Anda di halaman 1dari 2

PERTANYAAN PPH FINAL

1. Bagaimana apabila terjadi kesalahan pemotongan, penyetoran pelaporan PPh Pasal


23 dan/atau Pasal 4 ayat (2)
Pertanyaan Konsultasi Pajak :
 Pak mohon jalan keluar atas masalah yang dialami oleh perusahaan kami.
 Perusahaan kami telah menyewa gedung kantor sebagai tempat usaha.
 Atas persewaan gedung kantor tersebut, pemilik gedung selain mengenakan biaya sewa,
juga mengenakan biaya service charge, listrik, parkir dan lain-lain.
 Perusahaan kami baru saja memotong, menyetor dan melaporkan atas pembayaran
service charge, listrik, parkir dan lain-lain yang merupakan bagian dari sewa tanah dan atau
bangunan sebagai obyek PPh pasal 23 padahal seharusnya merupakan obyek PPh Pasal 4 ayat 2
(final). Sehingga perusahaan telah melakukan kesalahan pemotongan, penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 23, padahal seharusnya dilakukan pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 4
ayat 2.
 Bagaimana saya harus memperbaiki laporan tersebut dan apakah bisa kesalahan
pemotongan tersebut dikompensasikan dengan PPh Pasal 4 ayat 2 atas biaya sewa bulan
berikutnya ?

Jawaban Konsultasi Pajak :


 Service charge, listrik, parkir dan lain-lain yang merupakan bagian dari sewa tanah dan
atau bangunan adalah obyek Pajak PPh Pasal 4 ayat 2.
 PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang atas pembayaran Service charge, listrik, parkir dan
lain-lain pada saat terjadi pembayaran atas service charge, listrik, parkir dan lain-lain.
 PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang atas pembayaran Service charge, listrik, parkir dan
lain-lain disetorkan dan dilaporkan oleh Pemotong Pajak (Perusahaan yang membayarkan biaya
Service charge, listrik, parkir dan lain-lain).
 Apabila terjadi kekeliruan pada pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Pasal 23,
maka dilakukan pemindahbukuan (pbk) dari Setoran PPh Pasal 23 ke setoran PPh Pasal 4 ayat 2
atau sebaliknya oleh Pemotong Pajak. Hal ini disebabkan karena dalam SPT Masa PPh Pasal 23
maupun SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 tidak ada menu kompesasi ke masa pajak berikutnya.
 Apabila sudah dilakukan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 maka sebelum dilakukan
permohonan pemindahbukuan (pbk) terlebih dahulu dilakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal
23 tersebut menjadi NIHIL tidak ada objek pemotongan PPh Pasal 23 atas Service charge, listrik,
parkir dan lain-lain tersebut.
 Setelah diterima SSP hasil Pbk, maka dilakukan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2,
tersebut dengan lampiran bukti hasil Pbk.
 Jadi kekurangan potongan tersebut tidak dapat dikompensasi dengan biaya sewa masa
pajak berikutnya tetapi disetor dan dilaporkan seperti tersebut diatas.
 Sehingga atas kasus Saudara yang harus dilakukan adalah :
1. Melakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 dengan mengeluarkan
data objek pajak maupun penyetoran PPh Pasal 23 atas Service charge, listrik,
parkir dan lain-lain.
2. Setelah dilakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 23 tersebut, kemudian
melakukan permohonan Pbk (Pemindahbukuan) dari jenis pajak PPh Pasal 23 ke
jenis pajak PPh Pasal 4 ayat 2 dengan dilampirkan bukti pembayaran pajak PPh
Pasal 23 atas Service charge, listrik, parkir dan lain-lain.
3. Setelah bukti Pbk (Pemindahbukuan) diterima dari Kantor Pelayanan
Pajak, segera lakukan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 atas Service charge,
listrik, parkir dan lain-lain.
4. Sehingga atas kesalahan pemotongan, penyetoran dan pelaporan SPT
Masa PPh Pasal 23 tersebut tidak dapat dikompensasikan ke SPT Masa PPh Pasal
23 Masa Pajak berikutnya, tetapi dilakukan permohonan Pbk (Pemindahbukuan).

1. Perusahaan yang omsetnya dibawah Rp. 4,8 miliar mengalami kerugian. Apakah
perusahaan tersebut boleh tidak membayar PPh final dengan tarif 1%? Apakah boleh
mencantumkan kompensasi kerugiannya?

Jawaban:

Perusahaan yang memiliki peredaran bruto dari usaha tidak melebihi Rp. 4,8 miliar pada suatu
Tahun Pajak dikenai Pajak Penghasilan (PPh) final 1% atas penghasilan dari usaha pada tahun
pajak berikutnya meskipun mengalami kerugian. Terkait kompensasi rugi, apabila pada suatu
Tahun Pajak perusahaan dikenai PPh final berdasarkan ketentuan PP Nomor 46 TAHUN 2013,
maka atas kerugian yang terjadi pada Tahun Pajak tersebut tidak dapat dikompensasikan ke
Tahun Pajak berikutnya.

2. Pada tahun 2014 perusahaan dikenai PPh final dengan tarif 1%. Di akhir tahun 2014
omsetnya telah melebihi Rp. 4,8 miliar, tetapi menderita kerugian. Apakah kerugian
tersebut boleh dikompensasikan sehingga pada tahun 2015 perusahaan tidak perlu
membayar PPh final 1%?

Jawaban:

Karena omset Tahun Pajak 2014 melebihi Rp. 4,8 miliar, maka pada Tahun Pajak 2015 perusahaan
dikenai PPh sesuai ketentuan umum. Kerugian yang terjadi pada Tahun Pajak 2014 yang dikenai
PPh final berdasarkan PP Nomor 46 TAHUN 2013 tidak dapat dikompensasikan pada Tahun Pajak
2015. (Pasal 8 huruf c PP Nomor 46 TAHUN 2013)

Anda mungkin juga menyukai