Anda di halaman 1dari 21

FLUIDISASI

DISUSUN OLEH

ARISKA 061630401010

M. SULAIMAN H. 061630401024

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2017
FLUIDISASI

Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan (bed)


dalam suatu reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran
fluida ke dalamnya, baik berupa liquid maupun gas. Jika suatu aliran udara
melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka aliran tersebut akan
memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan menimbulkan pressure drop
sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika kecepatan superficial naik.
Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada kolom yang kosong, sedangkan
kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara partikel unggun. Pada
kecepatan superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika kecepatan superfisial
dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun
mengembang dan menyebabkan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai
akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun.
Hal ini menyebabkan unggun terfluidisasi dan sistem solid-fluida menunjukkan
sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan superfisial terendah yang dibutuhkan agar
terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization velocity (Umf). Fluidisasi
berhubungan dengan banyak proses industri kimia, misalnya dalam proses
katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses fluidisasi ini memiliki
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan tipe fluidisasi,
aplikasi dalam industri serta spesifikasi dan cara kerja alatnya. Aplikasi fluidisasi
dalam proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai pada tahun 1926
untuk Gasifier Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed Catalytic Cracking
(FCC) crude oil menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin
berkembang dan pada tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses
kimia katalitik (seperti FCC dan sintesis Fischer-Tropsch), proses-proses kimia
nonkatalitik (seperti thermal cracking dan gasifikasi batubara), dan proses-proses
fisik (seperti pengeringan dan absorpsi). Selain itu, fluidisasi kontinu banyak
dimanfaatkan dalam pabrik pengolahan untuk memindahkan padatan dari satu
tempat ke tempat lain. Unggun terfluidisasi memiliki aplikasi yang luas karena
karakteristik perpindahan panasnya yang sangat baik. Hal ini didukung oleh
berubahnya sifat dari unggun tersebut menjadi seperti fluida sehingga
perpindahan panas yang terjadi adalah secara konveksi.

Dengan demikian, partikel dan gas yang memasuki unggun terfluidisasi


segera mencapai suhu unggun dan partikel dalam unggun bersifat isotermal pada
semua situasi. Keadaan isotermal ini disebabkan oleh pencampuran yang merata
dan area kontak yang luas antara gas dan partikel. Jadi, kita sebagai mahasiswa
Teknik Kimia perlu mempelajari fluidisasi karena pada proses yang berhubungan
dengan katalisasi ataupun hal yang erat kaitanya dengan perlakuan gas-solid dan
liquid-solid, fluidisasi sangat diperlukan.

Fenomena Fluidisasi

Jika suatu aliran udara melewati suatu partikel unggun yang ada dalam
tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada
partikel dan memberikan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan
naik jika kecepatan superficial naik (kecepatan superficial adalah kecepatan aliran
jika tabung kosong).

Pada kecepatan superficial rendah, unggun mula-mula diam. Jika


kecepatan superficial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida
menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil,
sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel
unggun dan unggun akan terfluidisasi.

Sementara itu, pressure drop akan tetap walaupun kecepatan superficial


terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas. Kecepatan
superficial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut Minimum
Fluidization Velocity (Umf).

Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat


diilustrasikan dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas
seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas


Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada
gambar berikut ini:

P2

Bed x

P1

Gas in

Gambar 2. Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat

Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:

1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap
diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Fenomena fixed bed


2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 4.

Gambar 4 Fenomena minimum or incipient fluidization

3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan


distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama
atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi
ini ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Fenomena smooth or homogrnously fluidization

4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung pada


unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi
ini ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Fenomena bubbling fluidization


5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. fenomena slugging fluidization

6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan


terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 8.

Gambar 8. Fenomena chanelling fluidization

7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui


kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar 9.
Gambar 9. Fenomena disperse fluidization

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor


berikut:

a. Laju alir fluida dan jenis fluida


b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun.

Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi


yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Selain itu,
fenomena pada gambar 2 dapat dijelaskan melalui persamaan Bernoulli dengan
aliran laminer sebagai berikut, yaitu:

150Vs  (1   )2 x
F dan PgzF
( D p )2  3

Pada gambar 2, terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang unggun


secara linear berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama fluidisasi belum
tercapai.

Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut


terhadap aliran fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel
tersebut. Pengukuran P pada sepanjang unggun dapat dinyatakan dengan
persamaan sbb:

150Vs  (1   ) 2 x
 P 
(Dp ) 2  3

Bila Vs meningkat, meningkat dan P dijaga agar konstan. Dalam hal ini
x juga akan meningkat, akan tetapi pengaruh dari kenaikan x ini lebih kecil
dibandingkan pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan Adapun hubungan x,
P dan kecepatan aliran fluida dapat dilihat pada gambar 10.

Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf)


maka unggun akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan aliran
fluida dinaikkan melebihi Umf, maka tidak hanya unggun yang terangkat, tetapi
partikel akan bergerak dan akan saling berbenturan satu sama lain dan akhirnya
keseluruhan massa partikel akan menjadi fluida.

Gambar 10. Transition from packed bed to fluidized bed

Selama fluidisasi, penurunan tekanan sepanjang unggun akan tetap


walaupun kecepatan superfisial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif
unggun persatuan luas:

m
p  ( p   f )g
 p Sb

dimana: m = massa partikel

ρp = densitas partikel

Sb = luas area unggun

ρf = densitas fluida

g = percepatan gravitasi

Jika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan


tekanan akan tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang.Walaupun
demikian, tinggi unggun terakhir akan lebih besar daripada tinggi mula-mula
untuk fixed bed. Hal ini dikarenakan solid di dalam tabung cenderung berkumpul
lebih rapat daripada jika solid diam secara bertahap dari keadaan terfluidisasi.
Penurunan tekanan pada laju alir rendah lebih kecil daripada nilai awal di fixed
bed. Unggun yang terfluidisasi akan bersifat menyerupai liquid, di antaranya:

 Benda yang lebih ringan akan mengapung di atas unggun (yaitu benda-
benda yang densitasnya lebih kecil daripada densitas bulk unggun),
 Permukaan akan tetap horizontal bahkan dalam unggun yang miring,
 Solid dapat mengalir melalui bukaan di kolom sama seperti liquid,
 Unggun memiliki tekanan statis karena gravitasi, nilainya sebesar ρogh,
 Ketinggian antara dua unggun terfluidisasi yang serupa sama dengan
tekanan statik mereka.

Jenis-jenis Fluidisasi

1. Fluidisasi Partikulat

Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel bergerak menjauh satu


sama lain dan gerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya kecepatan,
tetapi densitas unggun rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di semua
bagian unggun. Proses ini disebut fluidisasi partikulat dan bercirikan ekspansi
hamparan yang cukup besar tetapi seragam pada kecepatan tinggi. (McCabe,
1985:151)

Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi partikulat,
hal ini dipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana densitas fluida
dan solid tidak terlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan kecepatan aliran fluida
rendah, unggun akan terluidisasi merata dengan tiap partikel bergerak sendiri-
sendiri melewati jalur bebas rata-rata (mean free path) yang relatif sama. Fase
padat ini memiliki banyak karakteristik liquid dan disebut fluidisasi partikulat.
(Foust, 1959:643)

Pada fluidisasi partikulat, ekspansi yang terjadi adalah seragam dan persamaan
Ergun, yang berlaku untuk unggun diam, dapat dikatakan masih berlaku untuk
unggun yang agak mengembang. Andaikan aliran di antara partikel-partikel itu
adalah laminar, persamaan yang berlaku untuk hamparan yang mengalami
ekspansi adalah (McCabe, 1985:152):

3 150Vs 

1   g  p    s 2 D p 2

2. Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung

Unggun yang difluidisasikan dengan udara biasanya menunjukkan fluidisasi


agregat. Pada kecepatan superfisial yang jauh melebihi Umf, kebanyakan gas akan
melewati unggun sebagai gelembung atau rongga-rongga kosong yang tidak
berisikan zat padat dan hanya sebagian kecil gas yang mengalir dalam saluran-
saluran yang terbentuk di antara partikel. Gelembung yang terbentuk berperilaku
hampir sama dengan gelembung udara di dalam air atau gelembung uap di dalam
zat cair yang mendidih, dan karena itu fluidisasi jenis ini sering disebut fluidisasi
didih (boiling bed). (McCabe, 1985:151)

Gelembung-gelembung yang terbentuk cenderung bersatu dan menjadi besar


pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu. Jika kolom yang digunakan
berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung itu mungkin
berkembang hingga memenuhi seluruh penampang. Gelembung-gelembung yang
beriringan lalu bergerak ke puncak kolom terpisah dari zat padat yang seakan-
akan tersumbat. Peristiwa ini disebut penyumbatan (slugging). (McCabe,
1985:151)

Penyamarataan bahwa fluida gas pasti menghasilkan fluidisasi gelembung


tidak sepenuhnya benar. Perbedaan densitas merupakan parameter yang penting.
Pada kasus dimana densitas fluida dan solid berbeda jauh atau ukuran partikel
besar, kecepatan aliran fluida yang dibutuhkan lebih besar dan fluidisasi yang
terjadi tidak merata. Sebagian besar fluida melewati unggun dalam bentuk
gelembung (bubbles). Di sini, unggun memiliki banyak karakteristik liquid
dengan fasa fluida terjadi pada saat gas menggelembung melewati unggun.
Fluidisasi jenis ini disebut fluidisasi agregat. (Foust, 1959:643)

Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat
sukar terfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya
seretnya. Partikel cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun
dengan membentuk channel.

Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung terutama


disebabkan oleh volume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat pada
umumnya tidak berekspansi dengan peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut
ini, aliran gas melalui fase rapat diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan
fraksi unggun yang diisi oleh fase rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa
oleh gelembung (McCabe, 1985:154), sehingga:

Vs  f b ub  (1  f b )U mf

dimana: fb = fraksi unggun yang diisi gelembung

ub = kecepatan rata-rata gelembung

Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada padatan


unggun dalam tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat melalui
unggun dan pecah pada permukaan unggun dan akan tejadi “splashing” dimana
partikel unggun akan bergerak ke atas. Seiring dengan meningkatnya kecepatan
fluida, perilaku gelembung akan bertambah besar. (Brown, 1955:269)

Keberadaan fluidisasi partikulat atau agregatif merupakan hasil dari pengaruh


gaya gravitasi pada fasa-fasa yang ada dalam unggun terfluidisasi dan juga karena
v2
mekanika fluida ruah dari sistem. Angka Froude, , yaitu rasio antara kinetik
Dp g
dengan energi gravitasi merupakan salah satu kriteria penentu jenis fluidisasi apa
yang terjadi. (Foust, 1959:643)

3. Fluidisasi Kontinu

Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua
partikel dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan
suatu fluidisasi kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam
pengangkutan zat padat dari suatu titik ke titik lain dalam suatu pabrik pengolahan
di samping ada beberapa reaktor gas zat padat lama yang bekerja dengan prinsip
ini. Contohnya adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi pneumatic.
(McCabe, 1985:151)

Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akan kehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam
aliran fluida. Metoda pengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya
dengan udara sebagai fasa fluida, antara lain untuk mengangkut produk dari
pengering semprot (spray dryers). Keuntungan metoda ini adalah kehilangan yang
terjadi sedikit, prosesnya bersih, dan kemampuannya untuk memindahkan
sejumlah besar solid dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya antara lain ada
kemungkinan terjadi kerusakan partikel solid serta korosi pada pipa mungkin
besar. (Foust, 1959:647)

Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida
cair dengan viskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian.
Sifat dan Karakteristik Partikel Unggun

a. Ukuran partikel

Padatan dalam unggun yang terfluidisasi tak pernah sama dalam ukuran
dan mengacu pada distribusi ukuran partikel tersebut. Untuk menghitung ukuran
partikel rata-rata dengan menggunakan diameter rata-rata permukaan (Kirk
Othmer,1994:141).

1
d sv 
x
di
pi

dimana: dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan


untuk desain

dsv = diameter dari suatu bidang

b. Densitas padatan

Padatan dapat dibedakan menjadi 3 bagian berdasarkan densitasnya yaitu


bulk, skeletel, dan particle. Densitas bulk merupakan pengukuran berat dari
keseluruhan partikel dibagi dengan volume partikel. Pengukuran ini menyertakan
faktor kekosongan dalam pori-pori partikel. Skeletel adalah densitas suatu padatan
jika porositasnya nol. Adapun densitas partikel adalah berat dari suatu partikel
dibagi dengan volumenya dengan menyertakan pori-pori. Jika tidak ada nilai
untuk densitas partikel, maka pendekatan untuk densitas partikel dapat diperoleh
dengan membagi dua densitas bulk.

c. Penurunan tekanan

Penurunan tekanan yang terjadi pada campuran dua fasa dinyatakan dalam
beragam bentuk, seperti static head, akselerasi dan kehilangan friksi untuk gas
dan padatan. Untuk aplikasi fluidisasi unggun di luar kondisi ketika akselerasi
penurunan tekanan dapat diterima, penurunan tekanan akan dihasilkan dari static
head padatan. Untuk itu, berat suatu partikel unggun jika dibagi dengan tinggi
padatan akan menghasilkan densitas sesungguhnya dari unggun yang terfluidisasi.
Formulanya dirumuskan sebagai berikut :

PLpggc

Salah satu aspek yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah
mengetahui besarnya penurunan tekanan (pressure drop) di dalam unggun
padatan yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting
karena selain erat sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan,
juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi
berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan
terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam,
terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.

Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara


hilang tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh
pertama kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode-metode yang bersifat
semi empiris, yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi.
Untuk aliran laminer dengan kehilangan energi terutama disebabkan oleh gaya
viscous, Blake memberikan hubungan :

P kS 2
gc 
L 3
dimana:

ΔP/L = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun

gc = faktor gravitasi

μ = viskositas fluida

ε = porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang


kosong didalam unggun dengan volume unggun

u = kecepatan alir superfisial fluida

S = luas permukaan spesifik partikel

d. Sphericity

Sphericity merupakan faktor bentuk yang dinyatakan sebagai rasio dari


area permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu dibagi
dengan area permukaan partikel.

d sv

dv

Material yang melingkar seperti katalis dan pasir bulat memiliki nilai sphericity
sebesar 0.9 atau lebih.
e. Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)

Kecepatan fluidisasi minimum adalah kecepatan superficial terendah yang


dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi. Umf dapat dicari dengan menggunakan
persamaan

Umf = [(1135.7+0.0408Ar)0.5-33.71]/(gdp)

Di mana bilangan Archimides (Ar) adalah :

Ar = gdp3(pgg/2

Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara


menyamakan pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas
dan diperoleh persamaan sebagai berikut.

Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan


suku kedua dominan pada aliran turbulen. Pengukuran Umf dapat diperoleh dari
grafik P vs Umf, yaitu sesuai titik potong atau antara bagian kurva yang datar
seperti yang digambarkan pada gambar 10.

f. Kecepatan terminal

Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan gas yang


dibutuhkan untuk mengatur partikel tunggal yang tersuspensi dalam aliran gas.
Kecepatan terminal suatu partikel dinyatakan dalam persamaan:
1/ 2
 4 gd p (  p   g ) 
Ut   
 3 g C d 

Dalam aliran laminer dan mengikuti Hukum Stokes:

24
Cd 
Re p

d pU g
Re p 

Jadi, kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat adalah


g (  p   g )d p
2

Ut  untuk Rep < 0.4


18

Dan untuk partikel besar dengan Cd = 0.43


1/ 2
 3,1(  p   g ) gd p 
Ut    untuk Rep > 500
 g 

Persamaan ini mengindikasikan bahwa untuk partikel yang berukuran


kecil viskositas merupakan faktor dominan setiap gas dan untuk partikel
berukuran besar densitas merupakan faktor yang terpenting. Kedua persamaan di
atas mengabaikan gaya antar partikel. Secara umum kecepatan selip (Uselip) atau
kecepatan efektif terminal untuk partikel dalam suspensi (U*t) adalah:

Uselip = U*t = Ut . f()

Kekosongan f() dari unggun yang terfluidisasi adalah fraksi mol yang
terjadi oleh gas. Fungsi t dapat dinyatakan dengan pendekatan Kozeny-Charman
berikut.

f() = 0.1 2/(1-

Pendekatan lain yang digunakan untuk sistem banyak fasa yaitu korelasi
Richardson-Zaki untuk partikel tunggal dalam suspensi, yaitu:

U/Ut =n

n merupakan fungsi dari dp/D dan bilangan Re yang divariasikan dari 2.4-4.7
(Kirk Othmer, 1994:144).

g. Batas partikel

Partikel diklasifikasikan berdasarkan bagaimana partikel tersebut


terfluidisasi dalam udara pada kondisi tertentu. Partikel tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi:

 Partikel halus
 Partikel kasar
 Kohesif, partikel yang sangat halus
 Unggun yang bergerak
h. Gaya antar partikel

Gaya antar partikel sering kali diabaikan dalam fluidisasi meskipun dalam
banyak kasus gaya ini lebih kuat dibandingkan hydrodinamic yang digunakan
dalam banyak korelasi. Gaya antar partikel yang berhubungan atau berkaitan
dengan unggun yang terfluidisasi, misalnya van der waals, elektrostatik, dan
kapilaritas.

i. Daerah batas fluidisasi (fluidization regimes)

Pada kecepatan gas rendah, suatu padatan dalam tabung unggun akan
berada pada kondisi konstan seiring dengan bertambahnya kecepatan gas, gaya
seret, dan gaya buoyant mengalahkan berat partikel serta gaya antar partikel
tersebut ( Kirk Othmer, 1994:147). Pada fluidisasi minimum partikel
memperlihatkan pergerakan yang minimal dan secara langsung unggun akan
sedikit terangkat.

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi

Kelebihan dari teknik fluidisasi adalah:

1. Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung


yang terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas
yang tinggi diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
2. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat
padat secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
3. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah
panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang
memiliki luas permukaan kecil.
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup
tinggi.
5. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi
memungkinkan pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor.

Kekurangan dari teknik fluidisasi adalah:

1. Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana unggun


terfluidisasi. Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi
kehilangan material yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun
serta ada kemungkinan terjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi
yang terlalu besar.
2. Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar
untuk unggun yang besar dan dalam.
3. Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
4. Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi
kesulitan dalam mengubah skala kecil menjadi skala industri.
5. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
6. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu padatan.

Sifat-sifat Perpindahan Panas Unggun Terfluidisasi

Unggun yang terfluidisasi oleh gelembung-gelembung tercampur dengan


sangat baik karena pertikel-partikel unggun tersirkulasi oleh gelembung udara
yang naik. Akibatnya, suhu unggun sangat seragam walaupun terdapat reaksi yang
sangat eksoterm. Jika luas permukaan tranfer panas antara gas dan unggun cukup
tinggi, gas dan pertikel cepat mencapai suhu yang sama. Laju transfer panas yang
tinggi dapat diperoleh antara permukaan panas yang tercelup di dalam unggun
dengan unggunnya itu sendiri. Tiga mekanisme yang menyumbangkan transfer
panas antara unggun terfluidisasi dan permukaan adalah :

a. Untuk partikel unggun dengan diameter < 500 dan densitas < 4000 kg/m3
(kecuali paertikel halus yang sangat kohesif), mekanisme utama adalah
adanya sirkulasi antara bulk unggun dan partikel yang berdekatan denghan
permukaan panas (Particle Convective Mechanism).
Partikel mampu mentransfer banyak panas karena mempunyai kapasitas
panas pada saat awal partikel berdekatan dengan permukaan panas, terdapat
gradien suhu lokal yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara
bulk unggun dengan permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat
besar. Akan tetapi, semakin lama suhu unggun semakin mendekati suhu
permukaan. Jadi untuk selang waktu tertentu laju transfer panas semakin
tinggi jika pertikel bersinggungan dengan permuikaan panas dalam recident
time yang singkat yang dapat diperoleh dengan mengatur kondisi operasi.
Tetapi harus diingat bahwa recident time yang ekstrim kecil untuk
memeroleh koefisien perpindahan panas yang paling tinggi dibatasi oleh
konduktivitas panas gas dan jarak jalur transfer panas terpendek di mana
panas mengalir secara konduksi antara partikel unggun dan permukaan panas.

b. Untuk unggun dalam ukuran atau densitas yang lebih besar, kecepatan
interstisial adalah turbulen yang berarti bahwa transfer panas konveksi
melalui gas menjadi penting. Jika transfer panas mode ini menjadi dominan
maka transfer panas akan naik dengan naiknya diameter partikel (karena
makin besar partikel maka makin besar turbulensi kecepatan interstisial).
c. Untuk suhu yang lebih tinggi akan terdapat perbedaan suhu yang sangat besar
antara unggun dan permukaan panas sehingga transfer panas secara radiasi
menjadi penting.
Perpindahan kalor ke permukaan dalam sistem padat-gas koefisien
perpindahan panas ke permukaannya sangat tergantung pada kualitas
fluidisasi yang terjadi (Coulson, 1968:215). Untuk menghitung koefisien
perpindahan panas tersebut dapat digunakan persamaan Dow dan Jacob
berikut.
0,25
hd t d 
0,65
d 
0,17  (1  e)  s C s  U d  
 0,55   t   t      c t 
k  L d   e C p    
 

dimana: h = koefisien perpindahan panas

k = konduktivitas termal gas

D = diameter partikel

Dt = diameter tube

L = panjang unggun

= kekosongan unggun

s = densitas padatan

=densitas gas

Cs = kapasitas panas padatan

Cp = kapasitas panas gas pada tekanan konstan

= viskositas gas

Uc = kecepatan superficial dalam tube kosong

Penyimpangan dari Keadaan Ideal (Interlock)

Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal


hanya terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan
mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret
dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa
terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci satu
dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (ΔP)
sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada
Gambar 11, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun
tetap menjadi unggun terfluidakan.

Umf

Gambar 11. Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock.

Penggunaan proses fluidisasi dalam industri

1. Operasi Secara Fisik (Physical Operation), seperti:


a. Transportasi: Sifat fluidisasi pada fluidized bed juga merupakan sifat yang
sama dengan cairan dan sifat ini sangat efektif digunakan untuk alat
transportasi dari bubuk padatan.
b. Heat Exchanger (HE): Fluidized bed dapat digunakan untuk HE operasi fisik
dan kimia kareana kemampuannya untuk mempercepat perpindahan panas dan
menjaga suhu menjadi konstan dengan ditunjukkan sebagian kecil dari
bermacam penggunaan dalam lingkup ini.
c. Adsorpsi: Proses adsorpsi multistages fluid chart untuk pemisahan dan
pemurnian kembali komponen gas.

2. Operasi Secara Kimia

Contoh: Reaksi gas dengan katalis padat dan reaksi padat dengan gas.

Aplikasi fluidisasi dalam industri

a. Gasifikasi : batubara
b. Transportasi: Fluidisasi dapat terfluidisasikan sama seperti cairan, sifat ini
digunakan untuk transportasi padat berupa serbuk.
c. Pencampuran bubuk halus (dengan ukuran partikel berlainan)
d. HE
e. Pelapisan bahan peledak pada permukaan logam
f. Drying dan sizeing
Industri yang menggunakan metoda fluidisasi

Beberapa Industri yang menggunakan metoda fluidisasi adalah :

1. Proses desulfurisasi batubara


Proses desulfurisasi batubara Tondongkurah, Sulawesi Selatan telah
dilakukan dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida yang diencerkan
dalam asam sulfat berkonsentrasi 0,1 N. Percobaan desulfurisasi tersebut
dilakukan dengan menggunakan peralatan kolom fluidisasi yang mempunyai
ukuran panjang 80 cm dengan diameter 3,5 cm. Kolom dihubungkan dengan
sebuah pompa sirkulasi yang mampu memberikan suplai larutan dengan jumlah
aliran yang diatur sebesar 100 cc per menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
proses selama 2 jam dengan mempergunakan kolom tersebut mampu mengurangi
13,9 persen jumlah sulfur yang terdapat di dalam batubara Tondongkurah yang
berukuran (-14+20) mesh. Perpanjangan waktu sirkulasi larutan hidrogen
peroksida dari 2 jam menjadi 6 jam mampu meningkatkan jumlah pengurangan
sulfur menjadi sebesar 42,3 persen. Hasil percobaan lainnya menunjukkan bahwa
perkecilan ukuran partikel batubara dari (-14+20) mesh menjadi (-20+48) mesh
mampu meningkatkan angka tersebut. Pada percobaan desulfurisasi dengan
ukuran batubara (-20+48) mesh selama 2 jam, jumlah pengurangan sulfur adalah
19,6 persen. Demikian pula, apabila waktu sirkulasi dinaikkan menjadi 6 jam
pengurangan sulfur meningkat menjadi 48,9 persen.

2. Pembuatan Gas Sintetis Dari Batubara Dengan Teknologi Gasifikasi


Unggun Terfluidisasi.
Percobaan gasifikasi dilakukan terhadap contoh batubara Indonesia dengan
menggunakan reactor gasifikasi sistem unggun terfluidisasi digunakan batubara
ukuran halus (-48 + 65 mesh). Gas pereaksi masuk melalui plat distributor untuk
mengangkat batubara dan pasir silica sebagai unggun material dalam zona reaksi
sehingga unggun terfluidisasi dan terjadi proses pencampuran yang sempurna
antara gas pereaksi dan batubara. Pada kondisi fluidisasi suhu dalam reactor lebih
merata dibanding dengan reaktor sistem unggun tetap. Suhu reaktor sistem
unggun fluidisasi adalah 900 0C. Gas hasil gasifikasi yang disebut gas sintetis
(syngas) dilakukan pemurnian dengan alat cyclone, condenser dan scrubber.
Sesudah syngas dimurnikan kemudian dianalisa komposisinya dengan
menggunakan gas chromatography (GC).
CONTOH SOAL

Reaktor fluidisasi menggunakan katalis padat dengan diameter partikel 0,1 mm, rapat
massa 1,50 g/ml, sperisitas 0,92. Pada kondisi unggun diam, porositas 0,35, tinggi
unggun 2m. Gas masuk dari bagian bawah reaktor pada suhu 600ºC, tekana 1 atm pada
viskositas 0,025 Cp serta rapat massa 0,22 lb/cuft. Pada fluidisasi minimum, porositas
tercapai pada 0,45. Bila fluidisasi katalis pada porositas 0,52, tentukan laju alir semua
gas masuk kolom fluidisasi !

Penyelesaian :

Dik :

cgs british
Diameter Partikel , Dp 0,1 mm 0,01 3,28 x 10-4
Rapat masa partikel, 𝜌p 1,50 g/ml 1,5 93,645
Sperisitas, ∅ 0,92 0,92 0,92
Porositas unggun diam, 𝜀 D 0,35 0,35 0,35
Tinggi unggun diam, LM 2m 200 6,56
Temperatur gas, T 600C
Tekanan gas, P 1 atm
Viskositas gas, 𝜇 0,025 cP 0,00025 1,68x10-5
Rapat massa gas, 𝜌g 0,22 lb/cuft 0,003524 0,22
Porositas fluidisasi minimum, 𝜀 M 0,45 0,45 0,45
Porositas terfluidakan, 𝜀 0,52 0,52 0,52
Gravitasi, g 980,665 32,174

Jawab :

𝑔.(𝜌p−𝜌) 𝜀 3
VO = ∅𝑠2.Dp2
150.𝜇 1−𝜀

980,665.(1,50−0,003524) 0,523
VO = 150.0,00025 1−0,52
0,922.0,012

VO = 0,97 cm/s

VO = 0,032 ft/s

Anda mungkin juga menyukai