DI SUSUN OLEH
NAMA KELOMPOK A1
Adriano B.de S. Moniz (Kp.16.01.119)
Agustina Kurnia Serena (Kp.16.01.120)
Alfonsa Kaka (Kp.16.01.122)
Alvina Fikriatuzuhroh (Kp.16.01.123)
Andereas Yulius kondo (Kp.16.01.124)
Adriana Bodu Lori (Kp.16.01.125)
Antonius Bili (Kp.16.01.126)
Cahyani Agnes Anggraini (Kp.16.01.128)
Della Okta Vinata (Kp.16.01.129)
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
2.6 Komplikasi.................................................................................................................... 10
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang
secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah : Haemophillus
influenza
Nesseria meningitides (meningococcal)Diplococcus pneumoniae
(pneumococca) Streptococcus, grup AStaphylococcus aureus Escherichia coli
Klebsiella Proteus
Pseudomonas aeruginosa
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya infeksi
awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar
ke sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi,
Ricketsia.
2.3 Patofisiologi
2.4 Klasifikasi
Prognosis pada meningitis bakteri : Prognosis buruk pada usia yang lebih
muda, infeksi berat yang disertai DIC. Mortalitas bergantung pada virulensi
kuman penyebab, daya tahan tubuh pasien, cepat atau lambatnya mendapat
pengobatan yang tepat dan pada cara pengobatan dan perawatan yang
diberikan. Perawatan, akan dibicarakan bersama – sama dengan meningitis
tuberkolosa.
2. Meningitis virus
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat
yang akut dengan gejala rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor
serebrospinalis dengan deferensiasi terutama limfosit,perjalanan penyakit
tidak lama dan selflimited tanpa komplikasi.(Ngastiyah:2005)
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA
(ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus
RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue),
mixovirus (influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antara
lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS) (PERDOSSI, 2005)
Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula
penyembuhan secara komplit) (Ignatavicius & Wrokman,2006).
Pada kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut,
meningo-ensepalitis akut atau ensepalitis akut.
Prognosis pada meningitis virus : Penyakit ini self limited dan penyembuhan
sempurna dijumpai setelah 3-4 hari pada kasus ringan dan setelah 7-14 hari
pada keadaan yang berat.
3. Meningitis jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa
meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista).
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur, disebabkan
oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). (Ignatavicius & Wrokman,
2006; ),
2.5 Manifestasi Klinis
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku
kuduk. Namun pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda
iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran
lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien. (Jay Tureen. Buku Ajar
Pediatri Rudolph,vol.1,2006)
a.Awitan biasanya tiba-tiba
b.Demam
c.Mengigil
d.Sakit kepala
e.Muntah
f.Perubahan pada sensorium
g.Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )
h.Peka rangsang
i.Agitasi
j.Dapat terjadi: Fotofobia,delirium,halusinasi,perilaku agresif atau maniak men
gantuk,stupor,koma.
k.Kekakuann
ukal,dapat berlanjut menjadi bopistotonus (Donna L.Wong. Pedoman
Keperawatan Pediatrik,ed.4,2008 )
2.6 Komplikasi
1.Hidrosefalus obstruktif
2.Meningococcal septicemia (mengingocemia)
3.Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4.SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.Efusi subdural
6.Kejang
7.Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10.Gangguan belajar
11 Attention deficit disorde
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
6 Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
7. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti
asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui
penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak
yang menderita meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran karena
kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi
akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang
menurun.
8.Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah
kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada
neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1 tahun
75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi
dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari. Sedangkan pemberian
fenobarbital 2 hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi
dalam 2 kali pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang
juga diharapkan dapat enurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman
peningkatan suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
9. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsangan depolarisasi
neuron yang dapat berlangsung cepat.
10.Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui suctiondan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk mensupport
kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin juga terjadi depresi
pusat pernafasan karena peningkatan tekanan intrakranial sehingga perlu
diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran
pernafasan. Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis dianjurkan
konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui masker oksigen.
11. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-
400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara intrevena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari
pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
b. Penatalaksanaan di Rumah:
1.Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anak yang
menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis
membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup
oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi
dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan
panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang anak yang
justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
2.Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala
miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan
nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
3. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam.
Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi.
Perpindahan panas anak supaya dapat lebih efektif dipadukan dengan
pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah berpindah ke
lingkungan.
4. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk
patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 –
120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan
rata-rata 3 kali sehari.
5. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga berfungsi
untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang sebagian besar
komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat
membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.
2.10 Pencegahan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat/tanggal lahir, NO. MR
penanggungjawab, dll.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat Kesehatan
Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis
biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan
peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam
adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis
yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada
dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Biasanya di dapatkan data adanya infeksi yang dialami ibu pada akhir
kehamilan.
4. Pengkajian Fisik
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang
ditimbulkan kondisinya.
b) Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor );
takikardi, distritmia ( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis ).
c) Eliminasi
e) Hygiene
f) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala ( mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat
), Pareslisia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi (kerusakan pada saraf cranial). Hiperalgesia / meningkatnya
sensitifitas (minimitis) .Timbul kejang ( minimitis bakteri atau abses otak )
gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi
).Fotopobia ( pada minimtis).Ketulian ( pada minimitis / encephalitis ) atau
mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan, Adanya halusinasi penciuman /
sentuhan.
Tanda : Status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang
berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic ( encephalitis ).
Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala
berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis
bacterial). Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi. Mata ( ukuran / reaksi pupil
) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya ( peningkatan TIK ),
nistagmus ( bola mata bergerak terus menerus ).Ptosis ( kelopak mata atas
jatuh ).
g) Nyeri / Kenyamanan
h) Pernapasan
i) Keamanan
Gejala : Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi
mastoiditis telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal,
pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.Imunisasi yang baru saja
berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak, herpes simplek,
gigitan binatang, benda asing yang terbawa.Gangguan penglihatan atau
pendengaran
Gangguan sensoris.
5. Data Psikososial
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C .INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubugan dengan penurunan aliran
darah arteri
Noc Label: Status sirkulasi
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang normal
b. Tidak ada ortostatik/hipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan darah intrakranial (tidak
lebih dari 15 mmHg)
Nic : manejemen sensasi perifer
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin
b. Monitor adanya paratese
c. Instruksikan keluaraga untuk mengobservasi kulit jika ada isi alat atau
laserasi
d. Batasi gerakan pada kepala,leher,punggung
e. Kalaborasi pemberian analgesik
f. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
meningitis dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita
memberikan informasi atau health education mengenai meningitis kepada para
orang tua anak yang paling utama.
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
meningitis dan meningkatkan pola hidup yang sehat
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Yulianni, rita. 2006. BUku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan
Pada Anak. Jakarta : Percetakan Penebar Swadaya