Anda di halaman 1dari 34

NUTRISI ENTERAL

PADA
BERBAGAI PENYAKIT
b e an s

n t
u s

NE PADA PENYAKIT GAGAL HATI


TAHAP PEMBERIAN MAKANAN

Tahap I
Bila terjadi hematemesis melena
maka dipuasakan

Tahap II
Hasil kumba lambung (Gastric cooling ) 3x hasil negatif
mulai diberikan makanan cair

Tahap III
Bila 1-2 hari (melena masih ada) scr bertahap
diberikan makanan saring, makanan
lunak rendah serat
• Pada penyakit hati terjadi perubahan
metabolisme protein.
• Dari konsensus European Society of
Parenteral and Enteral Nutrition
disimpulkan :
1. Pasien dengan sirosis hepatis cenderung
untuk hipermetabolik dan memerlukan
asupan diet protein yang lebih tinggi dari
normal.
2. Sebagian pasien dapat mentoleransi
asupan protein yang normal atau bahkan
meningkat tanpa ada risiko ensefalopati.
3. Modifikasi pola makan, berupa beberapa
jenis makanan dan pemberian makanan
selingan malam hari dapat bermanfaat
Lanjutan

4. Pada pasien sirosis dengan


malnutrisi berat, pemberian
suplementasi asam amino dapat
dipertimbangkan.
5. Pada sekelompok kecil pasien yang
mengalami intoleransi terhadap
asupan protein yang dibutuhkan,
pemberian suplementasi BCAA
dapat dipertimbangkan
 Pasien sirosis yang mengalami anoreksia dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya,
dapat diberikan formula enteral dengan
densitas energi tinggi (1,5 – 2 kcal/ml) sebagai
suplemen.

 Pada pasien gagal hati yang mengalami


perdarahan varises esofagus, penggunaan pipa
nutrisi tidak terbukti meningkatkan insiden
perdarahan.
Komposisi Zat Gizi
Keadaan Klinis Kalori Non Protein Protein

Sirosis 25-35 kkal/kgBB/hari 1-1,2 g/kgBB/hari


Terkompensasi

Malnutrisi dengan 35-45 kkal/kgBB/hari 1,5 g/kgBB/hari


asupan inadekuat

Ensefalopati I - II 25-35 kkal/kgBB/hari Sementara diberikan 0,5 g/kgBB/hari


selanjutnya ditingkatkan menjadi 1-1,5
g/kgBB/hari. Jika terdapat intoleransi
dapat diberikan protein nabati atau
suplemen BCAA
Ensefalopati III - IV 25-35 kkal/kgBB/hari 0,5-1,2 g/kgBB/hari larutan asam amino
yang diperkaya BCAA

Konsensus Nutrisi Enteral


 Dua bentuk komplikasi akut pada DM yaitu
hipoglikemia dan hiperglikemia yang merupakan
keadaan gawat darurat yang terjadi pada perjalanan
penyakit DM
 Komplikasi akut yang ditimbulkan berupa koma
hipoglikemia dan hiperglikemia ketoasidosis maupun
non ketoasidosis.
Penatalaksanaan:
 Rehidrasi →penggantian cairan
 Insulin → Insulin diberikan dalam
bentuk bolus/intravena.
 Bila gula darah sdh turun mendekati
nilai normal, dan kesadaran pasien
membaik, pasien dapat diberikan diet
cair DM. Jumlah energi yang
diberikan bertahap mencegah over
feeding mulai 9-18 kkal/kg BB/ hari.
 Energi sesuai kebutuhan ( 25-30 kkal/kg
BB/hari)
 Energi 1-2 kkal/ml
 KH : 55-60 % dari total kalori
 Lemak : 35% dari total kalori (diutamakan
asam lemak tidak jenuh tunggal)
 Protein sisa dari perhitungan lemak dan KH
 Serat 10-15 g/L
 Fruktosa 30%

ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition,2006


KEGAWATAN UREMI :

1. Asidosis metabolik
 Menggambarkan kegagalan fungsi tubulus
ginjal.
Nafas cepat dan dalam

2. Hiperkalemia : (normal : 3,5 – 5,1 mEq/L)


 Ringan : < 6,5
 Sedang : 6,5 – 7,5
 Berat : >7,5

3. Overhidrasi : oedema pulmo


4. Perdarahan : trombositopeni
5. Kejang Uremik
6. Infeksi sepsis
7. Hipertensi
1. Energi
Pre Dialisis : 35 kcal/kgBBI/hari. Pasien
dengan aktivitas minimal atau usia lanjut :
30 – 35 kacl/kgBBI/hari
HD : 30 – 35 kcal/kgBBI/hari
PD : 30 – 35 kcal/kgBB/hari
Transplantasi ginjal : 30 – 35
kcal/kgBBI/hari

KEBUTUHAN ZAT GIZI


Pre dialisis : 0,6 – 0,75 g/kgBBI/hari
Dialisis : 1,2 g/kgBBI/hari
Peritoneal Dialisis : 1,2 – 1,3 g/kgBBI/hari
Transplantasi ginjal : 1,3 g/kgBBI/hari pada 6
minggu pertama pasca transplantasi. Selanjutnya
0,8 – 1 g/kgBBI/hari
Protein yang diberikan minimal 50% dengan
kandungan biologis tinggi (protein hewani
3. Lemak
 25 – 30% dari total energi
 Pembatasan lemak jenuh <10%
Bila didapatkan dislipidemia, asupan
kolesterol <300mg/hari
4.Karbohidrat
Sisa dari hasil perhitungan protein
dan lemak
Nutrition Therapy for Chronic
Kidney Disease, 2012
 Kalori 1-2 kkal/ cc
 Protein Rendah : 6,8-10% dari total kalori
(sumber protein bernilai biologis tinggi)
 Lemak cukup : 20-30% dari total kalori (lemak
tidak jenuh ganda)
 KH : 50-70% dari total kalori
 Na : 1-3 g/hari
 K : 40-70 mEq/hari
 Energi: 30-35 kkal/gr BBI/hari.
 Protein: 1,3 gr/kgBBI/hari pada 6 minggu pertama
pasca tranplantasi, selanjutnya 0,8-1 gr/BBI/hari.
Protein yang diberikan minimal 50% dengan
kandungan biologi tinggi (lauk hewani)
 Lemak: 25-30% dari total kalori, pembatasan
lemak jenuh <10%, bila didapatkan dislipidemia
dianjurkan kadar kolesterol dlm makanan ,300
mg/hari
 Kalori dari karbohidrat adalah sisa dari
perhitungan untuk protein dan lemak.
Rekomendasi asupan mikro nutrient
pada transplantasi ginjal
• Kalium: tidak dibatasi. Jika direstriksi,
dapat diberikan 1 mEq kalium per g
protein dalam diet.
• Kalsium: 1000-1500 mg/hari.
• Fosfor: 1.2g/hari, baik pada fase akut
maupun 4-6 mgg pasca transplant.
• Zinc: jangka pendek dapat diberikan
suplementasi untuk membantu
penyembuhan luka.
• Jangka pendek (fase akut pasca transplantasi ) pasien
dipertahankan euvolemik atau sedikit hipervolemik
dengan insensible fluid loss diperhitungkan sekitar 30-
60 ml/jam.
• Untuk pasien yg normovolemik dengan graft yang
berfungsi baik, asupan cairan minimal dianjurkan 2000
ml/hari.
• Untuk pasien oligouria, volume cairan yang diberikan
seimbang dengan produksi urin ditambah dengan
insensible fluid loss sebesar 500-750 ml.
PADA SAAT TRAUMA
HAL PENTING PADA PASIEN
TRAUMA/ SEPSIS/LUKA
BAKAR

 HIPERMETABOLISME
 HIPERKATABOLISME
 IMUNOSUPRESI
• Asupan kalori non protein pada pasien trauma
adalah 25-40 kcal/kg/hari, dimulai dari kalori
rendah yaitu 9-18 kkal/kg BB/hari.
• Protein : 1,5 – 2 g/kg BBI/hari.
• Pada luka bakar berat, protein dapat diberikan
sampai 2,5 g/kgBB/hari, dengan rasio
nitrogen/kalori non protein adalah 1 : 80-110
Rasio nitrogen : Kalori non protein =
1 : 80 -110 (protein tidak dihitung
sebagai kalori) 1 gram nitrogen
setara dengan 6,25 protein.
Protein tidak diergunakan sebagai
sumber energi.
 Lemak : 30 – 40% total energi
 Karbohidrat 60-70% total kalori
(sisa dari perhitungan total
energi dikurangi energi lemak)
 Densitas Kalori 1,2-2 kkal/cc
 Disfungsi dari usus yang tersisa
 Perubahan struktur dan fungsi usus yang
tersisa (Penurunana fungsi absorbsi cairan,
elektrolit, makronutrien, mineral dan vitamin).
 Perubahan- adaptasi intestinal dimulai pasca
bedah sd 12 bulan, kadang sd >2 tahun.
 Adanya nutrisi dalam lumen usus kan
mempercepat adaptasi intestinal.
 Efek stimulasi sekresi pankreas, peptida
intestinal akan meningkatkan pertumbuhan
dan fungsi dari usus yang tersisa.
 Pembberian NE melalui pipa nasojejunal,
yang terlampau distal akan mempersulit
adaptasi usus halus bagian proksimal,
sehingga mengurangi kemampuan total
permukaan absorbsi.
 Pemberian NE mencegah atropi mukosa usus,
meningkatkan fungsi absorbsi usus,
menurunkan risiko kolestasis.

Lanjut....................
 Pada pasien fistula di esofagus, gaster,
duodenum -- NE via pipa ke yeyenum
(yeyenistomi)
 Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi NE
(adanya peningkatan fistula, residu gaster,
kram abdomen, diare)- NE dikurangi
 NE diberikan sebagai makanan usus : 10-20
ml/jam.
 NE pad pasca bedah dapat diberikan
segera dalam 24 jam pertama.
 PX laparotomi dan reseksi usus dapat
mulai diberikan NE pada 2-3 jam pasca
bedah.
 NE dimulai dengan memberikan 15
ml/jam.
 Bila toleransi baik, volume dapat
ditingkatkan secara bertahap.

KAPAN NE DIBERIKAN?

Anda mungkin juga menyukai