Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. Saat
menghadapi persalinan hendaknya seorang perawat selelu melakukan pemantauan
terhadap janin denagn cara melakukan pengukuran detak jantung,kontraksi untuk
mengetahui apakah bayi mengalami gawat janin atau tidak.

Proses persalinan merupakan saat yang paling menegangkan dan


mencemaskan bagi wanita, terutama jika persalinan tersebut merupakan persalinan
pertamanya. Semua wanita menginginkan dapat menjalani persalinan secara nomal
seperti yang diharapkan. Namun tidak semua ibu hamil beruntung mendapatkannya.

Dalam menjalankan asuhan keperawatan maka kita seorang perawat harus


menguasai konsep persalinan dan jenis persalinan, dan pemantauan kesejahteraan
janin agar bayi dan ibu tetap sehat tidak ada gangguan apapun dari proses kehamilan
sampai dengan bayi lahir.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja konsep persalinan dan jenis-jenis persalinan ?
2. Bagaimana pemantauan kesejahteraan janin ?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengeahui konsep persalinan dan jenis-jenis persalinan
2. Agar dapat mengetahui bagaimana pemantauan kesejahteraan janin
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Persalinan dan Jenis-Jenis Persalinan


A. Pengertian Persalianan
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam
kehidupan, dan kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosila bagi
ibu dan keluarga. Persalianan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin turun ke jalan lahir. Dengan demikianbisa dikatakan bahwa
persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai dari kencang-kencang
teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan
cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau dengan kekeuatan sendiri.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan sebgai berikut:
1. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang
pernah dilahirkan, hidu[ maupun mati, bilaberat badan tidak diketahui,
maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu.
2. Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin termasuk
plasentanya.
3. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi
pada kehmilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam,
tidak terdapat komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
B. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his.
Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan, yaitu:
1. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanis.
2. Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot
polos relaksasi.

Pada saat kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang
seimbang, sehingg kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan keseimbangan
kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofise
parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hick..
kontraksi ini akan menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan
dimulai, oleh karena itu semakin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi
makin sering. Oksitoksin diduga berkerja bersama melalui atau prostaglandin
yang semakin meningkatkan mulai umur kehamilan minggu ke-15 sampai
aterm lebih-lebih saat partus (persalinan). Disamping faktor gizi ibu hamil dan
keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk mulainya
kontraksi rahim. Denga demikian dapat di kemukakan beberapa teori yang
memungkinkan terjadinya proses persalianan:

1. Teori Keregangan
Oto rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang semakin membesar dan
menjadi tegang menyebabkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini menjadi
salah satu faktor yang dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi
kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses
persalinan. (Sumarah dkk, 2009)

2. Teori Penurunan Progesteron


Proses penuan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalamiperubahan-perubahan
dan produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitoksin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan ptogesteron tertentu.
3. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parsterior, perubahan
keesimbangan estrogen dan progesteron dapat menubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya
kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.

4. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkatkan sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi
persalian. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadi
persalian.

5. Teori Hipotalamus Pituitari dan Glandula Suprarenalis


Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi kterlambatan persalian karena tidak terbentuk hipotalamus.
Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

6. Teori Berkurangnya Nutrisi


Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh hippokrates untuk
pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurangnya makan menhasilkan
konsepsi akan segera dikeluarkan.

C. Tahapan Persalianan
Persalian dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka daro 0
sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II dengan kala
pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin didorong
keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala urie, plasenta
terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya
plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah
terjadi pendarahan post partum.
1. Persalinan Kala I
Persalinan kaala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu atau wanita masih
dapat berjalan-jalan. Klinis dapat dinyatakan mulai terjadi partus jika
timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah
(blood show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis
servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah
berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis
servikalis tersebut pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks
membuka. Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi
menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai
pembukaa 3 cm, fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai
pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi
yaitu: fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sngat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm,
dan fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Kontraksi menjadi lebih
kuat dan lebih sering pada fase aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai baik
pada primi gravida maupun multigravinda, akan terjadi pada multigravida
fase laten, fase aktif dan fase deselarasi terjadi lebih pendek. Berdasarkan
kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada pimigravida 1 cm/jam
dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam. Dengan demikian waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Mekanisme membukanya serviks
berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada dahulu, sehingga
serviks akan mendatar dan menipis. Kemudian ostium uteri eksternum
membuka.

Pada multigravida ostium uteri internum sudah membuka sedikit,


sehingga ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam waktu yang bersamaan.
Gambar. Perubahan serviks kala I pada primigravida dan multigaravida

2. Kala II (Pengeluaran)
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) samapi bayi lahir. Proses
ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Pada kala ini his ini menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit
sekali. Dalam kondisi yang normal pada kala ini kepala janin sudah masuk
dalam ruang panggul, maka pda saat his dirasakan pada tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasakan adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air
besar. Kemudian perineum mulai menonjil dan menjadi lebar dengan
membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian
kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his. Jika dasar panggul
sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his. Dengan
kekuatan his dan mengejan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum.
Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk
mengeluarkan anggota badan bayi.
3. Kala III (Pelepasan Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba
keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan dari dindingnya.

4. Kala IV (Observasi)
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partem.
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai
selama persalian dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang
bersih dan aman, dengan memberikan aspek sayang ibu sayang bayi.
Observasi yang harus dilakukan dalam kala IV adalah:
a. Tingkat kesadran pasien
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
suhu.
c. Kontraksi uterus
d. Terjadi pendarahan. Pendarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

D. Tujuan Asuhan Persalinan


Kelahiran merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dsn
keluargamya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang
normal serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi potensi
komplikasi yang mengancam nyawa juga akan selalu menintai baik ibu maupun
bayinya sepanjang kelahiran. Persalian bersih adan aman serta pencegahan
komplikasi dapat mencegah meningkatnya kematian ibu. Penatalaksanaan
komplikasi yang terjadi selama persalinan dan setelah bayi lahir pada tingkatan
tertentu mempunyai keterbatasan karena komplikasi tidak selalu mudah
ditatalaksana di setiap tempat atau keadaan. Fokus utam dari asuhan persalinan
adalah mencegah terjadinya komplikasi. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi
selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian
ibu dan bayi baru lahir.
Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehtan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui bebagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap intervensi minimal sehingga orinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Sedangkan penolong persalinan bisa seorang bidan, dokter umum atau spesalis
obstetri-ginekologi.
Lima aspek dasar atau disebut Lima Benang Merah diarasa sanat penting
dalam memberikan asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan aman.
Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal maupun
patalogis. Kelima aspek ini akan selalu berlaku dalam penetaklaksanaan
persalinan, mulai dari kala I sampai IV termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir.
Kelima benang merh tersebut adalah:
a. Membuat keputusan klinik.
b. Asuhan sayang ibi dan sayang bayi.
c. Pencegahan infeksi.
d. Pencatatan (rekam medik).
e. Rujukan.

a. Menbuat keputusan Klinik


Membuat kepeutusan klinik adlah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi bari lahir. Hal ini
merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis
informasi, membuat diagnosa kerja ( menetukan kondisi yang dikaji dalah
normal atau bermasalah), membuat rencana tindakan yang sesuai dengan
diagnosa, melaksankan rencanakan tindakan dan akhirnya mengevaluasin
hasil asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan atau bayi baru
lahir.
Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan klinik :
1. Pengumpulan Data
Ibu dan penolong persalinan mempunyai perana yang penting
dalam langkah pertama proses membuat keputusan klinik. Data dapat
dikumpulkan melalui kunjungan antenatal yang teratur. Apabila ibu datang
untuk mendapatkan pertolongan, kumpulkan data dan in formasi untuk
membuat diagnosa secara tepat dan menrapkan tindakan yang sesuai. Yang
dikumpulkan adalah data sunjektif dan data objektif. Data subjektif adalah
informasi yang berasal langsung dari ibu tentang apa yang dirasakan, apa
yang dialaminya dan apa yang telah dialaminya. Data subjektif juga
meliputi informasi tambahan yang diberikan langsung dari keluarga
tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau sangat sakit.
Data objektif adalah informasi yang dikumpulakan berdasarkan
pemeriksaan atau pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir.
Kelengkapan dan ketelitian dalam proses pengumpulan data sangat
penting.
Kumpulkan data dengan cara :
a. Berbicara dengan ibu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
kondisi ibu dan riwayat perjalana penyakit.
b. Mengamati tingkah laku ibu dan apaka ibu terlihat sehat atau sakit,
nyaman atau kesakitan.
c. Melakukan pemeriksaan fisik.
d. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya
pemeriksaan laboratorium.
2. Diagnosa
Setalah data terkumpul, penolong persaliana dapat melakukan
analisis data segera membuat diagnosa secara tepat. Pencarian dari
pengumpulan data untuk diagnosa, bukanlah prose linier (berada pada satu
garis lurus), melainkan proses sirkulasi (melingkar) yang berlangsung
secata terus menerus. Suatu diagnosa kerja diuji dan dipertegas atau dikaji
ulang berdasarkan pengamatan dan temuana yang diperoleh terus menerus.
Informasi yang terkumpulkan aakan memperkuat atau memperlemah
diagnosa yang telah dibuat.
Langkah-langkah untuk membut diagnossa secara tepat adalah :
a. Pastikan semua data yang ada mendukung diagnosa.
b. Antisipasi masalah aktif atau penyulir yang mungkin terjadi setelah
diagnosa pasti dibuat.
c. Perhatikan mungkin terdapat sejumlah diagnosa banding atau diagnosa
ganda.
3. Penatalaksanaan
Berdasarkan data yang terkumpul dan diagnosa yang pasti
(berdasarkan bukti-bukti yang nyata) susunan rencana penatalaksanaan
sebagai elemen asuhan atau perwatan yang memadai bagi ibu atau bayi
yang baru lahir.
Pilihsn sksn dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Bukti-bukti klinik (periksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,dll).
b. Keinginan-keinginan dan kepercayaan ibu.
c. Tempat dimana asuhan diberikan (di rumah, rumah sakit, puskemas), dan
waktu dimana asuhan diperlukan (siang, malam).
d. Perlenkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang tersedia.
e. Biaya yang diperlukan.
f. Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan.
g. Aksek ketempat rujukan, transportasi yang tersedia dan jarak ketempat
rujukan.
h. Sistem sumberdaya yang dapt memberikan dukungan bagi ibu (suami,
anggota keluarga, sahabt).
4. Evaluasi
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai
tingkat efektivan asuhan. Proses pengumpulan data, membuat diagnosa,
penatalaksanaan intervensi atau tindakan, dan evaluasi adalah proses yang
terus menerus dilakukan. Lanjutkan eveluasi asuahan yang telah diberikan
kepada ibu dan bayi baru lahir. Jika saat evaluasi ditemukan status ibu atau
bayi baru lahir menunjukan adanya perubahan sesuikan asuhan lanjutkan
untuk memenuhi perubahan kebutuhan tersebut.
(Sumarah dkk, 2009)

b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saliang menghargai buadaya,
kepercayaan dan keinginana dari pasien dalam hal ini ibu. Salah satu prinsip dasar
asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selam
proses persalian dan kelahiran bayi.
Bentuk-bentuk asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan.
3. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan khawatir.
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan ibu dan jangan menambah kekhawatiran
ibu.
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu beserta
anggota keluarga lainnya.
7. Anjurkan suami untuk menemani ibu dan atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayi.
8. Anjarkan suami dan anggota keluargan mengenai cara bagaiman dapat
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayi.
9. Hargai privasi ibu.
10. Anjurkan pasien mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran
bayi.
11. Lakukan pencegahan infeksi yang baik dan bemar secara konsisten.
12. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi sebaik mungkin beserta bahan
dan perlengkapan termasuk obat-obatan yang dibutuhkan. Siap untuk
mengerjakan, tindakan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

c. Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) merupakan komponen tidak terpisah dengan
tindakan-tindakan lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Pencegahan infeksi harus diterapkan dlam setiap aspek asuhan untuk melindungi
ibu, bayi lahir, kaluarga, penolong perssalinan dan tenaga kesehatan lainnya
dengan jalan menghindarikan trasmisi penyakit yang lainnya yang disebabkan
oleh bakteri, virus, dan jamur. Penyakit berbahaya yang masih sampai saat ini
belum ditemukan cara pengobatannya, seperti Hepatitits dan HIV/AIDS.
Tindakan pencegahan infeksi termasuk dalam tindakan :
1. Mencuci tangan.
2. Memakai sarung tangan.
3. Memakai perlengkapan perlindungan diri (celemek atau pakaian penutup, kaca
mata, sepatu tertutup).
4. Menggunakan teknik aseptsis atau teknik aseptik.
5. Memperoses alat bekas pakai.
6. Menangani peralatan tajam dengan aman.
7. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan serta membuang sampah denga
benar.

d. Pencatatan
Pencatatan merupakan bagian penting dari proses membuat keputusana klinik
karena dengan pencatatan yang benar memungkinkan penolong persalinan dapat
terus menrus memperhatikan asuhan yang sudah diberikan selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Catat yang sudah ada dapa tdikaji ulang jika
diperlukan dan sangat memungkinkan untuk menganalisis data yang telah
dikumpulakan agar dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis serta
membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.

e. Rujukan
Tindakan rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitasi kesehatan
atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharpkan mampu menyelamatkan jiwa
paraa ibu dan bayi baru lahir. Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan
membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarga serta tawarkan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana
rujukan.
Persiapan dan informasi yang perlu dimasukkan dalam rencana rujukan :
1. Siapa yang yang akan menemani ibu dan bayi baru lahir.
2. Tempat-tempat mana saja yang disukai ibu dan keluarga.
3. Sarana transportasi yang akan digunakaan dan siapa yang akan
mengendarai.
4. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan.
5. Uang untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
6. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu
tidak di rumah pada ibu pada kehamilan keduan.

Apabila ibu dan keluarga belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya
penting untuk mendiskusikan rencana rujukan tersebut dengan ibu dan
keluarganya pada saat awal persalinan. Rujukan tepat waktu adalah unggulan
asuhan sayang ibu dalam upaya mendukung keselamatan ibu.

(Sumarah dkk, 2009


E. Tanda-Tanda Persalinan
Persalinan patut diwaspadai jika setelah usia kehamilan 22 minggu keatas,
ibu merasa nyeri abdimen berulang yang disertai dengan cairan lendir yang
mengangandung darah atau show. Agar dapt mendiagnose persalinan, bidan harus
memastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup.
1. Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika serviks
secra progresif menipis dan membuka.
2. Kontraksi yang cukup atau adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika :
a. Kontaksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap kontaksi
berlangsung sedikitnya 40 detik.
b. Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa menekan uterus
dengan menggunakn jari tangan.

Sangat sulit membedakan persalinan sesungguhnya dengan persalinan


semu. Indikator persalinan sesungguhnya ditandai dengan kemajuan penipisan dan
pembukaan serviks. Ketika ibu mengalami persalinan semu, ibu merasakan
kontraksi yang menyakitkaan, namun kontraksi tersebut tidak menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks. Persalinan semu bisa terjadi beberapa hari atau
beberapa minggu sebelum permulaan persalinan sesungguhnya. Karena persalinan
semu sangat menyakitkaan, mungkin sulit bagi ibu untuk menghadapi masa ini
dalam kehamilannya.

Tanda-tanda persalinan sudah dekat :

1. Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri


karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh
kontraksi Braxton Hick,ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum
rotundum, dan gaya berat janin sehinggan kepala kearah bawah. Masuknya
kepla janin ke pintu panggul dirasakan ibu hamil dengan tersa ringan di bagian
atas (rasa sesak berkurang), terjadi kesulitan saat berjalan, sering kencing.
Gambaran penurunan bagian terendah janin tersebut sangat jelas pada
primigravida, sedangkan pada multigravida kurang jelas karena kepala janin
baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
2. Terjadinya his permulaan. Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi
Braxton Hick.kontraksi ini dapat dikemukakan sebagaai keluhan, karena
dirasakan sakit dan menganggu. Kontraksi ini terjadi karena perubahan
keseimbangan estrigen dan progesteron dan memberikan kesempatan
rangsangan oksitosin. Dengan makin tua kehamilan, maka pengeluaran
estrogen dan progesteron makin berkurang, sehingga oksitosin dapat
menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebgai his palsu.

(Sumarah dkk, 2009 )

2.2 Jenis-jenis Persalinan


A. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan :
1. Persalinan normal (spontan), adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi
baik bagi ibu maupun janin. Kala/Tahap
Proses persalinan normal terdiri dari 4 kala:
- Kala 1 = Kala pembukaan leher rahim/cervix dari 0cm menjadi 10cm.
- Kala 2 = Kala persalinan dimana sang bayi dikeluarkan dari
rahim/uterus
- Kala 3 = Kala pengeluaran plasenta yaitu dilakukan kelahiran plasenta
(normalnya keluar sendiri bbrp saat setelah keluarnya janin) dan
berakhir pemotongan tali pusat bayi.
- Kala 4 = 1 jam sejak pengeluaran plasenta, ibu diobservasi lagi untuk
melihat apabila ada perdarahan dll.

2. Persalinan Abnormal
a. Distosia
Persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan persalinan yang
lambat. Keadaan ini diakibatkan empat abnormalitas yang berbeda, yang
dapat terjadi satu demi satu atau dalam kombinasi :
1. Abnormalitas kekuatan mendorong. Kontraksi uterus yang tidak cukup
kuat atau koordinasi yang tidak tepat untuk penipisan dan dilatasi
serviks-disfungsi uterus. Mungkin juga otot volunteer ibu yang tidak
kuat selama persalinan kala dua.
2. Abnormalitas presentasi,posisi,atau perkembangan janin.
3. Abnormalitas tulang panggul ibu-yaitu,kontraksi pelvis.
4. Abnormalitas jaringan panggul ibu-yaitu kontraksi pelvis.

b. Persalinan dan Pelahiran Presipitatum

Pesalinan Prespitatum adalah persalinan dan pelahiran yang sangat


cepat. Hal Ini mungkin disebabkankan oleh resistensi bagian lunak jalan
lahir yang sangat lemah, dari kontraksi uterus dan abdomen yang sangat
kuat atau yang jarang dari tidak adanya sensasi nyeri hingga kurang
waspada perhadap persalinan yang kuat.

c. Pelahiran Dengan Forseps dan ekstrasi vakum


digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan posisi kepala
bayi pada jalan lahir pada saat daun forceps dipasang.
Tindakan forceps rendah (forceps pintu bawah panggul) adalah
tindakan pemasangan forceps setelah kepala bayi mencapai dasar
perineum, sutura sagitalis berada pada diameter anteroposterior dan kepala
bayi tampak diintroitus vagina.
Tindakan forceps tengah (midforseps) adalah tindakan pemasangan
porceps sebelum kriteria untuk porceps rendah dipenuhi, tetapi setelah
engagement kepala bayi terjadi. Adanya engagement biasanya dapat
dibuktikan secara klinis oleh penurunan bagian terendah kepala sampai
atau dibawah spina iskiadika dan pintu atas panggul biasanya lebih besar
dari pada ajarak dan pintu atas panggul biasanya lebih besar daripada jarak
diameter biparietal dengan bagian kepala bayi yang paling bawah.
(Menurut sumber dari buku Obstetri Williams)
Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah
janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu
tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian
besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan
berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan. (Menurut sumber dari
buku Pelayangan Kesehatan Maternatal & Neonatal)
Tujuan dari kegunaan forceps
1. Traksi : Yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang
disebabkan oleh karena satu dan lain hal.
2. Koreksi : Yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri
atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau
UUK kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (dibawah simfisis
pubis).
3. Kompresor : untuk menambah moulage kepala.

3. Presentasi dan Pelahiran Sungsang


a. Pengertian Letak Sungsang
Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin
yang membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian
bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada
anggota badan lainnya.

Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang)


dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada
fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah
pintu atas panggul atau simfisis (Prof.Dr.Ida Bagus Gede
Manuaba,SpOG,1998).

b. Bentuk-bentuk Letak Sungsang


Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk
letak sungsang sebagai berikut :

1. Letak Bokong Murni


o Teraba bokong
o Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
o Kedua kaki bertindak sebagai spalk
2. Letak Bokong Kaki Sempurna
o Teraba bokong
o Kedua kaki berada di samping bokong
3. Letak Bokong Tak Sempurna
o Teraba bokong
o Disamping bokong teraba satu kaki
4. Letak Kaki
o Bila bagian terendah teraba salah satu dan atau kedua kaki atau
lutut
o Dapat dibedakan letak kaki bila kaki terendah ; letak bila lutut
terendah.

c. Etiologi
Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas, air
ketuban yang berlebihan. Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul
sempit, fibra, myoma,hydrocepalus dan janin besar. Banyak yang
diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal. Beberapa ibu
melahirkan bayinya semua dengan presentasi bokong menunjukkan
bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih
cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala. Implantasi
plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah
terjadinya presentasi bokong ( Harry oxorn,1996 ).
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari

a. Sudut Ibu
b. Keadaan rahim
o Rahim arkuatus
o Septum pada rahim
o Uterus dupleks
o Mioma bersama kehamilan
c. Keadaan plasenta
o Plasenta letak rendah
o Plasenta previa
d. Keadaan jalan lahir
o Kesempitan panggul
o Deformitas tulang panggul
o Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala

4. Pelahiran Caesar

a. Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk


melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Pada masa sekarang sectio caesarea jauh lebih aman dari pada dulu
dengan adanya antibiotika, tranfusi darah, teknik operasi yang lebih
sempurna dan anestesi yang lebih baik, karena itu terjadi
kecenderungan untuk melakukan sectio caesarea tanpa dasar yang
cukup kuat, dalam hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu
yang telah mengalami pembedahan sectio caesarea pasti akan
mendapat parut uterus dan tiap kehamilan serta persalinan berikutnya
memerlukan pengawasan yang cermat berhubungan dengan
bahayanya ruptur uteri (Wiknjosastro, 2005).

b. Teknik Sectio Caesarea

Sectio caesarea memiliki dua tipe, yang pertama ialah dengan


melakukan insisi melintang melalui segmen bawah uteri yang
teregang. Yang kedua adalah teknik sectio caesarea klasik yaitu
dengan insisi vertikal pada miometrium, namun jarang dilakukan,
kecuali jika terjadi vaskularisasi di segmen bawah uteri yang banyak
sekali atau tidak dapat dilakukan karena perlengketan yang luas atau
posisi janin letak lintang dengan bahu terjepit (Jones, 2002).

Teknik operasi dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Peritoneum yang menutupi segmen bawah uterus dibelah dan


didorong ke bawah.
b. Otot segmen bawah yang terbuka di insisi sehingga selaput
ketuban menonjol ke dalam luka, sehingga insisi dapat diperluas.
c. Selaput ketuban dipecahkan dan kepala dilahirkan dengan
menggunakan forsep sebagai bidang miring, fundus di tekan ke
bawah.
d. Keluarkan plasenta.
e. Penjahitan luka insisi dilakukan lapis demi lapis dengan jahitan di
sudut luka harus dilakukan dengan cermat.
f. Kemudian dilakukan penjahitan peritoneum.

5. Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan :


1. Abortus (keguguran) adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
2. Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan 28-36
minggu dengan berat janin kurang dari 2499 gram.
3. Persalinan matur adalah persalinan dengan usia kehamilan minggu dan
berat janin di atas 2500 gram.

2.3 Pemantauan Kesejahteraan Janin

A. Konsep Dasar Pemantauan Kesejahteraan Janin


Pemantauan kesejahteraan janin merupakan bagian penting dalam
penatalaksanaan kehamilan dan persalinan. Teknologi yang begitu cepat
berkembang memberikan banyak harapan akan semakin baiknya kualitas
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Kemajuan ini tidak
mudah untuk diikuti oleh Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,
selain mahalnya harga peralatan, juga terbatasnya sumber daya manusia yang
handal dalam pengoperasionalan alat canggih tersebut.

B. Tata cara Pemantauan Kesejahteraan Janin


Banyak cara yang dapat dipakai untuk melakukan pemantauan
kesejahteraan janin, dari cara sederhana hingga yang canggih. Pembahasan
ini memang dibuat sederhana agar mudah dipahami.
Beberapa hal yang diperiksa selama pemantauan kesejahteraan janin (aktifitas
fisik janin) :
1. Gerakan Janin
- Vindla dan James (1995): aktivitas janin pasif tanpa rangsangan
sudah dimulai sejak minggu ke-7 dan menjadi lebih canggih
dan terkoordinasi pada akhir kehamilan.
- De Vries dkk., (1985): mulai 8 minggu setelah haid terakhir,
gerakan janin tidak pernah berhenti dengan periode waktu lebih
dari 13 menit.
- Soronkin, dkk., (1982) antara minggu ke-20 sampai 30, gerakan
tubuh umum menjadi lebih teratur & janin mulai
memperlihatkan siklus istirahat-aktivitas.
- Pada trimester ketiga pematangan gerakan janin terus berlanjut
sampai sekitar 36 minggu, pada saat ini, 80 % janin normal
sudah dapat diketahui keadaan perilakunya.
- Nijhuis dkk. (1982) mempelajari pola frekuensi denyut jantung
janin, gerakan tubuh umum, dan gerakan mata serta
menjelaskan 4 keadaan perilaku janin :
o 1F : keadaan diam (tidur tenang), dengan variasi
frekuensi DJJ yg sempit.
o 2F : gerakan kasar tubuh janin yg sering, gerakan mata
kontinu, dan variasi frekuensi DJJ yg lebih lebar.
Analog dengan REM pada neonatus3F : gerakan mata
kuntinu tanpa gerakan tubuh & tdk ada akselarasi
denyut jantung
o 4F : gerakan kasar tubuh disertai gerakan mata kontinu
dan akselarasi DJJ. Setara dengan terjaga pada
neonatus.

A. USG(Ultrasonography)
USG merupakan alat bantu diagnostic yang semakin penting didalam
pelayanan kesehatan ibu hamil, bahkan mungkin saja suatu saat alat USG ini
menjadi sepertis tetoskop bagi dokter spesialis obstetric dan ginekologi. Salah
satu fungsi penting dari alat ini adalah menentukan usia gestasi dan
pemantauan keadaan janin (deteksidinianomali). Pemeriksaan panjang kepala-
bokongjanin(CRL= crown-rumplength) yang dilakukan pada kehamilan
trimester pertama memiliki akurasi dengan kesalahan kurang dari satu minggu
dalam hal penentuan usia gestasi. Pengukuran CRL ini juga merupakan satu-
satunya parameter tunggal untuk penentuan usia gestasi dengan kesalahan
terkecil. Pengukuran diameter biparietal (DBP) atau panjang femur memiliki
kesalahan lebih dari satu minggu. Manfaat lain dari pemeriksaan USG adalah
penapisan anomaly congenital yang dilakukan rutin pada kehamilan 10–14
minggu dan 18–22 minggu. Janin-janin dengan kelainan bawaan, terutama
system saraf pusat dan jantung akan memberikan perubahan dalam pola gerak
janin dan hasil kardiotokografi. Jangan sampai kesalahan interpretasi
kardiotokografi terjadi akibat tidak terdeteksinya cacat bawaan pada janin.

B. Observasi Gerak Janin


Pemantauan gerak janin sudah lama dilakukan dan banyak tata cara yang
diperkenalkan, tetapi tidak ada satu pun yang lebih superior dibanding lainnya.
Gerak janin ini dipantau sejak kehamilan 28 minggu setelah system susunan
saraf pusat dan autonom berfungsi dengan optimal. Pemantauan ini terutama
dilakukan pada kehamilan resiko tinggi terhadap terjadinya kematian janin
atau asfiksia. Misalnya pada kasus pertumbuhan janin terhambat. Ada dua cara
pemantauan, yaitu cara :
a. Cara Cardiff
Pemantauan dilakukan mulai jam 9 pagi, tidur miring kekiri atau
duduk, dan menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai 10
gerakan janin. Bila hingga jam 9 malam tidak tercapai 10 gerakan, maka
pasien harus segera kedokter/ bidan untuk penanganan lebih lanjut.
b. Cara Sadovsky
Pasien tidur miring kekiri, kemudian hitung gerakan janin. Harus dapat
dicapai 4 gerakan janin dalam satu jam, bila belum tercapai, waktunya
ditambah satu jam lagi, bila ternyata tetap tidak tercapai 4 gerakan, maka
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter/ bidan.

2. Pernafasan
Gambaran pada respirasi janin adalah gerakan dinding pada paradoks.
Selama inspirasi dinding dada justru kolaps dan abdomen menonjol (Jhonson
dkk., 1988). Ada 2 jenis gerakan pernapasan:
1. Nafas tersengal-sengal (gasps atau sighs) yg terjdi dgn frekuensi 1-4/mnt
2. Letupan gerakan nafas irreguler (irreguler bursts of breathing) yg terjadi dgn
laju sampai 240 siklus/mnt (Dawes, 1974)

3. Produksi Cairan Ketuban


Pemeriksaan cairan amnion  pengkajian antepartum  resiko kematian
janin  ↓ perfusi uteroplasenta  - aliran darah ginjal janin  ↓ frekuensi
berkemih  oligohidramion.

4. Frekuensi Denyut jantung


DJJ dipengaruhi oleh faktor anatomis, biomedis, farmakologis,
kemoreseptor dalam arteri karotik & arkus aortik. Reaktifitas DJJ dipengaruhi
oleh usia gestasi janin. Minggu ke-24 sampai ke-28 kira-kira 50% dari uji
nonstres akan nonreaktif, dan pada minggu ke-32 15% dari uji nonstres tetap
nonreaktif (Druzim dan Gabbe, 1996).

C. EFM (Electronic Fetal Monitoring)


EFM merupakan metode untuk memeriksa kondisi bayi dalam rahim
dengan mencatat setiap perubahan yang tidak biasa dalam denyut jantung nya.
Menggunakan dua elektrode yang dipasang pada fundus (untuk menilai
aktifitas uterus) dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung janin pada
perut ibu. Dapat menilai aktifitas jantung janin pada saat his / kontraksi
maupun pada saat di luar his / kontraksi. Menilai juga hubungan antara denyut
jantung dan tekanan intrauterin.
Tujuan EFM :
1. Denyut jantung janin mengalami penyesuaian konstan karena menanggapi
lingkungan dan rangsangan lainnya.
2. Monitor janin mencatat detak jantung bayi yang belum lahir dan grafik
pada selembar kertas.
3. Pemantauan janin elektronik biasanya disarankan untuk kehamilan
berisiko tinggi, saat bayi berada dalam bahaya kesusahan.
4. Alasan khusus untuk EFM meliputi: bayi dalam posisi sungsang,
persalinan premature.

D. Pemeriksaan Penunjang lainnya :


Antara lain Fetal salp stimulation,dan fetal acoustic stimulation.
Pemeriksaan tersebut merupakan tindakan invasif yang memerlukan peralatan
canggih dan tenaga kesehatan yang terampil karena memiliki resiko pada ibu
dan janin. Bukti dari adanya kegawatan janin adalah ditemukannya kadar pH
darah janin yang rendah, dan hal ini berkaitan juga dengan rendahnya nila
APGAR. Pemeriksaan penunjang ini harus sangat selektif dalam
pemilihannya, artinya harus ada indikasi medis yang benar, dan dilakukan
pada tempat yang benar pula.

Anda mungkin juga menyukai