Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS PADA ANAK

DI SUSUN OLEH

NAMA KELOMPOK A1
Adriano B.de S. Moniz (Kp.16.01.119)
Agustina Kurnia Serena (Kp.16.01.120)
Alfonsa Kaka (Kp.16.01.122)
Alvina Fikriatuzuhroh (Kp.16.01.123)
Andereas Yulius kondo (Kp.16.01.124)
Adriana Bodu Lori (Kp.16.01.125)
Antonius Bili (Kp.16.01.126)
Cahyani Agnes Anggraini (Kp.16.01.128)
Della Okta Vinata (Kp.16.01.129)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA

YOGYAKARTA TAHUN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan “Makalah Meningitis pada
Anak” ini, dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Makalah ini disusun dengan
harapan mampu menambah dan meningkatkan wawasan penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Yogyakarta 25,juni 2018


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6

2.1 Definisi ............................................................................................................................ 6

2.2 Etiologi ........................................................................................................................... 6

2.3 Patofisiologi .................................................................................................................... 7

2.4 Klasifikasi .................................................................................................................... 7

2.5 Manifestasi Klinis .......................................................................................................... 10

2.6 Komplikasi.................................................................................................................... 10

2.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 11

2.9 Penatalaksanaan ............................................................................................................. 11

2.10 Pencegahan ................................................................................................................. 14

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS .......................................................................... 14

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ..................................................................................... 18

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 21

4.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 21

4.2 Saran ............................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 22


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian.


Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak
sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia.
Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di
seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara
kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri
itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling
sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek
yakni sekitar 24 jam.
Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis terparah.
Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal
Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen
pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam.
Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang
terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup.
Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa
karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan
bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya
menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan
pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit
tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa
bulan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi meningitis ?


2. Apakah etiologi meningitis ?
3. Bagaimanakah patofisiologi meningitis ?
4. Apa sajakah klasifikasi meningitis ?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis meningitis pada anak ?
6. Apa sajakah komplikasi meningitis ?
7. Bagaimanakah pathway meningitis ?
8. Apa sajakah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui penyakit meningitis ?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan penyakit meningitis pada anak ?
10. Bagaimanakah pencegahan penyakit meningitis pada anak ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit menengitis pada anak?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Dapat memahami definisi meningitis.


2. Dapat memahami etiologi meningitis.
3. Dapat memahami patofisiologi meningitis.
4. Dapat memahami klasifikasi meningitis.
5. Dapat memahami man manifestasi klinis meningitis pada anak.
6. Dapat memahami komplikasi meningitis.
7. Dapat memahami pathway meningitis.
8. Dapat memahami pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui penyakit
meningitis.
9. Dapat memahami penatalaksanaan penyakit meningitis pada anak.
10. Dapat memahami pencegahan penyakit meningitis pada anak.
11. Dapat memehami asuhan keperawatan penyakit menengitis pada anak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu


membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat
disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang
menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak (Black
& Hawk, 2005).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem
saraf pusat. (Suriadi, dkk. Asuhan Keperawatan pada Anak, ed.2, 2006).
Meningitis adalah infeksi ruang subaraknoid dan leptomeningen yang
disebabkan oleh berbagai organisme pathogen.(Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri
Rudolph,vol.1, 2006 ).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur (Smeltzer, 2001).

2.2 Etiologi

a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang
secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah : Haemophillus
influenza
Nesseria meningitides (meningococcal)Diplococcus pneumoniae
(pneumococca) Streptococcus, grup AStaphylococcus aureus Escherichia coli
Klebsiella Proteus
Pseudomonas aeruginosa
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya infeksi
awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar
ke sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi,
Ricketsia.

c. Faktor prediposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari wanita.


d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan.
e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobuin,
anak yang mendapat obat imunosupresi.
f. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.

2.3 Patofisiologi

Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik


melalui penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang
berdekatan, atau sebagai akibat kerusakan sawar anatomik normal secara
konginetal, traumatik, atau pembedahan. Bahan-bahan toksik bakteri akan
menimbulkan reaksi radang berupa kemerahan berlebih (hiperemi) dari
pembuluh darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel radang dan pembentukan
eksudat. Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri streptococcus
pneumoniae dan H. Influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak,
hidrosefalus dan infark dari jaringan otak.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang
dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan
peningkatan TIK. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada
meningen. Edem dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan
intrakranial. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005

2.4 Klasifikasi

Jenis meningitis ada 3 yaitu :

1. Meningitis bacterial /purulenta /septik


Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh
meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan
subarahnoid.
Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka
kematian sekitar 25 % (Ignatavicius & Wrokman, 2006).
Meningitis bacterial adalah suatu peradangan pada selaput otak, ditandai
dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal
dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal. (Arif
Mansjoer.Kapita Selekta.2000:437).

Meningitis purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi


berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan nonvirus. (Ngastiyah:
2005)
Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang
tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut
juga sebagai meningitis purulen atau meningitis septik.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus
pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus influenza,
(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium
tuberculosis.(Ginsberg, 2008).
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), bakteri ini penyebab tersering
meningitis akut, dan paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun
anak-anak. Neisseria meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan
penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis
terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian
bakterinya masuk kedalam peredaran darah. Haemophilus influenza,
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat
menyebabkan meningitis. Jenis bakteri ini sebagai penyebab terjadinya infeksi
pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin
(Hib vaksin) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus
meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.Staphylococcus aureus,
Mycobakterium tuberculosisjenis hominis.

Prognosis pada meningitis bakteri : Prognosis buruk pada usia yang lebih
muda, infeksi berat yang disertai DIC. Mortalitas bergantung pada virulensi
kuman penyebab, daya tahan tubuh pasien, cepat atau lambatnya mendapat
pengobatan yang tepat dan pada cara pengobatan dan perawatan yang
diberikan. Perawatan, akan dibicarakan bersama – sama dengan meningitis
tuberkolosa.

2. Meningitis virus
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat
yang akut dengan gejala rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor
serebrospinalis dengan deferensiasi terutama limfosit,perjalanan penyakit
tidak lama dan selflimited tanpa komplikasi.(Ngastiyah:2005)
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA
(ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus
RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue),
mixovirus (influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antara
lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS) (PERDOSSI, 2005)
Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula
penyembuhan secara komplit) (Ignatavicius & Wrokman,2006).
Pada kasus infeksi virus akut, gambaran klinik seperti meningitis akut,
meningo-ensepalitis akut atau ensepalitis akut.
Prognosis pada meningitis virus : Penyakit ini self limited dan penyembuhan
sempurna dijumpai setelah 3-4 hari pada kasus ringan dan setelah 7-14 hari
pada keadaan yang berat.

3. Meningitis jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa
meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista).
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur, disebabkan
oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). (Ignatavicius & Wrokman,
2006; ),
2.5 Manifestasi Klinis

Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku
kuduk. Namun pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda
iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran
lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien. (Jay Tureen. Buku Ajar
Pediatri Rudolph,vol.1,2006)
a.Awitan biasanya tiba-tiba
b.Demam
c.Mengigil
d.Sakit kepala
e.Muntah
f.Perubahan pada sensorium
g.Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )
h.Peka rangsang
i.Agitasi
j.Dapat terjadi: Fotofobia,delirium,halusinasi,perilaku agresif atau maniak men
gantuk,stupor,koma.
k.Kekakuann
ukal,dapat berlanjut menjadi bopistotonus (Donna L.Wong. Pedoman
Keperawatan Pediatrik,ed.4,2008 )

2.6 Komplikasi

1.Hidrosefalus obstruktif
2.Meningococcal septicemia (mengingocemia)
3.Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4.SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5.Efusi subdural
6.Kejang
7.Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10.Gangguan belajar
11 Attention deficit disorde
2.8 Pemeriksaan Penunjang

1 Analisis CSS dari fungsi lumbal :


a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap
beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif,
kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2 Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
5.Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.MRI/ scan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9 Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

2.9 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis
1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
6 Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
7. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti
asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui
penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan karena anak
yang menderita meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran karena
kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui proses evaporasi
akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang
menurun.
8.Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena. Setelah
kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada
neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan yang lebih 1 tahun
75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi
dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari. Sedangkan pemberian
fenobarbital 2 hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi
dalam 2 kali pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang
juga diharapkan dapat enurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik kuman
peningkatan suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
9. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsangan depolarisasi
neuron yang dapat berlangsung cepat.
10.Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui suctiondan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk mensupport
kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkin juga terjadi depresi
pusat pernafasan karena peningkatan tekanan intrakranial sehingga perlu
diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran
pernafasan. Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis dianjurkan
konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui masker oksigen.
11. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-
400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara intrevena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari
pembelian cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
b. Penatalaksanaan di Rumah:
1.Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anak yang
menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis
membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang cukup
oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat berfungsi
dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan
panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang anak yang
justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
2.Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi kepala
miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari tertekuknya jalan
nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke saluran pernafasan.
3. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam.
Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi.
Perpindahan panas anak supaya dapat lebih efektif dipadukan dengan
pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah berpindah ke
lingkungan.
4. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak). Untuk
patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1 tahun 60 –
120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang diberikan
rata-rata 3 kali sehari.
5. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga berfungsi
untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang sebagian besar
komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat dapat
membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan.
2.10 Pencegahan

Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan


baik faktor presdisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti
TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling
penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi
tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi.
Untuk mengidentifikasi faktor atau jenis organisme penyebab dan dengan
cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi
komplikasi yang serius. (Riyadi Sujono.2010).
Vaksin konjugat pneumokokus.
Vaksin tersebut dianjurkan untuk diberikan kepada bayi dan anak yang berusia
2 bulan hingga 9 tahun. Pemberian vaksin paling baik dilakukan pada usia 2
bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 15 bulan. Vaksin konjugat pneumokokus
juga hanya menimbulkan efek samping yang ringan seperti kulit kemerahan,
sedikit bengkak dan nyeri pada daerah sekitar suntikan. Gejala umum setelah
pemberian vaksin seperti demam, mengantuk, rewel, nafsu makan berkurang,
jarang ditemukan pada bayi.
Beberapa upaya preventif pada anak yang dapat dilakukan di antaranya adalah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan imunisasi tepat waktu.
b. Pada usia bayi 0-1 tahun usahakan membatasi diri untuk keluar rumah atau
jalan-jalan ketempat-tempat ramai seperti mall, pasar, dan rumah sakit.
c. Menjauhkan anak dari orang yang sakit.
d. Usahakan anak tetap berada pada lingkungan dengan temperatur yang
nyaman.

2. 11. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat/tanggal lahir, NO. MR
penanggungjawab, dll.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan
penurunan kesadaran.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya


hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah
pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh
immunologis pada masa sebelumnya.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui


jenis kuman penyebab.

Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis
biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan
peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam
adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis
yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada
dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.

Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya di dapatkan data adanya infeksi yang dialami ibu pada akhir
kehamilan.

4. Pengkajian Fisik

a) Aktivitas / istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang
ditimbulkan kondisinya.

Tanda :Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter,


kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

b) Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit


jantung conginetal ( abses otak ).

Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat
(berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor );
takikardi, distritmia ( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis ).

c) Eliminasi

Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.

d) Makanan dan Cairan

Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut).

Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.

e) Hygiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada


periode akut).

f) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala ( mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat
), Pareslisia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi (kerusakan pada saraf cranial). Hiperalgesia / meningkatnya
sensitifitas (minimitis) .Timbul kejang ( minimitis bakteri atau abses otak )
gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi
).Fotopobia ( pada minimtis).Ketulian ( pada minimitis / encephalitis ) atau
mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan, Adanya halusinasi penciuman /
sentuhan.
Tanda : Status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang
berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic ( encephalitis ).
Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala
berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis
bacterial). Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi. Mata ( ukuran / reaksi pupil
) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya ( peningkatan TIK ),
nistagmus ( bola mata bergerak terus menerus ).Ptosis ( kelopak mata atas
jatuh ).

Karakteristik fasial (wajah ) ; perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (


saraf cranial V dan VII terkena ).Kejang umum atau lokal ( pada abses otak ) .
Kejang lobus temporal .Otot mengalami hipotonia/ flaksid paralisis ( pada fase
akut meningitis .Spastik (encephalitis). Hemiparese hemiplegic ( meningitis /
encephalitis ).Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan
indikasi adanya iritasi meningeal ( fase akut ).Regiditas muka ( iritasi
meningeal ).Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif. Refleks
abdominal menurun.

g) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan


diperburuk oleh ketegangan leher/ punggung kaku,nyeri pada gerakan ocular,
tenggorokan nyeri.

Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi/ gelisah menangis/ mengeluh.

h) Pernapasan

Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru

Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental (


letargi sampai koma ) dan gelisah.

i) Keamanan

Gejala : Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi
mastoiditis telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal,
pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.Imunisasi yang baru saja
berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak, herpes simplek,
gigitan binatang, benda asing yang terbawa.Gangguan penglihatan atau
pendengaran

Tanda : Suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil.

Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic.

Gangguan sensoris.

5. Data Psikososial

Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga


penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat. (Marylin E. Doenges : 2010, Hal: 308)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubugan dengan penurunan aliran


darah arteri

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual,muntah,anoreksia

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik,status


nutrisi

4. Cemas berhungan dengan perubahan status kesehatan

5. Pola nafas tidak efektif berhungan dengan disfungi neuromuskuler

C .INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubugan dengan penurunan aliran
darah arteri
Noc Label: Status sirkulasi
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang normal
b. Tidak ada ortostatik/hipertensi
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan darah intrakranial (tidak
lebih dari 15 mmHg)
Nic : manejemen sensasi perifer
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin
b. Monitor adanya paratese
c. Instruksikan keluaraga untuk mengobservasi kulit jika ada isi alat atau
laserasi
d. Batasi gerakan pada kepala,leher,punggung
e. Kalaborasi pemberian analgesik
f. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual,muntah,anoreksia

Noc label : Status Nutrisi

a. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan


b. Mampu mengidentifikasi kebututuhan nutrisi
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Nic : Manajemen nutrisi


a. Kaji adanaya alergi makanan
b. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
c. Kalaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
e. Berikan informasi tentng kebutuhan nutrisi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik,status nutrisi
Noc label : tissue integrity/ integritas jaringan :skin and muccous
membrans
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan
kulit dan perawatan alami
Nic : Manajemen tekanan
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b. Jaga kebersihan kulit agar tetapbersih dan kering
c. Monitor kulit adanya kemerahan
d. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
e. Monitor status nutrisi pasien

4. Cemas berhungan dengan perubahan status kesehatan


Noc label : kontrol kecemasan
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
b. Mengidentifikasi,mengungkapkan,dan menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh,ekspresi wajah,bahasa tubuh,dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkuranagnya kecemasan
Nic : Penurunan Kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang menyenangkan
b. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres
c. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
d. Dorong keluarga untuk menemani anak
e. Dengarkan dengan penuh perhatian
f. Identifikasi tingktat kecemasan
g. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan
persepsi
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater).


b. Etiologi : Bakteri, virus, faktor prediposisi, faktor maternal, faktor
imunologi, anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau
injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
c. Klasifikasi Meningitis : Meningitis bacterial /purulenta /septik, Meningitis
virus, Meningitis jamur
d. Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk.
Namun pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi
meningen lain mungkin tidak ditemui.

e. Komplikasi : Hidrosefalus obstruktif, Meningococcal septicemia


(mengingocemia), Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,
perdarahan adrenal bilateral), SIADH ( Syndrome Inappropriate
Antidiuretic hormone ), Efusi subdural, Kejang, Edema dan herniasi
serebral, Cerebral palsy, Gangguan mental,
f. Gangguan belajar, Attention deficit disorder

4.2 Saran

1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
meningitis dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita
memberikan informasi atau health education mengenai meningitis kepada para
orang tua anak yang paling utama.
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
meningitis dan meningkatkan pola hidup yang sehat
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi & Yulianni, rita. 2006. BUku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan
Pada Anak. Jakarta : Percetakan Penebar Swadaya

(Suriadi, dkk. Asuhan Keperawatan pada Anak, ed.2, 2006).

(Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 ).


(Smeltzer, 2001). (Ignatavicius & Wrokman, 2006). (Arif Mansjoer.Kapita
Selekta.2000:437). (Ngastiyah: 2005) .(Ginsberg, 2008).

(PERDOSSI, 2005) (Ignatavicius & Wrokman,2006). ). (Ignatavicius & Wrokman,


2006; Wilkinson, 1999). (Marylin E. Doenges : 2010, Hal: 308)

Donna L. Wong. Pedoman Keperawatan Pediatrik,ed.4,2009 ) (Riyadi Sujono.2010).


Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2008).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai