Anda di halaman 1dari 21

Nama : Ayu Lobika Lestari

NIM : 160101231

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran


Piqih Kelas XII IPA Menggunakan Audio Visual Madrasah Aliyah Nurul
Ulum Mertak Tombok

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kualitas pendidikan di Indonesia semakin dituntut untuk meningkat
agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang berkembang dengan
sangat pesat. Hal ini dikarenakan untuk mengikuti perkembangan zaman
diperlukan kualitas pendidikan yang baik agar mampu mengikutinya dan
menjadi seorang guru yang professional serta dapat diterima oleh peserta
didik mungkin menjadi harapan semua guru dimanapun, namun demikian
tidaklah mudah untuk meningkatkan minat belajar peserta didik dalam
proses pembelajarannya.
Guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas
maka diperlukan pendidikan yang lebih bermutu di Indonesia.
Berdasarkan definisi tersebut maka saya mengangkat judul “Upaya guru
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa mata pelajaran piqih kelas
XII IPA menggunakan audio visual Madrasah Aliyah Nurul Ulum Mertak
Tombok” diupayakan untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa pada
sekolah/madrasah tersebut.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang menyebabkan kurangnya daya belajar siswa siswi pada


mata pelajaran fiqih di madrasah?
2. Metode apa yang paling tepat untuk membuat suasana belajar siswa
siswi efektif dalam mata pelajaran fiqih di madrasah?
3. Apa hasil yang ingin dicapai oleh guru dengan metode yang
diterapkan tersebut?
C. Tujuan

Ada tujuan penulis Untuk mendiagnosis penyebab kurangnya minat


belajar siswa siswi pada mata pelajaran fiqih kelas XII IPA
madrasah aliyah Nurul Ulum Serta untuk memudahkan proses
pembelajaran pada mata pelajaran tersebut.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru
a. Dapat digunakan untuk pembaharuan pada proses
pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berlansung
dengan baik
b. Meningkatkan motivasi untuk menerapkan media audio
visual, sehingga proses pembelajaran akan mendukung
dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas.
2. Bagi Siswa
a. Siswa Dapat termotivasi dalam mengikuti dalam mengikuti
proses pembelajaran dengan menggunakan media audio
visual.
b. Siswa dapat memahami pelajaran Fiqih dengan baik dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Hasil Penelitian ini dapat memberikan arahan dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga motivasi dan hasil
pembelajaran Fiqih siswa kelas VII IPA Madrasah Aliyah
Nurul Ulum Mertak Tombok.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hakikat Motivasi belajar

1. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan bagian terpenting dalam belajar, tanpa motivasi
kegiatan pembelajaran akan sia sia. Membangkitkan motivasi peserta didik
merupakan bagian dari tugas tenaga didik. Berikut akan dibahas eksistansi
motivasi dalam belajar diantaranya :
a. Guru sebagai motivator
Guru profesional memiliki berbagai tugas yaitu; mendidik,
mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi
pelaksanaan proses pembelajaran. Hasil evaluasi sebagai rujukan untuk
memperbaiki pelaksanaan proses pembelajaran berikutnya. Sehingga siswa
tidak merasa jenuh karena tenaga pendidik selalu berupaya untuk
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didiknya.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.1 Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.2

1
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 ayat 6(Jakarta: CV
Eka Jaya, cet. 1, 2003), h.5.
2
Ibid, h. 28.
Merujuk pada Undang-Undang Sisdiknas di atas bahwa yang
dimaksud dengan guru yang berkualitas adalah guru yang profesional.
Guru profesional diharapkan mampu menciptakan proses pembelajaran
yang berkualitas dan menyenangkan, sehingga membangkitkan motivasi
belajar peserta didik.
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki
lima hal berikut ; (1) guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses
belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada
kepentingan siswanya, (2) guru menguasai secara mendalam bahan
pelajaran serta mengajarkan nya kepada siswa. Bagi guru, hal ini
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, (3) guru
bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik
evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil
belajar, (4) guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya,
dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk
guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah
dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana
yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar
siswa, (5) guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar
3
dalam lingkungan profesinya. Dengan demikian guru harus terus
menempah dirinya sehingga berbagai permaslahan dan perkembangan
ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan matapelajaran yang
diampuhnya.
Selain pengembangan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
matapelajaran yang diampunya guru harus memiliki 10 kompetensi, yakni;
(1) mengembangkan kepribadian; (2) menguasai landasan kependidikan;
3
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra Dan Martabat Guru (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, cet, 1,1998), h.98.
(3) menguasai bahan pengajaran; (4) menyusun program pengajaran; (5)
melaksanakan program pengajaran; (6) menilai hasil dan proses belajar-
mengajar; (7) menyelenggarakan program bimbingan; (8)
menyelenggarakan administrasi sekolah; (9) kerjasama dengan sejawat dan
masyarakat; dan (10) menyelenggarakan penelitian sederhana untuk
keperluan pengajaran.4
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang
guru dikatakan professional jika ia seorang ilmuwan yang dibekali dengan
kemampuan dan keterampilan untuk menjadi guru. Ia harus menguasai
keterampilan metodologis, karena dengan keterampilan metodologis inilah
yang menjadi cirri khas yang membedakan guru dengan profesi yang
lainnya. Hal ini sejalan dengan bunyi Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Bab IV pasal 19 tentang Standar Proses yang menyebutkan bahwa
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.5
Semakin baik kualitas proses pembelajaran akan mempercepat
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Guru merupakan pengelola
pembelajaran (manager of learnng) utama di kelasnya, sehingga
efektivitas proses pembelajar terletak di pundak guru. Oleh karenanya
keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas
guru.6 Guru adalah faktor penting dalam lingkungan belajar. Jadi, peran

4
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Pustaka Setia, cet.1, 2002), h.31
5
Undang-Undang Ri Nomor 20 tahun 2003, h. 115.
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorentasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2008), h.52.
guru lebih dari sekadar pemberi ilmu pengetahuan. Guru adalah rekan
belajar, model, pembimbing, sekaligus pengubah kesuksesan siswa. 7 Guru
dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
yang mampu mengembangkan bakat dan kreativitas pesera didik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa suasana kelas adalah penentu psikologi
utama yang mempengaruhi belajar akademis.8
Suasana menyenangkan harus didukung dengan kejelasan tujuan
dan terarah. Tujuan pendidikan dibagi menjadi empat dari yang bersifat
umum sampai kepada tujuan yang khusus yaitu: Tujuan Pendidikan
Nasional, Instruksional, Kurikuler dan Instruksional atau tujuan
pembelajaran.9 Sehingga seluruh komponen standar kompetensi kelulusan
merupakan indikator ketercapain tujuan yang ditetapkan oleh lembaga
pendidikan. Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Propinsi Sumatera Utara Nomor 178 Tahun 2007 menetapkan bahwa
Standar
Motivasi belajar peserta didik sangat mempengaruhi keberhasilan
proses belajar mengajar, semakin tinggi motivasi maka semakin
berkualitas hasil proses pembelajaran, sehingga standar kompetensinya
dapat dicapai dengan efektif. Kemauan untuk melakukan tindakan belajar
tergantung kepada motivasi, seperti kemauan untuk berfikir, memusatkan
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. 10
Siswa yang tidak memiliki motivasi sulit memusatkan perhatian bahkan
cenderung menggangu teman sekelasnya, melamun, berbisik-bisik dengan
teman sebangku, keluar masuk kelas dengan alasan ke kamar kecil,
7
Bobbi De Porter, et.al., Quantum teaching:Orchestrating Student Success, terj. Ary Nilandari, Quantum Teaching:
Mempraktekkan Quantum Learning Diruang ruang Kelas (Bandung: Kaifa 2010), h. 40-41.
8
Ibid, h. 49.
9
Sanjaya, Strategi Pembelajarn, h. 65.
10
Slameto, Belajar dan faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, cet. 5. 1991), h. 60.
mencoret-coret buku dan kegitan lain yang dapat menghambat pelaksanaan
pembelajaran.

b. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “motion” mengandung


arti gerakan, dan “motivate” mengandung arti mendorong atau
menyebabkan. Sedangkan “motivation” adalah mendorong, atau
menyebabkan. Kata “motif” sendiri mengandung arti motif atau tema. Dari
pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa motif atau motivasi adalah
dua kata yang sama namun berbeda dalam penggunaannya. 11 Motivasi
merupakan istilah yang lebih umum yang menunjukkan pada seluruh
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam
diri individual, tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan dari
perbuatan.12

Mc Donald dalam Wasty Sumanto menjelaskan pengertian motivasi


terdiri dari tiga komponen yaitu, perubahan tingkah laku, dorongan afektif
(perasaan),reaksi dalam upaya mencapaian tujuan 13 . Adapun menurut
Weiner “motivation is often inferred from learning, in learning usually is
an indicator of motivation for the educational psycho logiest”.14 Sedangkan
Eysenck dan kawan-kawan merumuskan motivasi sebagai suatu rangkaian
proses kegiatan yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas,
konsistensi, serta tujuan umum dari tingkah laku, merupakan konsep yang

11
John M. Echols & Hasan Shadly, Kamus inggris – Indonesia (Jakarta: Gramedia, cet. 26, 2005) h. 386.
12
Alex Sobur, Psikologi umum: Dalam Lintasan Sejarah (Bandung: Pustaka Setia, cet. 2 2003),h.268.
13
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan (Malang: Bina Aksara, 1984), h. 192.
14
Marcy P. Driscoll, Psychologi of Learning for Instruction (Needham Heights, 1994), h. 292-293.
rumit serta berkaitan dengan faktor lain seperti minat, konsep diri, dan
sikap.15

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan


bahwa motivasi adalah suatu usaha yang dilakukan tenaga pendidik kepada
peserta didik agar mau melakukan pekerjaan atau perbuatan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Prilaku itu dapat diamati dari malas
menjadi rajin, dari pasif menjadi aktif, dari ragu menjadi yakin sehingga
melakukannya secara berkelanjutan. Perubahan tingkah laku dapat juga
disebabkan oleh suasana kelas yang nyaman, media pembelajaran yang
menakjubkan, pengemasan materi ajar yang mudah dipahami, dilaksanakan
dan diingat. Jadi motivasi itu tidak saja bisa dipengaruhi oleh lingkungan
(ektrinksik) tetapi dapat juga timbul dari diri sendiri (intringsik). Misalnya
ketika lapar maka secara naluri akan langsung mengambil makanan yang
ada di sekitarnya untuk memenuhi hasrat kebutuhannya.

c. Klasifikasi Motivasi

Motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk, di antaranya:

1. motif primer dan motif sekunder adalah motif yang dibawa sejak lahir seperti
naluri seorang bayi ketika dilahirkan akan merasakan haus dan ia menangis
agar ibunya memberi air susu kepadanya, rasa haus adalah kebutuhan yang
telah ada sejak manusia dilahirkan. Sementara motif skunder adalah motif
ketika kita terkejut melihat benda yang sangat menakutkan, akibatnya tubuh
meriang dan sakit. Jadi motif primer berdasarkan kepada keadaan fisiologis
manusia sedangkan motif skunder tidak berhubungan dengan fisiologi
manusia.

15
Slameto, Belajar, h. 170.
2. motif intrinsik dan ekstrinsik Adapun motif instrinsik adalah motivasi yang
tidak perlu didorong dari luar namun datang dari kemauan sendiri. Orang
yang rajin membaca bukan karena akan mengikuti ujian namun membaca
penghobi baginya. Seorang siswa terus mencoba mencari cara menyelesaikan
tugas mata pelajaran matematika sampai larut malam. Mencoba dan terus
mencoba dengan berbagai cara akhirnya permasalahan dapat diselesaikan,
rasa senang dan bangga menggelora di hatinya. Seorang penggemar sepak
bola rela begadang sampai pagi karena ingin menyaksikan pertandingan grup
kesayangannya. Pada hal grup kesayangannya tak pernah memaksa agar
menonton, memberi hadiah atau memberi sanksi jika tidak menyaksikan
pertandingannya. Mereka melakukan dengan segala konsekuensinya sebagai
bukti mereka telah memiliki motivasi instrinsik.

3. motif tunggal merupakan motif yang timbul guna memenuhi kebutuhan


pribadi, dan motif bergabung merupakan motif yang timbul akibat adanya
kebutuhan bersama seperti kebutuhan kelompok partai yang menginginkan
pemenangan pemilu oleh partainya.
4. motif mendekat dan motif menjauh adalah seseorang akan mendekati suatu
benda atau makanan jika dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sebaliknya
seseorang akan menjauhi sesuatu benda atau makanan jika membahayakan
bagi kesehatan tubuhnya.

d. Hambatan motivasi

Motivasi sangat dibutuhkan dalam aktivitas belajar. Hasil belajar akan


menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi diberikan maka
akan makin berhasil pula hasil belajar yang dilaksanakan. Fungsi motivasi
dalam proses belajar mengajar sangat penting bagi siswa agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Seorang guru sulit
melaksanakan kegiatan pembelajaran jika siswa tidak mengikuti rangkaian
kegiatan yang telah direncanakan guru. Berikut ini ada tiga fungsi motivasi
yaitu:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Dorongan bisa


timbul dari dalam dan dari luar diri siswa. Dorongan dari dalam diri dapat
berupa kebutuhan biologis, seperti lapar maka dengan sendirinya siswa akan
mengambil makanan untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan dorongan
dari luar diri siswa dapat berupa teknik guru dalam mengajar, media yang
disajikan, sikap guru yang menimbulkan simpatik siswa dan sebagainya.

2) Pengarah, arah dari perbuatan untuk mencapai tujuan. Tujuan dari


perilaku agar dapat terwujud maka perlu dibantu oleh sebuah kompas atau
petunjuk dari perbuatan yang diinginkan.

3) Penggerak, fungsi sebagai mesin bagi mobil. Penggerak merupakan


semangat dalam melakukan sesuatu perbuatan dalam mewujudkan tujuan.16
Seorang siswa akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus tentu
akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktu
bermain-main kartu, membaca komik, karena tidak sesuai dengan tujuan.

f. Upaya meningkatkan Motivasi.

Sedikitnya ada empat jenis usaha dalam meningkatkan motivasi siswa


ketika terjadi proses belajar mengajar, yaitu: (a) membangkitkan dorongan
kepada siswa untuk belajar; (b) menjelaskan secara kongkrit hal-hal yang
dapat dilakukan diakhir pengajaran; (c) memberikan reward terhadap prestasi
yang dicapai agar merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik di
masa yang akan datang; (d) membentuk kebiasaan yang baik dalam belajar.17

1) membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar terus dan terus


mencoba, sehingga diakhiri dengan keberhasilan. Memberikan semangat
bahwa kesuksesan diawali dengan kesalahan demi kesalahan dan akhirnya
menuai kesuksesan yang menakjubkan. Misalnya dengan mengutip ungkapan

16
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet 9, h.161.
17
Ibid., h. 101.
Bobbi de Potter dalam Krisna Pabichara yang menyebutkan bahwa kegagalan
memberikan informasi yang kita butuhkan untuk belajar menjadi sukses.18
Kesalahan dalam belajar merupakan kewajaran justru itu teruslah mencoba
untuk mencari kebenaran.

2) menjelaskan secara kongkrit tujuan akhir pembelajar merupakan upaya


membangkitkan motivasi, dengan cara dikomunikasikan kepada siswa pada
awal tahun ajaran. Buatlah pengumuman: “Pada akhir tahun ini semua orang
akan mampu berbahasa Jepang cukup baik untuk melakukan percakapan
panjang.19

3) memberikan reward (ganjaran) terhadap prestasi atau usaha yang


dilakukan siswa. Usaha yang dilakukan benar atau salah harus diberikan
penghargaan. Apa yang dilakukan guru ketika bertanya kepada siswa taman
kanak-kanak, berapa satu ditambah satu? Spontan penuh semangat serta
percaya diri menjawab, ”tiga pak”. Dengan bijak sang guru berkata, bagus
kamu sudah maju sekali (pujian), tapi tiga adalah jawaban tepat untuk satu
ditambah dua, tetapi kita belum sampai ke sana, bagaimana jika kita mundur
sedikit ke satu tambah satu ? Apa jawaban kamu ?.20 Hukum atau sanksi
dapat berbentuk apa saja dengan tujuan agar siswa lebih bersemangat
melakukan perbuatan dalam upaya mewujudkan tujuan.

4) membentuk kebiasaan baik dalam belajar, dalam artian suasana


pembelajaran yang menyenangkan sehingga meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar. Apa yang diungkapkan dePorter bahwa untuk meningkatkan
motivasi dan minat dapat menerapkan kerangka rancangan yang dikenal

dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,


Ulangi, Rayakan).21

B. HAKIKAT MEDIA AUDIO VISUAL


a. Pengertian Media

18
Krisna Pabichara,Rahasia Melatih Daya Ingat: Cara Revolusioner Meningkatkan Kecerdasan Otak Dalam Waktu
Sekejap (Jakarta: Kaylah, 2010), h. 163.
19
Porter, Quantum Teaching, h.. 80.
20
Ibid., h. 63.
21
Ibid., h.39-40. 4.
Media didefinisikan oleh para ahli antara lain Arif S. Sadiman, R.
Rahardjo dan kawan-kawan mengatakan: media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan.22

Menurut pendapat Santoso S. Hamidjojo dikutip oleh Aminnuddin


Rosyad dan Darhim media adalah semua bentuk perantara yang dipakai
orang untuk menyebarkan ide, sehingga gagasan sampai pada penerima.23

Sedang menurut Mc. Luhan, media adalah sarana yang disebut juga
Channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas atau
memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan
melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan
bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.24

Media audio visual yaitu media pengajaran dan media pendidikan yang
mengaktifkan mata dan telinga peserta didik dalam waktu proses belajar
mengajar berlangsung.25 Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual
(melihat).26 Media Audio visual merupakan sebuah alat bantu audio visual
yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk
membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan,
sikap, dan ide.27

b. Jenis Media Audio Visual.

1) Media Audio Visual Gerak

Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang


sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi) karena meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta

22
S. Sudirman, R. Rahardjo, Hanung Haryanto, Media Pendidikan, Pustekom Dikbud, Jakarta, 1984, h.6.
23
Aminuddin Rasyad dan Darhim, Media Pengajaran, Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta,
197, h. 104
24
Aminuddin Rasyad dan Darhin, Media Pengajaran, h. 104
25
Aminuddin Rasyad dan Darhim, Media Pengajaran, h, 10.
26
Syaiful Bahri Djaramah Dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta 2010), h. 124
27
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: PT,Bumi Aksara, 2005), h. 171.
menampilkan unsur gambar yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam
kelompok ini adalah televisi, video tape, dan film bergerak.28

a) Film
Film atau gambar hidup merupakan gambar gambar dalam
frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa
proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar
itu hidup. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara
memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada
umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi,
dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang
waktu, dan mempengaruhi sikap. 29
b) Video
Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak,
semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan
yang disajikan dapat bersifat fakta (kejadian/ peristiwa penting,
berita), maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat
informative , edukatif maupun intruksional. Sebagian besar tugas
film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa
video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing
memiliki keterbatasan dan kelebihan sendiri.
c) Televisi (TV)
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar
diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang.
Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan
pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari
udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Televisi
pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan
untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa
yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya
menghibur, tetapi lebih penting adalah mendidik. Televisi

28
Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Surabaya: Pustaka Dua, 1978), h. 192.
29
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), h.48
sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat.
Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai
radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan.30

2) Media Audio Visual Diam

Media audio visual diam yaitu media yang menampilkan


suara dan gambar diam, seperti:
a) Film bingkai suara (sound slides)
Film bingkai adalah suatu film transparan (transparant)
berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai
berukuran 2x2 inci terbuat dari kraton atau plastik. Ada
program yang selesai dalam satu menit, tapi ada pula yang
hingga satu jam atau lebih. Namun yang lazim, satu
program film bingkai suara (sound slide) lamanya berkisar
antara 10-30 menit. Jumlah gambar (frame) dalam satu
program pun bervariasi, ada yang hanya sepuluh buah,
tetapi ada juga yang sampai 160 buah atau lebih.31
b) Film rangkai suara
Berbeda dengan film bingkai, gambar (frame) pada film
rangkai berurutan merupakan satu kesatuan. Ukurannya sama
dengan film bingkai, yaitu 35 mm. Jumlah gambar satu rol
film rangkai antara 50-75 gambar dengan panjang kurang
lebih 100 sampai dengan 130, tergantung pada isi film itu.32
b. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio visual
Media audio visual mempunyai kelebihan dan kekurangan
sendiri-sendiri. Ada dua jenis media audio visual disini yaitu
audio visual gerak dan audio visual diam.

1) Kelebihan media audio visual gerak

a) Kelebihan dan kekurangan film sebagai media audio visual


gerak.

30
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.102.
31
Arif Sadiman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), h. 57.
32
Arif Sadiman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), h. 61.
(1) Keuntungan atau manfaat film sebagai media pengajaran
antara lain:
a) Film dapat menggambarkan suatu proses, misalnya
proses pembuatan suatu keterampilan tangan dan
sebagainya.
b) Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu.
c) Penggambarannya bersifat 3 dimensional.
d) Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada

gambar dalam bentuk ekspresi murni.

e) Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus


melihat penampilannya.
f) Kalau film dan video tersebut berwarna akan dapat
menambah realita objek yang diperagakan.
g) Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.

(2) Kekurangan-kekurangan film sebagai berikut:

a) Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-


keterangan yang diucapkan sewaktu film diputar, penghentian
pemutaran akan mengganggu konsentrasi audien.
b) Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film
diputar terlalu cepat.
c) Apa yang telah lewat sulit untuk diulang kecuali memutar
kembali secara keseluruhan.
d) Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.33
e) b) Kelebihan dan kekurangan video sebagai media audio
visual gerak
(1) Kelebihan video
a) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode
yang singkat dari rangsangan lainnya.
b) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar
penonton dapat memperoleh informasi dari ahli
ahli spesialis.

33
Asnawir dan M. Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, h.95-96
c) Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan
direkam sebelumnya, sehingga dalam waktu
mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan
penyajiannya.
d) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar
berulang-ulang.
e) Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan
bila akan disisipi komentar yang akan didengar.
f) Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan
gerakan gambar tersebut, artinya kontrol sepenuhnya
ditangan guru.
g) Ruangan tidak perlu digelapkan waktu
menyajikannya.34

(2) Kekurangan video

a) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi


mereka jarang dipraktekkan.
b) Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah
haruslah diimbangi dengan pencarian bentuk
umpan balik yang lain.
c) Kurang mampu menampilkan detail dari objek
yang disajikan secara sempurna.
d) Memerlukan peralatan yang mahal dan
kompleks.35

c) Kelebihan dan kekurangan televisi sebagai media audio visual


gerak

(1) Kelebihan televisi:


a) Bersifat langsung dan nyata, serta dapat
menyajikan peristiwa yang sebenarnya.

34
Arif Sadiman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), h. 76-77.
35
Arif Sadiman, Media Pembelajaran, h.79.
b) Memperluas tinjauan kelas, melintasi
berbagai daerah atau berbagai negara.
c) Dapat menciptakan kembali peristiwa
masa lampau.
d) Dapat mempertunjukkan banyak hal dan
banyak segi yang beraneka ragam.
e) Banyak mempergunakan sumber-sumber
masyarakat.
f) Menarik minat anak.36
g) Dapat melatih guru, baik dalam pre-
service maupun dalam intervice training.
h) Masyarakat diajak berpartisipasi dalam
rangka meningkatkan perhatian mereka
terhadap sekolah.

(2) Kekurangan- kekurangan Televisi:

a) Televisi hanya mampu menyajikan


komunikasi satu arah
b) Televisi pada saat disiarkan akan berjalan
terus dan tidak ada kesempatan untuk
memahami pesan-pesan nya sesuai dengan
kemampuan individual siswa.
c) Guru tidak memiliki kesempatan untuk
merevisi tayangan TV sebelum disiarkan.
d) Layar pesawat televisi tidak mampu
menjangkau kelas besar sehingga sulit bagi
semua siswa untuk melihat secara rinci
gambar yang disiarkan.
e) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak
memiliki hubungan pribadi dengan guru,
dan siswa bisa jadi bersifat pasif selama
penayangan.37

36
Arif Sadiman, Media Pembelajaran, h.79.
37
Asnawir dan M. Basyiruddin usman, Media Pembelajaran, h.101-102.
2) Kelebihan dan kekurangan media audio visual diam

a) Kelebihan dan kekurangan film bingkai sebagai


media audio visual diam.
1. Kelebihan film bingkai sebagai media
pendidikan adalah:
a. Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan ke seluruh
siswa secara serentak
b. Perhatian anak-anak dapat dipussatkan pada satu butir
tertentu;
c. Fungsi berfikir penonton dirangsang dan dikembangkan
secara bebas;
d. Film bingkai berada di bawah kontrol guru;
e. Dapat dilakukan secara klasikal maupun individu;
f. Penyimpanannya mudah (praktis);
g. Dapat mengatasi keterbatasan keterbatasan ruang, waktu dan
indera;
h. Mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun audionya;
i. Relatif sederhana dan murah dibandingkan dengan media
TV atau film;
j. Program dibuat dalam waktu singkat.

2. Kekurangan film bingkai suara adalah:


a. Program film bingkai yang terdiri dari gambar gambar
lepas mudah hilang atau tertukar apabila penyimpanannya
kurang baik;
b. Hanya mampu menyajikan objek-objek secara diam (still);
c. Penggunaan program slide suara memerlukan ruangan yang
gelap, apabila tidak gelap maka gambar yang diproyeksikan
kurang jelas;
d. Dibangdingkan dengan gambar, foto, bagan atau papan
flanel pembuatan film bingkai jauh lebih mahal biayanya.38

b) Kelebihan dan kekurangan film rangkai


38
Arif S. Sadiman, Media Pembelajaran, h.61.
(1) Kelebihan film rangkai yaitu:
(a) Kecepatan penyajian film rangkai bisa diatur
(b) Film rangkai dapat mempersatukan berbagai
media pendidikan yang berbeda dalam satu rangkai
(c) Ukuran gambar sudah pasti
(d) Penyimpanannya mudah
(e) Reproduksinya dalam jumlah besar relative
lebih mudah
(f) Dapat untuk belajar kelompok maupun
individual

(2) Kelemahan yang pokok dibandingkan dengan film bingkai adalah


bahwa film rangkai sulit diedit atau direvisi karena sudah merupakan satu
rangkaian, sukar dibuat sendiri secara lokal dan memerlukan peralatan
laboraturium yang dapat mengubah film bingkai ke film rangkai.39

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional Bab 1 pasal 1 ayat 6(Jakarta: CV Eka Jaya, cet. 1, 2003), h.5.

Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Yogyakarta: Aditicia


Karya Nusa, cet. 1. 1998), h.98.

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidkan: dalam upaya peningkatan professional


kependidikan,(Bandung: Pustaka Setia, cet. 1. 2002), h. 31.

39
Arif S. Sadiman, Media Pembelajaran, h.62-63.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorentasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencan, 2008), hlm. 52

Bobbi De Porter, at.al,. Quantum Teaching:Orchestrating Student Succes,


terj. Ary Nilandari, Quantum Teaching:Mempraktekkan Quantum Learning Di
Ruang-Ruang Kelas (Bandung: Kaifa 2010), h. 40-41

Surat Keputusan Kepala Kantor Kementrian Agama Provinsi Sumatra Utara


Nomor: 178 tahun 2007.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka


Cipta, cet. 5. 1991), h. 60.

John M. Echols & Hasan Shadly, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia,


cet. 26 2005), h.386

Alex Sobur, Psikologi Umum: Dalam Lintasan Sejarah (Bandung: Pustaka Setia,
cet. 2 2003), h.268

Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan


(Malang: Bima Aksara, 1984),h.192

Marcy P. Driscoll, Psychology Of Learning Of Intruction (Needham Heights,


1994), h. 292-293

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet 9, h.
161

Krisna Pabicha, Rahasia Melatih Daya Ingat: Cara Revolusioner Meningkatkan


Kecerdasan Otak Dalam Waktu Sekejap (Jakarta: Kaylaj, 2010), h. 163

S. Sadiman, R. Rahardjo, Hanung Haryono, Media Pendidikan, Pustekom


Dikbud, Jakarta, 1984, hlm.6

Aminuddin Rasyad dan Darhim, Media Pengajaran, Direktorat Pembinaan


Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 197,hlm. 104
Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
PT.Rineka Cipta 2010), hlm.124

Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: PT,Bumi Aksara, 2005), h. 171.

Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Surabaya: Pustaka Dua, 1978), h. 192.


Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), h.48

Anda mungkin juga menyukai