Laporan Resmi Karst
Laporan Resmi Karst
Disusun oleh:
Kelompok 2
Kelas : Biologi B
A. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang dan sejarah pemanfaatan sumberdaya alam
disuatu wilayah
2. Mengidentifikasi macam-macam sumberdaya alam berdasarkan
pengamatan di lapangan dan acuan pustaka
3. Mengklasifikasikan macam-macam sumberdaya alam yang ditemukan
sesuai dengan karakteristik atau sifatnya
4. Mengemukakan gagasan tentang pola pemanfaatan sumberdaya alam
sesuai dengan karakteristiknya
5. Mengajukan gagasan atau ide pengelolaan sumberdaya alam disuatu
wilayah yang menjamin kelestarianya
B. Lokasi Praktikum
Dusun Groyokan, Sambirejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta
C. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Jum’at, 30 Maret 2018
Waktu : 09.00 – 14.30 WIB
D. Langkah Kerja
A. PEMBAHASAN
Membahas geomorfologi daerah karst tidak bisa lepas dari batuan
dominannya yaitu batuan gamping (White,1988). Batuan gamping adalah batuan
sedimen yang biasanya didominasi oleh kalsium karbonat dalam bentuk mineral
kalsit (Ford and Williams, 1992). Selanjutnya, oleh Dreybrodt (1988) dijelaskan
bahwa proses kimia yang dominan terjadi di batuan gamping adalah proses
pelarutan yang dimulai dari jatuhnya air hujan yang jenuh dengan gas
karbondioksida dan membentuk kesetimbangan dalam air yang asam sebagai
H2CO3 (asam karbonat). Karena sifatnya yang asam, maka air tersebut akan
dengan mudah melarutkan batuan gamping dan meninggalkan kation kalsium
dan anion bikarbonat terlarut dalam air. Karena sifatnya yang demikian, maka di
daerah berbatuan gamping lebih didominasi oleh sistem aliran bawah permukaan
dibandingkan dengan sistem permukaan. Sementara itu, proses pelarutan
tersebut, jika sudah mencapai tahap tertentu akan memunculkan tipe topografi
yang lain dari yang biasa ditemukan di tempat lain, yang dikenal sebagai tipe
topografi karst (Alpha, et. al, 2002).
Bertahun-tahun bukit kapur di Pedukuhan Nglengkong, Groyokan
Sambirejo Prambanan itu, menjadi sumber mata pencaharian warga. Mereka
menambang dan memperoleh pendapatan dari sana. Tapi mulai tahun lalu,
penambangan tersebut dihentikan. Larangan pemerintah, ternyata tak memutus
kreativitas warga. Melihat tebing bekas penambangan, warga sekitar punya ide
lain. Ide muncul, tatkala melihat bekas-bekas galian meninggalkan gurat-gurat
yang indah. Perpaduan warga putih berkilau semburat kuning dan coklat dalam
bidang tebing yang begitu luas, memberikan panoramic yang menarik.
Tebing Breksi belum genap dua tahun menjadi objek wisata, yang dibuka
sejak Mei 2015 untuk para wisatawan. Lokasi wisata ini langsung menjadi objek
wisata favorit banyak orang terutama bagi mereka anak-anak muda yang mulai
mempublish tempat ini melalui media sosial mereka. Sebelum jadi lokasi wisata,
Tebing Breksi hanyalah tebing-tebing bebatuan. Tak ada keindahan yang
menarik wisatawan. Hanya tampak alam liar yang dieksploitasi manusia dengan
cara penambangan yang salah.
Aktivitas penambangan Tebing Breksi, Sambirejo, Prambanan telah
berlangsung puluhan tahun yang lalu. Namun dengan turunnya SK Gubernur
tentang penetapan kawasan geo-heritage Sambirejo, aktivitas penambangan
dinonaktifkan. Keluarnya SK Gubernur ini sontak mendapat penolakan dari
beberapa penambang yang masih bertahan di Tebing Breksi. Tebing Breksi
berada di wilayah luar space cagar budaya Candi Ijo. Salah satu bagian dari
wilayah pertambangan rakyat yang ada di Sambirejo. Wilayah luar space ini
berada diurutan paling akhir dari kawasan inti yang berada di wilayah Candi Ijo,
kawasan pendukung, dan kawasan barrier.
Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) sendiri merupakan hasil koordinasi
antara Dinas SDM dengan Sumber Daya Air dan Mineral wilayah Sleman
dengan alokasi luas wilayah sebesar 1,2 hektar. Pengalokasian ini diperuntukkan
sebagai usaha rakyat untuk mencukupi kebutuhannya bukan untuk
pertambangan dan untuk mewadahi pertambangan rakyat daerah. Selain itu,
WPR juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada wilayah cagar
budaya (www.koranopini.com).
Larangan pemerintah, ternyata tak memutus kreativitas warga. Melihat
tebing bekas penambangan, warga sekitar punya ide lain. Ide muncul, tatkala
melihat bekas-bekas galian meninggalkan gurat-gurat yang indah. Perpaduan
warga putih berkilau semburat kuning dan coklat dalam bidang tebing yang
begitu luas, memberikan panoramic yang menarik.
Berdasarkan pengamatan sumber daya alam di wilayah Tebing Breksi
dapat ditemukan sumber daya alam biotik dan abiotik yaitu
Sumber daya alam abiotik Pemanfaatan yang sudah ada Deskripsi kondisi sumber daya Sumber daya alam biotik Pemanfaatan yang sudah ada Deskripsi kondisi sumber daya
Batu kapur Spot foto, ukiran dari batu Sumberdaya sudah diubah secara total, yang awalnya tambang menjadi tempat wisata Tanaman buah Dijadikan kebun buah
E m b u n g Sebagai wadah air hujan Masih dalam perbaikan untuk pengembangan tempat wisata tersebut I k a n Sebagai peliharaan di embung
Tanah (lahan kosong) Sebagai bumi perkemahan Tepat ersebut masih dalam perbaikan karena belum dijadikan bumi perkemahan yang besar.
A. Rekomendasi Kelompok
1. Penanya : Adinda Yuslia R
Pertanyaan :
a. Adakah perubahan dan kerugian dari pembuatan wisata Tebing
Breksi terhadap lingkungan?
b. Bagaimanakan dampak debu terhadap lingkungan dan pengunjung?
c. Bagaimanakah penggunaan dan pemanfaatan air di Tebing Breksi?
Jawaban :
a. Pembuatan Tebing Breksi yang tadinya digunakan untuk
penambangan belum begitu memberikan kerugian atau dampak
negatif terhadap lingkungan, karena pembuatannya hanya dengan
memberikan seni seperti ukiran, pemberian tangga jalan dan lain-
lain, sehingga tidak terlalu mengeksploitasi sumber dayanya.
Dampak negatif yang ada umumnya adalah polusi kendaraan
pengunjung, namun dampak tersebut menurut para narasumber
belum begitu dirasakan.
b. Debu yang ada umunya tidak begitu banyak, karena pasti dilakukan
penyiraman rata-rata empat kali sehari untuk mengurangi debu.
Sehingga debu tidak begitu mengganggu para pengunjung dan
lingkungan.
c. Dalam penggunaan air, wisata Tebing breksi masih menggunakan
air PAM untuk keperluan seperti warung, kamar mandi, mushola,
dll. Sedangkan untuk penyiraman dari debu pengelola membeli air
menggunakan mobil tangki. Hal tersebut dikarenakan wilayah
Tebing Breksi sulit untuk membuat sumur atau sumur yang dibuat
tidak dapat keluar air, sehingga untuk saat ini masih menggunakan
air PAM.
4. Kesimpulan
Kawasan wisata tebing breksi, merupakan endapan lava letusan gunung
api purba yang terjadi sekitar 26 juta tahun silam. Setelah ditemukan oleh
masyarakat, kawasan ini dijadikan pertambangan batu breksi. Namun, setelah
beberapa waktu aktivitas pertambangan dihentikan untuk meminimalisir
kerusakan alam lebih lanjut. Selanjutnya, warga desa memanfaatkan bekas
tambang ini menjadi kawasan wisata tebing breksi untuk tetap dapat memenuhi
kebutuhan hidup para mantan penambang, sekaligus memperbaiki kondisi
alam di kawasan tersebut.
Sumber daya yang ada di kawasan wisata tebing breksi utamanya
berupa batuan kapur yang keras. Batuan itu diukir sehingga menarik perhatian
wisatawan. Selain itu, di beberapa bagian batuan itu dibuat tadah hujan
sehingga menyerupai waduk. Tekstur batuan yang keras menyebabkan air
sukar merembes sehingga terbentuklah semacam waduk. Beberapa sisi mulai
ditanami beberapa jenis tanaman seperti buah, bunga, dan lain-lain. Batu
kapur/breksi di kawasan wisata ini bertekstur sangat keras dan sulit merembes
air sehingga sangat baik ketika dijadikan tadah hujan. Namun akan lebih baik
ketika ada pengolahan lebih lanjut terhadap air tersebut agar menjadi air bersih
sehingga dapat dimanfaatkan warga sekitar. Adanya pasokan air yang
mencukupi juga dapat mendukung percepatan pertumbuhan tanaman di sekitar
area wisata sehingga memperbaiki ekosistem sekitarnya. Berdasarkan keadaan
lapangannya, kawasan wisata tersebut sangat berdebu, untuk
meminimalisirnya selain dengan penghijauan dapat juga dilakukan dengan
pembuatan aspal di lantai wisata tersebut. Namun secara keseluruhan,
pengelolaan tempat di kawasan wisata tebing breksi ini sudah baik. Sebab
selalu ada inovasi dan perbaikan yang dilakukan oleh pengelola, yang selalu
mempertimbangkan kondisi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunn, J., 1986, Solute Process and Karst Landform. In:Solute Process (ed. by
S.T. Trudgill), 363-437. Wiley, Chickester, UK.
Quinlan, J.F., Smart, P.L.Schindel, G.M., Alexander, E.C.Jr, Edwards, A.J. &
Smith, A.R., 1991, Recommended Administratuve Regulatory
Definition of Karst Aquifer, Principles for Classification of Carbonate
Aquifers and Practical Evaluation of Vulnerability of Karst Aquifer. In
Proceedings of the 3rd Conf. On Hydrogeology, geology and
Management of Groundwater in Karst Terrains, 573-635. National Water
Well Association, Dublin, Ohio.
http://jalanjogja.com/sejarah-penyelamat-tebing-breksi-prambanan/ diakses
pada tanggal 10 April 2018 pukul 10.00 WIB.
http://www.koranopini.com/nasional/lingkunganhidup/tebing-breksi-antara-
wisata-dan-tambang-liar diakses pada tanggal 10 April 2018 pukul 10.35
WIB.
LAMPIRAN