Anda di halaman 1dari 20

BUKTI AUDIT

Makalah Ini diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Audit Kepatuhan
Oleh Dosen Pengampu:
1. Drs. Sukirman M.Si, QIA, CRMP
2.Retnoningrum HidayahS.E.,M.Si.,MSC.,QIA

Disusun Oleh:
1. Vincent Bastian T. 7211415055
2. Mia Nur Mufidah 7211416132
3. Nia Fatmawati 7211416135
4. Katrin Prismanitra 7211416136
KELOMPOK 4
AKT D 2016

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Makalah Audit Kepatuhan dengan judul “BUKTI AUDIT”. Dan tak lupa, kami
berterima kasih kepada Bapak Drs. Sukirman M.Si, QIA, CRMP dan Ibu
Retnoningrum Hidayah S.E.,M.Si.,MSC.,QIA., selaku dosen pada mata kuliah
Audit Kepatuhan yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai anggota
kelompok 4 dari rombel Akuntansi D 2016 untuk memenuhi tugas harian.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
kelompok 4 rombel Akuntansi D 2016 maupun setiap orang yang membacanya.
Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dan kritik serta saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Semarang, 24 Agustus 2018

Tim penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2
2.1Perbedaan Bukti Audit dengan Bukti yang Digunakan Profesi Lainnya .......2
2.2Hubungan Antara Tujuan Audit dan Pengumpulan Bukti Audit ...................3
2.3 Mengidentifikasi dan Menerapkan Bukti Audit.......................................... .7
2.4Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit .....................................................12
2.5Dokumentasi Bukti Audit yang Terorganisir .................................................15
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ ....17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bukti audit internal sangat besar pengaruhnya terhadap pemeriksaan serta
pemberian rekomendasi untuk menentukan sejauh mana peraturan, kebijakan,
hukum, perjanjian, atau peraturan pemerintah telah dipatuhi oleh entitas yang
sedang diaudit. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti yang cukup dan kompeten agar nantinya ausitor dapat memberikan
rekomendasi kepada pihak manajemen agar dapat mencapai tujuan entitas
tersebut.
Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat
dimana bukti-bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang
diperoleh dan dipertimbangkan sangat kompeten, maka dapat menjadi acuan
dalam mempertimbangkan ketaatan entitas. Oleh karena itu, kelompok kami
mengambil judul “Bukti Audit”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahannya, yaitu:
1. Apa perbedaan bukti audit dengan bukti profesi lain?
2. Bagaimana hubungan antara tujuan audit dan pengumpulan bukti audit?
3. Bagaimana mengidentifikasi dan menerapkan bukti audit?
4. Bagaimana prosedur audit untuk memperoleh bukti?
5. Bagaimana dokumentasi bukti audit yag terorganisir?
1.3. Tujuan Masalah
Adapun penulis dalam pembuatan makalah tentang Bukti Audit ini, yaitu:
1. . Untuk menjelaskan perbedaan bukti audit dengan bukti profesi lain?
2. Untuk menjelaskan hubungan antara tujuan audit dan pengumpulan bukti audit?
3. Untuk menjelaskan mengidentifikasi dan menerapkan bukti audit?
4. Untuk menjelaskan prosedur audit untuk memperoleh bukti?
5. Untuk menjelaskan dokumentasi bukti audit yag terorganisir?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Bukti Audit dengan Bukti yang Digunakan Profesi Lainnya
2.1.1 Bukti Audit Internal
Bukti Audit merupakan informasi yang diperoleh auditor internal
pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit
harus memberikan dasar nyata untuk opini, kesimpulan dan rekomendasi audit.
Bukti audit terdiri atas bukti fisik, pengakuan, dokumen, dan analitis.
(Sawyer,2009)

2.1.2 Sifat Bukti Audit


Menurut Sawyer (2009) sifat bukti audit yaitu :
1. Bukti Fisik ( physical evidence )
Diperoleh dengan mengamati orang, properti dan kejadian. Bukti
ini dapat berbentuk pernyataan observasi oleh pengamat, atau oleh foto,
peta , grafik atau gambar lainnya. Butki grafik bersifat persuasif.
2. Bukti Pengakuan
Bukti pengakuan berbentuk surat atau pernyataan sebagai jawaban
atas pertanyaan. Bukti ini sendiri tidak bersifat menyimpulkan , jika
dimungkinkan masih harus didukung oleh dokumentasi. Pernyataan klien
bisa menjadi panutan penting yang tidak selalu bisa diperoleh dalam
pengujian audit independen.
3. Bukti Dokumen ( documentary evidence )
Merupakan bukti audit yang biasa. Dokumen bisa eksternal
maupun internal. Bukti dokumen eksternal mencakup surat atau
memorandum yang diteriam oleh klien, faktur – faktur dari pemasok dan
lembar pengesahan. Bukti audit internal dibuat dalam organisasi klien,
mencakup catatan akuntansi, salinan korespondensi ke pihak luar, laporan
penerimaan modul email, dan lain-lain.

2
4. Bukti Analitis ( analytical evidence )
Bukti yang berasal dari analisis dan verifikasi. Sumber sumber
bukti ini adalah perhitungan dengan standar yang diterapkan, operasi
masa lalu, operasi yang serupa dan hukum atau regulasi, pertimbangan
kewajaran dan informasi yang telah di pecah ke dalam bagian – bagian
kecil.

2.2 Hubungan Antara Tujuan Audit dan Pengumpulan Bukti Audit

2.2.1 Tujuan Audit Internal ISO 9001:2015

Terdapat beberapa tujuan dari internal audit ISO 9001:2015

1. Untuk melihat kesesuaian antara kriteria dan aktual implementasi


dilapangan
2. Untuk melihat potensi perbaikan berkelanjutan dari SMM yang dibangun
3. Untuk melakukan / menyelidiki departemen / bagian yang lemah dalam
implementasi ISO 9001:2015
4. Untuk memenuhi Persyaratan ISO 9001:2015

2.2.2 Perlunya Auditor Indetnal dalam Mencari Bukti Audit

Auditor internal mempunyai peranan penting dalam sebuah organisasi


atau perusahaan. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perlunya auditor
internal dalam mencari bukti audit, lebih baik kita mengenal lebih dulu mengenai
audit internal. Audit internal adalah suatu penilaian atas keyakinan, independen,
obyektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan
meningkatkan operasi organisasi. Auditor membantu organisasi mencapai
tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko,
pengendalian, dan tata kelola.

Dalam mencapai tujuannya, auditor harus mengembangkan tujuan audit


secara spesifik, setelah auditor mengembangkan tujuan audit selanjutnya ia harus
mengembangkan prosedur audit yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam

3
mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup. Pertimbangan auditor internal
tentang kecukupan bukti audit dipengaruhi oleh sistem pengendalian internal,
penaksiran risiko, informasi dan komunikasi.
Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang
prosedur audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan
sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit yang terdiri dari (1) data akuntansi
yang mendasari, dan (2) informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit merupakan langkah awal
yang baik dan sangat menentukan efisiensi dan efektivitas audit yang dilakukan.
Dengan demikian, auditor harus mengidentifikasi secara jelas sifat, mutu, dan
jumlah bukti audit yang akan dikumpulkan. Adapun manfaat bukti audit (Agung
Rai : 2008) adalah sebagai berikut :
1. Bukti akan digunakan untuk mendukung temuan, simpulan, dan
rekomendasi audit. Mutu simpulan dan rekomendasi audit sangat
bergantung pada bukti audit ini.
2. Bukti-bukti audit mempunyai peran yang sangat penting terhadap
keberhasilan pelaksanaan audit. Oleh karena itu, bukti-bukti audit harus
mendapatkan perhatian auditor sejak tahap perencanaan audit sampai
dengan akhir proses audit.
Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa bukti audit sangat
diperlukan dalam mengaudit perusahaan. Seorang auditor dalam memaparkan
hasil auditnya ke manajemen perusahaan akan dipercaya jika mencantumkan
bukti atau temuan audit untuk memperkuat laporan audit yang dibuat auditor.
Keterkaitan dengan tujuan audit internal, bukti audit dapat membantu
meningkatkan efektifitas dan efesiensi perusahaan. Serta dapat meberikan saran
yang tepat terhadap program-program perusahaan (yang masuk dalam
pemeriksaan) dan evaluasi mengenai pengendalian internal berdasarkan bukti
yang ditemukan.

4
2.2.3 Standar – Standar Bukti Audit
Menurut Sawyer (2009) standar - standar bukti audit meliputi :
1. Kompetensi Bahan Bukti.
Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal. Bukti tersebut adalah bukti
yang terbaik yang diperoleh. Dokumen asli lebih berkompeten dari pada
salinannya. Pernyataan lisan yang menguatkan adalah lebih kompeten dari
pernyataan biasa. Bukti langsung lebih andal dibandingkan bukti kabar angin.
Bukti disebut kompeten sepanjang bukti tersebut konsisten dengan fakta,
yaitu sah atau valid. Berikut adalah hal-hal untuk menilai kompeten tidaknya
suatu bukti:
1. Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga yang dapat dipercaya lebih
kompeten dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pihak yang
diaudit.
2. Bukti yang dikembangkan dari sistem pengendalian yang efektif lebih
kompeten dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pengendalian
yang lemah atau yang tidak ada pengendaliannya.
3. Bukti yang diperoleh secara langsung melalui audit fisik, pengamatan,
perhitungan, dan inspeksi lebih kompeten dibandingkan dengan bukti
yang diperoleh secara tidak langsung.
4. Dokumen asli dianggap lebih kompeten dibandingkan dengan fotokopi
atau tembusannya.
5. Bukti kesaksian yang diperoleh dalam kondisi yang memungkinkan orang
berbicara dengan bebas lebih kompeten dibandingkan dengan bukti
kesaksian yang diperoleh dalam kondisi yang tidak bebas.
6. Bukti kesaksian yang diperoleh dari individu yang indepenen atau pakar
mengenai bidang tersebut lebih kompeten dibandingkan dengan bukti
kesaksian yang diperoleh dari individu yang memihak atau yang hanya
memiliki pengetahuan awam mengenai bidang tersebut.
2. Kecukupan Bahan Bukti.
Bukti dianggap memadai jika bersifat faktual, memadai dan
menyakinkan, sehingga bisa menuntun seseorang yang memiliki sifat hati-
hati untuk mengambil kesimpulan yangsama dengan auditor. Hal ini tentu

5
saja merupakan masalah pertimbangan; tetapi pertimbangan tersebut harus
objektif . Jadi jika digunakan sampel sampel tersebut haruslah merupakan
hasil pengambilan metode pengambilan sampel yang objektif dan dapat
diterima. Sampel-sampel yang dipilih harus membetikan keyakinan yang
wajar sebgai wakil populasi tempat sampel tersebut diambil. Dalam banyak
hal, auditor independen lebih mengandalkan bukti yang bersifat pengarahan
(persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat menyakinkan (convincing
evidence).
3. Relevensi

Relevansi mengacu pada hubungan antara informasi dengan


penggunanya. Fakta dan opini yang digunakan untuk membuktikan atau
menyangkal suatu masalah harus memiliki hubungan logis dan masuk akal
dengan masalah tersebut. Pesanan pembelian asli, yang disetujui dan
dikeluarkan dengan layak, tidak relevan untuk mengetahui apakah barang
yang dibeli telah diterima memorandum penerimaan mengesahkan
penerimaan jumlah barang tertentu tidak relevan dengan apakah barang-
barang tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

Contoh mengenai relevansi bukti audit (ISA 500 alinea A27-A30):

Relevansi berhubungan atau berdampak secara logis terhadap tujuan


prosedur audit.Relevansi dari informasi yang digunakan sebagai bukti audit
dipengaruhi oleh arah pengujian. Hal ini berkaitan dengan tujuan prosedur
audit apa yang akan dilakukankemudian menentukan bagaimana bukti audit
yang cocok dan mendukung prosedur pengujian tersebut. Serangkaian
Prosedur audit mungkin menghasilkan bukti audit yang relevan untuk satu
asersi tertentu tetapi belum tentu relevan untuk asersi lain. Contoh: bukti
audit tentang eksistensi persediaan barang, bukanlah pengganti bukti audit
tentang penilaian persediaan barang tersebut.

6
2.3 Mengidentifikasi dan Menerapkan Bukti Audit

2.3.1Tingkat signifikansi bukti audit

1. Signifikansi bukti audit kecil


Temuan-temuan kecil (minor findings) perlu dilaporkan karena bukan
semata-mata kesalahan manusiawi yang bersifat acak. Jika tidak diperbaiki, maka
akan berlanjut, sehingga merugikan, dan walaupun tidak mengganggu tujuan
operasi organisasi, namun cukup signifikan untuk diperhatikan oleh manajemen.
Seorang pegawai yang telah mencampuradukan kas kecil pribadi dengan milik
organisasi melanggar aturan organisasi dan pihak praktik bisnis yang baik. Tentu
hal ini harus dilaporkan dan diperbaiki, kalau tidak, maka akan terus berlanjut
atau menyebar.

2. Signifikansi bukti audit besar


Temuan-temuan besar (mayor findings) adalah temuan yang akan
menghalangi pencapain tujuan utama suatu organisasi atau suatu unit dalam
organisasi. Misalnya salah satu tujuan utama departemen utang usaha adalah
hanya membayar utang-utang yang benar-benar syah.
Sistem control yang lemah mengakibatkan kesalahan pembayaran sebesar
$ 500.000 mencerminkan kelemahan yang bisa menghalangi departemen
mencapai tujuan utama. Oleh karena itu, hal ini merupakan temuan audit yang
besar dan harus dilaporkan.
2.3.2 Hubungan Bukti Audit dengan Bukti Hukum

Bukti hukum dan bukti audit memiliki banyak kesamaan. Keduanya


memiliki tujuan yang sama-untuk memberikan bukti, untuk mendorong
keyakinan tentang kebenaran atau kesalahan setiap pernyataan atas suatu
masalah. Keyakinan dibangun dari pertimbangan atas informasi, informasi
tersebut yang kemudian disajikan, dalam bentuk apa pun, merupakan bukti.

Fokus bukti audit sedikit berbeda dengan bukti hukum. Bukti-bukti


hukum (legal evidence) sangat mengandalkan pengakuan lisan. Bukti-bukti audit

7
(audit evidence) sangat mengandalkan bukti-bukti dokumen. Bukti-bukti hukum
memungkinkan pernyataan-pernyataan tertentu, misalnya dalam hukum
dinyatakan bahwa fakta-fakta yang tertera pada instrument tertulis, antara pihak-
pihak yang berkepentingan adalah benar (artinya tidak ada bukti lain, seberapa
pun kuatnya, yang dapat menentang kebenaran dari fakta tertulis tersebut). Tetapi
auditor tidak dibatasai pada anggapan atau pernyataan tertentu; mereka harus
mempertanyakan setiap bukti hingga mereka sendiri puas dengan kebenaran atau
kesalahannya. Menurut Sawyer (2009) berikut ini beberapa ringkasan bentuk
bukti hukum :

1. Bukti terbaik (best evidence) sering disebut bukti primer, merupakan


bukti yang paling alami-bukti yang paling memuaskan mengenai fakta-fakta yang
sedang diselidiki. Bukti tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan
keandalan. Umumnya bukti tersebut terbatas pada bukti dokumen dan
kebanyakan diterapkan untuk membuktikan isi pernyataan tertulis. Jika tersedia
pernyataan tertulis yang asli, aturan tentang bukti terbaik mencegah salah satu
pihak membuktikan isi pernyatan tertulis melalui pengakuan lisan. Aturan
tersebut dirancang untuk menutup kemungkinan terjadinya interpretasi yang
salah atas pernyataan tertulis; karena mengharuskan tersedianya dokumen asli
bila tersedia. Bukti lisan, misalnya, tidak boleh digunakan untuk
memperselisihkan instrument tertulis seperti kontrak atau akta; tetapi, bukti lisan
dapat digunakan untuk menjelaskan makna instrument tersebut jika instrument
seperti ini memungkinkan terjadinya lebih dari satu interpretasi

2. Bukti sekunder (secondary evidence) berada di bawah bukti primer dan


tidak disamakan keandalannya. Bukti sekunder bisa mencakup salinan bukti
tertulis atau lisan. Sebuah salinan tertulis umumnya dapat diterima, jika (1)
dokumen asli hilang atau telah dimusnahkan tanpa niat melakukan kecurangan di
pihak pendukung salinan tersebut; (2) bukti tertulis tersebut sulit diperoleh oleh
pendukung salinan tersebut; (3) bukti tertulis dikendalikan oleh entitas publik.
Harus ditunjukkan bahwa salinan tersebut merupakan representasi yang layak
dari dokumen asli. Pengakuan lisan atau risalah tertulis umumnya dianggap
berada di bawah salinan dokumen tertulis. Bentuk bukti yang inferior ini tidak

8
dibatasi oleh aturan bukti terbaik jika (1) bukti tertulis terdiri atas beberapa akun
atau bukti tertulis lainnya; (2) akun-akun tersebut tidak dapat diperiksa di
pengadilan tanpa menghabiskan banyak waktu; atau 3) akun-akun atau bukti
tertulis lainnya dihasilkan untuk diperiksa oleh pihak yang berlawanan jika
kebijakan pengadilan mengharuskan

3. Bukti langsung (direct evidence) membuktikan fakta tanpa harus


menggunakan pernyataan atau rujukan untuk menetapkan suatu bukti. Pengakuan
dari seorang saksi atas sebuah fakta merupakan bukti langsung-tidak diperlukan
rujukan. Misalnya, seorang saksi yang menyatakan bahwa ia mengamati seorang
karyawan yang menginspeksi penerimaan barang menandatangani berkas
pemeriksaan. Padahal barang yang diterima kurang dari yang tertera di berkas
tersebut, merupakan bukti tertulis.

4. Bukti tidak langsung (circumstantial evidence) membuktikan fakta


sementara, atau sekumpulan fakta, yang dapat dirujuk seseorang untuk
mengetahui keberadaan beberapa fakta primer yang signifikan atas masalah yang
sedang dipertimbangkan. Bukti ini tidak langsung membuktikan keberadaan
fakta-fakta primer, tetapi hanya meningkatkan penggunaan pemikiran logis yang
ada. Penerimaan barang yang kurang dari jumlah yang seharusnya tetapi lolos
pemeriksaan departemen penerima, disertai stempel pemeriksaan pada memo
penerimaan, merupakan bukti tidak langsung bahwa si pemeriksa telah lalai.
Auditor harus senantiasa berhati-hati dengan bukti tidak langsung. Misalnya,
dalam kasus petugas pemeriksa tadi, mungkin saja ia sedang tidak bertugas pada
hari barang diterima dan orang lain menggunakan stempelnya.

5. Bukti yang meyakinkan. Bukti yang meyakinkan merupakan bukti


yang tak terbantahkan, apa pun bentuknya. Bukti ini sangat kuat sehingga
mengalahkan semua bukti lainnya, dan merupakan sumber diambilnya
kesimpulan. Bukti ini tidak tidak bisa dipertentangkan dan tidak membutuhkan
bukti-bukti yang menguatkan. Seperti yang dikatakan Thoreau, “ beberapa bukti
tidak langsung bersifat sangat kuat, seperti ketika anda menemukan ikan di dalam
susu. “Sangat jelas bisa dikatakan bahwa ikan tersebut tidak berasal dari seekor
sapi

9
6. Bukti yang menguatkan merupakan bukti tambahan dari karakter yang
berbeda menyangkut hal yang sama. Bukti ini mendukung bukti yang telah
diberikan dan cenderung menguatkan atau mengonfirmasikannya. Misalnya,
bukti lisan yang konsisten dengan instrument tertulis, dan diberikan semata-mata
untuk mengonfirmasi pernyataan tertulis, dan diberikan semata-mata untuk
mengonfirmasi pernyataan tertulis atau menunjukkan kebenaran masalah yang
terkandung di dalamnya, maka hal ini merupakan bukti yang menguatkan dan
dianggap dapat diterima. Bukti lisan, yang diberikan oleh penyelia inspeksi,
bahwa petugas inspeksi sedang bertugas pada hari diterimanya barang dalam
jumlah yang kurang dari seharusnya dan tidak ada orang lain yang bisa
menggunakan stempelnya, menguatkan bukti tidak langsung atas stempel
penerimaan.

7. Bukti Opini, berdasarkan aturan opini, saksi-saksi harus memberikan


kesaksian hanya terhadap fakta yang ada-pada apa yang benar-benar mereka lihat
atau dengar. Sebaliknya auditor harus menyaring opini dan mengumpulkan serta
,mengevaluasi fakta-fakta semata – hal-hal yang cenderung membuktikan
kebenaran atau kesalahannya. Opini yang diberikan orang lain bisa bermamfaat
sebagai penunjuk jalan yang benar untuk mengumpulkan fakta, tetapi opini juga
bisa bias, mementingkan kepetingan sendiri, atau kurang mengandung informasi.
Akan tetapi terdapat pengecualian atas aturan opini, yang berkaitan dengan
pengakuan saksi ahli. Berdasarkan pengecualian ini, seorang ahli diperbolehkan
memberikan opini atas suatu fakta; karena hanya dengan cara ini juri atau hakim
administratif akan memahami fakta-fakta tersebut dan hanya dengan cara inilah
juri akan memahami fakta-fakta tersebut dan hanya dengan cara inilah juri akan
memperoleh kebenaran. Untuk pengakuan berupa opini telah dibuat beberapa
pengamanan dengan mensyaratkan adanya dua elemen: Pertama, subyek yang
dinyatakan opininya harus jelas terkait dengan pengetahuan, profesi, bisnis, atau
jabatan yang berada di luar pemahaman orang awam. Kedua, saksi ahli harus
memiliki keahlian, pengetahuan, atau pengalaman dalam bidang tersebut
sehingga bisa membantu anggota juri atau pengadilan dalam mencari kebenaran.
Auditor harus memiliki aturan opini dalam pikiran mereka menghadapi masalah
yang berada di luar pengetahuannya. Mereka harus memahami bahwa opini

10
orang lain adalah abash jika opini stersebut berada dalam lingkup aturan opini
ahli, tetapi tidak valid kecuali mencakup tiga bagian penting ini: (1) subyek yang
berada di luar pemahaman auditor; dan (2) saksi ahli yang dikenal memang
memiliki pengetahuan di bidang tersebut. Untuk praktisnya, auditor harus
memiliki elemen ketiga: bebas dari kemungkinan bias. Dalam situasi bisnis, saksi
ahli biasanya adalah pegawai organisasi. Auditor harus, jika mungkin, memilih
seseorang di luar departemen atau divisi yang terlibat dalam audit. Seorang
insinyur yang opininya diperoleh atas masalah yang melibatkan proyek A harus
dipilih dari insinyur yang menangani proyek B atau C. Tentu saja dalam beberapa
organisasi, satu-satunya saksi ahli mungkin bekerja pada proyek yang sedang
ditelaah. Dalam kasus ini, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa
pengakuan saksi ahli tersebut tidak sepenuhnya bebas dari bias.

8. Bukti kabar angin. Aturan bukti kabar angin memberikan pernyataan


yang tidak dapat diterima yang dibuat seseorang, selain saksi ahli, untuk
membuktikan kebenaran suatu masalah. Dengan kata lain, bukti ini berupa bukti
lisan atau tertulis yang dibawa ke pengadilan dan menjadi bukti atas pernyataan
yang dikatakan di pengadilan. Bukti kabar angin umumnya tidak dapat diterima
karena salah satu cara terbaik untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan
sebuah pernyataan adalah dengan mendengar keterangan dari saksi ahli di bawah
sumpah dan memeriksa silang dengan apa yang benar –benar dilihat atau
didengar. Pemeriksaan silang merupakan cara untuk menemukan ketidakjujuran
dan kecurangan, penindasan, dan sumber kesalahan yang terkandung dalam
pernyataan seorang saksi ahli. Auditor harus menempatkan diri mereka sendiri
pada posisi sebagai seorang hakim di pengadilan pada saat mengajukan
pertanyaan dan memeriksa catatan. Jika Smith mengatakan kepada auditor, “
secara pribadi saya melihat Jones menandatangani memo penerimaan,” maka hal
ini merupakan bukti langsung, bukan kabar angin. Smith menyajikan fakta
tersebut kepada auditor, yang bisa memeriksa silang dengan mengajukan
pertanyaan untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan pernyataannya.
Auditor bisa bertanya, “ Apakah anda mengetahui orang tersebut benar-benar
Jones saat anda melihatnya? Apakah anda bisa melihat Jones menandatangani
memo penerimaan? Bagaimana anda tahu ini merupakan memo penerimaan yang

11
sama? Bagaimana anda tahu ini merupakan memo penerimaan yang sama?
Kapan ia menandatangani?,” dan lain-lain.

2.4 Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit


2.4.1 Mengumpulkan Bahan Bukti Audit
Survei pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis jika auditor
internal memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang dicapai. Dalam
kebanyakan audit, informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat
fungsi dasar manajeme: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan kontrol.
Menurut Sawyer (20090 bahwa setiap kelompok informasi mencakup beberapa
langkah :
1. Perencanaan
a. Menentukan tujuan aktivitas atau organisasi , baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
b. Mendapatkan salinan kebijakan , arahan, dan prosedur.
c. Mendapatkan salinan anggaran.
d. Menentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.
e. Menentukan apakah rencana untuk masa datang telah dibuat.
f. Menentukan jika ad aide-ide perbaikan yang belum direalisasikan.
g. Menentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan
atau yang membantu menetapkannya.

2. Pengorganisasian
a. Mendapatkan salinan bagan organisasi.
b. Mendapatkan salinan deskripsi jabatan.
c. Menanyakanhubungan dengan organisasi lain.
d. Menelaah tata letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi
aktiva.
e. Menentukan perubahan-perubahan organisasional apa yang dilakukan
akhir-akhir ini atau sejak audit terakhir.
f. Mendapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan
tanggung jawab yang diemban.

12
g. Mendapatkan informasi mengenai lokasi, sifat dan ukuran kantor
cabang.

3. Pengarahan
a. Mendapatkan salinan instruksi operasional bagi karyawan.
b. Menanyakan kepada karyawan apakah intruksi sudah cukup jelas dan
bisa dipahami.
c. Menentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan
memungkinkan arah kerja yang memadai.
d. Menentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.
e. Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah penting
yang akan menarik minat legislatif atau publik.
f. Mengidentifikasi hambatan-hambatan bagi kemampuan organisasi
untuk melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.
4. Kontrol
a. Mendapatkan salinan standard an pedoman kerja tertulis.
b. Menelaah sistem dan alur kerjs.
c. Menelaah data financial historis.
d. Menelaah laporan financial operasional.
e. Mengidentifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan
digambarkan dengan bagan alir.

5. Hal – Hal Umum


Auditor tidak hanya mengumpulkan informasi secara mekanis.
Auditor yang berpengalaman tidak hanya mencari dan menyusun data,
tetapi juga memahami implikasinya. Auditor internal umumnya mencari
apakah terdapat :
a. Duplikasi tugas dan dokumen.
b. Pembelian yang tidak dianggarkan.
c. Ketiadaan tanggung jawab untuk tugas yang diberikan.
d. Ketiadaan wewenang untuk melakukan pekerjaan.
e. Tidak adanya kontrol atas aktivitas-aktivitas.

13
f. Pemborosan yang dilakukan.
g. Biaya pengerjaan ulang yang berlebihan.
Jika beberapa masalah atau kelemahan signifikan ini memang ada,
maka akan dimasukkan ke dalam program audit dan dikembangkan dalam
pekerjaan lapangan. Bila pengembangan tersebut dilakukan pada saat
survey maka tidak sesuai tujuannya dan memperlambat survey yang
dilakukan, tetapi jika manajemen terlihat setuju dengan saran-saran yang
diberikan dan bersedia melakukan tindakan-tindakan perbaikan, lebih
baik informasi tersebut diungkapkan.

2.5 Dokumentasi Bukti Audit yang Terorganisir

Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang perlu


dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai dan untuk
mendukung laporan audit. Dokumentasi audit juga meliputi bukti audit. Selain
dalam bentuk fisik akhir – akhir ini semakin banyak dokumentasi audit yang
diselenggarakan dalam file komputer.

2.5.1 Penanganan Bukti yang Sensitif


Penanganan dan pengamanan bukti yang sensitif harus dibuat dengan
rencana yang baik. Rencana ini harus mencakup metode untuk menjaga integritas
dokumen yang harus dipisahkan dari dokumen kertas kerja biasa dan harus
disimpan dalam lemari terkunci atau kotak penyimpanan yang aman.
Hal yang juga perlu dilakukan adalah mengamankan informasi bukti
terkomputerisasi untuk menghindari akses ke bentuk aslinya. Metode penyajian
tambahan adalah mengembangkan doumen-dokumen pendukung yang disimpan
pada lokasi selain lokasi penyimpanan catatan atau dokumen asli. Dapat pula
menjaga catatan untuk menunjukkan suatau rantai penjagaan bukti yang jelas
untuk membuktikan bahwa bukti tersebut tidak dikompromikan.
Basis data bukti harus diorganisasi menggunakan sistem pengelolaan
dokumen, lebih disukai menggunakan komputer secara kronologis dan menurut
subjek. Jenis basis data ini bisa memberikan bantuan tak terduga dalam

14
mendukung laporan audit, tetapi juga bisa bernilai untuk mengembangkan
kronologi kegiatan yang merupakan subjek laporan audit.
Dalam situasi yang sangat sensitif yang akan berakibat terjadinya
tindakan hukum, harus ada konsultasi dengan penasihat hukum untuk menjaga
bukti dari tindakan-tindakan yang mungkin terjadi. Akuntansi dokumen harus
diperhatikan dan semua pertemuan serta kegiatan sebagai tambahan upaya audit
harus tercermin dalam pengumpulan bukti. Secara hukum dan pengamanan harus
diperoleh sehubungan dengan penanganan selama prosedur penemuan dalam
situasi criminal atau penggunaan biasa.

2.5.2 Dokumentasi Pengumpulan Bukti Audit

Gambar diatas merupakan contoh dari program audit yang didalamnya


terdapat bagian untuk mengumpulkan bukti audit.

15
BAB 3
KESIMPULAN

Bukti audit adalah Informasi yang diperoleh auditor internal pengamatan


suatu kondisi, wawancara , dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus
memberikan dasar nyata untuk memberikan kesimpulan dan rekomendasi audit.
Bukti audit terdiri atas bukti fisik, pengakuan , dokumen , dan analitis.

Semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung


argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan
tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua informasi
bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan
informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit bahwa informasi tersebut
harus andal sehingga mampu meyakinkan pihak lain.

Bukti audit sangat diperlukan dalam mengaudit perusahaan. Seorang


auditor dalam memaparkan hasil auditnya ke manajemen perusahaan akan
dipercaya jika mencantumkan bukti atau temuan audit untuk memperkuat
laporan audit yang dibuat auditor. Keterkaitan dengan tujuan audit internal, bukti
audit dapat membantu meningkatkan efektifitas dan efesiensi perusahaan. Serta
dapat meberikan saran yang tepat terhadap program-program perusahaan (yang
masuk dalam pemeriksaan) dan evaluasi mengenai pengendalian internal
berdasarkan bukti yang ditemukan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sawyer, L. B, et all.2009.Internal Auditing. Jakarta : Salemba Empat.

Tuanakotta, T. M., 2016. Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

http://seiyoumi.blogspot.com/2012/04/dokumentasi-audit.html, diakses pada hari


Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 10.46 WIB

http://gemar-akuntansi.blogspot.com/2016/04/dokumentasi-audit.html,diakses
pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 11.25 WIB

https://text-id.123dok.com/document/wyevvlr1z-isi-dan-organisasi-dokumentasi-
audit-file-permanen.html, diakses pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul
12.00 WIB

http://niia1993.blogspot.com/2013/07/bukti-dan-dokumentasi-audit.html, diakses
pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 12.20 WIB

Muhtar, Raikandi. Bukti Audit. 2012.


http://abiargam.blogspot.com/2012/12/bukti-audit-serta-prosedur-dan.html ,
diakses pada Sabtu, 25 Agustus 2018

Islami, Nisma. Bukti yang Cukup Kompeten. 2011.


https://m4niniez.blogspot.com/2011/06/bukti-audit-yang-cukup-kompeten.html,
diakses pada Sabtu, 25 Agustus 2018

Nurpitasari, Eva. Bukti Audit. 2012. http://eva-


nurpitasari.blogspot.com/2012/06/bukti-audit.html , diakses pada Sabtu, 25
Agustus 2018

Rahardi, Faud. Makalah Kompetensi Bukti Audit. 2014.


http://risalahakuntansi.blogspot.com/2014/06/makalah-kompetensi-bukti-
audit.html, diakses pada Sabtu, 25 Agustus 2018

Haryano,Tri. Bukti audit dalam Standar Profesional Akuntan Publik 201. 2017.
https://www.triharyono.com/2017/02/bukti-audit-dalam-standart-profesional-
akuntan-publik-2015.html, diakses pada Sabtu, 25 Agustus 2018

17

Anda mungkin juga menyukai