Modul 2
Modul 2
SKENARIO 5
Gigi Bajo Goyang
Bajo (35 tahun) datang ke praktek dokter Skeli karena gigi sudash beberapa hari ini
gigi rahang atas dan bawah depan goyang dan sakit jika dipakai mengunyah. Bajo
mengeluhkan gusi pada daerah gigi tersebut terlihat agak membengkak dan mudah berdarah,
sedangkan di daerah lain terlihat tanda-tanda gingiva normal. Bajo juga merasa giginya
terlihat semakin panjang.
Dari anamnesa diketsahui Bajo memiliki kebiasaan merokok dan menderita Diabetes
Mellitus yang tidak terkontrol dan hasil pemeriksaan intra oral: gingiva berwarna merah
kebiruan, friable, odema dan stippling (-), probing depth 7-8 mm di 32,31,41,42,43, serta
kalkulus subgingiva di semua regio, mobiliti derajat 2 hampir di semua gigi. Dokter gigi
menjelaskan kalau Bajo menderita penyakit periodontal yang prevalensinya cukup tinggi di
Indonesia.
Drg Skeli menjelaskan pada Bajo bahwa penyakit periodontal yang diderita Bajo
dapaat disebakan oleh bakteri plak yang terdapat dalam mulut atau pengaruh faktor sistemik
dan faktor lainnya. Drg Skeli menyarankan kepada Bajo untuk selalu menjaga kebersihan
mulut supaya gingiva nya normsal dan dapat berfungsi dengan bsaik.
Bagiamana saudara mnjelaskan kasus di atas?
I. Terminologi
Friable : kondisi gingiva yang rapuh atau mudah berdarah saat disentuh
II. Identifikasi Masalah
1. Apa penyebab gigi Bajo terlihat panjang?
2. Apakah hubungan kebiasaan merokok dan Diabetes Mellitus tidak terkontrol dengan
penyakit yang diderita Bajo?
3. Apa saja etiologi penyakit periodontal?
4. Apa saja faktor yang memperparah terjadinya penyakit periodontal?
5. Apa yang menyebabkan prevalensi penyakit periodontal Indonesia tinggi?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit periodontal?
7. Bagaimana proses pembentukan plak sehingga menyebabkan penyakit periodontal?
8. Bagaimana mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit periodontal?
9. Bagaimana penatalaksanaan kasus di skenario?
10. Apa perbedaan penyakit periodontal penderita DM dan bukan DM?
11. Bagaimana cara pencegahan penyakit periodontal?
Bajo ( 41 th ) ke
dokter gigi
Diagnosis : kelainan
periodontal
Kondisi
periodotal Mekanisme Respon tubuh saat
sehat terjadinya penyakit terjadinya kelainan
periodontal periodontal
a Gingiva
Anatomi gingiva terdiri dari :
- Margin gingiva (gingiva bebas)
Daerah pinggir gingiva yang mengelilingi gigi seperti kerah baju.
Dipisahkan dari gingiva cekat oleh “free gingival groove”. Lebarnya kurang
lebih 1mm. Merupakan dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Dapat
dipisahkan dari gigi dengan probe.
Sulkus gingiva
celah yang dangkal atau ruang sekeliling gigi yang dibatasi oleh
permukaan gigi dan epitel margin gingiva. Berbentuk huruf “v” .
kedalaman secara klinis 2-3mm.
- Gingiva cekat ( attached gingiva)
Perluasan dari margin gingiva. Bersifat tegas, kenyal, melekat erat pada
periosteum tulang alveolar. Meluas dari free gingival groove sampai dengan
mucogingival junction. Lebar gingiva cekat :
Insisif : RA 3,4-5,5 mm
RB 3,3-3,9 mm
Posterior lebih kecil
Premolar : RA 1,9mm
RB 1,8 mm
- Gingiva interdental
Mengisi embrasur gingiva yaitu daerah interproksimal dibawah kontak gigi.
Bentuknya piramid atau col tergantung titik kontak antara dua gigi yang
berkontak dan ada tidaknya resesi.
Warna gingiva :
Merah muda,menggambarkan vaskularisasi, keratinisasi,dan sel- sel pigmen
Ukuran :
Sesuai dengan jumlah ketebalan sel, elemen interseluler, dan vaskularisasi
Kontur/ bentuk :
tergantung bentuk gigi, lengkung rahang, dan ukuran daerah kontak
proksimal
gigi yang lebih ke labial : lebih menonjol
gigi yang lebih ke lingual : gingiva lebih horizontal dan tipis
Konsistensi :
kenyal
Tekstur permukaan :
b Ligamen periodontal
Adalah jaringan ikat yang mengelilingi akar gigi dan melekatkan sementum
akar ke tulang alveolar. Merupakan struktur jaringan ikat seluler yang
mengandumg pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari :
- Searbut utama serat kolagen yang tersusun dalam bundel (sharpey’s
fibers)
- Serabut elastis
- Serabut oxytalan tegak lurus bundel serat utama tertanam dalam
sementum dan tulang alveolar pada 1/3 akar servikal
c Sementum
Adalah jaringan mesenkim avaskular yang termineralisasi, menutupi
permukaan akar. Strukturnya hampir sama dengan tulang. Berfungsi
melekatkan gigi ke tulang alveolar dengan adanya serat utama ligamen
periodontal. Tipis di dekat CEJ, tebal didaerah apikal. Berdasarkan sumber
serabut matriksnya dibagi :
a) Sementum ekstrinsik
mengandung serat sharpey yang dihasilkan fibroblas ligaman
periodontal untuk penjangkaran
b) Sementum instrinsik
mengandung serabut instrinsik yang dihasilkan sementoblas pada
sisi yang mengalami perbaikan setelah resorpsi akar
c) Sementum serabut campuran
Fungsi sementum :
d Tulang alveolar
Adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk dan mendukung
soket gigi. Terdiri dari :
Ø Alvolar bone proper
Bagian tulang alveolar yang membentuk dinding soket gigi berupa compact
boner yang tipis
Ø Suporting alveolar bone
Adalah bagian tulang yang menyokong alveolar bone proper. Terdiri dari :
- Plate cortical :
Membentuk plate oral dan vestibular. Dibentuk oleh tulang haverian
dan lamella tulang yang kompak.
- Cancellous trabeculae :
Terletak antara plete cortical dan alveolar bone proper
Aleveolar crest persatuan alveolar bone proper dan cortical plate
1. Faktor lokal
penyebeb yang berada pada lingkungan sekitar gigi
- Plak bakteri
Merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat
erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seorang mengabaikan
kebersihan mulut.
- Kalkulus
Kalkulus adalah endapan keras pada permukaan gigi yang
merupakan bakteri plak yang telah mengalami mineralisasi dan
kalsifikasi. Adanya kalkulus dapat menyebabkan gingivitis yang
kemudian diikuti dengan adanya resesi gingiva. Apabila gingivitis
tidak dilakukan perawatan, makan akan menyebabkan penyakit yang
lebih serius, yakni periodontitis. Oleh karena kalkulus merupakan
kelanjutan dari plak yang terkalsifikasi, dengan demikian untuk
mencegah adanya kalkulus, dimulai dengan pencegahan akumulasi
plak. Faktor penyebab timbulnya gingivitis adalah plak bakteri yang
tidak bermineral, melekat pada permukaan kalkulus, mempengaruhi
gingiva secaratidak langsung. Kalkulus umumnya lebih banyak
dijumpai pada permukaan lingual gigi anterior rahang bawah, dan
permukaan bukal gigi posterior rahang atas.
2. Faktor Sistemik
Faktor Nutrisi.
Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat mempengaruhi
keadaan gingva dan daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena
kesalingtergantungan antara berbagai elemen diet yang seimbang, sangatlah
sulit untuk mendefinisikan akibat defisiensi spesifik pada manusia. Anak –
anak yang mendapatkan gizi cukup umumnya mempunyai gingiva yang
lebihsehat dari pada anak – anak yang gizinya buruk, tanpa ada hubungannya
dengan standar kebersihan mulut. Waerhaug (1967) menemukan hubungan
antara keparahan kerusakan periodontal dan defisiensi vitamin B.
Pada defisiensi nutrisi yang parah, umumnya disertai dengan
kebersihan mulut yang sangat buruk, terlihat adanya kerusakan jaringan
periodontal yang berkembang dengan cepat dan tanggalnya gigi yang cukup
dini.
Prevalensi gingivitis ulceratif akut juga meningkat dan keadaan dapat
berkembang mengadi cancrum oris yang merusak dan fatal.
Kerusakan periodontal yang hebat sudah sejak lama terbukti
berhubungan dengan scurvy. Vitamin C diperlukan untuk produksi kolagen,
oleh karena itulah vitamin C juga dibutuhkan untuk pertukaran sel dan
perbaikan sel normal, namun penelitian tentang defisiensi vitamin C tidak
menunjukkan adanya perubahan gingiva yang jelas. Kelihatannya scurvy juga
dibutuhkan faktor inflamasi yang disebabkan oleh plak, agar dapat terjadi
perubahan kondisi gingiva. Efek penambahan diet yang seimbang dan adekuat
dan permberian vitamin ekstra sebagai salah satu bentuk perawatan penyakit
periodontal, sampai sekarang ini masih belum terbukti dengan jelas.
Faktor hormonal.
Perubahan hormon seksual berlangsung semasa pubertas dan
kehamilan, keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang
merubah respons terhadap produk – produk plak.
Pubertas :
Pada masa pubertas insidens gingivitis mencapai puncaknya dan
seperti dikatakan oleh Sutcliffe (1972) perubahan ini tetap terjadi walaupun
kontrol plak tetap tidak berubah. Bila masa pubertas sudah lewat, inflamasi
cenderung reda sendiri tetapi tidak dapat hilang sama sekali bila dilakukan
pengontrolan plak yang adekuat.
Kehamilan :
Dahulu kehamilan selalu dihubungkan dengan gingivitis dan
tanggalnya gigi, tetapi bila rongga mulut dapat dipertahankan tetap dalam
keadaan bersih, gingivitis biasanya tidak akan timbul pada masa
kehamilan. Seperti pada pubertas, inflamasi ringan akibat plak akan menjadi
jauh lebih parah pada masa kehamilan. Perubahan ini dimulai sejak bulan
kedua kehamilan. Setelah partus biasanya keparahan simtom ini akan
berkurang. Disini dianggap bahwa peningkatan jumlah progesteron akan
meningkatkan vaskularisasi dan perubahan dinding pembuluh darah yang
membuat pembuluh menjadi lebih permiabel, perubahan serupa juga dapat
ditemukan pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi yang
mengandungprogesteron dan estrogen sintesis.
Diabetes.
Bukti – bukti ilmiah belum terlalu jelas, diabetes yang tidak terkontrol
kelihatannya dapat merubah respons jaringan periodontal
terhadap plak,khususnya pada kasus yang parah dan sudah berlangsung lama.
Anak – anak yang menderita diabetes umumnya terserang gingivitis yang
lebih parah dari pada anak – anak yang sehat dengan skore plak yang sama
(Bernick, dkk, 1975). Penderita diabetes dewasa terutama pada kasus jangka
panjang dengan perubahan retina mengalami kerusakan periodontal yang lebih
besar dari pada yang tidak menderita diabetes.
Faktor hematologi (penyakit darah).
Penyakit darah kalihatannya tidak menyebabkan gingivitis, tetapi
menimbulkan perubahan jaringan terhadap plak.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang mekanisme
terjadinya penyakit periodontal
GINGIVITIS
Perkembangan gingivitis sangat jelas dapat diamati dari perspektif
klinis. Selain itu, perubahan yang terjadi dalam jaringan sangat jelas ketika
diperiksa di bawah mikroskop. Dalam arti luas, ada infiltrasi dari jaringan ikat
oleh banyak sel pertahanan, terutama neutrofil, makrofag, sel plasma, dan
limfosit. Sebagai hasil dari akumulasi sel-sel pertahanan ini dan sekresi enzim
ekstraseluler yang merusak, ada gangguan anatomi normal dari jaringan ikat
yang mengakibatkan penipisan kolagen dan proliferasi berikutnya dari
epiteljunctional. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan kebocoran cairan keluar dari pembuluh darah dan
memfasilitasi perjalanan sel pertahanan dari pembuluh darah ke dalam
jaringan, sehingga terjadi pembesaran jaringan, yang muncul eritematosa dan
edematous (yaitu, penampilan klinis gingivitis) .Perubahan ini semua
reversibel jika bakteri tersebut invasi bakteri secara substansial dikurangi
Gambar 1 : Permukaan gingiva halus dan licin. Terdapat tumpukan plak pada interproksimal
gigi. Terjadinya perubahan warna dari coral pink menjadi kemerahan. Gambar 2: gingiva
mengalami resesi.
PERIODONTITIS
d. Saliva
Sekresi saliva bersifat protektif karena jaringan mulut dalam keadaan
yang fisiologis. Pengaruh saliva terhadap plak adalah :
• Aksi pembersihan mekanis terhadap permukaan oral
• Menjadi buffer bagi asam yang diproduksi bakteri
• Mengontrol aktivitas bakterial
1. Faktor – faktor antibakterial
Saliva mengandung berbagai bahan anorganik dan organic. Bahan – bahan
organicnya meliputi ; ion, gas, bikarbonat, natrium, kalium, posfat, kalsium,
fluor, ammonia, dan karbondioksida. Kandungan organiknya antara lain
adalah lisosim, laktoferin, mieloperoksidase, laktoperoksidase, aglutinin (
seperti glikoprotein, mucin, β2-makroglobulin, fibronektin ) dan antibody.
2. Antibodi saliva
Saliva mengandung banyak antibody, terutama immunoglobulin A.
antibody saliva disintesis secara local terbukti dari tidak bereaksinya antibody
saliva terhadap strein bakteri yang khas pada usus. Banyak bakteri yang
terdapat dalam saliva yang dibalut oleh IgA, dan deposit bacterial pada
permukaan gigi mengandung IgA dan IgG. Diduga Ig yang ada pada saliva
parotis dapat menghambat perlekatan spesies Streptococcus ke sel-sel epitel.
Beberapa peneliti melaporkan adanya peningkatan konsentrasi enzim saliva
pada waktu berjangkitnya penyakit periodontal. Enzim dimaksud adalah
hialuronidase, lipase, β-gluronidase, kondroitin sulfatase, dekarboksilase asam
amino, katalase, peroksidase, dan kolagenase.Enzim proteolitik yang ada
dalam saliva dihasilkan oleh pejamu maupun bakteri. Enzim-enzim tersebut
berperan dalam memulai dan berkembangnya penyakit periodontal.
3. Lekosit
Kandungan lekosit saliva yang terutama adalah lekosit morfonukleus
dengan jumlah yang bervariasi antar individu, antar waktu dalam sehari, dan
meningkat dalam gingivitis. Lekosit mencapai rongga mulut dengan jalan
migrasi menembus sulkus gingiva. Lekosit saliva yang hidup dinamakan
orogranulosit, dan laju migrasi ke rongga mulut dinamakan laju migrasi
orogranulosit
3. Sistem komplemen
Sekuens aktivasi komplemen adalah rangkaian gerbong kereta dan mirip
dengan system koagulasi darah. Setelah salah satu komponen dari system
komplemen diikat oleh bagian fc dari antibodi dalam kompleks antigen-antibodi,
komponen lain dari system dari komponen bereaksi dalam sekuens yang
berurutan. Secara umum, setiap komplemen yang teraktivasi akan membelah
komponen-komplemen berikutnya menjadi fragmen, sampai seluruh rangkaian
terselesaikan
a. Aktivasi system komplemen jalur langsung
b. Aktivasi sistem komplemen jalur alternative