Anda di halaman 1dari 3

Nama : Clara

NIM : 08078861
Prodi : D3 - Perpajakan
Mata Kuliah : Pajak Penghasilan III.03

Tugas.2
Saudara mahasiswa,
Jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
1) Antara negara RI dengan negara Malaysia terdapat perjanjian penghindaran pajak
berganda, yang isinya sama dengan UN Model. Sebuah perusahaan PT. Blue-Green
Gas dari RI memperoleh kontrak membangun beberapa gedung di Malaysia dengan
beberapa perusahaan di Malaysia.

No. Nama Gedung Waktu Pembangunan


1. Gedung I 1 Maret sampai dengan 30
Juni
2. Gedung II 1 April sampai dengan 31 Juli

Pertanyaan:
~Apakah PT. Blue-Green Gas tersebut dapat dikenakan pajak di Malaysia?
~Bagaimanakah hubungan antara undang-undang perpajakan suatu
negara jika negara tersebut mempunyai perjanjian penghindaran pajak berganda
(P3B)?
2) Perusahaan Ralin-Electric, mengirim salah seorang ahli tekniknya berstatus “penduduk”
Negara Belanda ke Indonesia untuk melakukan pengawasan pembangunan pada sistem
konstruksi jaringan listrik pada bangunan baru di beberapa wilayah Indonesia. Pekerjaan
ini dilaksanakan mulai tanggal 1 Februari sampai dengan 15 Agustus. Untuk kegiatan ini
perusahaan Ralin-Electric menerima imbalan jasa dari pemilik beberapa gedung tersebut
yang berstatus sebagai penduduk Indonesia.
Pertanyaan:
~ Apakah perusahaan Ralin-Electric tersebut dapat dikenakan pajak di Indonesia?
~ Apa alasannya (sebutkan landasan rujukannya)?
3) Suatu perjanjian penghindaran pajak berganda mencakup pajak atas penghasilan atau
laba atau pajak atas kekayaan, tetapi tidak pernah mencakup atas pajak penjualan.
Perta Pertanyaan:
~ Mengapa Demikian?
Nama : Clara
NIM : 08078861
Prodi : D3 - Perpajakan
Mata Kuliah : Pajak Penghasilan III.03

Jawaban Tugas.2
1. A. PT Blue Green dikenakan pajak di Malaysia . Hal ini sesuai dengan Tax Treaty _ P3B

anatara Malaysia dan Indonesia sesuai dengan Pasal 3 “istilah Malaysia bearti Federasi

Malaysia termasuk didalamnya wilayah perairan Malaysia sesuai dengan hukum

internasional.”

B. Bisa kita lihat pada UU PPh nomor 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga tentang

Pajak Penghasilan dalam Pasal 32 dikatakan bahwa “Pemerintah berwenang untuk

melakukan perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak

berganda dan pencegahan pengelakan pajak.” . 3B (Tax Treaty) merupakan kesepakatan

bilateral dua negara tentang bagaimana mengatur pengenaan pajak yang memiliki

dimensi internasional dari dua negara yang melakukan kesepakatan itu agar tidak terjadi

pengenaan pajak secara berganda. Pengaturan ini menjadi penting karena beban pajak

yang ditanggung oleh orang atau badan yang memiliki kaitan di dua negara tersebut akan

mempengaruhi keputusan investasi dan permodalan di antara kedua negara tersebut.

Lalu bagaimana kedudukan UU domestik suatu negara terkait P3B ini, khususnya di

Indonesia

2. Ahli teknik yang berkebangsaaan Belanda tersebut masuk dalam Pasal 15 ayat 2 yaitu
termasuk jasa-jasa professional yang dilakukan oleh Insinyur. Pasal 15 ayat (1) P3B
Indonesia – Belanda menjelaskan “penghasilan yang diperoleh salah satu negara
sehubungan dengan jasa profesi atau pekerjaan bebas lainnya ganya akan dikenakan
pajak di Negara tersebut kecuali dia mempunyai tempat usaha tetap yang tersedia
baginya secara teratur di Negara lainnya guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya
atau ia berada di Negara lainnya untuk masa melebihi 91(Sembilan puluh satu) hari
Nama : Clara
NIM : 08078861
Prodi : D3 - Perpajakan
Mata Kuliah : Pajak Penghasilan III.03

dalam suatu masa 12 (dua belas) bulan. JIka dia mempunyai tempat usaha tetap atau
berada di Negara lainnya tersebut selama masa – masa tersebut diatas, maka atas
penghasilan tersebut dikenakan pajak di Negara lainnya tersebut tetapi hanya
sebatas penghasilan yang berkaitan dengan tempat usaha tetap tersebut atau yang
diperoleh di Negara lainnya tersebut selama masa-masa tersebut.”

3. Berdasar asal 18 ayat 3 Undang-undang No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan
Berbunyi “Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa
dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak
dipengaruhi oleh hubungan istimewa.” Maksudnya diadakan ketentuan ini untuk
mencegah terjadinya penghindaran pajak, yang dapat terjadi karena adanya hubungan
istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan
dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang
seharusnya. Dalam hal demikian, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan
kembali besarnya penghasilan dan atau biaya sesuai dengan keadaan seandainya di
antara para Wajib Pajak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa.

Sumber :
https://indonesiantaxregulations.blogspot.com/p/blog-page_11.html
Belanda – Indonesia
Malaysia Indonesia
https://mandorilmu.wordpress.com/2012/08/23/peraturan-perpajakan-tentang-hubungan-
istimewa-dan-transfer-pricing/

Anda mungkin juga menyukai