Oleh
Rostina
by
Rostina
The results of this study indicate that simultaneous / together capital expenditure,
the investment significantly affect the level of financial independence, but
individually significant capital expenditures affect the level of financial
independence, as well as local investment affect the level of financial
independence.
Tesis
Oleh:
Rostina
Oleh
Rostina
Tesis
pada
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang tanggal 28 Oktober 1974, dengan ibu yang
bernama Hj. Ratu Puji dan bapak yang bernama Hi. Raden Jauhari Almarhum.
Penulis bekerja sebagai pengajar di STIE-Lampung sebagai dosen tetap bulan mei
2001 dan pernah mengajar di Universitas Malahayati selama 1 tahun, tahun 2007
Penulis
Rostina
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala anugerah Nya yang
melimpah di dalam kehidupanku dan keluarga, aku persembahkan karya kecil ini
kepada orang-orang terkasih yang selalu menyertai setiap langkah dalam suka
dan duka.
kepada :
kedua orang tua dan mertua, suamiku Sukirwan, anakku Nur Azizah Kirana,
kakak dan adikku yang selalu mendoakan keberhasilanku, mak yang selalu
memberi motivasi untuk selalu sabar dalam menjalankan segala hal dan mak
selalu memberi solusi dalam menghadapi permasalahan. Saya tidak akan
seperti ini tanpa dukungan mereka.
Angko, adon, ica, hanri, ayu, indah, zaki, salma, nabila, hanif, isma, cinta, wira,
fadil, kiesa, dan aulia yang selalu mendokan bibinya, terimakasih atas doanya
semoga kalian sukses smuanya.
karena banyak cobaan yang menderu dalam hidup ini, semoga Allah
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini..
Tesis dengan judul ”Pengaruh Belanja Modal Dan Investasi Daerah Terhadap
Tingkat Kemandirian Keuangan Kabupaten Kota Se-Sumatera” adalah salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Akuntansi pada Program Magister
Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan semoga Allah memberikan
rahmat, hidayah dan ridho-Nya kepada kita semua.
Penulis,
Rostina
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi……………………………………….………………………………...i
Daftar Tabel………………………………...……………………………………iii
Daftar Gambar………………………………………………………………...…iv
Daftar Lampiran………………………………………………………………….v
Bab I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang………………………………………………….……………1
1.2.Perumusan Masalah………………………….………………………………9
1.3.Tujuan Penelitian………………………..……………………………………9
1.4.Manfaat Penelitian…………………………..………………………………..9
2.2.Kerangka Pikir………………………….……………….…………………..24
2.4.Belanja Modal………………………………………….………….………...30
2.5.Investasi Daerah…………………………………………….……….………36
2.5.1.Belanja Modal Terhadap Kemandirian Keuangan……………..…..45
3.1.1.Jenis Penelitian……………………………………………………...53
3.1.2.Sumber Data…………………………………………………....…..53
3.3.Objek Penelitian………………………...………………………..……….…54
3.5.Variabel Penelitian……………………………………………….………….55
3.5.1.Kemandirian Keuangan……………………………….…………...55
3.5.2.Belanja Modal…………………………………………….………..64
3.5.3.Investasi Daerah…………………………………………………...64
3.5.1.1.Definisi Operasional……………………………………….64
3.5.1.2.Statistik Deskriptif……………………….………………...66
3.5.1.4.Uji Normalitas……………………………………………..68
3.5.1.5.Uji Multikolinieritas……………………………………….69
3.5.1.6.Uji Heteroskedastisitas…………………………………….69
3.5.1.7.Uji Autokorelasi……………………………………….…..70
3.5.1.8.Pengujian Hipotesis…………………………………..……71
4.3.1.Uji Normalitas………………………………………………………..75
4.3.2.Uji Autokolerasi……………………………………………………...77
4.3.3.Uji Multikolinearitas…………………………………………………78
4.3.4.Uji Heteroskedastisitas………………………………………………79
4.4.Pembahasan………………………………………………………………..79
4.5.1.Uji F………………………………………………..…………………80
4.6.Pengujian Hipotesis……………………………………………………….82
4.6.1.Hipotesis 1…………………………………………………………..83
4.6.2.Hipotesis 2…………………………………………….…………….84
4.7.Pembahasan Hasil………………………………………………….……...86
5.1.Kesimpulan…………………………………….…………………….……89
5.2.Implikasi……………………………………………….…………….……90
5.3.1.Keterbatasan…………………………….……………………….….91
5.3.2.Saran……………………………………………….………….…….91
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Daerah……………………………………………………………………….73
4.3.Tabel Autokolerasi………………………………………………………….78
4.4.Tabel Multikolinearitas……………………………………………………..78
4.5.Tabel R Square………………………………………………...……………79
4.8.Hasil Pengujian………………………………………...……………………82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
2.1.Kerangka Penelitian…………………………………………………….52
4.2.Grafik Normalitas………………………………………………………76
1
BAB I
PENDAHULUAN
termasuk juga didalam mengatur keuangan daerah, hal ini diatur dalam Undang-
sumber daya manusia dan manajemen kualitas. Menurut Meyers et all bahwa
instrumen terkait dengan (1) adanya alokasi internal atas sumber daya kepada
unit-unit organisasi berbasiskan hasil yang telah dan hendak dicapai (2) adanya
otonomi manajemen internal yang diberikan pada unit organisasi yang lebih
pencapaian hasil dan sasaran unit organisasi (2) adanya pengembangan sistem
hasil yang dicapai (3) adanya perencanaan jangka panjang yang bersifat multi
kualitas (seperti balanced scorecard atau ISO) (4) penggunaan unit internal yang
Reformasi yang bergulir tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan
lebih merata dan memperpendek jarak antara penyedia layanan publik dan
masyarakat lokal.
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, otonomi daerah diartikan sebagai
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
umum dan daya saing daerah. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah
pusat, baik dalam hal pembiayaan pembangunan maupun dalam hal pengelolaan
keuangan daerah.
efisien, dan efektif atau memenuhi prinsip value for money serta partisipasi,
sumberdaya manusia yang handal tetapi juga harus didukung oleh kemampuan
satunya dapat diukur dari besarnya penerimaan daerah khususnya pendapatan asli
dapat dilihat dari kinerja keuangan daerah yang diukur menggunakan analisis
suatu daerah yang kinerja keuangannya dinyatakan baik berarti daerah tersebut
Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi
kinerja yang dilakukan terlaksana dengan baik. Apabila pencapaian melebihi dari
4
pencapaian tidak sesuai dengan apa yang direncanakan atau kurang dari apa yang
Menurut Halim dalam Sularso dan Restianto 2011 analisis keuangan adalah usaha
dan pertumbuhan.
layanan di sektor publik dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk
dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap
berbasis kinerja tentunya akan semakin berpengaruh dalam penetapan tujuan dan
Anggaran belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan
satu variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana
adalah luas wilayah. Daerah dengan wilayah yang lebih luas tentulah
membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak sebagai syarat untuk
pelayanan kepada publik bila dibandingkan dengan daerah dengan wilayah yang
tidak begitu luas. Belanja modal sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan fasilitas- fasilitas umum seperti adanya jalan yang merupakan
penghubung transportasi antar daerah. Belanja modal akan dapat terpenuhi apabila
penelitian Sularso et all 2011 bahwa adanya pengaruh belanja modal dan
pertumbuhan ekonomi
6
peluang pekerjaan bagi masyarakat terutama bagi kabupaten kota yang ada di
daerah dan pertumbuhan ekonomi. Ayu Mita Utami 2011 menemukan bahwa
pemerintah untuk mendapatkan manfaat ekonomis, baik dari segi sosial maupun
Investasi dan belanja modal tentunya berasal dari APBD, nilai anggaran yang
didapat berasal dari penerimaan daerah yang berupa PAD dan bantuan anggaran
dari pemerintah pusat. Adanya perbedaan pendapatan asli daerah yang diterima
25 Tahun 1999 yang terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Pemerintah nomor 55 tahun 2005 terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
pelimpahan wewenang dari pusat kepada daerah maka Pemerintah Daerah dituntut
relevan, dapat dibandingkan dan dapat dipahami (PP Nomor 24 Tahun 2005: 32).
Menurut Halim (2005), salah satu tujuan laporan keuangan pemerintah yaitu,
memberikan informasi keuangan yang lengkap dan cermat dalam bentuk dan
waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang
berkaitan dengan operasi unit-unit pemerintah. Hal ini sesuai dengan Ketentuan
Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan
baik adalah opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Opini merupakan
Opini ini didasarkan pada kriteria (1) kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah Pemerintah Daerah mampu untuk
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah ditetapkan
secara luas telah digunakan oleh private sector, sedangkan pada lembaga publik
penggunaannya masih terbatas. Padahal dari hasil analisis dapat diketahui tingkat
acuan untuk meningkatkan kinerjanya dari tahun ke tahun. Untuk itu penulis
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :
kota se-Sumatera
1. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi daerah agar dapat membuat suatu keputusan
yang tepat untuk menentukan pengelolan keuangan daerah agar dapat berdaya
guna untuk meningkatkan pelayanan terhadap publik dimana hal ini akan
dan ini dapat menjadi suatu tantanan untuk manajemen didalam organisasi ke
2. Manfaat Teoritis
10
Sebagai bahan referensi dan sumbangan yang nyata dalam mengisi pemikiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah bagian dari agency theory
menemukan bahwa ada 2 faktor yang membedakan antara Agency Theory dan
Teori Stewardship
Model manusia Aktualisasi diri
Motivasi Intrinsik
Teori Stewardship
Orientasi resiko Jangka panjang
Tujuan Kebersamaan
termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil
tersebut.
publik seperti organisasi pemerintahan (Morgan, 1996; David, 2006 dan Thorton,
2009) dan non profit lainnya (Vargas, 2004; Caers Ralf, 2006 dan Wilson 2010)
(driver) berjalannya transaksi kearah yang semakin kompleks dan diikuti dengan
tersebut kepada pihak lain (steward = manajemen) yang lebih capable dan siap.
Kontrak hubungan antara stewards dan principals atas dasar kepercayaan (amanah
= trust), bertindak kolektif sesuai dengan tujuan organisasi, sehingga model yang
sesuai pada kasus organisasi sektor publik adalah stewardship theory. Teori ini
akuntabilitas kinerja yang baik. Akuntabilitas didalam sektor publik terdiri dari :
1. Akuntabilitas Kinerja
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
sering ada istilah akuntabilitas publik yang berarti pemberian informasi dan
disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang
14
harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak
publik.
komando formal. Pada era desentralisasi dan otonomi daerah, para manajer publik
diharapkan bisa melakukan transformasi dari sebuah peran ketaatan pasif menjadi
sesuai dengan keinginan dan harapan publik. Oleh karena itu, makna akuntabilitas
menjadi lebih luas dari sekedar proses formal dan saluran untuk pelaporan kepada
otoritas yang lebih tinggi. Akuntabilitas harus merujuk kepada sebuah spektrum
yang luas dengan standar kinerja yang bertumpu pada harapan publik sehingga
dapat digunakan untuk menilai kinerja, responsivitas, dan juga moralitas dari para
kepada otoritas yang lebih tinggi dalam rantai komando institusional, tetapi juga
media massa, dan banyak stakeholders lain. Jadi, penerapan akuntabilitas ini, di
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu (1) akuntabilitas vertikal dan
atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggung-
15
luas.
dibutuhkan suatu analisis yang jelas dan mendalam sehingga tidak tumpang tindih
Donaldson et all 1991, bahwa konsep akuntabilitas ini sering dipahami dalam dua
kewajiban untuk memuji dan menyalahkan, dan perilaku baik yang merupakan
Jadi akuntabilitas dan resposibilitas saling berhubungan sebagai bagian dari sistem
yang diawasi dengan pengawasnya, agen dengan prinsipal, yang mewakili dengan
yang diwakili, dan sebagainya. Selain itu, kedua konsep tersebut sebetulnya juga
16
memberikan tugas dan wewenang, yang biasanya terbatas pada bidang keuangan
pertanggungjawaban dari masyarakat terhadap apa saja yang telah dilakukan oleh
para pejabat atau aparat. Menurut Mahsun 2010 bahwa ruang lingkup
1. Fiscal Accountability
Akuntabilitas yang dituntut masyarakat berkaitan pemanfaatan hasil perolehan
pajak dan retribusi.
2. Legal accountability
Akuntabilitas yang berkaitan dengan bagaimana undang-undang maupun
peraturan dapat dilaksanakan dengan baik oleh para pemegang amanah.
3. Program accountability
Akuntabilitas yang berkaitan dengan bagaimana pemerintah mencapai
program-program yang telah ditetapkan
4. Process accountability
Akuntabilitas yang berkaitan dengan bagaimana pemerintah mengolah dan
memberdayakan sumber-sumber potensi daerah secara ekonomi dan efisien.
5. Outcome accountability
Akuntabilitas yang berkaitan dengan bagaimana efektivitas hasil dapat
bermanfaat memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat
yang lebih luas dari stewardship. Stewardship mengacu pada pengelolaan atas
suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk
seorang yang diberi amanah kepada pemberi tanggung jawab dengan kewajiban
4. Dimensi Akuntabilitas
sektor publik.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri
dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:
Tabel 2.1
Manager as Stewards
Pemerintah Daerah sebagai suatu lembaga yang dapat dipercaya untuk bertindak
keuangan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan daerah,
untuk itu Kabupaten atau kota se- Sumatera dalam melaksanakan pembangunan
perlu adanya dana yang dialokasikan secara khusus. Kinerja keuangan yang baik
keuangan daerah melalui penggalian kekayaan asli daerah yang dikatakan sebagai
pendapatan asli daerah yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya oleh
pemerintah daerah. Jumlah dan kenaikan kontribusi PAD akan sangat berperan
pemerintah, investasi swasta, tenaga kerja, perdagangan bebas serta bantuan luar
negeri. Sementara pada penelitian Sularso (2011) hubungan antara belanja modal
pendek, pungutan yang bersifat retribusi lebih relevan dibanding pajak. Alasan
22
Otonomi daerah menurut UU No.32 Tahun 2004, diartikan sebagai hak wewenang
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
economy), dan yang kedua adalah efisiensi dan efektifitas. Oleh karena itu
jawab, wewenang, dan sumber-sumber daya (dana, personil, dan lain-lain) dari
pemerintah pusat. Oleh karena itu, salah satu makna desentralisasi fiscal dalam
lebih rendah (Handayani 2009). Faktor yang sangat penting dalam menentukan
23
(otonomi) untuk menentukan alokasi atas pengeluarannya sendiri. Faktor lain juga
daerahnya (PAD).
dapat dilihat dari para ahli, bahwa dalam membahas dan mengungkap masalah
otonomi daerah, terdapat 4 hal untuk mengetahui dan menilai bahwa daerah dapat
sendiri.”
Menyimak hal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa otonomi daerah terjadi
sendiri, atau dengan kata lain bahwa pengaturan yang telah dilaksanakan oleh
Demikian pula dalam hal pembiayaannya yang bersumber pada pendapatan yang
dimiliki oleh daerah atau pendapatan luar sebagai suatu upaya yang dilakukan
sendiri sesuai dengan wewenang yang dimiliki. Sesuai dengan uraian tentang cara
peningkatan sumber pendapatan asli daerah ini, maka suatu daerah dalam
itu daerah harus memiliki kemampuan untuk menggali sumber-sumber daya yang
perekonomian dalam hal ini adalah kinerja pemerintah daerah. Belanja modal
lapangan kerja. Upaya menggenjot belanja modal jelas harus disertai dengan
Salah satu caranya adalah dengan mempercepat proses tender untuk proyek-
proyek yang dibiayai dari anggaran belanja modal. Dengan begitu, proyek-proyek
langsung bagi masyarakat. Belanja modal yang dilakukan pemerintah dalam hal
untuk menyediakan dana yang berasal dari keuangan daerah untuk membangun
25
kondisi dari keuangan daerah. Keuangan daerah ini dilihat dari kemandirian suatu
daerah yang tidak tergantung dengan dana bantuan pusat tapi lebih mengandalkan
dari hasil sumber – sumber yang ada didaerah tersebut. Kekayaan yang berasal
suatu daerah alasan yang mendasar ini ditinjau dari penelitian Adi 2007 bahwa
Dalam penelitian ini juga penulis menghubungkan antara investasi daerah dengan
kemandirian keuangan daerah yang memiliki pengaruh, hal ini dapat terlihat
dalam jangka waktu panjang. Investasi tidak dapat dilihat dengan waktu yang
pendek. Penulis dalam hal ini mengambil investasi daerah berupa penyertaan
karena investasi dapat meningkatkan keuangan daerah tetapi jangka waktu yang
dapat terlihat bahwa untuk investasi dalam jangka panjang. Hal ini bisa dilihat
dengan adanya peningkatan pendapatan yang berasal dari investasi dearah melalui
mendapatkan manfaat ekonomik bagi daerah seperti bunga, deviden dan royalty
daerah yang dikatakan sebagai pendapatan asli daerah yang harus terus menerus
PAD akan sangat berperan dalam kemandirian pemerintah daerah yang dapat
Belanja modal pada umumnya dialokasikan untuk perolehan asset tetap yang
sebagai tolak ukurnya, karena PAD ini sendiri merupakan komponen yang penting
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang temasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
yang akan menimbulkan perbedaan antar daerah yang satu dengan yang
(Nataluddin, 2001:167):
Selain itu ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahannya.
sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja yang harus
efisien.
Secara konseptual, pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah harus
- Pola Hubungan Instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada
otonomi daerah)
29
otonomi.
- Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
Bertolak dari teori tersebut, karena adanya potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang berbeda, akan terjadi pula perbedaan pola
melihat pola hubungan dengan kemampuan daerah (dari sisi keuangan) dapat
Tabel
Pola Hubungan Tingkat Kemampuan Daerah
Kemampuan Kemandirian Pola
aset. Belanja Modal sendiri terdiri dari: (1) BelanjaModal Tanah, (2) Belanja
Modal Peralatan dan Mesin, (3) Belanja Modal Gedung danBangunan, (4)
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan, dan (5) Belanja Modal
agar berada dalam kondisi normal (tidak memenuhi syarat kapitalisasi aset
jabatan yang erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas para pejabat seperti
peralatan dan mesin agar berada dalam kondisi normal yang tidak
yang tidak memenuhi syarat kriteria kapitalisasi aset tetap peralatan dan
mesin.
dan jembatan agar berada dalam kondisi normal yang nilainya tidak
agar berada dalam kondisi normal yang nilainya tidak memenuhi kriteria
kapitalisasi.
jaringan agar berada dalam kondisi normal yang tidak memenuhi kriteria
kapitalisasi jaringan.
peralatan dan mesin serta jalan, irigasi dan jaringan agar berada dalam
kerajaan, bangunan cagar alam, cagar budaya, makam yang memilki nilai
sejarah.
tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan
pemerintah.
dibutuhkan hingga asset tersebut tersedia dan siap untuk digunakan. Termasuk
asset berkenaan.
34
suatu tahap validasi untuk penetapan belanja modal atau bukan dan merupakan
a. Untuk pengadaan peralatan dan mesin batas minimal harga pasar per
administratif sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada
digunakan/dipakai.
35
sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian
atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak
(kontraktual).
Dalam belanja ini termasuk biaya untuk perencanaan dan pengawasan yang
sampai siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya kontruksi dan biaya-
biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan
tersebut siap pakai. Dalam belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan
atas batas minimal nilai kapitalisasi jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan.
dan jurnal ilmiah sepanjang tidak dimaksudkan untuk dijual dan diserahkan
kepada masyarakat.
Termasuk dalam belanja modal ini adalah belanja modal non fisik yang
- Pengertian
lainnya.
1. Investasi Langsung.
lainnya.
2. Pemberian Pinjaman.
hukum asing, dengan selain pola kerjasama pemerintah dan swasta (Non
Khusus pada Investasi Langsung pada bidang lainnya, ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
berasal dari:
Pemerintah; dan/atau
- Lingkup
a. perencanaan;
b. pelaksanaan investasi;
39
d. pengawasan; dan
e. divestasi.
- Kewenangan
jawab:
Investasi Pemerintah;
Pemerintah; dan
Perjanjian Investasi.
dukungan pemerintah;
tertentu; dan
Investasi Pemerintah;
11. melakukan tindakan untuk dan atas nama pemerintah apabila terjadi
Investasi.
membentuk Badan Investasi Pemerintah yang dapat berupa satu atau lebih
undangan.
Badan Investasi Pemerintah yang berupa satuan kerja dipimpin oleh kepala
atau direktur yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Dalam rangka pengawasan
Pengawas.
- Pelaksanaan
Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang
negara lain (hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat utang memberikan
penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat
Investasi.
hukum asing. (untuk jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan).
- .Penelitian Terdahulu
modal dan dana alokasi umum terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah
dan tax effort (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten/Kota Wilayah Eks
Umum, pendapatan asli daerah, sisa lebih pembiayaan anggaran, dan luas
alokasi belanja modal dipengaruhi oleh DAU, PAD, SiLPA dan luas wilayah.
daerah di kabupaten kota Provinsi Jawa Barat dalam era otonomi dan
asli daerah (PAD) di Kabupaten Tana Toraja. Hasilnya bahwa APBD dan
Ayu Mita Utami (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh investasi dan
investasi dan pertumbuhan ekonomi tidak kuat (2) Investasi tidak berpengaruh
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah (4) Investasi dan
daerah.
transfer pemerintah, jumlah kendaraan roda 4 atau lebih serta kendaraan roda 2
bermasalah, itu akan membebankan biaya besar pada pembayar pajak dan
paling berharga.
Hasilnya bahwa The European Institute Tata Kelola Perusahaan telah dibentuk
govern organisations and society after enron. Hasilnya bahwa runtuhnya enron,
dalam kapitalisme.
publil. Hal ini tentu saja dengan melakukan penyediaan sarana dan prasarana
sarana dan prasarana, dengan melakukan belanja modal yang bergantung pada
dana yang ada di pemerintahan kabupaten kota. Berarti belanja modal tidak
bergantung pada kemandirian suatu daerah, tetapi ditinjau dari kebutuhan daerah
belanja modal, hasil penelitian ini menunjukan tidak adanya pengaruh antara
sehingga mampu untuk membiayai sendiri belanja daerahnya yang terdiri dari
belanja operasi (rutin) dan belanja modal. Pembiayaan tersebut diperoleh dari
PAD, sehingga perlu dilihat sejauh mana efektivitas dari pendapatan asli daerah
tersebut, yang didukung pula oleh dana perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah setara Provinsi dan Kabupaten/Kota yang diantaranya berupa
dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Semakin efektif pemerintah daerah
dalam mengelola pendapatan asli daerah (PAD), maka akan memperbesar atau
meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah yang diperoleh. Jika jumlah PAD
cukup besar maka diharapakan akan menurunkan atau bahkan menutupi jumlah
DAU yang diberikan pemerintah pusat. Jika hal tersebut dapat tercapai maka
dalam Rizky dan Suryo (2009) menyatakan terhadap keterkaitan sangat erat
antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja modal. Temuan Prakoso
dalam Rizky dan Suryo (2009) menunjukkan bahwa jumlah belanja modal
dipengaruhi oleh dana alokasi umum yang diterima dari pemerintah pusat,
kemandirian daerah tidak menjadi lebih baik, bahkan yang terjadi adalah
pemerintah pusat menjadi semakin tinggi. Hal ini memberikan adanya indikasi
47
yang kuat bahwa perilaku belanja daerah khususnya belanja modal akan
yang diperlukan oleh negara, yang tercermin di dalam belanja modal yang
dilakukan oleh pemerintah. Belanja modal yang besar merupakan cerminan dari
sesuai dengan logika, semakin banyak sumber yang menghasilkan, maka hasilnya
pun akan semakin banyak. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Alexiou (2009)
Ariani (2010) Pengaruh Belanja Modal dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Tax Effort, ada perbedaan yang
modal dan investasi daerah terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, maka
undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
nilai PDRB, dibutuhkan sumber dana maupun sumber daya manusia untuk
mencapai hal itu, kabupaten kota menggali dana dari investasi yang ada dan
besar terhadap kemandirian keuangan daerah karena hal ini dapat meningkatkan
Dengan demikian tingkat investasi, belanja modal dapat dijadikan indikator dalam
daerah secara lebih mandiri. Pembangunan daerah dengan sistem otonomi daerah
pemerintah. Saat ini pemerintah hanya mampu membiayai upaya perbaikan dan
dan kegagalan perusahaan lain di seluruh dunia menunjukkan adanya krisis dalam
pengendali internal untuk dapat menilai keadaan keuangan. Penelitian ini hampir
sama dengan yang dilakukan Klaus J et all (2004) bahwa tata kelola perusahaan
plan for addressing the financial crisis bahwa rencana departemen keuangan akan
membebankan biaya besar pada pembayar pajak dan mungkin tidak menyalurkan
sumber daya yang ada didaerah tersebut, hal ini dilihat dari pencapaian anggaran
penyertaan modal kepada Bank Jabar Banten. Hal ini dikarenakan harus
dikeluarkan pemerintah dan juga ini dilihat dari kebijakan pemerintah. Bertolak
asli daerah. Sumber pendapatan asli daerah berguna bagi pemerintah untuk
Dari penjelasan tersebut maka gambar penelitian antara belanja modal, investasi
Belanja Modal
Kemandirian
Investasi
53
BAB III
METODE PENELITIAN
diperoleh nantinya berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan dianalisis lebih
lanjut dalam analisis data. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu Belanja
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai
data. Sumber data yang dilakukan peneliti adalah data sekunder. Data sekunder
yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian
ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs
dilakukan bersifat kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bersumber dari
dokumen laporan realisasi APBD yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan
realisasi APBD ini diperoleh data mengenai jumlah anggaran belanja modal,
dan Bantuan pemerintah pusat dan pinjaman bersumber dari LRA Kabupaten kota
se- Sumatera.
Objek penelitian ini adalah data yang berasal dari LRA kabupaten kota Se-
Sumatera selama 2 tahun yaitu 2010 dan 2011. Pengambilan data berasal dari
Sumatera berjumlah 277 kabupaten untuk tahun 2010 sebanyak 116 dan tahun
2011 sebanyak 161. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pemerintah daerah kabupaten dan kota Se- Sumatera pada tahun 2010-2011
sampel yang terdata 185 setelah dioutlier hanya 139 sampel saja yang terpakai.
yaitu:
55
2. Pemerintah daerah kabupaten dan kota yang ada data penyertaan modal saham
Sampel yang terdata 277 daerah kota dan kabupaten yang dijadikan populasi,
hanya sebanyak 185 sampel setelah di outlier hanya 139 yang memenuhi kriteria
untuk ditetapkan sebagai sampel penelitian. Sumber data dari dokumen laporan
realisasi APBD tahun 2010-2011 dapat diperoleh data mengenai jumlah anggaran
Belanja Modal, Investasi, Bantuan pemerintah pusat dan pinjaman. Berikut data
Keterangan Jumlah
dari sumber lain misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.
pemerintah pusat dan propinsi, semakin rendah. Selain itu rasio kemandirian
daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan
2007:232).
adalah 0-25% rendah sekali, 25-50% rendah, 50-75% sedang, dan 75-100%
tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang
dan daerah dapat dikatakan ideal apabila sumber PAD menyumbang bagian
(Hariyadi, 2002:27).
penelitian terdahulu, analisis Penelitian ini juga memakai analisa kinerja keuangan
yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan
yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan
pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana
tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan
2) Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi
anggota masyarakat.
pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber
Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah menurut Pasal 57
Daerah, semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
61
daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai
penerimaan yang perlu dibayar kembali balk pada tahun anggaran yang
tidak termasuk bagian lain ditambah dengan pengeluaran tidak tersangka yang
peneliti tidak menggunakan semua rasio tersebut. Rasio yang digunakan dalam
1 Dana Transfer.
DAU adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu dana yang bersumber dari
62
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional (UU No. 33 tahun 2004). DAK ini
untuk mengalokasikan dana pendamping sebesar 10% dari nilai DAK yang
tidak termasuk dalam kelompok pendapatan asli daerah dan dana perimbangan.
bencana alam.
4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.
PAD dan Dana Perimbangan, yang meliputi Hibah, Dana Darurat, dan lain-lain
pelayanan.
dengan UU No.33 Tahun 2004 disebutkan bahwa PAD terdiri dari: pajak
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Yani (2008:44) menjelaskan bahwa
sumber Pendapatan Asli Daerah diperoleh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Dan Lain-lain PAD yang sah.
64
anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih
Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. Indikator variabel pengelolaan belanja
memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, deviden, dan royalti atau manfaat
berupa saham, pemerintah mendapatkan deviden dari saham tersebut. Tujuan dari
pelayanan masyarakat dan pengelolaan kembali. Hal ini sesuai dengan permen no
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu
saham yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah,
gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. Indikator variabel ini
diukur dengan :
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Belanja modal dan Investasi.
Ghozali (2006) menjelaskan bahwa disebut variabel dependen karena variabel ini
bagian dari ilmu statistika yang hanya mengolah, menyajikan data tanpa
mengambil keputusan untuk populasi. Dengan kata lain hanya melihat gambaran
secara umum dari data yang didapatkan.Statistika adalah ilmu yang mempelajari
Regresi linier berganda adalah untuk menguji pengaruh dua variabel atau lebih
independen dalam penelitian ini adalah belanja modal dan pembiayaan investasi
daerah.
67
persamaan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dimana :
0,05 (α=5%). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang diuji secara bersama – sama (simultan) berpengaruh positif dan
regresi linier berganda secara simultan dilakukan uji t pada tingkat keyakinan 95%
Jika nilai hitung t > nilai t tabel tα(n-k), maka Ha diterima yang berarti X
dalam model.
Jika nilai hitung t < nilai t tabel tα(n-k), maka Ha Ditolak yang berarti X
uji normalitas data. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang
normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov test yang dibantu
Kriteria pengambilan keputusan atas uji normalitas data sampel tersebut yaitu data
sampel dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi (sig) > 0.05, dan
sebaliknya data sampel berdistribusi tidak normal jika nilai signifikansi (sig) <
0.05. Selain itu, pengujian normalitas data juga dilakukan dengan menggunakan
independen yang lain dalam model regresi memiliki hubungan yang kuat.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen (Ghozali, 2009). Karena hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam
tolerance serta variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan
adalah 10. Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 yang
berarti terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel bebas dan tidak ada
korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% (kofisien lemah
tidak lebih besar dari 5) . Jika VIF lebih besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10
dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah
untuk variabel independen yang berbeda. Jika variance (ragam) dari residual satu
70
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel
waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas
dari suatu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi
Jika dL < d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.
Jika dL < (4 - d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat
disimpulkan.
71
- Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan sudah
1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikansi (Sig. < 0,05), maka model penelitian dapat digunakan
2. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar dari
tingkat signifikansi (Sig. > 0,05), maka model penelitian tidak dapat
Jika nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka model
- Uji Statistik t
Uji Statistik t untuk menguji secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan dengan tingkat
keyakinan 95% (α =0,05). Uji ini dilakukan sekaligus untuk melihat koefisien
BAB V
5.1 Kesimpulan
rasio kemandirian keuangan daerah. Belanja modal pada tahun sebelumnya dapat
sarana dan prasarana dapat terpenuhi dalam jangka panjang yang gunannya untuk
dana yang berasal dari PAD dan bantuan pemerintah dapat meningkatkan
membutuhkan dana yang berasal dari keuangan daerah maka dikatakan adanya
menambah sisi pendapatan daerah yang merupakan masukan bagi daerah sehingga
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka daerah tersebut dalam sisi
dapat pula dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini
misal dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, sumber daya manusia
yang ada serta faktor keadaan sumber daya alam yang ada di daerah dan luas
5.2 Implikasi
Implikasi yang dapat dikaji dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
diharapkan mampu untuk menggali pendapatan asli daerahnya dan tidak terlalu
tergantung pada dana perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Belanja
modal dalam hal ini perlu ditekan untuk menggurangi dana pemerintah yang
penting-penting saja.
daerah dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah
satunya dengan memberikan porsi belanja daerah yang lebih besar untuk sektor-
5.3.1 Keterbatasan
Penelitian ini hanya dilakukan dua periode yaitu tahun 2010 dan 2011 sehingga
jangka waktu pengamatannya sangat pendek dan sampel yang mewakili untuk
5.3.2 Saran
indikator kinerja keuangan daerah tersebut sebelum dan sesudah otonomi daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sukriy dan Abdul Halim. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah
Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali. Yogyakarta,Hal 1140-
1159.
Adi, Priyo Hari. 2007. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja
Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah. Proceeding SNA IX. Padang
Ariani, Kurnia Rina. 2010. Pengaruh BelanjaModal dan Dana Alokasi Umum
terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Tax Effort (Studi
Kasus pada Pemerintah Kabupaten/Kota Wilayah Eks Surakarta Jurnal
akuntansi Vol 1 No 2 Universitas Sebelas Maret Surakarta
Bebchuk, Lucian A. 2008. A Plan For Addressing The Financial Crisis. Jurnal
The Voice ekonom, Vol. 5, Issue 5 (September 2008). Harvard Law
School Cambridge, MA 02138
Bland, Robert Land Nunn, Samuel. 1992. The Impact of Capital Spending on
Municipal Operating Budgets. Public Budgeting and Finance, Summer
1992
Francis M. 2001. Growth Performance Explain Africa : Kenya Case Study. Jurnal
Departemen Ekonomi Universitas Nairobi
Ismi Rizky dan Suryo. 2009. Pengaruh PAD dan Belanja Pembangunan terhadap
rasio kemandirian dan pertumbuhan ekonomi. Konferensi Penelitian
Keuangan Sektor Publik II.
Kusnandar et all, 2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah,
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja
Modal. Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia, Jakarta
Lind et all, 2008. Teknik – Teknik Statistika Dalam Bisnis Dan Ekonomi buku 2
Edisi 13 Salemba Empat
Meyers, F., Verhoest, K and Beuselinck E., 2006. Performance of Public Sector
Organizations: Do Management Instruments Matter? Paper for ìA
Performing Public Sector: The Second Transatlantic Dialogueî.
Leuven, BelgiÎ 1-3 June.
Nataluddin. 2001. Potensi dana perimbangan pada pemerintahan daerali di
Propinsi Jambi, Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP
YKPN.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. (a skill building approach),
Second Edition Jhon Wiley, New York.
Sugiono. 2001. Analisis Manfaat dan Biaya Sosial. Makalah ekonomi Publik
Jakarta
Sularso, Havid., Restianto, Yanuar E. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Alokasi belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Media Riset Ekonomi. Purwokerto
Suryaningrum, 2000. Pertumbuhan ekonmi Regioanal di Indonesia. Media
Ekonomi dan Bisnis, FE-Undip , Vol. XII No.1 Juni 2000.
Wong, John D. 2004. The Fiscal Impact of Economic Growth and Development
on Local Government Capacity. Journal of Public Budgeting.,
Accounting and Financial Management. Fall.
Thesaurianto, Kuncoro. 2007. Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap
Kemandirian Daerah. Tesis Undip, Semarang
Trunbull, Shann. 2002. A. New Way To Govern Organitations and Society After
Enron. New Economics Foundation. London United Kingdom
Utami, Ayu Mita. 2012. Pengaruh Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Pendapatan Asli Daerah, Fakultas Ekonomi, Jurnal Universitas Siliwangi.
Yani, Ahmad. 2008. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
di Indonesia. Rajagrafindo Persada. Jakarta