Anda di halaman 1dari 47

MODUL PKN SMK KELAS XII/1-1.

1
SEMESTER GASAL

MENAMPILKAN SIKAP POSITIF TERHADAP


PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Penyusun :

DIDIK SUBROTO, S.Pd.


NIP. 19740628 2009031 003
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alllah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyusun Modul PKn ini, Modul ini disesuaikan
dengan silabus KTSP PKn SMK kelas XII semester 5 dan dapat dipergunakan
sebagai sumber pembelajaran oleh guru PKn SMK N 1 Mondokan.
Isi Modul ini mungkin jauh dari sempurna, oleh karenanya masukan
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan di
masa yang akan datang. Kami berharap semoga Modul ini dapat bermanfaat
bagi kemajuan peserta didik.
Demikian disampaikan atas kerja sama dari semua pihak kami,
sampaikan ucapan terima kasih.

Sragen, Juli 2016


,
PENGESAHAN

MODUL PKN SMK KELAS XII/1-1.1


SEMESTER GASAL

MENAMPILKAN SIKAP POSITIF TERHADAP PANCASILA


SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Disahkan Penyusun :
Kepala Sekolah

SUTIKNO, S.Pd, M.Pd. DIDIK SUBROTO, S.Pd.


NIP: 19780723 200312 1 005 NIP. 19740628 2009031 003
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN
1. Diskripsi Modul
2. Peta Kedudukan Modul
3. Glosarium
4. Petunjuk Penggunaan Modul
5. Tujuan Akhir
6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
7. Daftar Cek Kemampuan

BAB II. KEGIATAN BELAJAR 1 : Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


2.1. Kompetensi Dasar
2.2. Indikator
2.3. Uraian Materi
2.4. Rangkuman
2.5. Tugas
2.6. Balikan / Tindak Lanjut

BAB III. EVALUASI


1. Tes Formatif
2. Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran - lampiran

BAB I
PENDAHULUAN

1. Diskripsi Modul
Judul Modul : Menampilkan Sikap Positif Terhadap Pancasila sebagai
Ideologi Terbuka
Kelas : XII
Semester : Gasal
Kode Modul : XII/1- 1.1.
Kompetensi Dasar : Mendiskripsikan Pancasila sebagai Ideologi
Terbuka

2. PETA KEDUDUKAN MODUL


KD Mendeskripsikan Pancasila
Sebagai
1.1 Ideologi Terbuka

S Menampilkan sikap positi K Menganalisis Pancasila Sebagai


Positif Terhadap Pancasila D Sumber Nilai Dan Paradigma
Sebagai Ideologi Terbuka II Pembangunan

K
1

K Menampilakan Sikap Positif


D Terhadap Pancasila Sebagai
III Ideologi Terbuka

3. Prasyarat
Modul ini sesuai dan sebagai tindak lanjut dari Kompetensi Dasar di
kelas XI semester 1 yaitu S.K : 3 , K.D : 3.1 : Menampilkan Sikap
Keterbukaan dan Keadilan Dalam Kehidupan Berbanga Dan Bernegara.
Untuk mempelajari modul dapat menggunakan sumber
pembelajaran dari :
1. Budiyanto, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga, Bandung.
2. Drs. Nurjani & Drs. Sukirno, Pendidikan Kewarganegaraan III, LP2IP,
Yogyakarta.
3. Sekjen MPR RI, Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen I,II,III,IV, Citra Umbara, Bandung.
4. Nugroho Noto Susanto, 1983, Naskah dan rumusan Pancasila yang
Otentik, PN Balai Pustaka, Jakarta.

4. Glosarium
Idiologi : dari kata idea dan logos, ide adalah gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita yang menyeluruh dan sistematis dijadikan dasar
bagi perubahan suatu institusi kepentingan golongan.
Pancasila : dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang
disusun oleh BPUPKI dan disyahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945.
Sumber hukum : sumber yang dijadikan bahan untuk menyusun
peraturan perundang undangan.
Ketetapan MPR : semua putusan MPR RI yang memiliki kekuatan hukum
ke dalam dan keluar.
Idiologi terbuka : suatu pandangan atau gagasan, konsep dengan sistem
cara berpikir terbuka.

5. Petunjuk penggunaan modul


a. Untuk Guru :
Modul XII/1-1.1 ini digunakan di kelas XII semester 5, S.K : 1 dan K.D :
1.1. Yang didasari oleh S.K : 3 dan K.D : 3.1 kelas XI /1
b. Untuk siswa :
1) Bacalah dengan teliti isi modul tentang Hakikat Pancasila Sebagai
Ideologi Terbuka.
2) Jawablah soal-soal yang telah tercantum pada bagian akhir Modul.
3) Diskusikan tugas-tugas dalam bentuk kelompok.
4) Presentasikan hasil tugas kelompok.

6. Tujuan Akhir
Pada akhinya pembelajaran melalui penulisan Modul ini siswa diharapkan
:
1. Dengan kajian pustaka siswa dapat menjelaskan makna ideologi
negara.
2. Dengan kajian pustaka siswa dapat menceritakan kembali proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara.
3. Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai
ideologi terbuka.
4. Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan ciri-ciri ideologi
terbuka.
5. Melalui kajian pustaka siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri ideologi
tertutup.
6. Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan makna Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
7. Melalui kajian pustaka siswa dapat menunjukkan contoh perilaku
sebagai pengamalan nilai pancasila sebagai ideologi terbuka.

7. Standar Kompetensi
(1) Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka
8. Kompetensi Dasar
( 1.1 ) Mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka
9. Indikator
1. Mendiskripsikan makna ideologi negara.
2. Menjelaskan proses perumusan Pancasila sebagi dasar negara.
3. Menguraikan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
terbuka.
4. Membedakan idiologi terbuka dan ideologi tertutup.
5. Mendiskripsikan makna Pancasila sebagi ideologi terbuka.

10. Daftar Cek Kemampuan


1. Apa pendapat anda tentang makna idiologi negara ?
2. Ceritakan kembali secara singkat proses perumusan Pancasila oleh
BPUPKI.
3. Jelaskan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara.
4. Jelaskan fungsi pokok Pancasila sebagai idiologi terbuka.
5. Berilah contoh sikap positif pengamalan Pancasila sebagai idiologi
terbuka.
BAB II
KEGIATAN BELAJAR

A. PENDAHULUAN
Pancasila sebagai dasar negara berkembang melalui suatu proses
yang cukup panjang. Pada awalnya bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia, yaitu dalam adat istiadat, serta dalam agama-
agama sebagai pandangan hidup bangsa. Nilai-nilai Pancasila telah
diyakini kebenarannya kemudian diangkat menjadi dasar negara
sekaligus sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu
Pancasila, senantiasa melekat dalam kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.Sebagai sebuah ideologi, Pancasila tidak bersifat tertutup
(statis) terhadap berbagai perubahan atau pemikiran-pemikiran baru.
Pancasila bersifat terbuka (dinamis) yang mampu menyesuaikan diri
dengan berbagai perubahan baik zaman ataupun pemikiran dengan kata
lain Pancasila mempunyai keluwesan yang memungkinkan menerima
perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan dirinya,
tanpa menghilangkan hakekat (jati dri) yang terkandung dalam nlai-nilai
dasarnya. Berhubung dengan pemikiran-pemikiran tentang ideologi
Pancasila tersebut pada penulisan ini akan mengkaji tentang :
1. Makna ideologi negara
2. Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara
3. Fungsi pokok pancasila
- Pancasila sebagai Dasar Negara
- Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
- Pancasila sebagai Kepribadiaan Hidup Bangsa.
4. Perbedaan ideologi terbuka dan ideologi tertutup
- Ciri ciri Ideologi Terbuka
- Ciri-ciri Ideologi Tertutup
5. Pancasila sebagai ideologi terbuka.

B. MATERI ESENSIAL
1. Makna Ideologi Negara
a. Pengertian Ideologi :
Menurut istilah “Ideologi” berasal dari bahasa Yunani edios dan
logos; logia eidos berarti melihat, memandang, fikiran, idea atau
cita-cita, sedangkan logos, logia berarti ilmu.
Jadi pengertian Ideologi dapat diartikan seperangkat cita-cita (ide-
ide) yang merupakan keyakinan, tersusun secara sistematis,
disertai petunjuk cara-cara mewujudkan cita-cita tersebut. Secara
harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian-pengertian dasar,
cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita
yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau
paham (Kaelan,2003).
Dengan demikian makna dari ideologi negara adalah cita-cita
negara atau cita-cita yang menjadi suatu teori atau sistem
kenegaraan bagi seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan
yang pada hakekatnya merupakan asas kerohaniaan yang antara
lain memiliki ciri-ciri, sebagai berikut :
a. Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis.
b. Pedoman tentang cara hidup.
c. Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok.
d. Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya.
b. Fungsi dan peranan Ideologi :
Fungsi dan peranan Ideologi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah :
a. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
b. Landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan
kejadiaan-kejadiaan dalam alam sekitarnya.
c. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong
seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
d. Pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan
bertindak.
e. Memberikan arahan kepada manusia dalam mencapai tujuan
hidupnya.
f. Menjembatani para pendiri negara (founding father) dan para
generasi sebelumnya.
g. Menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuangan
kelompoknya atau negaranya.
c. Pancasila sebagai Ideologi Negara Republik Indonesia.
Sebagai suatu ideologi negara Indonesia maka Pancasila pada
hakIkatnya akan merupakan hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang, tetapi diangkat dari nilai-nilai adat
istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara.
Sebagai Ideologi nasional Pancasila adalah cita-cita Negara
Republik Indonesia yang menjadi dasar bagi teori dan praktek
penyelenggaraan Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu
Ideologi Pancasila pada hakekatnya merupakan asas kerohaniaan
yang antara lain memiliki derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup
kebangsaan dan kenegaraan, serta berkedudukan sebagai
pandangan hidup, pedoman hidup dan pegangan hidup yang
dipelihara dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila itu tidak lahir secara mendadak, melainkan melalui
proses yang panjang, dimana nilai-nilai pancasila telah hidup dan
berkembang sejak manusia ada. Dalam dokumen sejarah kita
mengenal beberapa macam rumusan dan sistematika tentang
Pancasila.
Perumusan Pancasila diawali dengan pembentukan BPUPKI
sebagai syarat untuk mempersiapkan kemerdekaan, sekaligus
sebagai syarat yang dipenuhi oleh suatu negara yang merdeka. Sejak
tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dilangsungkan sidang pertama BPUPKI
yang membicarakan dasar negara. Usul-usul yang dikemukakan pada
sidang itu antara lain, sebagai berikut :
1. Prof. Muh. Yamin
Prof. Muh. Yamin mengusulkan tentang dasar negara dalam
pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945, isinya sebagai berikut :
a. Peri Kebangsaan
b. eri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat
2. Prof. Dr. Soepomo
Prof. Dr. Soepomo mengemukakan lima dasar negara, intinya
sebagai berikut :
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Keseimbangan lahir dan batin
d. Musyawarah
e. Keadilan Sosial

3. Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan usulannya dalam
sidang BPUPKI mengenal lima dasar negara Indonesia merdeka,
intinya sebagai berikut :
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme / perikemanusiaan
c. Mufakat /demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan yang berkebudayaan
4. Panitia Sembilan (Panitia Kecil)
Panitia sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 menyusun suatu
naskah tentang dasar negara Indonesia merdeka yang disebut
“Jakarta Charter“ (Piagam Jakarta). Di dalam bukunya terdapat
rumusan dasar negara, sebagai berikut :
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusian yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Fungsi Pancasila
a. Fungsi Pancasila.
1. Dasar Negara Republik Indonesia.
2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
3. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
4. Perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan
negara.
5. Sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum
bagi bangsa Indonesia.
6. Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
7. Falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia.
b. Disamping fungsi di atas Pancasila mempunyai dua fungsi pokok,
yaitu :
1. Pancasila sebagai idiologi Nasional.
2. Pancasila sebagai dasar negara.
c. Gagasan Pancasila sebagai idiologi terbuka.
1. Perbedaan idiologi terbuka dan idiologi tertutup.
2. Perwujudan Pancasila sebagai idiologi terbuka
d. Pancasila mengandung nilai-nilai
1. Nilai dasar
2. Nilai instrumental
3. Nilai praktis
e. Struktur idiologi terbuka memiliki tiga dimensi :
1. Memiliki dimensi idialisme
2. Dimensi normatif
3. Dimensi realitas
4. Pancasila sebagai Idiologi terbuka.
a. Pengertian Pancasila sebagai idiologi terbuka.
Pancasila menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia dalam
menjalankan aktivitas di segala bidang sehingga sifatnya harus
terbuka, luwes, fleksibel dan tidak tertutup.Ciri khas dari ideologi
terbuka adalah nilai-nilai atau cita-citanya tidak dipaksakan dari
pihak luar melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan nurani,
moral, dan budaya masyarakat Indonesia sendiri yang berdasarkan
hasil musyawarah dan konsensus dari masyarakat.
b. Faktor- faktor yang mendorong pemikiran pancasila sebagai ideologi
terbuka.
Menurut Moerdiono (1999 : 399) beberapa faktor yang mendorong
pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu :
1. Proses pembangunan berencana, dinamika berkembang cepat
sehingga tidak semua persoalan kehidupan dapat ditemukan
jawabannya secara ideologis.
2. Kenyataan bangkrutnya ideologi seperti marxisme, lenimisme,
komunisme.
3. Pengalaman sejarah politik Indonesia yang dipengaruhi oleh
komunis tertutup sehingga kebijakan pemerintah saat itu
bersifat tertutup.
4. Tekad Indonesia yang ingin menjadikan pancasila sebagai
alternatif ideologi dunia.
c. Nilai-nilai dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka
1. Nilai dasar
Nilai dasar merupakan esensi dari sila pancasila yang bersifat
universal sehingga dalam nilai dasar terkandung cita-cita,
tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar.
2. Nilai instrumental
Nilai yang merupakan makana, kebijakan, strategi, sasaran serta
lembaga pelaksanaannya.
3. Nilai praktis
Ideologi selain memiliki aspek yang berupa cita-cita, pemikiran-
pemikiran, serta nilai-nilai yang dianggap baik juga harus
memiliki norma yang jelas karena ideologi harus mampu
direalisasikan di dalam kehidupan praktis yang merupakan bukti
konkrit.
5. Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup merupakan pendukung ideologi merasa cukup untuk menjawab
tantangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Perbedaan
Ideologi Terbuka Ideologi Tertutup
1. Sistem pemikiran yang 1. Sistem pemikiran yang
terbuka. tertutup.
2. Nilai-nilai dan cita-citanya 2. Cenderung untuk
tidak dipaksakan dari luar memaksakan mengambil
melankan digali dan diambil nilai-nilai ideologi dari luar.
dari masyarakat. 3. Dasar pembentukan
3. Dasar pembentukan berupa cita-cita atau
ideologi bukan keyakinan keyakinan ideologis
ideologis sekelompok orang sekelompok orang.
melainkan hasil 4. Pada hakekatnya ideologi
musyawarah. hanya dibutuhkan oleh
4. Tidak diciptakan oleh penguasa negara untuk
negara, melainkan oleh kekuasaannya.
masyarakat. 5. Pada dasarnya ideologi
5. Tidak hanya dibenarkan diciptakan oleh negara
melainkan dibutuhkan oleh dalam hal penguasaan
seluruh anggota negara yang mutlak harus
masyarakat. diikuti oleh seluruh warga
6. Isinya tidak bersifat masyarakat.
operasional. 6. Isinya terdiri dari
tuntutan-tuntutan konkrit
dan operasional yang
bersifat keras yang wajib
ditaati oleh seluruh warga
masyarakat.

RANGKUMAN

Sebagai sebuah ideologi, Pancasila tidak bersifat tertutup (statis)


terhadap berbagai perubahan atau pemikiran-pemikiran baru. Pancasila
bersifat terbuka (dinamis) yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
perubahan, baik zaman ataupun pemikiran dengan kata lain Pancasila
mempunyai keluwesan yang memungkinkan menerima perkembangan
pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan dirinya, tanpa
menghilangkan hakekat (jati diri).
Ideologi dapat diartikan seperangkat cita-cita (ide-ide) yang
merupakan keyakinan, tersusun secara sistematis, disertai petunjuk cara-
cara mewujudkan cita-cita tersebut. Secara harafiah ideologi berarti ilmu
tentang pengertian-pengertian dasar, cita-cita yang bersifat tetap yang
harus ditaati.
Dengan demikian makna dari ideologi negara adalah cita-cita negara
atau cita-cita yang menjadi suatu teori atau sistem kenegaraan bagi seluruh
rakyat dan bangsa.
Pancasila sebagai dasar negara artinya nilai-nilai dasar Pancasila
dijadikan pedoman dalam tatanan kehidupan bernegara.
Perumusan Pancasila sebagai dasar negara dilakukan oleh BPUPKI
sebagi syarat untuk mempersiapkan kemerdekaan, sekaligus sebagai syarat
yang dipenuhi oleh suatu negara yang merdeka. Sejak tanggal 29 Mei – 1
Juni 1945 dilangsungkan sidang pertama BPUPKI yang membicarakan dasar
negara bagi negara Indonesia kelak jika merdeka.
Ciri khas dari ideologi terbuka adalah nilai-nilai atau cita-citanya tidak
dipaksakan dari pihak luar melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan
nurani, moral, dan budaya masyarakat Indonesia sendiri yang berdasarkan
hasil musyawarah dan konsensus dari masyarakat.

BAB III
EVALUASI

1. TUGAS
Amati disekitar anda tentang sikap dan perilaku masyarakat di sekitar
anda yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan sikap mau
menerima pengaruh dari luar.
2 TEST AKHIR
1. Jelaskan pengertian ideologi?
2. Jelaskan secara singkat proses perumusan Pancasila?
3. Sebutkan dan jelaskan 2 fungsi Pancasila?
4. Sebutkan Nilai-nilai dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka !
5. Jelaskan makna Pancasila sebagai ideologi terbuka?

3. LEMBAR KERJA
1. Mengidentifikasi Perbedaan ideologi terbuka dan tertutup

PERBEDAAN
IDEOLOGI TERTUTUP IDEOLOGI TERBUKA
1. ................. 1 ...................
2. ................. 2 ...................
3. ................. 3 ...................
...................... ......................

4. KUNCI JAWABAN
1. Pengertian ideologi adalah seperangkat cita-cita (ide-ide) yang
merupakan keyakinan yang tersusun secara sistematis disertai
petunjuk atau cara untuk mewujudkan cita-cita.
2. Perumusan Pancasila sebagai dasar negara dilakukan oleh BPUPKI
mulai tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 dilangsungkan sidang pertama
BPUPKI yang membicarakan dasar negara oleh M.Yamin, Ir. Sukarno,
Supomo dan Panitia Sembilan, kemudian rumusan Pancasila
dituangkan kedalam Pembukaan UUD 1945 Alenia keempat.
3. Fungsi Pancasila.
1. Dasar Negara Republik Indonesia.
2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
3. Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia.
4. Perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan Negara.
5. Sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum bagi
bangsa Indonesia.
6. Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
7. Falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia.
4. Nilai-nilai dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka.
1. Nilai dasar
Nilai dasar merupakan esensi dari sila pancasila yang bersifat
universal sehingga dalam nilai dasar terkandung cita-cita, tujuan,
serta nilai-nilai yang baik dan benar.
2. Nilai instrumental
Nilai yang merupakan makana, kebijakan, strategi, sasaran serta
lembaga pelaksanaannya.
3. Nilai praktis
Ideologi selain memiliki aspek yang berupa cita-cita, pemikiran-
pemikiran, serta nilai-nilai yang dianggap baik juga harus memiliki
norma yang jelas karena ideologi harus mampu direalisasikan di
dalam kehidupan praktis yang merupakan bukti konkrit.
5. Pancasila bersifat terbuka (dinamis) yang mampu menyesuaikan diri
dengan berbagai perubahan, baik jaman ataupun pemikiran dengan
kata lain Pancasila mempunyai keluwesan yang memungkinkan
menerima perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
dengan dirinya, tanpa menghilangkan hakekat (jati dri)
5. Balikan / Tindak lanjut
Kriteria hasil belajar : 1. Apabila hasil Anda lebih/sama dengan 75 maka anda bisa
90 – 100 Sangat Baik melanjutkan ke Modul

70 – 89 Baik selanjutnya.
2. Apabila hasil Anda kurang 7.5 maka anda harus
66 – 69 Cukup
mengulang modul ini
< 65 Kurang
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Sumali, MM .2007, Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII,


Jakarta, Yudhistira.
2. Budiyanto.2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung, Erlangga.
3. Chotib dkk.2006, Kewarganegaraan 3, Jakarta,Yudhistira.
4. Sekjen MPR RI, Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 amandemen I,II,III,IV, Bandung, Citra Umbara.
5. Kokom Komalasari, Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII, Armico,
Bandung, 2007.
6. Nugroho Noto Susanto, 1983, Naskah otentik dan rumusan Pancasila
yang Otentik, Jakarta, PN Balai Pustaka.
MODUL PKN SMK KELAS XII/2-2.1, 2.2, 2.3
SEMESTER GENAP

MENGEVALUASI PERANAN PERS


DALAM MASYARAKAT DEMOKRATIS

Penyusun :

DIDIK SUBROTO, S.Pd.


NIP. 19740628 2009031 003
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

PENGESAHAN

MODUL PKN SMK KELAS XII/2-2.1, 2.2, 2.3


SEMESTER GENAP

MENGEVALUASI PERANAN PERS


DALAM MASYARAKAT DEMOKRATIS

Disahkan Penyusun :
Kepala Sekolah

SUTIKNO, S.Pd, M.Pd. DIDIK SUBROTO, S.Pd.


NIP: 19780723 200312 1 005 NIP. 19740628 2009031 003
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN
1. Diskripsi Modul
2. Peta Kedudukan Modul
3. Glosarium
4. Petunjuk Penggunaan Modul
5. Tujuan Akhir
6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
7. Daftar Cek Kemampuan

BAB II. KEGIATAN BELAJAR 1 : Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


2.1. Kompetensi Dasar
2.2. Indikator
2.3. Uraian Materi
2.4. Rangkuman
2.5. Tugas
2.6. Balikan / Tindak Lanjut

BAB III. EVALUASI


1. Tes Formatif
2. Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA
Lampiran - lampiran
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alllah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyusun Modul PKn ini, Modul ini disesuaikan
dengan silabus KTSP PKn SMK kelas XII semester 6 dan dapat dipergunakan
sebagai sumber pembelajaran oleh guru PKn SMK N 1 Mondokan.
Isi Modul ini mungkin jauh dari sempurna, oleh karenanya masukan
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan di
masa yang akan datang. Kami berharap semoga Modul ini dapat bermanfaat
bagi kemajuan peserta didik.
Demikian disampaikan atas kerja sama dari semua pihak kami,
sampaikan ucapan terima kasih.

Sragen, Januari 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1. Diskripsi Modul
Judul Modul : Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat
demokratis
Kelas : XII
Semester : Genap
Kode Modul : XII/2- 2.1, 2.2, 2.3
Kompetensi Dasar : 3.2. Menganalisis pers yang bebas dan
bertanggung jawab sesuai kode etik jurnalistik
dalam masyarakat demokratis di Indonesia.

2. PETA KEDUDUKAN MODUL

Mendeskripsikan pengertian,
KD fungsi dan peran serta
2.1 perkembangan pers di
Indonesia

S Mengevaluasi peranan Menganalisis pers yang


pers dalam masyarakat KD bebas dan bertanggung
demokratis 2.2 jawab sesuai kode etik
jurnalistik dalam masyarakat
demokratis di Indonesia

K
2

Mengevaluasi kebebasan
KD pers dan dampak
2.3 penyalahgunaan kebebasan
media massa dalam
masyarakat demokratis di
Indonesia
3. Prasyarat
Modul ini sesuai dan sebagai tindak lanjut dari Kompetensi Dasar di
kelas XI semester 1 yaitu S.K : 3 , K.D : 3.3: Menunjukkan sikap
keterbukaan dan keadilan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mempelajari modul dapat menggunakan sumber
pembelajaran dari :
1. Budiyanto, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga, Bandung.
2. Drs. Nurjani & Drs. Sukirno, Pendidikan Kewarganegaraan III, LP2IP,
Yogyakarta.
3. Sekjen MPR RI, Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Amandemen I,II,III,IV, Citra Umbara, Bandung.
4. Nugroho Noto Susanto, 1983, Naskah dan rumusan Pancasila yang
Otentik, PN Balai Pustaka, Jakarta.

4. Glosarium
- Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang
menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media
cetak,media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media
lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau
menyalurkan informasi.
- Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media
cetak,media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum
dalam memperoleh informasi.
- Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan
jurnalistik.
- Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi
perusahaan pers.
- Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan
pers Indonesia.
- Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh pers asing.
- Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau
seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan,atau
tiddakan teguran atau peringatan yang bersifat mengancam dari pihak
manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin dari
pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.
- Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian
penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan
hukum.
- Hak Tolak adalah hak wartawan karena propesinya, untuk menolak
mengungkapkan nama dan atau identitas lainya dari sumber berita
yang harus dirahasiahkan.
- Hak Jawab adalah hak seseorang atau kelompok orang untuk
memberikan tanggapan dan sanggahan terhadap pemberitaan berupa
fakta yag merugikan nama baiknya.
- Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau
membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik
tentang dirinya maupun tentang orang lain.
- Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat
terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak
benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan.
- Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawannan.
- Delik Pers adalah Delik yang terdapat dalam KUH Pidana, tetapi tidak
merupakan delik yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari delik
khusus yang berlaku umum.
- Lay Out lebih mengarah ke grafis/gambar/ilustrasi/non kata atau
perwajahan/tata letak, termasuk setting.
- Setting adalah tata letak kata/permainan hurup(besar/ kecil dan
bentuk tulisan )
- Editing untuk menambah/mengurangi kata atau pembenaran kata,
merupakan proses koreksi.
- Re-Wraiting, merupakan proses penulisan ulang, baik dalam bahasa
Inggris/dll, marangkum berita-berita luar negeri yang pada umumnya
tidak boleh hunting langsung tapi diberitakan oleh kita (exs. Kantor
berita Antara,Reuters dll)
- Hunting, keseluruhan proses pencaharian berita/berburu berita atau
photo.
- Dead-Line, waktu akhir pengumpulan berita.
- Koresponden, wartawan yang ditempatkan diluar daerah (ini
resmi,tercatat,dll)
- Freelance, penulis lepas
- Quate, petikan-petikan terpenting/menonjol/membuat heboh/paling
menarik pembaca yang biasanya diambil dari keseluruhan berita. Pada
dasarnya, maksusnya untuk memberikan poin yang menarik bagi
pembaca.
- Caption, keterangan photo
- Balance, berita yang berimbang antara nara sumber dengan pencari
berita (harus dicari berita benar/tidak, dikonfirmasikan….)
- Chek & Recheck, merupakan proses sebelum balance (mengcek
kebenaran suatu berita )
1. Petunjuk penggunaan modul
a. Untuk Guru :
Modul XII/2-3.1, 3.2, 3.3 ini digunakan di kelas XII semester gasal, S.K : 3
dan K.D : 2.1, 2.2, 2.3 yang didasari oleh S.K : 3 dan K.D : 3.3 kelas XI /
1

b. Untuk siswa :
1. Bacalah dengan teliti isi modul tentang Mengevaluasi peranan
pers dalam masyarakat demokratis.
2. Jawablah soal-soal yang telah tercantum pada bagian akhir
Modul.
3. Diskusikan tugas-tugas dalam bentuk kelompok.
4. Presentasikan hasil tugas kelompok.

2. Tujuan Akhir
Pada akhinya pembelajaran melalui penulisan Modul ini siswa
diharapkan :
1.Dengan kajian pustaka siswa dapat menjelaskan pengertian pers.
2.Dengan kajian pustaka siswa dapat menguraikan perkembangan pers
di Indonesia.
3.Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan kode etik jurnalistik.
4.Melalui kajian pustaka siswa dapat mengidentifikasi fungsi pers.
5.Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan engertian kebebasan
pers .
6.Melalui kajian pustaka siswa dapat menjelaskan manfaat pers
dalmmasyarakat demokratis.
3. Standar Kompetensi
2. Mengevaluasi berbagai sistem pemerintahan.
4. Kompetensi Dasar
3.1. Mendeskripsikan pengertian, fungsi dan peran serta
perkembangan pers di Indonesia
3.2. Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung jawab sesuai
kode etik jurnalistik dalam masyarakat demokratis di Indonesia
3.3. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan
kebebasan media massa dalam masyarakat demokratis di
Indonesia
5. Indikator
1. Menguraikan pengertian, fungsi dan peranan pers dalam
masyarakat demokratis
2. Mendeskripsikan perkembangan pers di Indonesia
3. Mendeskripsikan kode etik jurnalistik
4. Menganalisis kode etik jurnalistik dalam masyarakat demokratis di
Indonesia
5. Menguraikan upaya pemerintah dalam mengendalikan pers
6. Menunjukkan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa/
pers.
7. Menguraikan manfaat pers dalam kehidupan masyarakat
demokratis di Indonesia
6. Daftar Cek Kemampuan
1. Apa pendapat anda tentang arti pers ?
2. Jelaskan pengertian kebebasan pers ?
3. Jelaskan pengertian kode etik jurnalistik ?
4. Jelaskan fungsi dan peran pers dalam masyaraat demokratis.
5. Jelaskan penyalahgunaan kebebasan ers di Indonesia.
BAB II
KEGIATAN BELAJAR

MENGEVALUASI BERBAGAI SISTEM PEMERINTAHAN

A. PENDAHULUAN
Pers berasal dari kata pers (Belanda) artinya menekan atau mengepres
Pers dapat diartikan sebagai berikut :
1. arti sempit, media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid
2. arti luas, media massa cetak elektonik seperti radio siaran, televisi
siaran sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers Bab I pasal 1 butir 1
disebutkan :
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
Jadi Pers adalah lembaga sosial (social institution) atau lembaga
kemasyarakatan yang emrupakan subsistem dari sistem pemerintahan di
Indonesia
Pers merupakan sistem terbuka yang probabilistik
Terbuka artinya pers tidak bebas dari pengaruh lingkungantetapi di lain
pihak pers mempengaruhi lingkungan
Probabilistik artinya hasil tidak dapat disuga dengan pasti
Dalam buku ‘Four Theories of the Press” dengan penulis Fred S.
Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm, Pers dapat
dikatagorikan menjadi :
1. authoritarian Press (pers otoritarian)
2. Libertarian Press (pres libertarian)
3. Soviet Communist Press (pres komunis Soviet)
4. Social Responsibility Press (pers tanggung jawab sosial)
Ditinjau dari kepemilikannya pers dapat dibedakan menjadi :
1. Pers Nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers
Indonesia
2. Pers asing adalah pers yang diselenggrakan oleh perusahaan asing
Istilah pers Indonesia dikemukakan oleh Madikin Wonohito (1912 – 1984),
sebelum dicanangkan secara resmi oleh Dewan Pers dalam Sidang Pleno
XXV di Surakarta tanggal 7 – 8 Desember 1984
Pers Indonesia berdasarkan putusan Dewan Pers dalam Sidang
Pleno XXV
adalah pers Pancasila dalam arti pers yang orientasi, sikap dan tingkah
lakunya berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945
Pers Pembangunan adalah Pers Pancasila dalam arti mengamalkan
Pancasila UUD 1945 dalam pembangunan berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk pembangunan pers
itu sendiri
Hakikat Pers Pancasila
adalah Pers yang sehat yaitu pers yang bebas dan bertanggung jawab
dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar
dan obyektif, penyaluran aspirasi rakyat dan kontrol sosial konstruktif

B. MATERI ESENSIAL
1. FUNGSI PERS :
a. Sebagai Media Informasi, ialah perrs itu memberi dan menyediakan
informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan
masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.
b. Fungsi Pendidikan, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa
(mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung
pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan
wawasannya.
c. Fungsi Menghibur, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat
hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan
artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita
bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan
karikatur.
d. Fungsi Kontrol Sosial, terkandung makna demokratis yang
didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam
pemerintahan.
2. Socila responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah
terhadap rakyat.
3. Socila support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.
4. Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-
tindakan pemerintah.
e. Sebagai Lembaga Ekonomi, yaitu pers adalah suatu perusahaan
yang bergerak dibidang pers dapat memamfaatkan keadaan
disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga
sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil
prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.
2. PERANAN PERS DI INDONESIA
Pasal 6 UU No. 40/1999 tentang Pers dinyatakan :
Peran Pers di Indonesia adalah :
1. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
2. menegakkan nilai – nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya
supremasi hukum dan Hak Asasi manusia serta menghormati
kebhinnekaan
3. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang
tepat akurat dan benar
4. melakukan pengawasan kritik koreksi dan saran terhadap hal – hal
yang berkaitan dengan kepentingan umum
5. memperjuangkan kesdilan dan kebenaran
3. PERKEMBANGAN PERS DI INDONESIA
1. Pers masa penjajahan Belanda dan Jepang
a. Pemerintah Belanda menghentikan penerbitan surat
kabar/majalah Indonesia yang dianggap berbahaya
(Persbreidel Ordonantie)
b. Surat kabar pertama Bataviasche Nouvelles en Politique
Raisonnementen, terbit 7 Agustus 1744, milik Jan Erdmans
Jordens, yang dua tahun kemudian dilarang oleh pemerintah
Belanda dan ditutup tanggal 20 Juni 1746
c. Surat kabar kedua, Vendu Nieuws masa pemerintahan Jenderal
Willem Daendels tahun 1770 yang dihentikan tahun 1809
d. Surat kabar Java Government Gazette tanggal 29 Pebruari 1812,
yang kemudian ditutup 1816 dan diganti dengan Bataviasche
Courant tanggal 20 Agustus 1816
e. Surat kabar swasta yang pertama, tahun 1831
f. Diberlakukannya hukuman penjara dan hukuman pembuangan
terhadap tokoh pers Indonesia antara lain S.K. Trimurti
2. Pers masa revolusi
a. Surat kabar Bromartani, surat kabar berbahasa Jawa pertama,
terbit di Surakarta 25 januari 1855
b. Surat kabar berbahasa Melayu di Surabaya tahun 1856
c. Muncul wadah persatuan wartawan, seperti Indische Joornalisten
Bond 1919 dan Perkumpulan Kaoem Journalist 1931, 5 bulan
kemudian kantor berita Antara berdiri
d. Era jurnalistik modern pertama ditegakkan oleh R.M. Tirto Adhi
Soeejo, pemimpin redaksi Soenda Berita, yang mendirikan
perusahaan pers dan majalah mingguan Medan Prijaji 1910 yaitu
surat kabar harian dengan jurnalistik politik
e. Surat kabar Sarotomo yang berubah menjadi Pewarta Oemoem
dengan membawa suara Partai Indonesia Raya (Parindra)
3. Pers masa demokrasi liberal (1949 – 1959)
Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers
republik sangat besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai
dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan terbentuknya
kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1950.
Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan
pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-
aliran politik yang saling bertentangan, menyalahgunakan
kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang
melampaui batas-batas kesopanan.
Ciri-Ciiri per Masa Demokrasi Liberal
 Memberi Perlindungan yang Keras Terhadap Pers Namun dalam
Prakteknya Tidak
 Pembatasan Terhadap Pers
 Adanya Tindakan Antipers
4. Pers masa demokrasi terpimpin (1959 – 1966)
Periode yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sering disebut
sebagai zaman Orde Lama. Periode ini terjadi saat terbentuknya
Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, sebagai tindak
lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga meletusnya
Gerakan 30 September 1965.
Ciri-Ciri Pers Masa Demokrasi Terpimpin
 Tidak Adanya Kebebasan Pers
 Adanya Ketegasan Terhadap Pers
 Pemerintah Mengontrol Setiap Kegiatan Pers
5. Pers masa orde baru (1966 – 1998)
Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di
segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan
dengan sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi
dari kehidupan masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai
sarana penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang
vital dalam proses pembangunan.
Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers
mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi
masyarakat. Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini
menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan
memperjuangkan hak-hak asasinya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ciri-Ciri Pers Masa Orde Baru
 Kebebasan Terhadap Pers
 Pers Masa itu Sangat Buram
 Berkembangnya Dunia Pers
6. Pers masa reformasi (1998 – sekarang)
Salah satu jasa pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang
harus disyukuri ialah pers yang bebas. Pemerintahan Presiden
Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan kebebasan pers,
sekalipun barangkali kebebasan pers ikut merugikan posisinya
sebagai presiden.
Ciri-Ciri Pers Masa Reformasi
 Kebebasan Mengeluarkan Pendapat (Pers adalah Hak Asasi
Manusia)
 Wartawan Mempunyai Hak Tolak
 Penerbit Wajib Memiliki SIUPP
 Perusahaan Pers Tidak Lagi Melibatkan Diri ke Departemen
Penerangan untuk Mendapat SIUPP
4. KODE ETIK JURNALISTIK
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, pasal 1 butir 14 :
Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan
Pasal 7 ayat 2 UU NO. 40 tahun 1999 yang dimaksud Kode Etik
Jurnalistik adalah kode etik yang disepakati organisasi wartawan dan
ditetapkan oleh Dewan Pers
Pasal 4 ayat 1 UU No. 40 tahun 1999 dinyatakan kemerdekaan pers
dijamin sebagai hak asasi warga negara
Landasan idiil : Pancasila
Landasan Konstitusional : UUD 1945
Landasan Yuridis : Undang Undang Pokok Pers
Landasan Profesional : Kode Etik Jurnalistik
Landasan Etis : Tata nilai yang berlaku dalam masyarakat
5. KODE ETIK JURNALISTIK DALAM MASYARAKAT DEMOKRATIS DI
INDONESIA
Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.
Wartawan selain dibatasi oleh ketentuan hukum, seperti Undang-
Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999, juga harus berpegang kepada
kode etik jurnalistik. Tujuannya adalah agar wartawan bertanggung
jawab dalam menjalankan profesinya, yaitu mencari dan menyajikan
informasi.
Kode Etik Jurnalistik menempati posisi yang sangat vital bagi wartwan.
bahkan dibandingkan dengan perundang-undangan lainnya yang
memiliki sanksi fisik sekalipun, Kode Etik Jurnalistik memiliki
kedudukan yang sangat istimewa bagi wartawan. Kode Etik setidak-
tidaknya memiliki lima fungsi, yaitu:
a. Melindungi keberadaan seseorang profesional dalam berkiprah di
bidangnya;
b. Melindungi masyarakat dari malpraktek oleh praktisi yang kurang
profesional;
c. Mendorong persaingan sehat antarpraktisi;
d. Mencegah kecurangan antar rekan profesi;
e. Mencegah manipulasi informasi oleh narasumber
Kode Etik Jurnalistik yang lahir pada 14 Maret 2006, oleh gabungan
organisasi pers dan ditetapkan sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang
berlaku secara nasional melalui keputusan Dewan Pers No 03/ SK-DP/
III/2006 tanggal 24 Maret 2006, misalnya, sedikitnya mengandung
empat asas, yaitu:
1. Asas Demokratis
Demokratis berarti berita harus disiarkan secara berimbang dan
independen, selain itu, Pers wajib melayani hak jawab dan hak
koreksi, dan pers harus mengutamakan kepentingan publik.
Asas demokratis ini juga tercermin dari pasal 11 yang
mengharuskan, Wartawan Indoensia melayani hak jawab dan hak
koreksi secara proposional. Sebab, dengan adanya hak jawab dan
hak koreksi ini, pers tidak boleh menzalimi pihak manapun.Semua
pihak yang terlibat harus diberikan kesempatan untuk menyatakan
pandangan dan pendapatnya, tentu secara proposional.
2. Asas Profesionalitas
Secara sederhana, pengertian asas ini adalah wartawan Indonesia
harus menguasai profesinya, baik dari segi teknis maupun
filosofinya. Misalnya Pers harus membuat, menyiarkan, dan
menghasilkan berita yang akurat dan faktual. Dengan demikian,
wartawan Indonesia terampil secara teknis, bersikap sesuai norma
yang berlaku, dan paham terhadap nilai-nilai filosofi profesinya.
Hal lain yang ditekankan kepada wartwan dan pers dalam asas ini
adalah harus menunjukkan identitas kepada narasumber, dilarang
melakukan plagiat, tidak mencampurkan fakta dan opini, menguji
informasi yang didapat, menghargai ketentuan embargo, informasi
latar belakang , dan off the record, serta pers harus segera
mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang tidak akurat
dengan permohonan maaf.
3. Asas Moralitas
Sebagai sebuah lembaga, media massa atau pers dapat
memberikan dampak sosial yang sangat luas terhadap tata nilai,
kehidupan, dan penghidupan masyarakat luas yang mengandalkan
kepercayaan. Kode Etik Jurnalistik menyadari pentingnya sebuah
moral dalam menjalankan kegiatan profesi wartawan. Untuk itu,
wartawan yang tidak dilandasi oleh moralitas tinggi, secara
langsung sudah melanggar asas Kode Etik Jurnalistik. Hal-hal yang
berkaitan dengan asas moralitas antara lain wartawan tidak
menerima suap, wartawan tidak menyalahgunakan profesi, tidak
merendahkan orang miskin dan orang cacat (Jiwa maupun fisik),
tidak menulis dan menyiarkan berita berdasarkan diskriminasi SARA
dan gender, tidak menyebut identitas korban kesusilaan, tidak
menyebut identitas korban dan pelaku kejahatan anak-anak, dan
segera meminta maaf terhadap pembuatan dan penyiaran berita
yang tidak akurat atau keliru.
4. Asas Supremasi Hukum
Dalam hal ini, wartawan bukanlah profesi yang kebal dari hukum
yang berlaku. Untuk itu, wartawan dituntut untuk patuh dan tunduk
kepada hukum yang berlaku. Dalam memberitakan sesuatu
wartawan juga diwajibkan menghormati asas praduga tak bersalah.
6. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGENDALIKAN PERS
1. Pembuatan Undang-undang Pers
Dengan peraturan perundang-undangan tentang pers dan
penyiaran yang dibuat oleh pemerintah bersama DPR, diharapkan
dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pers
dan media massa agar kehidupan pers dan gerak media massa
tetap dapat berlangsung dengan bebas namun disertai dengan
tanggung jawab.
Di negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
mensyaratkan kebebasan yang diikuti oleh tanggung jawab.
Meskipun hak-hak asasi pribadi diakui dan dilindungi etapi dalam
pelaksanaannya tidak dapat dilakukan tanpa batas. Hak hak orang
lain sebagai pembatasnya, sehingga kewajiban untuk saling
menghormati menjadi jati diri manusia, masyarakat, dan bangsa
Indonesia.
Maka dari itu pers nasional sesuai pasal 2 UU pers berkewajiban
untuk :
1) Mempertahankan, membela, mendukung dan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
2) Memperjuangkan pelaksanaan amanat penderitaan rakyat
berdasarkan Demokrasi Pancasila.
3) Memperjuangkan kebenaran dan keadilan atas dasar kebebasan
pers
4) Membina persatuan dan kesatuan.
5) Menjadi penyalur pendapat umum yang bersifat kontraktif.
Pada awal reformasi dunia pers Indonesia reformasi dunia pers
Indonesia mengalami perubahan yang mendasar dalam menuju
kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi. Menteri
Penerangan RI dalam kabinet Reformasi Pembangunan pada
tanggal 5 Juni 1998, telah mengeluarkan serangkaian peraturan
penting di bidang pers, antara lain :
1) Mengeluarkan Peraturan Menteri Penerangan No.
01/MENPEN/1998 yang mencabut dan menyatakan tidak berlaku
lagi Peraturan Menteri Penerangan No. 01/MENPEN/1984 tentang
SIUP. Dalam peraturan yang baru itu selain menyederhanakan
proses permohonan SIUP, juga menetapkan tidak ada lagi
pembatalan SIUP.
2) SK No. 133/SK/MENPEN/1998 yang mencabut dan menyatakan
tidak berlaku lagi SK Menteri Penerangan No.
47/KEP/MENPEN/1975 tentang pengukuhan PWI dan Serikat
Penerbit Surat Kabar (SPSK) sebagai satu-satunya organisasi
wartawan dan organisasi penerbit pers Indonesia.
2. Memfungsikan Dewan Pers sebagai Pembina Pers Nasional
Dewan pers memiliki peran sebagai lembaga mandiri yang tugas
dan tanggung jawabnya adalah untuk membina kehidupan pers
yang bebas dan bertanggung jawab. Walaupun dewan pers ini tidak
bisa menilai apakah seorang wartawan atau pers telah melanggar
sanksi kode etik jurnalistik atau belum dan apalagi menjatuhkan
sanksinya, namun tugas dan kewajiban untuk membina kemajuan
pers Indonesia sangat berarti.
3. Penegakan Supremasi Hukum
Semua aturan hukum ataupun peraturan perundang-undangan
tidak akan berarti dan menghasilkan dampak positif apapun selagi
tidak disosialisasikan dan ditegakkan pemberlakukannya secara
efektif dalam kehidupan masyarakat. Dan agar masyarakat ikut
menegakkan peraturan tersebut perlu dilakukan pemberdayaan,
pemberdayaan ini diharapkan agar masyarakat dapat memahami
hukum yang berlaku. Penegakan hukum yang didukung oleh seluruh
lapisan masyarakat akan membawa pengaruh positif bagi
semuanya, yang pada akhirnya kemampuan pemerintah untuk
meneggakan supremasi hukum yang berkaitan dengan pers akan
tercipta pers yang bebas dan bertanggung jawab.
4. Sosialisasi dan peningkatan kesadaran rakyat akan Hak hak
Asasi Manusia
Semakin tinggi kesadaran rakyat mengenai hak hak asasi
manusia akan membuat terjadinya peningkatan kecerdasan insan
pers untuk melayani kebutuhan rakyat. Pers yang tidak sejalan
dengan penerapan kesadaran rakyat tentang hak asasi manusia
akan semakin ditinggalkan pembacanya. Peningkatan kualitas pers
menjadi keinginan pembacanya. Apabila isi informasi pers sering
dan banyak menyesatkan maka kredibilitas pers di mata pembaca
semakin menurun.
Informasi yang benar disampaikan secara santun dan menarik
menjadi kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan
berperadaban. Jenis berita yang bersifat provokatif cenderung
memihak kepentingan tertentu, mudah menimbulkan hasutan
diantara golongan dan kelompok dalam masyarakat bukan lagi
jamannya pers modern sekarang.
Upaya pemerintah dalam mengendalikan kebebasan pers
apabila dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya pers yang
independen, sehingga bisa bersifat objektif dalam pemberitaannya,
perlu disikapi secara positif (didukung). Sikap positif juga perlu
dikembangkan ketika pemerintah mengendalikan pers untuk
mencegah pers dikelola untuk kepentingan bisnis saja,
pengendalian pers ketika yang dilakukan adalah untuk mencegah
berkembangnya pemberitaan foto/film yang didomisili oleh
kekerasan, sadisme dan pornografi.
7. DAMPAK PENYALAHGUNAAN KEBEBASAN MEDIA MASSA / PERS
Bentuk-bentuk penyalahgunaan media massa antara lain :
1. Penyiaran berita yang tidak memenuhi kode etik jurnalistik
2. Peradilan oleh pers
3. membentuk opini yang menyesatkan
4. Tulisan-tulisan yang tidak benar, fitnah dan provokatif
Dampak penyalhgunaan kebebasan media pers :
1. Pemberitaan yang tidak benar, maka dapat merusak nama baik
seseorang
2. Pemberitaan yang simpang siur dan tidak jelas sumbernya dapat
meresahkan masyarakat
3. Pemberitaan yang dapat menyulut kebencian antar kelompok akan
mengganggu integrasi masyarakat
Masyarakat memiliki hak menuntut apabila ada pemberitaan
yang dianggap merugikan. UU No. 40 tahun 1999 pasal 5 ayat 2
menjelaskan “pers wajib melayani Hak Jawab” dan pasal 18 ayat 2
ditetapkan bahwa perusahaan pers yang melanggar ketentuan “hak
jawab” dikenakan pidana denda maksimal 500 juta rupiah”.
Hak Jawab adalah hak perorangan, badan hukum dan organisasi
untuk meluruskan berita atau tulisan yang dianggap merugikan atau
tidak berdasarkan fakta sebenarnya. Sebagai ketentuan normatif,
sanksi atas pelanggarannya pun bersifat moral
8. MANFAAT PERS DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DEMOKRATIS
DI INDONESIA
Ada 8 manfaat pers pers bagi masyarakat Indonesia, yaitu:
1. Pers menjadi penyalur aspirasi rakyat
2. Pers bebas mencari atau mendapatkan kebenaran sehingga dapat
mewujudkan keadilan.
3. Pers menjadi kontrol sosial yang bebas memberikan kritik, saran,
dan pengawasan
4. Pers menjadi penyebar informasi yang dapat memenuhi hak
masyarakat
5. Pers menjadi wahana komunikasi massa
6. Pers menjadi penghubung antarsesama manusia
7. Pers menjadi pendidik karena bebas menyebarkan iptek
8. Pers menjadi pemberi hiburan kepada masyarakat
RANGKUMAN
Kebebasan pers adalah kebebasan mengemukakan pendapat, baik
secara tulisan maupun lisan, melalui media pers, seperti harian, majalah,
dan buletin. Kebebasan pers dituntun tanggung jawabnya untuk
menegakkan keadilan, ketertiban, dan keamanan dalam masyarakat, bukan
untuk merusaknya. Kebebasan harus disertai tanggung jawab sebab
kekuasaan yang besar dan bebas yang dimiliki manusia mudah sekali
disalahgunakan dan dibuat semena-mena. Demikian juga pers harus
mempertimbangkan apakah berita yang disebarkan dapat menguntungkan
masyarakat luas atau memberi dampak positif pada masyarakat dan
bangsa. Inilah segi tanggung jawab dari pers. Jadi, pers diberi kebebasan
dengan disertai tnggung jawab sosial.
Selanjutnya, Komisi Kemerdekaan Pers menggariskan lima hal yang
menjadi tuntutan masyarakat modern terhadap pers, yang merupakan
ukuran pelaksanaan kegiatan pers, yaitu sebagai berikut:
a. Pers dituntut untuk menyajikan laporan tentang kejadian sehari-hari
secara jujur, mendalam, dan cerdas. Ini merupakan tuntutan kepada pers
untuk menulis secara akurat dan tidak berbohong.
b. Pers dituntut untuk menjadi sebuah forum pertukaran komentar dan
kritik, yang berarti pers diminta untuk menjadi wadah diskusi di kalangan
masyarakat, walaupun berbeda pendapat dengan pengelola pers itu
sendiri.
c. Pers hendaknya menonjolkan sebuah gambaran representatif dari
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Hal ini mengacu pada segelintir
kelompok minoritas dalam masyarakat yang juga memiliki hak yang sama
dalam masyarakat untuk didengarkan.
d. Pers hendaknya bertanggung jawab dalam penyajian dan penguraian
tujuan dan nilai-nilai dalam masyarakat.
e. Pers hendaknya menyajikan kesempatan kepada masyarakat untuk
memperoleh berita sehari-hari. Ini berkaitan dengan kebebasan informasi
yang diminta masyarakat.
Namun, dibalik itu semua ada oknum-oknum tertentu yang
menyalahgunakan kebebasan pers, antara lain sebagai berikut :
1. Digunakan sebagai alat politik dari oknum tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu, dengan mengeluarkan uang yang sedikit untuk
membiayai pemberitaan tersebut. Dalam hal ini pers tidak mampu lagi
menjadi alat kontrol yang baik bahkan tidak lagi menyajikan sesuatu yang
benar dan obyektif.
2. Dalam kolom opini/pendapat yang bersumber dari sms (Short Mesages
Service) secara lugas orang dapat menyampaikan pendapatnya. Bahkan
isinya menhujat seseorang dengan tanpa beban dan tanpa merasa bahwa
apa yang ditulis itu dapat merugikan pihak-pihak tertentu.
3. Media masa elektronik/TV menayangkan acara yang kadang-kadang jauh
dari nilai-nilai pendidikan dan hiburan itu sendiri bahkan bertabrakan
dengan norma-norma masyarakat. Contohnya: mengekspos berlebih artis
yang bermaslah dalam keluarganya (perceraian), penjahat yang
melakukan sadisme.
4. Pers digunakan sebagai alat untuk memeras pejabat atau orang kaya
yang diduga melakukan KKN untuk tidak memuat dalam media masa
dengan imbalan tertentu.
Dampak negatif dari penyalahgunaan kebebasan media masa antara lain :
1. Secara Intern
a. Pers tidak obyektif, menyampaikan berita bohong lambat atau
cepat akan ditinggal oleh pembacanya
b. Ketidaksiapan masyarakat untuk menggunakan hak jawab
menimbulkan kejengkelan pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh
pemberitaan pers akan melakukan tindakan yang anarkis dengan
merusak kantor, bahkan tindakan fisik terhadap wartawan yang
memberitakan.
2. Secara Ekstern
a. Mempercepat kerusakan ahklak dan moral bangsa
b. Menimbulkan ketegangan dalam masyarakat
c. Menimbulkan sikap antipasi dan kejengkelan terhadap pers
d. Menimbulkan sikap saling curiga dan perpecahan dalam
masyarakat
e. Mempersulit diadakannya islah/merukunkan kembali kelompok
masyarakat yang sedang konflik

BAB III
EVALUASI

1. TUGAS
Carilh artikel dari media cetak tentang penyalahgunaan kebebasan pers
yang terjadi di Indonesia.
2 . TEST AKHIR
1. Jelaskan pengertian pers dalam Menurut UU No. 40 tahun 1999
tentang Pers Bab I pasal 1 butir 1?
2. Sebutkan jenis pers ditinjau dari segi kepemilikannya?
3. Jelaskan apa yang dimaksud kode etik jurnalistik menurut UU No.40
tahun 1999?
4. Sebutkan fugsi kode etik jurnalistik !
5. Sebutkan manfaat pers dalam kehidupan masyarakat demokratis di
indonesia
3. LEMBAR KERJA
1. Menguraikan perkembangan pers di Indonesia.

Perkembangan Pers
Tahun Kehidupan Pers
1. ................. 1. .................
2. ................. 2. .................
3. ................ 3. ................
4. ................ 4. ................
5. ................. 5. .................

4. KUNCI JAWABAN
1. Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers Bab I pasal 1 butir 1
disebutkan :
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data
dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
2. Ditinjau dari kepemilikannya pers dapat dibedakan menjadi :
a. Pers Nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan
pers Indonesia
b. Pers asing adalah pers yang diselenggrakan oleh perusahaan asing
3. Kode Etik Jurnalistik
a. Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, pasal 1 butir 14 :
Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan
b. Pasal 7 ayat 2 UU NO. 40 tahun 1999 yang dimaksud Kode Etik
Jurnalistik adalah kode etik yang disepakati organisasi wartawan
dan ditetapkan oleh Dewan Pers.
4. Kode Etik memiliki lima fungsi, yaitu:
a. Melindungi keberadaan seseorang profesional dalam berkiprah di
bidangnya;
b. Melindungi masyarakat dari malpraktek oleh praktisi yang kurang
profesional;
c. Mendorong persaingan sehat antarpraktisi;
d. Mencegah kecurangan antar rekan profesi;
e. Mencegah manipulasi informasi oleh narasumber
5. Manfaat pers dalam kehidupan masyarakat demokratis di indonesia
1. Pers menjadi penyalur aspirasi rakyat
2. Pers bebas mencari atau mendapatkan kebenaran sehingga dapat
mewujudkan keadilan.
3. Pers menjadi kontrol sosial yang bebas memberikan kritik, saran,
dan pengawasan
4. Pers menjadi penyebar informasi yang dapat memenuhi hak
masyarakat
5. Pers menjadi wahana komunikasi massa
6. Pers menjadi penghubung antarsesama manusia
7. Pers menjadi pendidik karena bebas menyebarkan iptek
8. Pers menjadi pemberi hiburan kepada masyarakat
5. Balikan / Tindak lanjut
Kriteria hasil belajar : 1. Apabila hasil Anda lebih/sama dengan 75 maka anda bisa
90 – 100 Sangat Baik melanjutkan ke Modul

70 – 89 Baik selanjutnya.
2. Apabila hasil Anda kurang 7.5 maka anda harus
66 – 69 Cukup
mengulang modul ini
< 65 Kurang
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Sumali, MM .2007, Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII,


Jakarta, Yudhistira.
2. Budiyanto.2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung, Erlangga.
3. Chotib dkk.2006, Kewarganegaraan 3, Jakarta,Yudhistira.
4. Sekjen MPR RI, Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 amandemen I,II,III,IV, Bandung, Citra Umbara.
5. Kokom Komalasari, Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII, Armico,
Bandung, 2007.
6. Nugroho Noto Susanto, 1983, Naskah otentik dan rumusan Pancasila
yang Otentik, Jakarta, PN Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai