SKRIPSI
Oleh:
RIBUT WAHYUDI
NIM: 105081002586
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
ANALISIS VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) TRANSAKSI INSTRUMEN
MONETER SYARIAH TERHADAP KINERJA PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Ribut Wahyudi
NIM 105081002586
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, hari Selasa Tanggal 20 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ribut Wahyudi NIM: 105081002586
dengan Judul Skripsi “ANALISIS VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)
TRANSAKSI INSTRUMEN MONETER SYARIAH TERHADAP KINERJA
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA“. Memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Ribut Wahyudi
NIM 105081002586
Ketua Sekretaris
Penguji Ahli
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, hari Kamis Tanggal 21 Bulan Januari Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ribut Wahyudi NIM: 105081002586 dengan Judul
Skripsi “ANALISIS VECTOR AUTO REGRESSIVE (VAR) INSTRUMEN
MONETER SYARIAH TERHADAP KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI
INDONESIA“. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ribut Wahyudi
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Februari 1987
3. Alamat : Jl. Jombang Raya Kp. Masjid RT 001/03
No.44 Desa Jombang, Ciputat, Tangerang
15414
4. Telepon & HP : (021) 74700707 / 08561388216
5. Agama : Islam
6. Status : Belum Menikah
7. Kebangsaan : Indonesia
8. Moto Hidup : “What We Do That Will Be Done To Us”
9. Anak Ke Dari : 2 dari 2
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD : SDN Jombang I 1993-1999
2. SMP : SMPN III Ciputat 1999-2002
3. SMA : SMA I Ciputat 2002-2005
4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005-2010
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah
diberikan. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak yang turut andil dalam proses penulisan skripsi ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:” Analisis Vector Auto Regressive
(VAR) Transaksi Instrumen Moneter Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Syariah di
Indonesia”, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang membantu saya dalam
penulisan skripsi ini dengan balasan yang lebih baik lagi, mereka adalah:
1. Orang tua tersayang Bpk. Tukiman dan Ibu Warsi yang senantiasa
memberikan doa, motivasi dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian skripsi ini.
2. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms dan Bpk. Arief Mufraini Lc, Msi yang selalu
memberikan saran-saran dan inspirasi-inspirasi yang bermakna kepada penulis
dalam segala bentuk dan kesempatan.
3. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Bpk. Prof. Dr. Ahmad Rodhoni selaku Pudek I Akademik sekaligus
Bpk. Indoyama Nasarudin selaku Ketua Jurusan Manajemen yang telah
banyak memberi pengetahuan yang bermanfaat bagi peneliti.
4. Terima kasih untuk kakak tercinta Listiyany S.Sos dan Budi Dwi Haryono
yang telah banyak membantu penulis, memberikan motivasi setiap waktu
untuk selalu segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman seperjuangan dari SMA sampai kuliah, yaitu Andri Setiawan, Taufan,
Andri Hari Prasetyo, Taufan Ver Dino, Syahrul Hidayat dan Edi Kurniawan.
6. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, baik itu teman-teman dari kelas
Manajemen E dan Manajemen Perbankan yang tak bisa disebutkan satu
persatu.
7. Terima Kasih kepada seluruh civitas akademik UIN Syarief Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi jauh dari sempurna, tetapi harapan penulis
skripsi ini dapat membawa nama baik almamater terutama Fakultas Ekonomi dan
dapat membantu peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ribut Wahyudi
DAFTAR ISI
ABSTRACT................................................................................................. iii
ABSTRAK...................................................... ................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................... ix
BAB 1. PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah................................................................ 5
G. Penelitian Sebelumnya.............................................................. 34
H. Kerangka Pemikiran................... .............................................. 37
I. Hipotesis Penelitian................................................................... 38
D. Metode Analisis....................................................................... 40
1. Analisis Deskriptif................................................................... 55
A. Kesimpulan.................................................................................... 85
B. Implikasi........................................................................................ 86
C. Saran.............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 88
LAMPIRAN.............................................................................................. 90
DAFTAR TABEL
Stationer Di
VAR Bentuk Level Deferensi Data
VAR Bentuk
Diferensi Tidak Terjadi
Ya
VECM
dan peran perbankan dalam perekonomian, salah satu fungsinya adalah sebagai
tempat meminjam uang bagi bank-bank komersial, termasuk bank syariah yang
over likuiditas. Fungsi ini sangat penting untuk dilakukan guna meningkatkan
publik yang tinggi terhadap sistem perbankan. Selama ini kebijakan moneter yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian uang beredar ditempuh
maka dalam rangka pengendalian moneter, diciptakan suatu piranti yang sesuai
dengan prinsip syariah dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan
PUAS dan SWBI ini tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)
sejak 1 Maret 2000. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dapat pula menjadi
sarana penitipan dana jangka pendek oleh bank yang mengalami kelebihan likuiditas.
Dari sisi bank syariah piranti tersebut merupakan sarana penempatan kelebihan
sinyal tingkat return syariah sebagai pengganti suku bunga pada Bank Indonesia
(Sudarsono : 2003).
Demikian juga dengan upaya lain yang bisa dilakukan bank syariah jika
(IMA) dalam PUAS. Dengan adanya dukungan dari Bank Indonesia dalam
memfasilitasi tersedianya instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah dan
tersedianya pasar uang syariah.. Maka hal ini akan berdampak pada kinerja
upaya untuk operasi pasar terbuka, instrumen moneter syariah juga secara tidak
akan membuat fungsi intermediasi perbankan syariah akan tidak optimal (Deky
Anwar : 2006).
yang disediakan oleh Bank Indonesia dalam menyerap likuiditas perbankan nasional
pada saat krisis moneter pada tahun 1998, menyebabkan tumbuhnya perbankan
syariah sebagai dan instrumen keuangan syariah sebagai alternatif (Sri Widyastuti :
signifikan dalam lima tahun terakhir. Pada bulan September 2009 sudah terdapat
lima Bank Umum Syariah dan jumlah perkembangan jumlah Unit Usaha Syariah
(UUS) sampai dengan September 2009 sejumlah 24 UUS dari sebelumnya 19 pada
tahun 2005 yang hanya sebesar Rp 20 Triliun, juga perkembangan dana pihak ketiga
terus mengalami peningkatan terutama disebabkan oleh adanya fatwa MUI yang
mengharamkan bunga bank pada akhir Desember 2003. Terlihat bahwa tahun-tahun
sesudahnya dana pihak ketiga terus meningkat. Seperti diketahui bahwa bank syariah
memiliki 3 produk utama yaitu murabaha (jual-beli), mudharabah (bagi hasil), dan
Dari ketiga komponen tersebut justru yang paling menonjol mewarnai bisnis
pembiayaan murabahah ini bukan sesuatu yang unik bagi kasus perbankan syariah di
Indonesia, tetapi juga merupakan karakter umum bank syariah di banyak negara
muslim lainnya. Di samping itu, bukti preferensi bank syariah pada sektor industri
pembiayaan ke sektor jasa dan perdagangan, demikian juga dengan masalah yang
ditimbulkan karena tersedianya instrumen keuangan bagi bank syariah (Deky Anwar :
2006). Posisi jumlah dana bank syariah yang ditempatkan pada Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI) mencapai Rp 2,635 Triliun pada September 2009 dan posisi
volume transaksi PUAS mencapai Rp 251 Miliar pada September 2009 (Bank
Indonesia: 2009).
prinsip syariah (PUAS) dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) harus disikapi
syariah pada PUAS dan SWBI merupakan indikasi dari tidak tersalurkannya
pembiayaan perbankan syariah dengan baik dan optimal sehingga perbankan syariah
mencari alternatif untuk berinvestasi pada instrumen yang ada agar tidak terdapatnya
Penempatan idle fund perbankan syariah pada instrumen moneter PUAS dan
syariah tidaklah dapat dibenarkan, karena hal ini akan berakibat pada sedikitnya
pembiayaan yang bisa disalurkan kepada masyarakat. Yang pada akhirnya akan
memperlambat sektor riil dan memperbesar transaksi semu pada sektor moneter
Namun demikian juga besarnya jumlah dana pihak ketiga, asset dan
melirik instrumen SWBI dan PUAS sebagai sarana untuk menutupi biaya operasional
dan pembayaran nisbah bagi hasil dana pihak ketiga, yang diambilkan dari persentase
bonus SWBI dan nisbah bagi hasil sertifikat IMA pada PUAS.
Dalam konteks instrumen moneter syariah dan perbankan syariah dapat dijelaskan
hubungan antar variabelnya, bahwa besarnya transaksi dan frekuensi yang terjadi
pada SWBI dan PUAS secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
kepada kinerja perbankan syariah berupa dana pihak ketiga, pertumbuhan aset,
Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Analisis Vector Auto Regressive
Indonesia”.
B. Perumusan Masalah,
beberapa masalah yang ada dalam kaitannya dengan transaksi instrumen moneter
1. Bagaimana respon dari aset, DPK, NPF dan pembiayaan perbankan syariah
2. Berapa besar kontribusi aset, DPK, NPF, dan pembiayaan perbankan syariah
1. Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan dari penulisan ini tidak lain untuk ikut serta memberikan
1. Menganalisis respon dari aset, DPK, NPF, dan pembiayaan bank syariah
Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga, Aset dan Non Performing Financing) akan diketahui
2. Manfaat Penulisan
moneter syariah dengan kinerja perbankan syariah tersebut akan diperoleh manfaat
Bank berasal dari kata Italia “banco” yang artinya peti/lemari atau bangku.
Bangku inilah yang digunakan oleh banker untuk melayani kegiatan operasionalnya
kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank (Zainul
keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.
Kemudian bank dikenal juga sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi
tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah,
pelayanan jasa kepada masyarakat. Agar pengertian bank menjadi jelas, ada beberapa
Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan
Undang-undang No.10 Tahun 1998 dapat dijumpai dalam pasal 1 ayat 1, 2, 3 dan 4,
yaitu:
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
kegiatan usahanya.
3. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
4. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secra
Selain itu, dibawah ini merupakan beberapa pengertian mengenai definisi dari
Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the
money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the
new money. (Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan
orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang
lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam).
2. B.N. Ajuha
Bank provided means by which capital is transferred from those who cannot
use it to profitable to those who can use it productively for the society as whole.
Bank provided which channel to invest without any risk and at a good rate of
interest. (Bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat mengunakan
3. Malayu Hasibuan
Bank adalah lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana, dan penyalur
pertumbuhan ekonomi.
1. Pengumpul dana dari pihak yang kelebihan dana dan penyalur kredit kepada
3. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis, dan
ekonomis.
masyarakat dan sekiranya tidak ada bank maka tidak akan ada kemajuan seperti saat
ini. Negara yang tidak mempunyai banyak bank yang baik dan benar adalah negara
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, usaha pokok bank didasarkan
Artinya bank menghimpun dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana
akan sangat besar. Dengan demikian, bank dapat memenuhi permintaan pihak
simpanan yang bervariasi jangka waktu dan penarikannya, seperti rekening giro,
sebagainya.
Artinya dana yang disimpan oleh para penabung kepada bank umumnya
bersifat likuid. Karena itu, dapat dengan mudah mencairkannya sesuai dengan
bentuk tabungannya.
Artinya bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak atau debitor dan
sektor-sektor ekonomi yang beraneka macam, sehingga resiko yang dihadapi bank
1. Jenis-Jenis Bank
perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis
sebelumnya, yaitu Undang Undang Nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat beberapa
perbedaan. Namun, kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama
lainnya.
Perbedaan jenis bank dapat dilihat dari segi fungsi bank dan kepemilikan
bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau
Adapun jenis perbankan menurut Kasmir dapat ditinjau dari beberapa segi,
antara lain:
1) Bank Umum
2) Bank Pembangunan
3) Bank Tabungan
4) Bank Pasar
5) Bank Desa
6) Lumbung Desa
7) Bank Pegawai
maka jenis perbankan hanya terdiri dari dua macam saja, yaitu Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Dimana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah
fungsinya menjadi Bank Umum sedangkan Bank Desa dan Bank Pegawai menjadi
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang yang
memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh
bank milik pemerintah antara lain: Bank Negara Indonesia 46 (BNI), Bank Rakyat
dan tingkat II masing-masing provinsi. Sebagai contoh: BPD DKI Jakarta, BPD
Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, dan BPD lainnya.
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank
Kepemilikan saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik
swasta asing maupun pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh
pihak luar negeri. Contoh bank asing yang terdapat di Indonesia antara lain: Bank
Sumitomo Niaga Bank, Mitsubishi Buana Bank, Inter Pacific Bank, Bank Sakura
Swadarma.
umum dapat dibagi kedalam dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
sebagai berikut:
1) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang
halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menetukan harga baik
harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa
Indonesia di mana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda.
tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila
suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal
dengan nama negative spreads, hal ini terjadi di Indonesia pada akhir
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya
prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan
perbankan lainnya.
berdasarkan pada prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai dengan syariah
Islam.
Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar
hukumnya adalah Al-Qur’an dan sunnah rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah
mengaharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank
Penggunaan istilah pasar uang bukan berarti dalam syariah uang dianggap sebgai
Piranti yang digunakan dalam PUAS ini adalah Sertifikat IMA (Investasi
Mudharabah Antarbank). Hal ini berarti prinsip syariah yang digunakan adalah
(investor) dengan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu guna
belah pihak berdasarkan prinsip nisbah yang yang telah disepakati sebelumnya.
dana dengan jangka waktu investasi paling lama 90 hari. Nisbah bagi hasil yang
disepakati bank dapat digunakan sebagai indikator tingkat likuiditas bank penerbit
IMA. Semakin tinggi nisbah bagi hasil yang diterima bank pembeli sertifikat
IMA mengindikasikan semakin ketat likuiditas dari bank penerbit sertifikat IMA
(Buchori : 2002).
Sertifikat IMA diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah bagi bank yang
syariah, Sertifikat IMA diterbitkan oleh Unit Usaha Syariahnya (UUS), seperti
Bank BNI, Bank Danamon, Bank IFI dan lainnya. Seluruh bank umum termasuk
bank umum konvensional hanya dapat berperan sebagai pembeli Sertifikat IMA,
mempunyai Unit Usaha Syariah dapat bertindak sebagai pembeli maupun penerbit
Sertifikat IMA.
Sertifikat IMA sebagai bukti telah melakkan penanaman dana. Sertifikat IMA
yang belum jatuh tempo dapat dipindahtangankan atau dijual kepada pihak lain.
Pembatasan ini dilakukan untuk mencegah kesan terjadinya jual beli uang yang
dapat menjurus pada kegiatan spekulatif. Agar bank penerbit dapat melakukan
pembayaran kepada Bank yang berhak, maka bank pemegang sertifikat terakhir
Pada saat Sertifikat IMA jatuh waktu, bank penerbit melakukan pembayaran
sebesar nilai nominal investasi (face value) kepada bank terakhir pemegang
sertifikat, sedangkan imbalan dibayar setiap awal bulan kepada bank pemegang
sertifikat.
Hal ini dimaksudkan agar pembayaran imbalan sesuai dengan realisasi hasil
investasi yang telah terjadi. Bank penerbit harus menginformasikan nilai nominal
investasi, nisbah bagi hasil, jangka waktu, dan tingkat indikasi imbalan Sertifikat
IMA pada Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia pada hari
sertifikat IMA pada hari kerja pertama setiap bulan (Buchori : 2009), untuk lebih
ANTARBANK”
• Tempat pembayaran
• Nama bank penerbit dan dan tanda tangan pejabat yang berwenang
(2) Berjangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari
waktu penanaman dan dan nisbah bagi hasil yang disepakati. Rumus perhitungan
X = P x R x t/360 x k
Keterangan:
Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip
diperhitungkan pada saat jatuh tempo. Jumlah dana yang dititipkan dimaksud
(lima puluh juta rupiah). Jangka waktu waktu penitipan dana ditetapkan 1 (satu)
minggu, 2 (dua) minggu, dan 1 (satu) bulan yang dinyatakan dalam hari. Dalam
SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia, dan SWBI tidak boleh
diperjualbelikan.
Penyelesaian transaksi dilakukan pada hari kerja yang sama. Bank yang
gironya sebesar nilai titipan dana. Pada saat penitipan dana telah jatuh waktu,
Bank Indonesia akan mengkredit rekening giro sebesar nilai titpan dana ditambah
dengan bonus apabila Bank Indonesia pada saat itu memang perlu dilakukan
Sebagai acuan dapat digunakan tingkat indikasi imbalan PUAS yang merupakan
rata-rata tertimbang dari tingkat indikasi imbalan Sertifikat IMA yang terjadi pada
PUAS pada tanggal penitipan dana. Apabila pada tanggal penitipan dana tidak
terjadi transaksi PUAS, maka sebagai acuan perhitungan bonus dapat digunakan
tingkat indikasi imbalan PUAS terakhir atau rata-rata tingkat imbalan deposito
Gambar 2.2
SKEMA SWBI
PROSES PENITIPAN
DANA
Penerbit
(1)
PIPU
AksesPenitip
Informasi Akses Informasi (2)
Perminta
OPU
Permintaan Penitipan via 3,4,5
Telp/fax/reuter (3)
BANK
UMUM (4) Persetujuan Penitipan
(6)
Pendebetan penitipan
Penegasan SPTP via surat (5) dana
KELEBIHAN
DANA (7) Penyerahan Sertifikat
OPU
7,8
Pengembalian SWBI setelah due (8)
(9)
(10) Pengembalian Dana + “Bonus” Pengembalian dana
Apabila saldo rekening giro bank atau UUS tidak cukup untuk menyelesaikan
transaksi sehingga transaksi penitipan dana dibatalkan, maka bank atau UUS
penitipan dana terjadi lebih dari dua kali dalam dalam kurun waktu enam bulan, selain
dikenakan sanksi administratif, bank atau UUS dikenakan pula sanksi kewajiban
membayar sebesar 0,1% dari kekurangan transaksi. Bank atau UUS yang mengambil
titipan dana sebelum jatuh waktu tidak diberikan bonus dan dikenakan sanksi
lembaga intermediasi antara penabung dan investor. Perbedaan pokok antara bank
syariah dan bank konvensional terletak pada dominasi prinsip berbagi hasil dan
berbagi risiko (profit and loss sharing) yang melandasi sistem operasionalnya. Hal
kembali nilai nominal simpanan giro dan tabungan (wadiah), tetapi tidak
menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari deposito. Bank Islam juga
mengabaikan performancenya.
mana setiap modal adalah berisiko. Oleh karena itu hubungan kerja sama antara
bank Islam dengan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip berbagi hasil dan
berbagi risiko.
pembiayaan Syariah yaitu PLS dan non-PLS. Sehubungan dengan itu bank Islam
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka risiko yang dihadapi oleh bank Islam
lebih terfokus pada risiko likuiditas dan risiko kredit dan tidak akan pernah
mengalami risiko karena fluktuasi tingkat bunga. Likuiditas bank syariah banyak
bergantung pada:
e. Akses kepada pasar antar bank dan sumber dana lainnya, termasuk fasilitas lender
Teknik duration gap management dapat diaplikasikan oleh bank Islam, bukan
dalam rangka menghindari risiko tingkat bunga, melainkan untuk mengatur cash flow
kredit bermasalah.
Hasil akhir dari manajemen aset liabilitas itu akan bermuara pada kemampuan
untuk menutup kerugian dan penyediaan kecukupan modal, trend pendapatan yang
semakin baik, kompetitif terhadap peer group-nya, dan kualitas dan komposisi
Assets Liability management bank Islam lebih banyak bertumpu pada kualitas
aset, dan hal itu akan menentukan kemampuan bank untuk meningkatkan kualitas
sebagai professional investment manager akan sangat menentukan kualitas aset yang
dikelolanya. Teknik fund gap management tidak relevan untuk digunakan sebagai
alat manajemen aset liabilitas bank Islam, karena bank Islam tidak berurusan dengan
Dana pihak ketiga bank syariah adalah dana yang berasal dari simpanan
masyarakat Dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan bank konvensional, hanya
sistem bunga sedangkan pada bank syariah menggunakan prinsip wadiah dan
mudharabah. Ada 3 (tiga) macam yang termasuk dalam Dana Pihak Ketiga (Bank
Syariah) yaitu:
1. Simpanan Giro Wadiah
33:2005), yaitu:
• Wadiah Yad Al Amanah adalah akad pentitpan uang dimana pihak penerima
tidak bertanggungjawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan
• Wadiah Yad Adh-Dhamanah adalah akad penitipan uang dimana pihak penerima
titipan dengan atau tanpa izin pemilik uang dapat memanfaatkan uang tersebut
dan harus bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan.
c) Merupakan salah satu cara penyimpanan dana, alat pembayaran giral dengan
mendapatkan imbalan bagi hasil (Hasibuan 42:2007). Imbalan dibagi dalam bentuk
berbagi pendapatan (revenue sharing) atas penggunaan dana itu secara syariah dengan
rasio pembagian pendapatan, misalnya 60:40, yaitu 60% bagi deposan dan 40% bagi
bank. Jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
dan 12 bulan.
penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian.
Dalam hal ini bank syariah bertindak sebagai Mudharib dan deposan sebagai shahib
al mal. Bank sebagai Mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al mal
sesuai dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan dapat
dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama periode
kesepakatan di awal antara pihak pemilik dana dengan pihak yang dititipkan.
1. Akad Tabarru
Akad tabarru digunakan untuk transaksi yang bersifat tolong menolong tanpa
perikatan, kecuali mendapat balasan dari Allah SWT semata. Walaupun demikian,
dalam transaksi yang bersifat tabarru’ ini dibolehkan untuk memungut biaya transaksi
yang akan digunakan habis dalam pengelolaan transaksi tabarru’ ini, sehingga benar-
• Akad Qardh
Transaksi qardh timbul karena salah satu pihak meminjamkan obyek perikatan
• Akad Rahn
Transaksi rahn timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu obyek
perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya yang disertai dengan
jaminan.
• Akad Hawalah
Transaksi hawalah timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu obyek
perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang/utang dari pihak
lain.
• Akad Wakalah
Transaksi wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu obyek
perikatan yang berbentuk jasa atau juga bisa disebut sebagai meminjamkan
• Akad Wadiah
Transaksi wadiah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu obyek
perikatan yang berbentuk jasa yang lebih khusus yaitu custodian (penitipan dan
pemeliharaan).
• Akad Kafalah
Transaksi kafalah timbul jika salah satu pihak memberikan obyek yang
berbentuk jaminan atas kejadian tertentu di masa yang akan datang (contingent
guarantee).
• Akad Wakaf
Transaksi yang timbul jika salah satu pihak memberikan suatu obyek yang
Pembiayaan pada bank syariah terutama untuk sektor swasta pada umumnya
bersifat orientasi laba (Wiyono 36:2005). Aktivitas pada sektor swasta ini befungsi
distribusi, dan konsumsi. Sifat dasar, transaksi dan kontrak dalam ekonomi dapat
Natural Certainty Contract (NCC) adalah suatu jenis kontrak transaksi dalam
bisnis yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya baik dari segi jumlah
dan waktu penyerahannya. Yang termasuk dalam kontrak transaksi NCC dalam
• Akad Murabahah
Perjanjian pembiayaan berupa transaksi jual beli suatu barang sebesar harga
perolehan barang ditambah margin yang telah disepakati oleh para pihak, dimana
• Akad Istishna
• Akad Ijarah
dan/atau jasa antara pemilik obyek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas
obyek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang
• Mudharabah
kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang
sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak
• Musyarakah
Perjanjian pembiayaan atau penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana
dan atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan
pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
masing.
bermasalah terhadap total pembiayaan pada bank syariah. Dalam laporan keuangan
biasanya NPF bank syariah menggunakan persentase dalam melaporkan tingkat NPF-
nya namun dalam penelitian ini yang digunakan adalah jumlah yang tertera dalam
G. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang berkaitan dengan instrumen moneter syariah sudah dilakukan oleh
1) Sri Widyastuti (2009) dan Deky Anwar (2006) dalam penelitiannya yang
digunakan dalam penelitian ini adalah SWBI dan PUAS sebagai variabel
dependen dan pembiayaan, aset, dan pihak ketiga, dan NPF sebagai variabel
kinerja perbankan syariah lebih cepat meredam shock yang terjadi pada
intrumen moneter SWBI dibandingkan dengan PUAS. Dan variabel aset dan
NPF lebih berperan dalam dominasi transaksi SWBI sedangkan yang
mendominasi dalam transaksi instrumen moneter PUAS adalah aset dan NPF.
2) Indah Nurfitri Adi (2006) dalam penelitiannya yang mengambil judul analisis
pengaruh penempatan dana pada SWBI dan PUAS terhadap FDR (Financing
pengaruh antara SWBI dan PUAS sebagai variabel dependen dan FDR
ini secara bersama-sama SWBI dan PUAS memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap FDR, namun secara parsial hanya variabel SWBI yang signifikan
terhadap FDR.
makroekonomi seperti inflasi, GDP riil, dan pangsa pasar bank syariah
tingkat likuiditas dan pembiayaan perbankan syariah. Hasil dari penelitian ini
berpengaruh positif.
H. Kerangka Pemikiran
Stationer Di
VAR Bentuk Level Deferensi Data
VAR Bentuk
Diferensi Tidak Terjadi Kointegrasi
Ya
VECM
Gambar 2.3
I. Hipotesis
untuk mencapai tujuan penelitian ini maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah di Indonesia tanpa Bank Perkreditan Rakyat Syariah dari laporan
keuangan bulanan dan laporan keuangan publikasi Bank Indonesia dalam kurun
waktu bulan Januari 2005 sampai dengan bulan Desember 2008. Ruang lingkup
penelitian ini adalah membahas variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari
Aset Perbankan Syariah (X1), Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah (X2),
Pembiayaan Perbankan Syariah (X3), dan Non Performing Financing bank syariah
(X4). Sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah Sertifikat Wadiah Bank
Dalam penelitian ini metode penentuan sample yang digunakan oleh penulis
adalah convenience sampling yaitu peneliti menggunakan data yang tersedia yaitu
institusi yang berhak mengeluarkan data perbankan secara keseluruhan adalah Bank
Indonesia.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah:
Untuk mendapatkan landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan
Pengumpulan data dan keterangan seperti laporan keuangan, dan data lain
a) Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan
D. Metode Analisis
1. Pengujian Stasioneritas
kovariansnya selalu konstan pada setiap titik waktu. Stasioner dari sebuah variabel
menjadi penting karena pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara
(spurious regression), di mana nilai koefisien yang dihasilkan dari estimasi menjadi
tidak valid dan sulit untuk dijadikan pedoman. Ada beberapa cara yang tepat dapat
menggunakan Phillip Pheron Test (PP), yaitu jika nilai mutlak PP statistiknya lebih
besar dari Mc Kinnnon Critical Value (tergantung dari tingkat keyakinan yang dipilih
1%, 5%, atau 10%), maka dapat disimpulkan bahwa series tersebut stasioner. Pada
penelitian ini nilai kritis yang digunakan adalah 5% yang mana tidak terlalu rendah
dan tidak terlalu tinggi. Cara yang cukup cepat adalah dengan melihat nilai Prob-nya,
apabila lebih kecil dari 0,05 (5%), maka data sudah stasioner. Solusi yang dapat
dilakukan apabila berdasarkan uji PP diketahui suatu series adalah non stasioner
menangkap perubahan struktur data yang terjadi pada suatu variabel, dimana dalam
hal ini uji ADF tidak dapat melakukannya. Perubahan struktur data perlu diperhatikan
karena hal itu dapat menyebabkan data terlihat seperti tidak stasioner, sehingga
2. Uji Kointegrasi
variabel-variabel yang tidak stasioner (Widarjono : 2007). Dengan kata lain, walau
variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Berkaitan dengan hal ini, maka langkah
keberadaan hubungan antar variabel. Uji kointegrasi yang digunakan adalah uji
Johansen Cointegration Test. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likelihood
ratio (LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima
adanya kointegrasi sejumlah variabel dan sebaliknya jika nilai hitung LR lebih kecil
dari nilai kritisnya maka tidak ada kointegrasi. Pada langkah ini kita akan mengetahui
apakah model penelitian ini merupakan VAR tingkat diferensi jika tidak ada
adalah VAR (Vector Autoregression). Model VAR adalah model persamaan regresi
yang menggunakan data time series. Model VAR ini dibangun dengan pertimbangan
ekonomi dengan baik. Penggunaan metode VAR dikarenakan metode ini dianggap
lebih efisien, tepat, dan tidak bias dalam mengestimasi koefisien yang diinginkan.
Dalam pengujian terhadap pengaruh variabel-variabel kinerja perbankan
syariah terhadap transaksi instrumen moneter syariah dapat dilakukan melalui model
Dimana:
Kata vector menunjukkan hubungan dengan dua atau lebih variabel di dalam
model, jadi di dalam model VAR semua variabel dianggap sebagai variabel endogen
variabel endogen) tidak hanya dipengaruhi oleh variabel masa lalunya tetapi juga
dipengaruhi oleh masa lalu variabel lainnya, meskipun itu variabel eksogen.
Begitupun halnya dengan Zt (sebagai variabel eksogen) tidak hanya dipengaruhi oleh
variabel masa lalunya tetapi juga dipengaruhi oleh masa lalu variabel endogen
variabel ekonomi adalah saling tergantung dengan yang lain. Oleh karena itu,
persamaan model VAR untuk penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:
Y1t = β01 + β11Y1t-1 + ... + βn1Y1t-p + α11Y2t-1 + ... + αn1Y2t-p + χ11Y3t-1 + ... + χn1Y3t-p +
Y3t = β03 + β13Y3t-1 + ... + βn3Y3t-p + α13Y1t-1 + ... + αn3Y1t-p + χ13Y2t-1 + ... + χn3Y2t-p +
Y4t = β04 + β14Y4t-1 + ... + βn4Y4t-p + α14Y1t-1 + ... + αn4Y1t-p + χ14Y2t-1 + ... + χn4Y2t-p +
Y5t = β05 + β15Y5t-1 + ... + βn5Y5t-p + α15Y1t-1 + ... + αn5Y1t-p + χ15Y2t-1 + ... + χn5Y2t-p +
Dimana:
Y2 = Aset
Y3 = DPK
Y4 = Pembiayaan
Y5 = NPF
p = Panjangnya Kelambanan
Impulse response ini melacak respon dari variabel endogen di dalam sistem
selain dipengaruhi oleh nilai variabel itu sendiri di masa lampau tapi juga
dipengaruhi oleh nilai masa lampau dari semua variabel endogen lain dalam
model. Dari hal tersebut berdasarkan dibuat model yang bersifat dinamis
lag.
ini, yaitu harus melakukan uji stasioner dari setiap data time series yang digunakan di
dalam model. Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaaan VAR dengan
metode standar dan series yang non stasioner akan berujung pada dua pilihan VAR,
a. VAR in Difference
stasioner. Bila hal ini terjadi maka kita perlu melakukan uji stasioneritas
data pada tingkat diferensi. Ketika uji stasioneritas data diferensi ini
Model VECM digunakan apabila data time series tidak stasioner pada
a. Impulse Response
Impulse response ini merupakan salah satu analisis penting di dalam model
VAR. Analisis Impulse response ini melacak respon dari variabel endogen
dan tidak merespon. Respon positif karena di atas garis horizon dan
searah, respon negatif karena di bawah garis horizon dan berlawanan arah,
b. Variance Decomposition
Software yang digunakan sebagai alat bantu penelitian adalah Eviews 5.0 dan
juga digunakan program Microsoft Excel 2003 dan Microsoft Word 2003 dalam
Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang
diterapkan dalam suatu penelitian untuk. Variabel Operasional yang akan diteliti
sebagai berikut:
1. Variabel Independen (Bebas)
mempengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini terdiri dari empat
macam, yaitu:
Aset yang dimiliki oleh bank syariah dan unit usaha syariah tanpa
Jumlah dana yang diperoleh bank syariah yang berasal dari simpanan
variabel yang mendahuluinya. Variabel ini disebut variabel “Y” yang menjadi
variabel terikat dalam penelitian kali ini adalah jumlah transaksi SWBI dan
PUAS.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Muamalat Indonesia, sebenarnya ide pendirian bank syariah di Indonesia sudah ada
sejak tahun 1970-an. Dimana pembicaraan mengenai bank syariah muncul pada
seminar nasional Hubungan Indonesia-Timur Tengah pada tahun 1974 dan pada
tahun 1976 dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu-
Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhinneka Tunggal Ika. Namun ada
beberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide pendirian bank syariah ini,
adapun alasan tersebut antara lain: pertama, operasi bank syariah yang menerapkan
bagi hasil belum diatur, dan karena itu tidak sejalan dengan UU pokok perbankan
yang berlaku, yakni UU No 14/1967. Kedua, konsep bank syariah dari segi politis
berkonotasi ideologis, merupakan bagian dari atau konsep negara Islam, dan Karena
itu tidak dikehendaki oleh pemerintah. Ketiga, masih dipertanyakan, siapa yang
bersedia menaruh modal dalam ventura semacam itu. Sementara pendirian bank baru
dari Timur Tengah masih dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin
Akhirnya gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi pada tahun 1988 di
liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu berusaha untuk mendirikan
bank bebas bunga, tapi tidak satupun perangkat hukum yang dijadikan dasar kecuali
bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%. Setelah adanya
rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua,
Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990. Hasil lokakarya tesebut dibahas lebih mendalam
dalam Musyawarah Nasional (Munas) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
berlangsung di Hotel Sahid Jaya, Jakarta 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat
Indonesia.
BMI lahir sebagai hasil kerja tim perbankan MUI tersebut di atas akte
1991. Pada saat akte pendirian ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak
Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen sebesar modal disetor awal
sebagai yayasan penopan BMI. Dengan terkumpulnya modal awal tersebut pada
tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamalat Indonesia secara resmi mulai beroperasi.
Indonesia telah menganut dual banking system, yakni secara makro dua sistem
perbankan, yaitu Sistem Konvensional dan Sistem Bagi Hasil (Syariah), yang
memberikan layanan jasa perbankan bagi masyarakat. Namun, harus diakui bahwa
UU tersebut belum cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah karena masih
menggunakan istilah bank bagi hasil. Pengertian bank bagi hasil yang dimaksudkan
dalam UU tersebut belum sesuai dengan cakupan pengertian bank syariah yang lebih
luas dibandingkan hanya sekedar bank bagi hasil. Di samping itu, hingga tahun 1998
No.7 Tahun 1992 menyatakan bahwa bank umum dan BPR konvensional tidak
Peraturan itu telah menjadi pembatas bagi berkembangnya bank syariah karena jalur
pertumbuhan jaringan kantor bank syariah hanya melalui perluasan kantor bank
syariah yang telah ada atau pembukaan bank syariah baru yang relative besar
satunya pemain tunggal di pasar berkaitan dengan masalah mitra kerjasama dalam
pengelolaan likuiditas.
dengan UU No.10 Tahun 1998 yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat
dan kesempatan yang lebih luas bagi pengembangan bank syariah di Indonesia.
Dalam UU No.10 Tahun 1998 dinyatakan secara tegas penggunaan istilah bank
syariah dengan berbagai jenis kegiatan operasionalnya yang relatif lebih luas
menggunakan prinsip syariah. Dengan demikian secara mikro berarti Indonesia telah
menganut dual banking system, yakni suatu bank konvensional dimungkinkan untuk
menerapkan dua sistem secara bersamaan, yaitu Sistem Konvensional dan Sistem
Syariah.
yang menyatakan bahwa dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai
mengawasi bank (Pasal 8), termasuk bank umum dan BPR syariah. Tugas pokok
tersebut mempertegas bahwa Bank Indonesia berkewajiban mengembangkan bank
syariah antara lain dengan menyusun ketentuan dan menyiapkan infrastruktur yang
sesuai dengan karakteristik bank syariah. Disamping itu, pasal 10 UU No.23 Tahun
terbuka (open market operation) di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing.
menyusun suatu ketentuan yang berkaitan dengan pasar uang syariah. Selain untuk
dananya, pasar uang syariah ini juga sekaligus dapat digunakan Bank Indonesia
selaku otoritas moneter sebagai salah satu indikator dan sarana dalam melaksanakan
No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Hal ini mengingat berdasarkan
kekurangan dana. Dalam hal terjadi kelebihan, maka bank melakukan penempatan
operasional bank dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini bank dapat menerbitkan
Sertifikat Investasi Mudharabah (IMA) yang merupakan sarana penanaman dana bagi
bank syariah maupun konvensional, sehubungan dengan tugas Bank Indonesia untuk
menjaga stabilitas moneter, Bank Indonesia menyerap kelebihan likuiditas bank-bank
Perkembangan bank syariah saat ini tumbuh cukup baik, hal ini dipengaruhi
oleh tiga sebab, pertama, bank syariah lebih baik dalam mempertahankan kinerjanya
terhadap sistem bank konvensional, maka hal ini menjadi titik tolak bagi pelaku
bank syariah.
Hingga September tahun 2009 jumlah bank-bank syariah umum dan bank
umum yang membuka cabang bank syariah tercatat di Bank Indonesia berjumlah lima
buah bank umum syariah yaitu, Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega
Syariah, Bank Rakyat Indonesia Syariah dan Bank Bukopin Syariah. Pada akhir
September 2009 tercatat 660 jumlah kantor bank syariah dan 24 Unit Usaha Syariah
minat bank syariah masih terfokus pada pembiayaan murabahah dibandingkan dengan
tingginya resiko pembiayaan dimana bank syariah menyediakan dana 100% dan bila
terjadi kerugian maka bank yang harus menanggung kerugian tersebut. Sedangkan
juga tidak adanya lembaga penjamin yang meminimalisir resiko ketidakpastian usaha
pada saat proses penggunaan dana, sehingga dengan keberadaan lembaga penjamin,
(Sudarsono:2003).
Sementara itu, jumlah aset dan DPK terus menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya, hal ini membuktikan tingkat kepercayaan yang terus meningkat di kalangan
Gambar 4.1
Faktor Pendorong Perkembangan Bank Syariah
1. Analisis Deskriptif
5.0 dan Microsoft Excel 2003, untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari
variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel independen; aset bank
syariah, DPK bank syariah, Pembiayaan dan NPF bank syariah, sedangkan variabel
Tabel 4.1
Jumlah Aset Perbankan Syariah Indonesia
(Dalam Miliar Rupiah)
tahun 2009. Rata-rata terendah terjadi pada tahun 2004 dan rata-rata
Grafik 4.1
Aset Bank Syariah
50000
40000
30000
20000
10000
0
2004 2005 2006 2007 2008
ASET
tahun 2008.
Tabel 4.2
Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah Indonesia
(Dalam Miliar Rupiah)
itu bank syariah harus memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi
36,852 triliun. Jumlah rata-rata terendah tercatat pada tahun 2004 dan
Grafik 4.2
DPK Perbankan Syariah Indonesia
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
2004 2005 2006 2007 2008
DPK
bank syariah terus meningkat hingga akhir periode penelitian. Hal ini
Tabel 4.3
Pembiayaan Perbankan Syariah Indonesia
(Dalam Miliar Rupiah)
Jumlah rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2008 dan terendah pada
tahun 2004.
penelitian.
Grafik 4.3
Grafik Pembiayaan Bank Syariah Indonesia
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
2004 2005 2006 2007 2008
PMBY
disebabkan oleh besarnya risiko yang akan ditanggung akan tetapi hal
Tabel 4.4
Jumlah NPF Perbankan Syariah Indonesia
(Dalam Miliar Rupiah)
sebesar Rp 153 miliar dan pada akhir periode jumlah NPF bank syariah
Grafik 4.4
Grafik Non Performing Financing Bank Syariah
2000
1600
1200
800
400
0
2004 2005 2006 2007 2008
NPF
menurun pada periode tahun 2005 dan pada tahun 2007. Semakin
rendah nilai NPF bank syariah semakin baik kinerja bank syariah
tersebut.
Tabel 4.5
Jumlah Outstanding SWBI Bank Syariah Indonesia
(Dalam Miliar Rupiah)
terbesar tercatat pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2004.
Grafik 4.5
Grafik SWBI
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2004 2005 2006 2007 2008
SWBI
Tabel 4.6
Jumlah Volume Transaksi PUAS
(Dalam Miliar Rupiah)
PUAS terjadi pada tahun 2008 dan tertinggi pada tahun 2004.
Grafik 4.6
Grafik PUAS
4000
3000
2000
1000
0
2004 2005 2006 2007 2008
PUAS
yang lebih besar jika dibandingkan penempatan dana pada SWBI yang
transaksi PUAS.
a. Uji Stationeritas
Stasioner dari sebuah variabel menjadi penting karena pengaruhnya
mana nilai koefisien yang dihasilkan dari estimasi menjadi tidak valid dan
sulit untuk dijadikan pedoman. Dalam penelitian ini digunakan Uji Phillips-
Peron dalam pengujian stationeritas data dari variabel yang diteliti. Pengujian
ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang memiliki rata-rata, varian dan
Ha : data stasioner
Berikut ini disajikan hasil uji stasioneritas dari setiap data yang digunakan
dalam penelitian ini dengan menggunakan Uji Phillips Peron (PP), yaitu:
Tabel 4.7
Hasil Uji PP Data Tingkat Level
Dari rangkuman hasil pengolahan pada tabel 4.7 di atas dapat dilihat
nilai t-statistic dan critical value 5%. Nilai stastistik PP di atas kemudian akan
stasioneritas suatu variabel serta dengan melihat Prob-nya yaitu harus lebih
kecil dari 0,05. Pada pengujian stasioneritas data pada tingkat level terhadap
seluruh variabel diketahui bahwa hanya variabel SWBI saja yang stationer
pada tingkat level karena nilai mutlak PP statistiknya lebih besar dari Mc
Kinnnon Critical Value, hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Deky Anwar (2006) dan Sri Widyatstuti (2009) dimana
Jika data stasioner pada tingkat level maka kita tidak perlu melakukan
uji kointegrasi. Dengan demikian apabila data stasioner pada tingkat level
maka model VAR yang kita punyai disebut model non struktural karena tidak
dengan nama VAR bentuk level. Sedangkan jika data tidak stasioner pada
keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat
statistik Mackinnon serta dengan melihat Prob-nya yaitu harus lebih kecil dari
0,05. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada
diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu.
Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu
dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang
stasioner.
Berikut ini adalah hasil uji stationeritas 1st difference dari uji PP:
Tabel 4.8
Uji Stationeritas Tingkat Difference
atas (pada tabel 4.8) dapat dilihat keberadaan unit root dari setiap variabel
difference pertama, terlihat dengan jelas bahwa semua data tersebut menjadi
stasioner, yaitu baik variabel kinerja perbankan syariah (DPK, ASET, NPF
Jika data time series Y dan X tidak stasioner pada tingkat level tetapi
menjadi stasioner pada diferensi yang sama yaitu maka kedua data adalah
terkointegrasi. Dengan kata lain uji kointegrasi hanya bisa dilakukan ketika
data yang digunakan dalam penelitian berintegrasi pada derajat yang sama.
(Widarjono, 2007).
b. Uji Kointegrasi
Setelah melakukan uji stasioner, selanjutnya melakukan uji
kombinasi antar variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Uji kointegrasi ini
Tabel 4.9
Hasil Uji Kointegrasi
DPK, ASET, NPF, PEMBIAYAAN dan PUAS
Hypothesize
d Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
diatas memiliki nilai trace statistic yang lebih besar jika dibandingkan dengan
critical value-nya, sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel saling
dalam pengujian ini adalah Schwatz Information Criterion (SIC), karena SIC
memberi timbangan yang lebih besar, jika ada kontradiksi antara nilai AIC dan
SIC maka yang digunakan adalah kriteria dari SIC. Berdasarkan kriteria
tersebut maka panjang lag yang optimal adalah panjang lag yang
meminimalkan nilai SIC. Hasil uji SIC untuk data yang didifferencing dapat
Tabel 4.10
Hasil Perbandingan Panjang Lag Optimal
Untuk Data Yang Didefferencing
Digunakan Pada VECM
lag untuk data yang didefferencing terletak pada lag pertama. Disebabkan
karena nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan lag-lag yang lain.
VAR, yaitu pertama adalah melakukan uji stasioneritas data. Jika data
stasioner pada tingkat level maka kita mempunyai model VAR biasa
maka kita harus menguji apakah data mempunyai hubungan jangka panjang
jika tidak terkointegrasi maka berimplikasi pada VAR dengan data difference
(VAR in difference).
SWBI stasioner pada tingkat level maka selanjutnya dilakukan analisis data
SWBI saja yang stationer pada tingkat level sementara variabel yang lain
stationer pada tingkat difference maka SWBI tidak dapat dianalisis lebih lanjut
karena tidak ada variabel eksogen yang stationer pada tingkat level sehingga
kita tidak dapat mengetahui dampak yang terjadi terhadap variabel eksogen
terhadap shock yang terjadi pada instrumen moneter syariah. Sedangkan data
Aset, DPK, NPF, Pembiayaan, dan PUAS stasioner pada tingkat difference
1) Hasil analisis Vector Error Correction Model (VECM) pada variabel Aset,
a. Impulse Respons
Tabel 4.11
Respon Aset Terhadap PUAS
Response of
LOG(ASET):
Period LOG(ASET) LOG(DPK) LOG(NPF) LOG(PMBY) LOG(PUAS)
ditunjukkan grafik pada grafik IRF cenderung berada diatas garis horizontal
(Lihat Lampiran 7). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Deky Anwar (2006) dan Sri Widyastuti (2009), bahwa shock yang terjadi pada
dari Dana Pihak Ketiga, penempatan pada bank lain, penempatan pada Bank
hasil uji IRF variabel aset memiliki pengaruh yang positif, ini artinya apabila
terjadi shock pada transaksi PUAS maka jumlah aset yang dimiliki akan
bertambah.
Tabel 4.12
Respon DPK Terhadap PUAS
Response of
LOG(DPK):
Period LOG(ASET) LOG(DPK) LOG(NPF) LOG(PMBY) LOG(PUAS)
Berdasarkan tabel 4.12 respon yang diterima oleh DPK akibat shock
yang terjadi pada PUAS adalah tidak merespon. Dikatakan tidak merespon
karena jika dilihat dari grafik IRF respon yang diterima oleh DPK cenderung
berada sejajar dengan garis horizontal (Lihat Lampiran 7). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Deky Anwar (2006) dan Sri Widyastuti
(2009), bahwa DPK tidak merespon terhadap shock yang terjadi pada PUAS .
Berdasrkan hasil uji IRF variabel DPK tidak memberikan respon skibat
shock yang terjadi pada PUAS, yang artinya besarnya jumlah transaksi
intrumen PUAS tidak akan menambah jumlah DPK pada bank syariah.
Tabel 4.13
Respon NPF Terhadap PUAS
Response of
LOG(NPF):
Period LOG(ASET) LOG(DPK) LOG(NPF) LOG(PMBY) LOG(PUAS)
Berdasarkan tabel 4.13 diatas respon yang diterima NPF akibat terjadi
shock pada PUAS adalah merespon positif hal ini ditunjukkan dengan grafik
IRF yang berada diatas garis horizontal (Lihat Lampiran 7). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Deky Anwar (2006) dan Sri Widyastuti
(2009) dimana pengaruh shock yang terjadi pada PUAS terhadap variabel NPF
adalah positif.
Berdasarkan hasil uji IRF respon yang diterima akibat adanya shock
pada transaksi instrumen moneter syariah adalah positif, hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar jumlah NPF pada bank syariah akan meningkatkan
membayar keuntungan dari dana yang dititipkan oleh nasabah, hal itu
meningkat maka bank syariah harus mencari alternatif lain dalam memenuhi
Response of
LOG(PMBY):
Period LOG(ASET) LOG(DPK) LOG(NPF) LOG(PMBY) LOG(PUAS)
garis respon Pembiayaan terhadap shock yang terjadi pada PUAS berada
diatas garis horizontal (Lihat Lampiran 7). Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Deky Anwar (2006) dan Sri Widyastuti (2009) bahwa
pengaruh yang diakibatkan oleh shock yang terjadi pada PUAS akan
b. Variance Decomposition
Tabel 4.15
Respon ASET Terhadap PUAS
Variance
Decompos
ition of
LOG
(ASET):
Period S.E. LOG(ASET) LOG(DPK) LOG(NPF) LOG(PMBY) LOG(PUAS)
menjelaskan perubahan pada variabel Aset sebesar 0,34% pada periode kedua
dan diakhir periode tercatat sebesar 1,13%. Variabel aset yang dijelaskan oleh
variabel itu sendiri sebesar 100% dan terus menurun hingga periode kesepuluh
dan tercatat sebesar 93,3%. Sedangkan sisanya pada akhir periode variabel
Aset yang dijelaskan variabel itu sendiri sebesar 93,3% dan sisanya
yang diberikan oleh variabel aset kecil, hal ini disebabkan variabel aset terdiri
dari beberapa variabel lain yang termasuk dalam penelitian ini, yaitu
pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga. Sehingga kontribusi yang diberikan oleh
variabel aset juga dipengaruhi oleh variabel lain yang terdapat dalam
penelitian ini, akibatnya besaran dari kontribusi variabel aset menjadi lebih
Tabel 4.16
Respon DPK Terhadap PUAS
Variance
Decompos
ition of
LOG
(DPK):
Period S.E. LOG(ASET) LOG(DPK) LOG(NPF) LOG(PMBY) LOG(PUAS)
menjelaskan perubahan pada variabel DPK sebesar 0,15% pada periode kedua
dan pada akhir periode tercatat sebesar 0,073% pada akhir periode. Pada awal
periode variabel DPK yang dijelaskan oleh variabel itu sendiri sebesar 31,32%
Sedangkan pada akhir periode variabel DPK yang dijelaskan oleh variabel itu
sendiri sebesar 14,2% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel Aset, NPF, dan
oleh variabel DPK sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh karena Dana Pihak
Ketiga yang dikumpulkan dari nasabah difokuskan terlebih dahulu dalam hal
intermediasi.
Tabel 4.17
Respon NPF terhadap PUAS
Variance
Decompos
ition of
LOG
(NPF):
Period S.E. LOG(ASET) LOG(DPK) LOG(NPF) LOG(PMBY) LOG(PUAS)
akibat shock yang terjadi pada PUAS, variabel NPF menjelaskan perubahan
sebesar 0,07% dan tercatat pada akhir periode sebesar 7,2%. Pada awal
periode respon yang diterima oleh varibel NPF yang dijelaskan oleh variabel
itu sendiri sebesar 65,69% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh Aset dan DPK
masing-masing sebesar 32,8% dan 1,47%. Pada akhir periode respon yang
diterima oleh variabel NPF yang dijelaskan oleh variabel itu sendiri sebesar
66% dan sisanya dipengaruhi oleh Aset sebesar 8,5%, DPK 16.8%, dan
yang diberikan oleh variabel NPF cukup besar jika dibandingkan dengan
variabel Aset dan DPK, hal ini menujukkan bahwa NPF merupakan salah satu
apabila dana likuid yang didapat dari pembiayaan terhambat, bank dapat
sisanya dipengaruhi oleh variabel itu sendiri, Aset, DPK dan NPF masing-
masing sebesar 77,4%, 20%, 0,21% dan 1,66%. Sedangkan pada akhir
periode shock yang terjadi pada PUAS menjelaskan perubahan pada variabel
dan 3,9%.
pembiayaan akan semakin besar pula risiko yang ditanggung oleh bank akan
akan meningkat. Oleh sebab itu bank syariah harus mencari alternatif lain
terhadap nasabah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
perbankan syariah di Indonesia (Aset, DPK, Pembiayaan, dan NPF) akibat shock yang
terjadi pada instrumen moneter syariah (SWBI dan PUAS), dan mengetahui
kontribusi variabel kinerja perbankan syariah terhadap shock yang terjadi pada
variabel instrumen moneter syariah untuk periode penelitian bulan Januari Tahun
2004 sampai dengan bulan Desember tahun 2008 dengan menggunakan Impulse
Respons dan Variance Decomposition , maka hasil dari pengujian adalah sebagai
berikut:
a. Aset mampu memberikan kontribusi terhadap shock yang terjadi pada PUAS
b. DPK mampu memberikan kontribusi terhadap shock yang terjadi pada PUAS
c. NPF mampu memberikan kontribusi terhadap shock yang terjadi pada PUAS
Indonesia, semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak
perbankan syariah.
c. Bagi masyarakat
C. Saran
Sebagai penulis, saya menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna
dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya saya menyarankan:
1. Menambah jumlah populasi penelitian dan metode analisis yang berbeda serta
dibahas.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Rajawali Pers, Jakarta, 2009.
Nurfitri Adi, Indah. “Analisis Pengaruh Penempatan Dana pada SWBI dan PUAS
terhadap FDR Perbankan Syariah”, Tesis Tidak Dipublikasikan, Jakarta
2006.
Perwataatmadja, Karnaen A dan Tanjung, Hendri. “Bank Syariah Teori, Praktik, dan
Peranannya”, Celestial Publishing, Jakarta, 2007.
DPK
ASET
SWBI
Null Hypothesis: SWBI has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.*
PUAS
Null Hypothesis: PUAS has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 8 (Newey-West using Bartlett kernel)
DPK
Null Hypothesis: D(DPK) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)
ASET
Null Hypothesis: D(ASET) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel)
Adj. t-Stat Prob.*
NPF
Null Hypothesis: D(NPF) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)
PMBY
Null Hypothesis: D(PMBY) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)
PUAS
Null Hypothesis: D(PUAS) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 11 (Newey-West using Bartlett kernel)
LAMPIRAN 4
Uji Kointegrasi
LAMPIRAN 5
LOG(ASET(-1)) 1.000000
LOG(DPK(-1)) -1.664289
(0.14607)
[-11.3937]
LOG(NPF(-1)) 0.167409
(0.04139)
[ 4.04492]
LOG(PMBY(-1)) 0.625768
(0.15145)
[ 4.13180]
LOG(PUAS(-1)) -0.040825
(0.01032)
[-3.95525]
C -0.803311
LAMPIRAN 7
Grafik IRF
Response to Cholesky One S.D. Innov ations
Response of LOG(ASET) to LOG(ASET) Response of LOG(ASET) to LOG(DPK) Response of LOG(ASET) to LOG(NPF) Response of LOG(ASET) to LOG(PMBY) Response of LOG(ASET) to LOG(PUAS)
.025 .025 .025 .025 .025
Response of LOG(DPK) to LOG(ASET) Response of LOG(DPK) to LOG(DPK) Response of LOG(DPK) to LOG(NPF) Response of LOG(DPK) to LOG(PMBY) Response of LOG(DPK) to LOG(PUAS)
.030 .030 .030 .030 .030
Response of LOG(NPF) to LOG(ASET) Response of LOG(NPF) to LOG(DPK) Response of LOG(NPF) to LOG(NPF) Response of LOG(NPF) to LOG(PMBY) Response of LOG(NPF) to LOG(PUAS)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of LOG(PMBY) to LOG(ASET) Response of LOG(PMBY) to LOG(DPK) Response of LOG(PMBY) to LOG(NPF) Response of LOG(PMBY) to LOG(PMBY) Response of LOG(PMBY) to LOG(PUAS)
.020 .020 .020 .020 .020
Response of LOG(PUAS) to LOG(ASET) Response of LOG(PUAS) to LOG(DPK) Response of LOG(PUAS) to LOG(NPF) Response of LOG(PUAS) to LOG(PMBY) Response of LOG(PUAS) to LOG(PUAS)
.8 .8 .8 .8 .8
.6 .6 .6 .6 .6
.4 .4 .4 .4 .4
.2 .2 .2 .2 .2
.0 .0 .0 .0 .0
LAMPIRAN 8
80 80 80 80 80
60 60 60 60 60
40 40 40 40 40
20 20 20 20 20
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
80 80 80 80 80
70 70 70 70 70
60 60 60 60 60
50 50 50 50 50
40 40 40 40 40
30 30 30 30 30
20 20 20 20 20
10 10 10 10 10
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
70 70 70 70 70
60 60 60 60 60
50 50 50 50 50
40 40 40 40 40
30 30 30 30 30
20 20 20 20 20
10 10 10 10 10
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
70 70 70 70 70
60 60 60 60 60
50 50 50 50 50
40 40 40 40 40
30 30 30 30 30
20 20 20 20 20
10 10 10 10 10
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
70 70 70 70 70
60 60 60 60 60
50 50 50 50 50
40 40 40 40 40
30 30 30 30 30
20 20 20 20 20
10 10 10 10 10
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10