Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA REMAJA AWAL DI

KELURAHAN PULAU HARAPAN KEPULAUAN SERIBU

Nadirahilah1), Deden Nurdiansyah2)


STIKes Jayakarta, Provinsi DKI Jakarta
Email : nadirahilah@yahoo.co.id

Abstrak

Masa remaja merupakan masa perkembangan psikoseksual dimana pada tahap ini
perubahan yang sangat menonjol adalah ketika terjadi kematangan fungsi seksual yang
ditampilkan melalui perubahan perilaku. Hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia membuktikan bahwa secara nasional ada peningkatan angka kejadian hubungan
seksual dari 3 juta remaja yang menyatakan pernah melakukan perilaku seksual pranikah
pada tahun 2007 menjadi 3,7 juta remaja pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran perilaku seksual beresiko pada remaja awal di Kelurahan Pulau
Harapan Kepulauan Seribu. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel penelitian
adalah remaja awal di Kelurahan Pulau Harapan Kepulauan Seribu berjumlah 135 orang
responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah
remaja yang berusia 11 tahun (40%), 52,6 % adalah laki-laki dan 47,4 % perempuan,
54,8% memiliki perilaku seksual beresiko dan 21,5 % responden pernah melakukan
hubungan seksual (intercrouse).Saran kepada berbagai pihak baik pemerintah, lembaga
sosial, maupun lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat pada perguruan tinggi agar
dapat melakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja kepada remaja di wilayah
Kelurahan Pulau Harapan Kepulauan Seribu.

Kata Kunci : remaja awal, perilaku seksual beresiko, kesehatan reproduksi remaja

Abstract

Adolescent is a period of psychosexual development which at this stage are very prominent
change is when the sexual function of maturity shown through behavior change. Indonesia
Adolescent Reproductive Health Survey proves that nationally there is an increasing
incidence of sexual intercourse than 3 million teens who claimed never done premarital
sexual behavior in 2007 to 3.7 million youth in 2012. This study is a descriptif study with
135 respondents as study sample are early adolescent in the Village of Hope Island
Thousand Island. The result of this study showed that most respondents are adolescent aged
11 years (40%), 52.6% were male and 47.4 % female, 54.8 % had a risk sexual behavior
and 21.5 % of respondents never do sexual intercrouse (intercrouse). Advice to poeple from
government, social agencies, and research institutions and community service in college in
order to perform adolescent reproductive health education to adolescent in the Village of
Hope Island Thousand Island.

Keywords : early adolescent, risk sexual behavior, adolescent reproductive health


PENDAHULUAN tahun pada SDKI 2012 KRR
dibandingkana dengan SKRRI tahun
Masa yang paling bergejolak dalam 2007. Pada tahun 2012, sejumlah 25
kehidupan manusia adalah masa remaja. persen remaja pria dan 26 persen remaja
Masa remaja adalah masa penuh warna wanita memulai berpacaran pada umur 12
dan dinamika, disertai rangkaian gejolak sampai dengan 14 tahun, sementara pada
emosi yang menghiasi perjalanan manusia tahun 2007, 15 persen remaja pria dan 20
yang hendak tumbuh dewasa (Asmani, persen remaja wanita memulai berpacaran
2011). pada umur yang sama. Hal ini
Masa remaja adalah masa menegaskan bahwa remaja mulai
perkembangan psikoseksual. Pada tahap berpacaran pada umur yang lebih muda.
ini, perubahan yang sangat menonjol Aktivitas remaja dalam berpacaran
adalah ketika terjadi kematangan fungsi menunjukkan perpegangan tangan adalah
seksual yang ditampilkan melalui hal yang paling banyak mereka lakukan
perubahan perilaku. Meningkatnya (72 persen remaja wanita dan 80 persen
budaya seks bebas di kalangan pelajar remaja pria). Remaja pria cenderung lebih
mulai mengancam masa depan bangsa banyak melaporkan perilaku berciuman
Indonesia. Bahkan perilaku seks pra nikah (48 persen) dibandingkan dengan remaja
tersebut dari tahun ke tahun meningkat wanita (30 persen) dan meraba atau
(Nurhidayah, 2012). merangsang bagian tubuh yang sensitif
Menurut Badan Pusat Statististik (sejumlah 30 persen remaja pria dan 6
Provinsi DKI Jakarta (2015) bahwa persen remaja wanita) SKRRI (2012).
komposisi penduduk DKI Jakarta SKRRI (2012) juga menunjukkan
Menurut jenis kelamin dan umur pada bahwa secara nasional terjadi peningkatan
tahun 2015 diketahui sebanyak 720,966 angka remaja yang pernah melakukan
orang penduduk adalah remaja usia 10-14 hubungan seksual pranikah dibandingkan
tahun dari total penduduk DKI Jakarta dengan data hasil SKRRI tahun 2007.
yang berjumlah 10,075,310 orang. Hasil survey SKRRI tahun 2012
Berdasarkan piramida penduduk provinsi menunjukkan bahwa sekitar 9,3 % atau
DKI Jakarta Tahun 2015 diketahui bahwa sekitar 3,7 juta remaja menyatakan pernah
penduduk Provinsi DKI Jakarta berusia melakukan seksual pra nikah, sedangkan
penduduk muda (usia 0-14 th) relatif lebih hasil SKRRI tahun 2007 hanya sekitar 7%
banyak jika dibandingkan penduduk usia atau sekitar 3 juta remaja. Sehingga
diatasnya. selama periode 2007 sampai 2012 terjadi
Survey Kesehatan Reproduksi peningkatan kasus remaja yang pernah
Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2012, melakukan hubungan seksual pranikah
menyatakan 28 persen dari remaja pria sebanyak 2,3 %.
dan 27 persen remaja wanita menyatakan Permasalahan mengenai perilaku
bahwa mereka memulai berpacaran seksual remaja secara nasional
sebelum berumur 15 tahun, sedangkan mengindikasikan bahwa masih banyak
menurut SKKRI tahun 2007 hanya 19 terdapat penyimpangan perilaku seksual
persen remaja yang pria dan 24 persen remaja kepada perilaku seksual beresiko,
remaja wanita. Peningkatan ini sehingga penelitian ini sangat penting
menegaskan bahwa makin banyak remaja dilakukan untuk mengetahui bagaimana
yang telah mulai berpacaran. Ada gambaran perilaku seksual remaja yang
perbedaan nyata pada umur mulai masih berusia awal di Kelurahan Pulau
berpacaran pada remaja berumur 12-14 Harapan Kepulauan Seribu.
METODE PENELITIAN bersedia menjadi responden serta sehat
jasmani dan rohani. Pengumpulan data
Metode penelitian yang digunakan dilakukan dengan menggunakan lembar
adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan kuesioner yang meliputi data karakteristik
di Kelurahan Pulau Harapan Kepulauan responden yaitu jenis kelamin dan usia,
Seribu. Populasi pada penelitian ini serta pernyataan mengenai perilaku
adalah remaja di Kelurahan Pulau seksual responden yang pernah dilakukan
Harapan Kepulauan Seribu. Sampel oleh responden.Analisis data adalah
merupakan objek yang diteliti dan yang univariat. Penyajian data berbentuk
dianggap mewakili populasi distribusi frekuensi dan persentase dari
(Notoatmojo,2012). Remaja yang variabel yang kemudian dinarasikan
menjadi sampel penelitian ini adalah dengan ditunjang berbagai teori dan
sebanyak 135 orang responden dengan penelitian lain yang mendukung.
kriteria inklusi berusia 11-14 tahun dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menggambarkan yaitu perilaku seksual beresiko dan


karaktersitik responden berdasarkan jenis perilaku seksual tidak beresiko, serta
kelamin dan usia, dan perilaku seksual perilaku berdasarkan hubungan seksual
responden yang terdiri atas dua kategori responden.

Gambaran Jenis Kelamin Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Kelurahan Pulau Harapan Kepulauan Seribu

No Kategori Frekuensi Persentase


1 Laki-laki 71 52,6 %
2 Perempuan 64 47,4 %
Jumlah 135 100 %

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa sebanyak 71 orang responden atau 52,6 persen adalah
berjenis kelamin laki-laki

Gambaran Usia Responden


Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karaktersitik Responden Berdasarkan Usia di
Kelurahan Pulau Harapan Kepulauan Seribu

No Kategori Frekuensi Persentase


40,0 %
1 Usia 11 tahun 54
2 Usia 12 tahun 34 25,2 %
3 Usia 13 tahun 33 24,4 %
4 Usia 14 tahun 14 10,4 %
Jumlah 135 100 %

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa atau 34 orang responden, usia 13 tahun


responden yang paling banyak adalah sebanyak 33 orang (24,4 %) dan berusia
berusia 11 tahun (40,0 %) atau 54 orang 14 tahun sebanyak 14 orang (10,4%).
responden, usia 12 tahun sebanyak 25,2 %

Gambaran Perilaku Seksual Responden

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Seksual Responden di Kelurahan


Pulau Harapan Kepulauan Seribu

No Kategori Frekuensi Persentase


1 Perilaku Seksual Beresiko 74 54,8
2 Perilaku Seksual Tidak Beresiko 61 45,2
Jumlah 135 100
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa responden yang berperilaku seksual beresiko lebih
banyak (54,8 %) atau 74 orang.

Gambaran Perilaku Hubungan Seksual (Intercrouse)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Hubungan Seksual dengan Lawan


Jenis (Intercrouse) Responden di Kelurahan Pulau Harapan Kepulauan Seribu

No Kategori Frekuensi Persentase


1 Melakukan Intercrouse 29 21,5 %
2 Tidak Melakukan Intercrouse 106 78,5 %
Jumlah 135 100 %
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa menikah dibandingkan wanita. Hanya 1 %
sebanyak 29 orang responden (21,5 %) remaja wanita menyetujui adanya
pernah melakukan intercrouse dan 106 hubungan seksual sebelum kawin bila
responden (78,5 %) tidak melakukan dibandingkan dengan 4 % pria. Persentase
intercrouse. remaja pria bisamenerima hubungan
Hasil analisa univariat variabel seksual sebelum menikah lebih tinggi
jenis kelamin menunjukkan responden (7%) dibandingkan dengan wanita (2%).
sebagian besar adalah laki-laki (52,6 %). Alasan utama remaja pria bisa menerima
Hasil ini sejalan dengan variabel perilaku hubungan seksual pranikah karena
seksual yang menunjukkan bahwa lebih menyukai hubungan seksual, saling
dari separuh responden (54,8 %) memiliki mencintai dan merencanakan menikah.
perilaku seksual beresiko dan 21,5 % Remaja pria dengan pendidikan lebih
responden telah melakukan intercrouse. rendah cenderung dapat menerima
Menurut SKRRI (2012), secara umum hubungan seksual sebelum kawin
remaja pria cenderung lebih bisa dibandingkan dengan yang berpendidikan
menyetujui hubungan seksual sebelum lebih tinggi.
Hasil penelitian ini juga senada belum cukup. Hal ini didukung dengan
dengan hasil analisis Suparmi dan hasil penelitian Sutarmi dan Zakir (2013)
Isfandari (2016), yang menunjukkan yang menyatakan bahwa ada hubungan
bahwa risiko perilaku seksual pranikah yang signifikan antara usia ibu dengan
pada remaja laki-laki 9.3 kali lebih tinggi komplikasi kehamilan pada primigravida
dibandingkan remaja perempuan. Remaja (p value=0,000).
laki-laki yang memiliki teman pernah Hasil penelitian ini senada dengan
melakukan seks pranikah memiliki risiko temuan Aziza dan Amperaningsih (2014),
11 kali lebih besar untuk melakukan seks bahwa seluruh informan remaja
pranikah. Sedangkan pada remaja mengalami kehamilan usia kurang 20
perempuan, risiko tersebut lebih kecil tahun, seluruh informan remaja belum
yaitu sebesar 4 kali. Implikasi kebijakan mengetahui kehamilan remaja dan proses
dari temuan ini adalah perlunya tenaga yang dialami, umumnya remaja yang
kesehatan menjalin kerjasama dengan mengalami kehamilan tidak menganggap
teman sebaya (peer group), terutama pada kehamilan diluar nikah dianggap hal yang
remaja laki-laki untuk memberikan sah saja, seluruh remaja mengatakan
contoh positif dalam mengurangi perilaku orantua mereka kurang berperan dalam
seksual pranikah. memberikan pengetahuan tentang kespro
Dua puluh sembilan responden remaja, namun orangtua mengingatkan
yang telah melakukan intercrouse etika pergaulan, umumnya remaja
dikhawatirkan akan melakukan hubungan mendapatkan pendidikan kespro remaja
seksual ini secara rutin, sehingga bagi sangat bervariasi, umumnya remaja
remaja perempuan dapat menimbulkan terpengaruh oleh IPTEK, seluruh
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). informan remaja mengatakan dalam
Dampak kehamilan yang tidak diinginkan kehidupan sehari-hari tidak sempurna
ini tentu akan sangat berpengaruh besar menerapkan ajaran agama, pada
terhadap siklus kehidupan remaja. Remaja umumnya informan remaja menjunjung
dengan KTD dapat memilih untuk nilai-nilai moral, budaya yang ada,
melanjutkan kehamilan tersebut atau seluruh informan remaja mengatakan
tidak. Konsekuensi yang ditimbulkan teman sebaya sangat mempengaruhi
dalam mengambil keputusan untuk pergaulan sehari-hari, umumnya informan
melanjutkan kehamilannya antara lain remaja menyukai lawan jenis dengan usia
konsekuensi pada aspek pendidikan, yang bervariasi.
psikologis dan sosial, dan yang paling Dampak yang terjadi akibat
utama adalah konsekuensi pada kesehatan melakukan perilaku seksual beresiko pada
fisik remaja. remaja diantaranya adalah menurunnya
Remaja yang memilih untuk semangat belajar remaja, diejek teman-
melanjutkan kehamilan kemungkinan temannya, hamil, putus sekolah, membuat
dapat mengalami kehamilan resiko tinggi. malu diri sendiri juga orang tua, rasa
Menurut Manuaba (2002) Kehamilan bersalah, marah, depresi, menikah muda,
resiko tinggi artinya bahwa terdapat dan diusia muda harus membiayai anak
perkiraan akan terjadi gangguan terhadap serta istri, dan juga mengalami penyakit
out-come pada ibunya atau janinnya kelamin menular. Sangsi moral dan sosial
sehingga memerlukan pengawasan lebih dari masyarakat juga menjadi beban yang
intensif dan mungkin tindakan proaktif. tidak mudah (Kustanti, 2013). Dampak
Usia yang beresiko (usia < 20 tahun dan tersebut tentu saja dapat dialami oleh
>35 tahun) memungkinkan banyak faktor tujuh puluh empat orang responden
resiko dan masalah kesehatan yang dapat remaja dalam penelitian ini yang
dialami oleh ibu karena pada usia < 20 berperilaku seksual beresiko.
tahun kematangan organ-organ reproduksi
Teman sebaya merupakan sumber dalam pergaulan perilaku seksual beresiko
utama dalam informasi mengenai seksual. atau perilaku seksual pranikah.
Namun sayangnya informasi yang
diberikan teman sebaya cenderung salah. KESIMPULAN
Meskipun begitu, mereka cenderung
berusaha untuk mengikuti perilaku teman Gambaran perilaku seksual beresiko pada
sebaya agar dapat diterima dan disukai remaja awal di Kelurahan Pulau Harapan
dalam kelompoknya. Teman adalah Kepulauan Seribu yaitu diketahui
seseorang yang sangat berperan penting sebanyak 74 orang remaja (54,8 %)
dalam menentukan sikap dan perilaku memiliki perilaku seksual beresiko,
seseorang, sehingga remaja harus lebih bahkan 29 orang diantaranya (21,5 %)
selektif memilih teman yang dapat pernah melakukan hubungan seksual
memberikan manfaat satu sama lain (intercrouse). Sebagian besar responden
dalam hal positif bagi remaja adalah remaja yang berusia 11 tahun (40
(Nurhidayah, 2012). %), jumlah responden laki-laki sebesar
Hasil penelitian Suwarni (2009), 52,6 % dan perempuan 47,4 %.
menemukan bahwa perilaku seksual
remaja dapat terbentuk melalui 4 jalur. SARAN
Pertama yaitu melalui pengaruh
monitoring parental secara langsung 1. Pemerintah melaksanakan pendidikan
(sebesar 10,6 %). Kedua yaitu pengaruh kesehatan reproduksi untuk remaja dan
monitoring parental secara tidak langsung melatih remaja sebagai peer-educator
melalui sikap tentang perilaku seksual kepada remaja-remaja di wilayah
pranikah dan niat berperilaku seksual Kelurahan Harapan sehingga remaja
(9,28 %). Ketiga yaitu pengaruh perilaku sebaya dapat membantu memberikan
seksual teman sebaya secara langsung solusi yang tepat dalam persoalan
(sebesar 20,25), dam keempat yaitu perilaku seksual remaja sebayanya
pengaruh perilaku seksual teman sebaya khususnya remaja-remaja yang
secara tidak langsung melalui niat berperilaku seksual beresiko dan sudah
berperilaku seksual (sebesar 14,42 %). melakukan hubungan seksual pranikah.
Peran keluarga dan peran teman 2. Lembaga-lembaga sosial yang
sebaya sangat penting dalam melindungi memiliki program kepedulian terhadap
remaja dari perilaku seksual pranikah. Hal anak dan remaja untuk melakukan
ini juga sebagai salah satu bentuk pendidikan kesehatan kepada remaja di
dukungan terhadap keberhasilan remaja wilayah Kelurahan Harapan Kepulauan
dalam melewati masa perkembangan Seribu.
tugas remaja. Komunikasi dengan 3. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
orangtua mengenai topik-topik kesehatan Masyarakat di Perguruan Tinggi agar
reproduksi remaja perlu dilakukan sejak menjadikan penelitian ini sebagai
remaja awal atau pada permulaan pubertas bahan referensi untuk penelitian
sehingga remaja tidak salah dalam selanjutnya dan menjadikan wilayah
menyikapi persoalan-persoalan yang Kelurahan Harapan Kepulauan Seribu
berkaitan dengan masalah kesehatan sebagai wilayah Pengabdian
reproduksi terutama masalah perilaku Masyarakat khususnya yang berkaitan
seksual, HIV/AIDS, Infeksi Menular dengan masalah Kesehatan Reproduksi
Seksual (IMS), Narkoba dan Pencegahan Remaja.
Kehamilan/Keluarga Berencana. Peran
teman sebaya dapat dilakukan melalui DAFTAR PUSTAKA
peer group untuk menumbuhkan sikap
positif remaja sehingga tidak terjerumus
Asmani, Ma'mur. 2012. Kiat Mengatasi Suparmi, dan Isfandari,Siti. 2016. Peran
Kenakalan Remaja Di Sekolah. Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual
Jogjakarta: Buku Biru Pranikah pada Remaja Laki-Laki dan
Perempuan di Indonesia. Pusat Penelitian
Aziza,Nyimas, dan Amperaningsih,
dan Pengembangan Upaya Kesehatan
Yuliati. 2014. Determinan Kehamilan
Masyarakat.Jakarta
Pada Remaja Di Wialayah Kerja
Puskesmas Natar Kabupaten Lampung Sutarmi & Zakir, Mardiana. 2013.
Selatan. Jurnal Keperawatan. Volume X. Hubungan Usia Ibu dengan Komplikasi
(1). 143-153 Kehamilan pada Primigravida. Jurnal
Keperawatan.IX(2) : 140-144
Bidang Kesehatan Masyarakat.2016.
Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2015. Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta. Jakarta

Kustanti, E. R. 2013 Intensi Melakukan


Seks Pranikah pada Mahasiswa Ditinjau
Dari Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Orang Tua dengan anak. Prosiding
Seminar Nasional Parenting.

Manuaba. 2002. Konsep Obstetri dan


Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta.EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012).


Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta

Nurhidayah, Siti. (2012). Pengasuhan,


Peer Group, Self Efficacy dan Perilaku
Seks pada Remaja di Kota Bekasi. Jurnal
Soul. 5(2) : 1-14

Survey Kesehatan Reproduksi Remaja


Indonesia. 2012. Kesehatan Reproduksi
Remaja. Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional. Badan
Pusat Statistik. Kementrian Kesehatan.
MEASURE DHS.ICF Internasional.
Jakarta.Agustus 2013.

Suwarni, Linda. 2009. Monitoring


Parental dan Perilaku Teman Sebaya
Terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA
Di Kota Pontianak. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia. 4( 2)

Anda mungkin juga menyukai