Disusun Oleh:
1. Vincent Bastian T. 7211415055
2. Mia Nur Mufidah 7211416132
3. Nia Fatmawati 7211416135
4. Katrin Prismanitra 7211416136
KELOMPOK 4
AKT D 2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Makalah Audit Kepatuhan dengan judul “BUKTI AUDIT”. Dan tak lupa, kami
berterima kasih kepada Bapak Drs. Sukirman M.Si, QIA, CRMP dan Ibu
Retnoningrum Hidayah S.E.,M.Si.,MSC.,QIA., selaku dosen pada mata kuliah
Audit Kepatuhan yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai anggota
kelompok 4 dari rombel Akuntansi D 2016 untuk memenuhi tugas harian.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
kelompok 4 rombel Akuntansi D 2016 maupun setiap orang yang membacanya.
Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dan kritik serta saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Tim penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2
2.1Perbedaan Bukti Audit dengan Bukti yang Digunakan Profesi Lainnya .......2
2.2Hubungan Antara Tujuan Audit dan Pengumpulan Bukti Audit ...................3
2.3 Mengidentifikasi dan Menerapkan Bukti Audit.......................................... .7
2.4Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit .....................................................12
2.5Dokumentasi Bukti Audit yang Terorganisir .................................................15
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ ....17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bukti audit internal sangat besar pengaruhnya terhadap pemeriksaan serta
pemberian rekomendasi untuk menentukan sejauh mana peraturan, kebijakan,
hukum, perjanjian, atau peraturan pemerintah telah dipatuhi oleh entitas yang
sedang diaudit. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti yang cukup dan kompeten agar nantinya ausitor dapat memberikan
rekomendasi kepada pihak manajemen agar dapat mencapai tujuan entitas
tersebut.
Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat
dimana bukti-bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang
diperoleh dan dipertimbangkan sangat kompeten, maka dapat menjadi acuan
dalam mempertimbangkan ketaatan entitas. Oleh karena itu, kelompok kami
mengambil judul “Bukti Audit”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahannya, yaitu:
1. Apa perbedaan bukti audit dengan bukti profesi lain?
2. Bagaimana hubungan antara tujuan audit dan pengumpulan bukti audit?
3. Bagaimana mengidentifikasi dan menerapkan bukti audit?
4. Bagaimana prosedur audit untuk memperoleh bukti?
5. Bagaimana dokumentasi bukti audit yag terorganisir?
1.3. Tujuan Masalah
Adapun penulis dalam pembuatan makalah tentang Bukti Audit ini, yaitu:
1. . Untuk menjelaskan perbedaan bukti audit dengan bukti profesi lain?
2. Untuk menjelaskan hubungan antara tujuan audit dan pengumpulan bukti audit?
3. Untuk menjelaskan mengidentifikasi dan menerapkan bukti audit?
4. Untuk menjelaskan prosedur audit untuk memperoleh bukti?
5. Untuk menjelaskan dokumentasi bukti audit yag terorganisir?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Bukti Audit dengan Bukti yang Digunakan Profesi Lainnya
2.1.1 Bukti Audit Internal
Bukti Audit merupakan informasi yang diperoleh auditor internal
pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit
harus memberikan dasar nyata untuk opini, kesimpulan dan rekomendasi audit.
Bukti audit terdiri atas bukti fisik, pengakuan, dokumen, dan analitis.
(Sawyer,2009)
2
4. Bukti Analitis ( analytical evidence )
Bukti yang berasal dari analisis dan verifikasi. Sumber sumber
bukti ini adalah perhitungan dengan standar yang diterapkan, operasi
masa lalu, operasi yang serupa dan hukum atau regulasi, pertimbangan
kewajaran dan informasi yang telah di pecah ke dalam bagian – bagian
kecil.
3
mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup. Pertimbangan auditor internal
tentang kecukupan bukti audit dipengaruhi oleh sistem pengendalian internal,
penaksiran risiko, informasi dan komunikasi.
Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang
prosedur audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan
sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit yang terdiri dari (1) data akuntansi
yang mendasari, dan (2) informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit merupakan langkah awal
yang baik dan sangat menentukan efisiensi dan efektivitas audit yang dilakukan.
Dengan demikian, auditor harus mengidentifikasi secara jelas sifat, mutu, dan
jumlah bukti audit yang akan dikumpulkan. Adapun manfaat bukti audit (Agung
Rai : 2008) adalah sebagai berikut :
1. Bukti akan digunakan untuk mendukung temuan, simpulan, dan
rekomendasi audit. Mutu simpulan dan rekomendasi audit sangat
bergantung pada bukti audit ini.
2. Bukti-bukti audit mempunyai peran yang sangat penting terhadap
keberhasilan pelaksanaan audit. Oleh karena itu, bukti-bukti audit harus
mendapatkan perhatian auditor sejak tahap perencanaan audit sampai
dengan akhir proses audit.
Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa bukti audit sangat
diperlukan dalam mengaudit perusahaan. Seorang auditor dalam memaparkan
hasil auditnya ke manajemen perusahaan akan dipercaya jika mencantumkan
bukti atau temuan audit untuk memperkuat laporan audit yang dibuat auditor.
Keterkaitan dengan tujuan audit internal, bukti audit dapat membantu
meningkatkan efektifitas dan efesiensi perusahaan. Serta dapat meberikan saran
yang tepat terhadap program-program perusahaan (yang masuk dalam
pemeriksaan) dan evaluasi mengenai pengendalian internal berdasarkan bukti
yang ditemukan.
4
2.2.3 Standar – Standar Bukti Audit
Menurut Sawyer (2009) standar - standar bukti audit meliputi :
1. Kompetensi Bahan Bukti.
Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal. Bukti tersebut adalah bukti
yang terbaik yang diperoleh. Dokumen asli lebih berkompeten dari pada
salinannya. Pernyataan lisan yang menguatkan adalah lebih kompeten dari
pernyataan biasa. Bukti langsung lebih andal dibandingkan bukti kabar angin.
Bukti disebut kompeten sepanjang bukti tersebut konsisten dengan fakta,
yaitu sah atau valid. Berikut adalah hal-hal untuk menilai kompeten tidaknya
suatu bukti:
1. Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga yang dapat dipercaya lebih
kompeten dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pihak yang
diaudit.
2. Bukti yang dikembangkan dari sistem pengendalian yang efektif lebih
kompeten dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pengendalian
yang lemah atau yang tidak ada pengendaliannya.
3. Bukti yang diperoleh secara langsung melalui audit fisik, pengamatan,
perhitungan, dan inspeksi lebih kompeten dibandingkan dengan bukti
yang diperoleh secara tidak langsung.
4. Dokumen asli dianggap lebih kompeten dibandingkan dengan fotokopi
atau tembusannya.
5. Bukti kesaksian yang diperoleh dalam kondisi yang memungkinkan orang
berbicara dengan bebas lebih kompeten dibandingkan dengan bukti
kesaksian yang diperoleh dalam kondisi yang tidak bebas.
6. Bukti kesaksian yang diperoleh dari individu yang indepenen atau pakar
mengenai bidang tersebut lebih kompeten dibandingkan dengan bukti
kesaksian yang diperoleh dari individu yang memihak atau yang hanya
memiliki pengetahuan awam mengenai bidang tersebut.
2. Kecukupan Bahan Bukti.
Bukti dianggap memadai jika bersifat faktual, memadai dan
menyakinkan, sehingga bisa menuntun seseorang yang memiliki sifat hati-
hati untuk mengambil kesimpulan yangsama dengan auditor. Hal ini tentu
5
saja merupakan masalah pertimbangan; tetapi pertimbangan tersebut harus
objektif . Jadi jika digunakan sampel sampel tersebut haruslah merupakan
hasil pengambilan metode pengambilan sampel yang objektif dan dapat
diterima. Sampel-sampel yang dipilih harus membetikan keyakinan yang
wajar sebgai wakil populasi tempat sampel tersebut diambil. Dalam banyak
hal, auditor independen lebih mengandalkan bukti yang bersifat pengarahan
(persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat menyakinkan (convincing
evidence).
3. Relevensi
6
2.3 Mengidentifikasi dan Menerapkan Bukti Audit
7
(audit evidence) sangat mengandalkan bukti-bukti dokumen. Bukti-bukti hukum
memungkinkan pernyataan-pernyataan tertentu, misalnya dalam hukum
dinyatakan bahwa fakta-fakta yang tertera pada instrument tertulis, antara pihak-
pihak yang berkepentingan adalah benar (artinya tidak ada bukti lain, seberapa
pun kuatnya, yang dapat menentang kebenaran dari fakta tertulis tersebut). Tetapi
auditor tidak dibatasai pada anggapan atau pernyataan tertentu; mereka harus
mempertanyakan setiap bukti hingga mereka sendiri puas dengan kebenaran atau
kesalahannya. Menurut Sawyer (2009) berikut ini beberapa ringkasan bentuk
bukti hukum :
8
dibatasi oleh aturan bukti terbaik jika (1) bukti tertulis terdiri atas beberapa akun
atau bukti tertulis lainnya; (2) akun-akun tersebut tidak dapat diperiksa di
pengadilan tanpa menghabiskan banyak waktu; atau 3) akun-akun atau bukti
tertulis lainnya dihasilkan untuk diperiksa oleh pihak yang berlawanan jika
kebijakan pengadilan mengharuskan
9
6. Bukti yang menguatkan merupakan bukti tambahan dari karakter yang
berbeda menyangkut hal yang sama. Bukti ini mendukung bukti yang telah
diberikan dan cenderung menguatkan atau mengonfirmasikannya. Misalnya,
bukti lisan yang konsisten dengan instrument tertulis, dan diberikan semata-mata
untuk mengonfirmasi pernyataan tertulis, dan diberikan semata-mata untuk
mengonfirmasi pernyataan tertulis atau menunjukkan kebenaran masalah yang
terkandung di dalamnya, maka hal ini merupakan bukti yang menguatkan dan
dianggap dapat diterima. Bukti lisan, yang diberikan oleh penyelia inspeksi,
bahwa petugas inspeksi sedang bertugas pada hari diterimanya barang dalam
jumlah yang kurang dari seharusnya dan tidak ada orang lain yang bisa
menggunakan stempelnya, menguatkan bukti tidak langsung atas stempel
penerimaan.
10
orang lain adalah abash jika opini stersebut berada dalam lingkup aturan opini
ahli, tetapi tidak valid kecuali mencakup tiga bagian penting ini: (1) subyek yang
berada di luar pemahaman auditor; dan (2) saksi ahli yang dikenal memang
memiliki pengetahuan di bidang tersebut. Untuk praktisnya, auditor harus
memiliki elemen ketiga: bebas dari kemungkinan bias. Dalam situasi bisnis, saksi
ahli biasanya adalah pegawai organisasi. Auditor harus, jika mungkin, memilih
seseorang di luar departemen atau divisi yang terlibat dalam audit. Seorang
insinyur yang opininya diperoleh atas masalah yang melibatkan proyek A harus
dipilih dari insinyur yang menangani proyek B atau C. Tentu saja dalam beberapa
organisasi, satu-satunya saksi ahli mungkin bekerja pada proyek yang sedang
ditelaah. Dalam kasus ini, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa
pengakuan saksi ahli tersebut tidak sepenuhnya bebas dari bias.
11
sama? Bagaimana anda tahu ini merupakan memo penerimaan yang sama?
Kapan ia menandatangani?,” dan lain-lain.
2. Pengorganisasian
a. Mendapatkan salinan bagan organisasi.
b. Mendapatkan salinan deskripsi jabatan.
c. Menanyakanhubungan dengan organisasi lain.
d. Menelaah tata letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi
aktiva.
e. Menentukan perubahan-perubahan organisasional apa yang dilakukan
akhir-akhir ini atau sejak audit terakhir.
f. Mendapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan
tanggung jawab yang diemban.
12
g. Mendapatkan informasi mengenai lokasi, sifat dan ukuran kantor
cabang.
3. Pengarahan
a. Mendapatkan salinan instruksi operasional bagi karyawan.
b. Menanyakan kepada karyawan apakah intruksi sudah cukup jelas dan
bisa dipahami.
c. Menentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan
memungkinkan arah kerja yang memadai.
d. Menentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.
e. Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah penting
yang akan menarik minat legislatif atau publik.
f. Mengidentifikasi hambatan-hambatan bagi kemampuan organisasi
untuk melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.
4. Kontrol
a. Mendapatkan salinan standard an pedoman kerja tertulis.
b. Menelaah sistem dan alur kerjs.
c. Menelaah data financial historis.
d. Menelaah laporan financial operasional.
e. Mengidentifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan
digambarkan dengan bagan alir.
13
f. Pemborosan yang dilakukan.
g. Biaya pengerjaan ulang yang berlebihan.
Jika beberapa masalah atau kelemahan signifikan ini memang ada,
maka akan dimasukkan ke dalam program audit dan dikembangkan dalam
pekerjaan lapangan. Bila pengembangan tersebut dilakukan pada saat
survey maka tidak sesuai tujuannya dan memperlambat survey yang
dilakukan, tetapi jika manajemen terlihat setuju dengan saran-saran yang
diberikan dan bersedia melakukan tindakan-tindakan perbaikan, lebih
baik informasi tersebut diungkapkan.
14
mendukung laporan audit, tetapi juga bisa bernilai untuk mengembangkan
kronologi kegiatan yang merupakan subjek laporan audit.
Dalam situasi yang sangat sensitif yang akan berakibat terjadinya
tindakan hukum, harus ada konsultasi dengan penasihat hukum untuk menjaga
bukti dari tindakan-tindakan yang mungkin terjadi. Akuntansi dokumen harus
diperhatikan dan semua pertemuan serta kegiatan sebagai tambahan upaya audit
harus tercermin dalam pengumpulan bukti. Secara hukum dan pengamanan harus
diperoleh sehubungan dengan penanganan selama prosedur penemuan dalam
situasi criminal atau penggunaan biasa.
15
BAB 3
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
http://gemar-akuntansi.blogspot.com/2016/04/dokumentasi-audit.html,diakses
pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 11.25 WIB
https://text-id.123dok.com/document/wyevvlr1z-isi-dan-organisasi-dokumentasi-
audit-file-permanen.html, diakses pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul
12.00 WIB
http://niia1993.blogspot.com/2013/07/bukti-dan-dokumentasi-audit.html, diakses
pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 12.20 WIB
Haryano,Tri. Bukti audit dalam Standar Profesional Akuntan Publik 201. 2017.
https://www.triharyono.com/2017/02/bukti-audit-dalam-standart-profesional-
akuntan-publik-2015.html, diakses pada Sabtu, 25 Agustus 2018
17