struktur 3 cincin, dua cincin benzena dihubungkan oleh 
sepasang atom O Sedangkan polychlorinated dibenzofuran
sepasang atom O. Sedangkan polychlorinated dibenzofuran
(PCDF, b) memiliki struktur dengan hanya satu atom O yang 
menghubungkan dua cincin benzena 
Struktur 2,3,7,8‐TCDD
Struktur 2,3,7,8 TCDD

• LD50 dari 2,3,7,8‐TCDD yang diujikan pada 
dari 2 3 7 8‐TCDD yang diujikan pada
guinea pig adalah < 1 ug/kg berat badan
• PCDD dan PCDF bersifat karsinogenik
PCDD d PCDF b if t k i ik
Methods for controlling
incineration waste
incineration waste 
• Gaseous waste, air pollutants:
Gaseous waste, air pollutants:
– Acidic gases: NOx, SOx: neutralized using
scrubbing method
– Particulate, heavy metals: using bag filter, Electro 
Static Precipitator (ESP)
– Dioxin, VOCs:  by increasing the burning 
temperature of > 1000oC
• Ash:
Ash: if characterized as hazardous, should be 
if characterized as hazardous should be
treated as hazardous  waste. If not, can be 
disposed of in sanitary landfill
disposed of in sanitary landfill
39
Alat pengendalian pencemaran 
udara
1. Partikulat:
Partikulat: electric precipitator, fabric filter, 
electric precipitator, fabric filter,
electrostatic gravel bed filters;
2. NOx: pengendalian
p g proses p
p pembakaran, pengolahan
,p g
gas buang;
3. SOx dan ggas yang bersifat
y g asam: wet dan dry  y
scrubbing.
4. CO dan hidrokarbon: pengendalian proses
pembakaran;
5. Polutan yang tidak memiliki kriteria: pengendalian
proses pembakaran, pengendalian partikulat
Electrostatic precipitator
Electrostatic precipitator
Electrostatic precipitator
Electrostatic precipitator
Wet scrubber
Wet scrubber
Dry scubber
Dry scubber

Anda mungkin juga menyukai