Anda di halaman 1dari 3

PATCH TRANSDERMAL KULIT BAWANG MERAH (ALLICE TRENDEE)

SEBAGAI ANTIDIABETES

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolit yang ditandai
dengan hiperglikemia, terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya.
Hiperglikemia adalah suatu kondisi dimana kadar glukosa dalam plasma darah melebihi batas
normal (Gustaviani, 2006). Terdapat dua kategori utama diabetes melitus yaitu diabetes tipe 1
dan tipe 2. Diabetes tipe 1 disebut insulin-dependent atau juvenile/childhood-onset diabetes,
ditandai dengan kurangnya produksi insulin. Diabetes tipe 2 disebut non-insulin-dependent
atau adult-onset diabetes, disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh.
Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh diabetes (Kemenkes RI, 2014). Diabetes melitus
tipe 2 adalah salah satu penyakit kronis di dunia sebagai perubahan gaya hidup yang
menyababkan pengurangan aktivitas fisik dan peningkatan obesitas (Wild et al, 2004).
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas, pada tahun 2017
terdapat 425 juta penderita diabetes di dunia dan diprediksi akan mengalami peningkatan
hingga 629 juta orang pada tahun 2045, sedangkan Indonesia tercatat sebagai Top ten countries
for number of people with diabetes (20-79 years) 2017 yang menduduki peringkat 6 dunia
dengan jumlah penderita sebanyak 10,3 juta jiwa dan jumlah penderita diperkirakan meningkat
pada tahun 2045 sejumlah 16,7 juta jiwa (IDF, 2017 diakses 29 Juli 2018). Adanya data
tersebut membuktikan bahwa penyakit diabetes melitus menjadi masalah kesehatan yang serius
dan dibutuhkan perawatan yang efektif.

Salah satu terapi medis bagi penderita diabetes meliputi pengontrolan kadar glukosa darah
dengan pemberian obat hipoglikemik oral. Terapi tersebut memiliki kerugian seperti
ketidakpatuhan pasien karena perlu untuk meminum obat lebih dari satu kali sehari karena
waktu paruh yang singkat dan terkadang menyebabkan hipoglikemi (Sonia dan Sharma, 2012).
Selain itu, disebabkan karena obat mengalami metabolisme lintas pertama dan menunjukkan
bioavailabilitas usus yang rendah, sehingga tidak mampu mengendalikan penyerapan obat
(Bennet et al, 2012). Oleh karena itu, dilakukan pendekatan melalui rute pemberian lain.
Pendekatan yang dipilih yaitu melalui transdermal. Sistem penghantaran obat melalui
transdermal bertujuan untuk mendapatkan efek terapetik obat melalui kulit. Sistem ini
dirancang agar obat dapat dihantarkan pada konsentrasi yang telah ditentukan dan
dikendalikan, yang mana sangat efektif untuk mengobati gangguan kronis karena efek samping
dan efek dari metabolisme lintas pertama dapat dihindari (Ahad et al, 2014). Sistem
transdermal yang dipilih yaitu dalam bentuk sediaan patch. Pemilihan bentuk sediaan patch
transdermal karena memiliki keunggulan antara lain meningkatkan kepatuhan pasien karena
mengurangi frekuensi pemakaian dan memudahkan dalam pemakaian. Selain itu sediaan patch
cocok digunakan untuk pasien yang tidak dapat menelan obat khususnya pasien geriatri (Patel,
2009).
Manfaat faktor farmasi untuk mengobati penyakit memang direkomendasikan, tetapi obat-
obatan tersebut memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Hal tersebut meningkatkan
minat dengan menggunakan obat herbal yang memiliki efek samping minimal dan efek terapi
yang maksimal. Dalam hal ini, flavonoid bisa menjadi solusi. Banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa diabetes dapat dicegah dengan makanan berflavonoid. Quercetin
merupakan salah satu flavonoid yang umum di makanan dan telah dinyatakan dapat
memperbaiki status diabetes dengan menurunkan stres oksidatif (Coskun et al, 2005) atau
dengan mengurangi gangguan ekspresi gen hepatik (Kobori et al, 2009). Bawang merah telah
dikenal sebagai sumber flavonoid tertinggi pada makanan. Kandungan quercetin tertinggi
terdapat pada kulit kering terluar bawang (Smith et al, 2003).....

1.2 Rumusan Masalah


1. Dapatkah kulit bawang merah dijadikan sebagai agen antidiabetes?
2. Bagaimana strategi untuk mengembangkan kulit bawang merah menjadi sediaan agen
antidiabetes yang berkualitas?
3. Bagaimana sediaan patch transdermal ini dapat terabsorpsi melalui kulit hingga ke
pembuluh darah?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui potensi quercetin dari kulit bawang merah (Allium cepa) sebagai obat
antidiabetes.
1.4 Luaran Penelitian
Luaran dari penelitian ini adalah publikasi dalam artikel ilmiah, produk sediaan serta
publikasi kepada masyarakat luas.
1.5 Manfaat Penelitian
Dapat memberikan informasi tentang khasiat dan sediaan patch transdermal kulit
bawang merah (Allium cepa).
Ahad A. et al, 2014, Transdermal Delivery of Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs),
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEIs) and Others for Management of
Hypertension, Drug Deliv., 28:1-12.

Bennet D. et al, 2012, Dral Drug-Loaded Nanoparticles on Self-Integrated Scaffold for


Controlled Delivery, Int. J. Nanomed., 7:3399-3419.

Coskun O, Kanter M, Korkmaz A, Oter S, 2005, Quercetin, A Flavonoid Antioxidant, Prevent


and Protect Streptozotocin-Induced Oxidative Stress and Beta-Cell Damage in Rat Pancreas,
Pharmacol Res, 51:117-123.

Kementerian Kesehatan RI, 2014, Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI, Jakarta.

Kobori M, Masumoto S, Akimoto Y, Takahashi Y, 2009, Dietary Quercetin Alleviates Diabetic


Symptoms and Reduces Streptozotocin-Induced Disturbance of Hepatic Gene Expression in
Mice, Mol Nutr Food Res, 53:859-868.
Patel, D.P., Setty, C.M., Mistry., G.N., Patel, L.S., Patel, T.J., Mistry, P.C., Rana, A.K., Patel,
P.K., dan Mishra, R.S., 2009, Development and Evaluation of Ethyl Cellulose-Based
Transdermal Films of Furosemide for Improved In Vitro Skin Permeation, Pharm. Sci. Tech,
Vol. 10(2): 437-442.

Smith C, Lombard K.A, Peffley E.B, Liu W, 2003, Genetic Analysis of Quercetin in Onion
(Allium cepa L.), Texas J Agric Nat Resource, 16:24-28.

Sonia T.A dan Sharma C.P, 2012, An Overview of Natural Polymers for Oral Insulin Delivery,
Drug Discov. Today, 17:784-792.

Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H, 2004, Global Prevalence of Diabetes, Diabetes
Care, 27:1047-1053.

Anda mungkin juga menyukai