Sinopsis
Pada zaman dahulu kala. Di sebuah kerajaan Bangkule Rajakng, negeri Mempawah
Tua, bertahtalah seorang raja yang bernama Patih Nyabakng yang diberi gelar oleh rakyatnya
sebagai Raja Kudong. Raja Kudong ini memiliki cacat fisik yaitu jari tangan yang tidak
sempurna bentuknya. Sebagai raja yang berkuasa di negerinya, dia pun telah berusaha sekuat
tenaga untuk mengobati cacat fisiknya itu. Tetapi hingga kini belum juga bisa disembuhkan.
Pada suatu ketika, Raja Kudong ingin pergi ke sungai Mempawah untuk menjala ikan
dan udang bersama pengawalnya. Sebelum berangkat raja kudong mengeluhkan
kecacatannya itu kepada pengawalnya. Lalu tidak seperti biasanya, sudah menjelang siang
tak seekor ikan dan udang pun yang didapatnya. Hingga dia dan rombongan berjalan jauh dan
tiba di Lubuk Sauh. Setiba Raja Kudong disana, dia pun segera menebarkan jalanya. Ketika
hendak menarik jala yang sudah ditebar tersebut, jala itu terasa berat. Akhirnya, Raja pun
menyelam ke dasar sungai Lubuk Sauh. Ternyata, penyebab tersangkut jalanya, karena
dipegang oleh seorang putri yang berparas cantik jelita. Lalu Raja Kudong pun tak punya
pilihan lain. Dia kemudian mengikuti langkah Putri Banyu Mustari menuju ke istana bawah
sungai yang begitu indah dan megah. Setelah putri banyu mustari menceritakan apa yang
didengarnya diatas raja kudong pun menepati janjinya. Raja Kudong pun mengawini Putri
Banyu Mustari. Dari hasil perkawinan tersebut, mereka dikaruniai beberapa orang anak, salah
satu diantaranya diberi nama Kartamina dan mereka hidup sejahtera dan bahagia di istana
dasar sungai.
Setelah beberapa tahun berlalu, timbul rasa kerinduan Raja Kudong kepada keluarga
dan rakyat di negerinya. Dia bermaksud kembali ke kerajaannya di Bangkule Rajakng dan
memerintah kerajaan seperti dulu. Dan mulai saat itu Raja Kudong kembali memimpin
kerajaannya.
Setelah beberapa bulan kembali kedaratan, maka timbullah rasa rindu Raja Kudong
kepada istri dan anak-anaknya di kerajaan dasar sungai. Kemudian Raja Kudong
memerintahkan kepada para pelayan istana untuk segera menyiapkan alat-alat yang telah
dipesankan oleh isterinya yaitu Sebutir telur ayam kampung yang masih mentah, sebatang
paku, sebutir buah keminting atau kemiri, seulas sirih seleke, dan juga beras kuning. Setelah
semua persyaratannya dibuang dengan cara perlahan dan penuh kesopanan oleh Raja Kudong
ke air Sungai Mempawah, tak lama kemudian muncullah kepermukaan sungai beberapa ekor
buaya yang berwarna kuning. Buaya-buaya itu mendekati Raja, seolah menaruh rasa rindu
yang sama pada paduka. Maka untuk beberapa waktu, terobatilah perasaan rindu Sang Raja
kepada istri dan anak-anaknya. Dan mulai saat itu, Raja Kodung lantas mengeluarkan sebuah
titah, agar seluruh keturunannya tidak mengganggu semua buaya kuning yang terdapat atau
muncul dipermukaan sungai Mempawah. Acara pemanggilan itu sendiri kemudian dikenal
dengan acara adat buang-buang yang sampai sekarang masih dilestarikan dan terus
dilaksanakan oleh sebagian rakyat Mempawah.
Naskah Drama Buaya Kuning
Adegan 1
Raja Kudong : “hei pengawal….. (dengan nada tegas dan sambil menepuk pundak
pengawal 1)
Raja kudong : sesungguhnya aku merasa lelah dengan kudongnya tangganku ini
karna aku takdapat menjala dengan baik karna itu lah aku bersumpah
barang siapa pun yang dapat menyembuhkan cacat fisikku ini apabila
ia seorang lelaki akan aku angkat sebagai saudara kandungku dan
apabila ia seorang perempuan akan ku jadikan dia permai suriku.
Ahh….. ya sudahlah pengawal kita jangan bicarakan masalah itu lagi.
Pengawal 1 : “siap paduka raja sudah saya siapkan dan segerahlah kita pergi”
Adegan 2
Raja kudong : “padahal hari udah menjelang siang,kenapa tak seperti biasanya tak
seekor ikan pun aku dapatkan hari ini?
Pengawal 1 : ha.a ye paduka kenapa tidak satu pun ikan yang menyangkut dijala
paduka hari ini padahal sudah setengah hari kita disini?
Pengawal 2 : kau ni yaut yak omongan paduka tu? Udah kebiasaan gituk lah die.
Pengawal 1 : ha.a kau pulak yang sewot paduka yak dak sibuk kayak kau tu.
Raja kudong : diam kalian bertiga kenapa jadi kalian yang jadi ribut ( dengan nada
marah)
Raja kudong : sekarang jalankan perahu ini kita akan ke lubuk saung sekarang”
Raja kudong : “pengawal ada apa dengan jalaku ini pengawal? Kenapa susah sekali
aku mengangkatnya. Ini pasti yang aku tunggu-tunggu selama ini, ini
pasti ikan yang sangat besar.”
Pengawal 1 : iya paduka itu pasti ikan yang sangat besar. apakah saya bisa
membatu paduka mengangkat jala itu?
Raja kudong : ah….. ya sudah lah pengawal aku akan menyelam saja. Aku ingin
mengetahui apa yang terjadi dengan jalaku di dasar sana.
Pengawal 3 : aku tidak setuju pendapat kamu, salah satu dari kita harus menunggu
paduka disini sampai paduka naik kepermukaan.
Pengawal 2 : benar juga kata kamu, terus siapa yang akan menuggu disini?
Pengawal 1 : aku tidak mau menunggu disini, apalagi sebentar lagi akan gelap.
Aku kan takut kegelapan. (dengan wajah ketakutan)
Pengawal 2 : aku juga tidak mau. Kau saja pengawal tiga. Kan kau yang paling
berani dari kita ber tiga. Lagi pulakan kau yang biasa bersama paduka
raja bukan ?
Pengawal 3 : sudah-sudah kenapa jadi kalian berdua yang ribut. Baik lah aku saja
yang menunggu disini. Kalian pulang saja.
Adegan 3
Putri banyu mustari : "Selamat datang di kerajaan kami, paduka yang mulia Raja Kudong."
Raja kudong : “maaf putri, Siapakah Tuan Putri ini sebenarnya? Dan mengapa Tuan
Putri ada di dasar sungai ini?"
Putri banyu mustari : "Saya bernama Banyu Mustari, dan saya adalah penguasa sungai ini”
Raja Kudong hanya diam, masih tak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya.
Putri banyu mustari : "Mari paduka yang mulia Raja Kudong, ikut saya ke istana."
Raja kudong :“maaf putri. Bukannya saya tidak mau duduk tetapi saya ingin putri
menjelaskan mengapa putri menahan jaring saya? Apa maksud putri
sebenarnya?”
Putri banyu mustari : "Maksud saya menahan jala itu, tak lain hanya karena ingin
menolong baginda."
putri banyu mustari : "Saya sudah tahu semua masalah yang selama ini membebani
pikiran dan perasaan Baginda. Dan saya juga sudah mendengar
sumpah yang Baginda ucapkan diatas sana."
Putri banyu mustari :"Dengan bantuan sang maha Kuasa, mudah-mudahan saya dapat
menyempurnakan jari-jari paduka yang kudong itu. Tetapi ada
syaratnya! Yaitu Paduka harus mengawini saya."
Raja kudong : “baik lah putri. saya tidak akan pernah mengingkari janji. Apabila
tangan saya yang kudong ini dapat disembuhkan”
PUTRI MEMBACA DOA SEKETIKA TANGAN RAJA KEMBALI LAGI. PUTRI DAN
RAJAKUDONG PERGI KELUAR PANGGUNG.
MC: DAN SESUAI DENGAN JANJINYA, RAJA KUDONG PUN MENGAWINI PUTRI
BANYU MUSTARI. DARI HASIL PERKAWINAN TERSEBUT, MEREKA
DIKARUNIAI BEBERAPA ORANG ANAK, SALAH SATU DIANTARANYA DIBERI
NAMA KARTAMINA DAN MEREKA HIDUP SEJAHTERA DAN BAHAGIA DI
ISTANA DASAR SUNGAI.
LAMPU MATI
Adegan 4
Raja kudong :"Istriku! Ada suatu hal yang selama ini masih mengganjal
diperasaaku yang hendak aku sampaikan kepadamu."
Raja Kudong : "Istriku, Putri Banyu Mustari. Sudah lama aku berada di kerajaan
ini.Selama ini pula aku merasa bahagia dan tak kurang suatu apapun.
Engkau dan anak-anak merupakan bagian dari hidupku." "Akan
tetapi, dalam beberapa hari ini aku sangat merasa rindu pada
negeriku sendiri. Semakin aku tahan rasa rinduku, semakin kuat pula
rasa rindu itu menarikku untuk kembali pada kerajaan ku."
Putri banyu mustari : "Jadi, Baginda akan meninggalkan saya dan anak-anak kita?"
Putri banyu mustari : "Maafkan saya, Baginda. Saya dan anak-anak tidak dapat mengikuti
Baginda ke kerajaan Bangkule Rajakng di darat sana."
Raja Kudong : "Mengapa engkau dan anak-anak tidak bisa ikut denganku ke
kerajaan Bangkule rajak?”
Putri banyu mustari : "Saya tidak bisa tinggal di kerajaan daratan, Paduka. Karena disana
bukanlah dunia saya. Harap Baginda dapat mengerti." (sambil
menahan isak tangisnya yang mau keluar)
Putri bantu mustari :"Tapi masih ada satu hal lagi yang perlu baginda ketahui. Begitu
Baginda kembali kedaratan, maka selamanya Baginda tak dapat
melihat saya dan anak-anak, serta tidak dapat kembali lagi ke dunia
alam gaib ini."
Raja kudong : "Bagaimana kalau nanti aku merindukanmu dan anak-anak kita?
Tidak dapatkah kita bertemu kembali walau hanya sekejap?"
Putri banyu mustari : "Jika muncul kerinduan Baginda kepada saya dan anak-anak, maka
buanglah sebutir telur ayam kampung yang masih mentah, sebatang
paku, sebutir buah keminting atau kemiri, seulas sirih sileke, dan
beras kuning. Lalu, buanglah semua benda itu kedalam air sungai
Mempawah."
AKHIRNYA DENGAN SEIZIN ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA, BERANGKATLAH
RAJA KODUNG KEMBALI KE NEGERI MEMPAWAH TUA DIATAS SANA.
Putri banyu mustari : "Jika nanti muncul di perhuluan sungai Mempawah buaya-buaya
yang berwarna kuning, hendaklah keturunan Baginda Raja tidak
mengganggunya. Sebab, sesungguhnya buaya-buaya kuning tersebut
adalah keturunan dari perkawinan Baginda dengan saya."
Adengan 5
Raja kudong : pengawalku engkau masih disini menungguku betapa setianya engkau
wahai pengawalku padahal aku sudah berpuluh-puluh tahun didasar
sungai.
Raja kudong :Baru aku sadari di alam gaib sana tidak ada batasan waktu dan tempat
bagi mereka (dengan suara pelan)
Pengawal 3 : ada apa paduka raja ? apa paduka ingin membicarakan sesuatu
kepada saya?
Pelayan : (menghampiri raja kudong) ada apa paduka raja ? apa ada yang bisa
saya batu?
Raja kudong : pelayang siapkan sebutir telur ayam kampung yang masih mentah,
sebatang paku, sebutir buah keminting, seulas sirih sileke, dan beras
kuning sekarang juga.
Raja Kodong : kau ini mau tau saja, cepat kerjakan saja apa yang saya perintahkan
itu.
Pelayan : maaf paduka raja, semua peralatan yang paduka minta sudah siap.
Raja kudong : baguslah kalau begitu. Kau taruh itu disana sekarang Kau panggilkan
pengawal suruh mereka menghadapku sekarang ?
Pengawal 3 : maaf paduka raja apa ada yang bisa saja kerjekan?
Raja kudong : pengawal bawak perlengkapan itu. Mari kita pergi kesungai sekarang.
Pengawal 3 : baik paduka.
Adegan 7
LAMPU KEMBALI HIDUP DI SETING SEBUAH TEPIAN SUNGAI. RAJA DAN
PENGAWAL KELUAR. PENGAWAL MEMBAWA PERALATAN YANG DISURUH
BAWA RAJA KUDONG. PENGAWAL DAN RAJA DUDUK DI TEPIAN SUNGAI.
Raja kudong : Oooo….. istriku datang lah terimalah ini sebagai rasa kerinduanku
pada kalian. Istriku banyu mustari.
Pengawal 3 : (kebingunan dan sambil berbicara dengan pelan) istriku? Ada apa
dengan raja hari ini kenapa dia memanggil istri nya disungai padahal
paduka raja belum memiliki seorang istri? (sambil menggaruk
kepalanya)
Raja kudong : istriku aku rindu kepada mu meski sekarang wujud mu dan anak-
anakku sudah berubah.
Pengawal 3 : teryata paduka sudah memiliki istri dan anak dengan wujud buaya?
(terkejut) ini sangat aneh sekali (sambil menggaruk kepala). Aku akan
memberitahu kepada seluruh penghuni instana lainnya setelah pulang
nanti.
Raja kudong : walaupun hanya sebentar aku bertemu dengan istri dan anak-anakku,
itu udah kurasa cukup untuk mengoobati perasaan rinduku kepada
kalian.
Pengawal 3 : maaf paduka saya sudah lancang. kenapa paduka bilang buaya itu
istri paduka?
Raja kudong : kau ingat waktu itu saya menyelam ke dasar sungai untuk mengetahui
apa yang terjadi dengan jala saya didasar sana.
Pengawal 3 : bukannya paduka cuman 1 malam berada didasar sungai itu? Kenapa
paduka bisa menikah dan mempunyai anak dari nya ?
Raja kudong : di dasar sungai sana tidak kenal ruang dan waktu biar pun kita berada
didasar sungai itu sudah bertahun-tahun tetap hitunganya hanya
semalam saja.
Pengawal 3 : maafkan saya paduka saya sudah banyak bertanya kepada paduka
Raja kudong : tidak apa-apa pengawal. Jangan kau ceritakan ini kepada siapapun.
Pengawal 3 : baik paduka raja. Saya berjanji tidak akan menceritakan soal ini
kepada siapapun.