Anda di halaman 1dari 68

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS XI TENTANG

INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI SMA NEGERI I


GEMOLONG SRAGEN
TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Akhir


Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

TUTIK WAHYUNINGSIH
NIM. B10.115

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS XI TENTANG


INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI SMA NEGERI I
GEMOLONG SRAGEN
TAHUN 2013

Diajukan Oleh :

TUTIK WAHYUNINGSIH
NIM. B10.115

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal Juli 2013

Pembimbing

(ENI RUMIYATI, SST)


NIK.200682019

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS XI TENTANG


INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI SMA NEGERI I
GEMOLONG SRAGEN
TAHUN 2013

Diajukan Oleh :

TUTIK WAHYUNINGSIH
NIM. B10.115

Telah dipertahankan di depan dewan penguji


Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Pada tanggal Agustus 2013

Penguji I Penguji II

(DHENY ROHMATIKA, S.SiT) (ENI RUMIYATI, SST)


NIK. 200582015 NIK. 200682019

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Ka.Prodi

(DHENY ROHMATIKA, S.SiT)


NIK. 200582015

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul ” Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang Infeksi

Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen”. Karya Tulis Imiah

ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu

syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak

diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Eni Rumiyati, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Drs. Marsono, MSI, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri I Gemolong Sragen

yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


6. Seluruh Guru dan Staff SMA Negeri I Gemolong Sragen yang telah membantu

penulis dalam pengambilan data guna penulisan Karya Tulis Ilmiah

7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh

referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh respnden siswi Kelas XI SMA Negeri I Gemolong Sragen yang

bersedia menjadi subyek penelitian dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Teman-teman yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi

kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Surakarta, Juli 2013

Penulis

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Tutik Wahyuningsih
B10.115

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS XI TENTANG


INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI SMA NEGERI I
GEMOLONG SRAGEN
TAHUN 2013
xiii + 45 halaman + 18 lampiran + 5 tabel + 2 gambar

ABSTRAK
Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup
manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ
reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Infeksi Menular Seksual
(IMS) disebut juga dengan Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah sekelompok
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Hasil beberapa survey
menyimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih
rendah. Salah satu contoh 46,2% remaja. Setelah dilakukan wawancara terhadap
10 siswa didapatkan 1 siswa (10%) dengan pengetahuan baik tentang IMS,
sedangkan 3 siswa (30%) pengetahuan cukup tentang IMS sedangkan 6 siswa
(60%) dengan pengetahuan kurang tentang IMS.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja kelas XI tentang Infeksi
Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen dalam tingkat baik,
cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif.
Penelitian dilakukan di SMA Negeri I Gemolong Sragen pada tanggal 27 Mei – 2
Juni 2013. Populasi sejumlah 257 siswa dan sampel yang digunakan 39 responden
Pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Variabel penelitan ini yaitu
variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja tentang Infeksi Menular Seksual (IMS).
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Cara pengumpulan data berasal dari
data primer dan Data Sekunder. Metode Pengolahan dan analisa menggunakan
analisa univariat yang menghasilkan distribusi prosentase.
Hasil Penelitian : Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang Infeksi Menular
Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen dapat dikategorikan
pengetahuan baik sebanyak 6 responden (15,4%), tingkat cukup sebanyak 26
responden (66,7%) dan pada tingkat kurang sebanyak sebanyak 7 responden
(17,9%)
Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang Infeksi Menular
Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen dapat dikategorikan tingkat
cukup sebanyak 26 responden (66,7%) dipengaruhi informasi.

Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja, Infeksi Menular Seksual (IMS)


Kepustakaan : 27 literatur (tahun 2007 – 2012)

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


MOTTO

Kekalahan adalah sekolah tempat kebenaran selalu tumbuh lebih kuat

Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun, dan dari siapapun. Di sanalah nanti
akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan

Jangan takut pada masa depan dan jangan menangis untuk masa lalu

PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
1. Kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan
dan kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
2. Kepada Bapak - Ibu tercinta, motivator terbesar dalam
hidupku yang tak pernah jemu mendoakan dan
menyayangiku, atas semua pengorbanan dan
kesabaranmu mengantarkanku hingga sampai kini.
3. Ibu Eni Rumiyati, SST terima kasih atas bimbingan
dan waktunya
4. Kakakku Aris, Dwi, Novi dan Adikku Teguh, Nabila
terima kasih do’a dan semangatnya
5. Ndutku, terima kasih yang selalu memberi support dan
semangat
6. Sahabat-sahabatku “Ayuk Yunyun, Dwi, Dik Lulus”,
kalian kan selalu ada di setiap langkah dan di relung
hatiku
7. Almamater tercinta

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


CURICULUM VITAE

BIODATA

Nama : Tutik Wahyuningsih

Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 03 Februari 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Wonosari Banaran Kalijambe Kabupaten Sragen

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri Banaran Kalijambe Sragen Lulus tahun 2004

2. SMP MTAGemolong Sragen Lulus tahun 2007

3. MAN Gondangrejo Karanganyar Lulus tahun 2010

4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2010

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii

CURRICULUM VITAE ............................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

E. Keaslian Studi Kasus ................................................................. 5

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori .......................................................................... 9

1. Pengetahuan ......................................................................... 9

2. Remaja ................................................................................ 17

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


3. Infeksi Menular Seksual (IMS) ............................................ 20

B. Kerangka Teori .......................................................................... 31

C. Kerangka Konsep ..................................................................... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................ 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 33

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 34

D. Instrumen Penelitian ................................................................. 36

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 39

F. Variabel Penelitian ................................................................... 40

G. Definisi Operasional ................................................................. 40

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ....................................... 40

I. Etika Penelitian ......................................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 45

B. Hasil Penelitian ......................................................................... 45

C. Pembahasan .............................................................................. 48

D. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 52

B. Saran ........................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 31

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 32

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


DAFTAR TABEL

Tabel. 3.1 Jumlah Populasi siswa SMA Negeri I Gemolong Sragen ............. 35

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pernyataan .................................................................. 37

Tabel 3.2 Definisi Operasional ................................................................. 39

Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ......................................................... 46

Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang

Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong

Sragen ....................................................................................... 47

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas

Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas

Lampiran 6. Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian

Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran 12. Data Tabulasi Uji Validitas

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas

Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 15. Data Tabulasi Hasil Penelitian

Lampiran 16. Perhitungan Mean dan Standar Deviasi

Lampiran 17. Perhitungan Tingkat Pengetahuan Responden

Lampiran 18. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun di

Indonesia memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh penduduk.

Sesuai dengan dengan proporsi remaja dunia dimana jumlah remaja

diperkirakan 1,2 milyar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia

Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis

dan sosial. Masuknya berbagai yang bebas tidak melalui saringan yang benar

menurut etika dan moral menyebab remaja rentan terhadap pengaruh yang

merugikan (Depkes RI, 2007).

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup

manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ

reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari

kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau

adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa. Masa remaja

juga merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa bukan hanya dalam

artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang

terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja

(Sarlito, 2010).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat baik secaa fisik, psikis

maupun sosial yang berkaitan dengan system, fungsi dan proses reproduksi

sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia sekaligus

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


memantapkan moral dan etika serta membangun etika serta komitmen agar

tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi (Depkes RI, 2007).

Infeksi Menular Seksual (IMS) disebut juga dengan Penyakit Menular

Seksual (PMS) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan

seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara

penis, vagina, anus dan/atau mulut (Zakaria, 2012).

Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) yang ditandai dengan keluarnya

cairan berupa nanah dari alat kelamin, yaitu gonore, uretritis atau sevisitis non

spesifik, kandidiasis dan trikomonas dan IMS yang ditandai dengan adanya

luka atau koreng di alat kelamin yaitu Sifilis, Ulkus molle, Limpogranuloma

venerium, Granuloma inguinale dan herpes genitalis (Depkes RI, 2007).

Hasil beberapa survey menyimpulkan bahwa pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh 46,2% remaja

masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali

melakukan hubungan seks. Tingginya infeksi HIV dan AIDS di kalangan

remaja dilaporkan sebanyak 5701 kasus dimana presentase tertinggi AIDS

51,7% diderita oleh sekelompok umur 20 – 29 tahun (Depkes RI, 2007).

Perubahan psikososial pada remaja merupakan manifestasi perubahan

faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual akan berakibat cemas terhadap

penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self

consciousness), perubahan hormonalnya berdampak sebagai individu yang

mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau

menjadi agresif (Depkes RI, 2007).

Antara remaja putra dan remaja putri kematangan seksual terjadi dalam

usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


pada usia 10 – 13,5 tahun. Sedangkan pada remaja putri terjadi pada usia 9 –

15 tahun. Bagi anak laki-laki perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada

organ seksual, mulai tumbunya rambut kemaluan, perubahan suara dan juga

ejakulasi pertama melalu wet dream atau mimpi basah. Sedangkan pada remaja

putri pubertas ditandai dengan menarche (haid pertama), perubahan pada dada

(mammae), tumbuhnya rambut kemaluan dan juga pembesaran panggul

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Depkes RI (2007), dampak IMS bagi remaja perempuan

dan laki-laki, yaitu Infeksi alat reproduksi akan menurunkan kualitas

ovulasi sehingga akan mengganggu siklus dan banyaknya haid serta

menurunan kesuburan, Peradangan alat reproduksi ke organ yang lebih

tinggi yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadi kehamilan di luar

rahim, Melahirkan anak dengan cacat bawaan seperti katarak, gangguan

pendengaran, kelainan jantung dan cacat lainnya. Secara psikologis

dampak IMS bagi remaja yaitu rendah diri, malu dan takut sehingga tidak

mau berobat yang akan memperberat penyakit atau bahkan akan mengobati

jenis dan dosis tidak tepat yang justru akan memperberat penyakitnya

disamping terjadi resistensi obat (Depkes RI, 2007).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SMA Negeri I

Gemolong Sragen pada tanggal 11 Oktober 2012 didapatkan jumlah siswa

kelas XI sebanyak 257 siswa. Setelah dilakukan wawancara terhadap 10 siswa

didapatkan 1 siswa (10%) dengan pengetahuan baik tentang IMS, sedangkan 3

siswa (30%) pengetahuan cukup tentang IMS sedangkan 6 siswa (60%) dengan

pengetahuan kurang tentang IMS dikarenakan informasi yang mereka dapat

yaitu sebatas dari media tentang IMS.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik,

kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami

serta mengatasi kematangan seksual yang membingungkan. Informasi tentang

Infeksi Menular Seksual perlu diperoleh setiap remaja. Remaja memerlukan

informasi tersebut agar waspada dan berperilaku seksual sehat serta bergaul

untuk pembekalan mempertahankan diri sendiri secara fisik maupun psikis

serta mental dalam menghadapi godaan. Dari uraian di atas penulis tertarik

mengambil judul penelitian “Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang

Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis dapat merumuskan

masalah “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang

Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja kelas XI tentang Infeksi

Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja Kelas XI tentang Infeksi

Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen pada

tingkat baik.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


b. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja Kelas XI tentang Infeksi

Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen pada

tingkat cukup.

c. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja Kelas XI tentang Infeksi

Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen pada

tingkat kurang

D. Manfaat Penelitian

A. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan disiplin ilmu khususnya

kesehatan reproduksi remaja dan dapat menambah wacana kepustakaan

mengenai pengetahuan remaja tentang Infeksi Menular Seksual (IMS).

B. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan mempunyai pengalaman nyata dalam melakukan

penelitian tentang pengetahuan remaja tentang Infeksi Menular Seksual

(IMS).

C. Bagi Institusi

a. Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya

atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan

kebidanan khususnya tentang kesehatan reproduksi remaja.

b. SMA Negeri 1 Gemolong

Dapat digunakan sebagai masukan pada SMA Negeri 1 Gemolong

dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

dan dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


D. Bagi Siswa

Dari penelitian ini dapat memberikan masukan khususnya siswa untuk

berperilaku seksual sehat serta bergaul dengan baik dan terhindar dari

penyakit IMS.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini pernah dilakukan yang serupa dengan penelitian yang akan

dilakukan :

A. Yuyun Wahyu Indah Indriyani, (2009) dengan judul: ”Tingkat

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Putri SMK Gajah

Mungkur 2 Giritontro”. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan yaitu

sebanyak 35 responden dengan teknik pengambilan sampel simple random

sampling. Hasilnya pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi

termasuk tinggi (87%), Sedang (9%), rendah (4%).

B. Sisik Susanti Sulistiyawati (2011), dengan judul ” Gambaran pengetahuan

dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual di SMK Muhammadiyah

2 Surakarta”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan

cross sectional. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 30 responden

dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Hasil

penelitian ini menunjukkan deskripsi tingkat pengetahuan tentang infeksi

menular seksual pada kelas X, XI dan XII dalam kategori baik sebanyak

10 responden (33,3%), cukup sebanyak 17 responden (56,7%) dan kurang

sebanyak 3 responden (10%). Sedangkan untuk sikap, deskripsi

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


frekuensinya dalam kategori baik sebanyak 26 responden (86,7%) dan

yang tidak baik sebanyak 4 orang (13,3%)

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu pada variabel

penelitian, sedangkan perbedaan pada desain, tempat dan waktu penelitian,

subyek penelitian dan teknik pengambilan sampel serta hasil penelitian.

F. Sistematika Penelitian

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi atas 5 (lima) bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian

dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan

diteliti yaitu pengetahuan (pengertian, cara memperoleh

pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan,

tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, pengukuran

pengetahuan) remaja (pengertian remaja, perkembangan jiwa pada

remaja), Infeksi Menular Seksual (IMS) serta kerangka teori dan

kerangka konsep.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang rancangan penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel,alat

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi

operasional, pengolahan dan analisa data dan etika penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil

penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang

meliputi saran bagi pengetahuan, bagi institusi pendidikan dan

peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia

terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)

(Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada enam tingkat pengetahuan

yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa

seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi

ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti

sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk

mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


5) Sintesa (Syntesis)

Sintesa dalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya

dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

b. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan

kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan

apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan

seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah

sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal

atau salah) atau metode coba-salah coba-coba.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari

generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan

tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-

ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah

ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh pengetahuan.

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia

pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,

dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research

methodology).

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,

maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

2) Media masa/ informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan

aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan

hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


e. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke

dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang

dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian

untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai,

sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu

dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang

lainnya

2) Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple

choise), bentul salah, dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan

pilihan ganda, betul salah, menjodohkan disebut pertanyaan

obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti

oleh penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif

khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan

sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah

disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya

akan lebih cepat (Arikunto, 2006).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang

pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya

perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental maupun peran

sosial (Ardhyantoro dan Kumalasari, 2010).

Masa remaja merupakan salah periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik,

perubahan psikologi, dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2007).

b. Batasan Remaja

Menurut Ardhyantoro dan Kumalasari (2010), batasan remaja

berdasarkan umur yaitu:

1) Masa remaja awal yaitu 10 – 12 tahun

a) Lebih dekat dengan teman sebaya

b) Ingin bebas

c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

d) Mulai berpikir abstrak

2) Masa remaja tengah yaitu 13 – 15 tahun

3. Mencari identitas diri

4. Timbul keinginan untuk berkencan

5. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


6. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

7. Berkhayal tentang aktivitas seks

3) Masa remaja akhir yaitu 16 – 21 tahun

a) Pengungkapan kebebasan diri

b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c) Mempunyai ciri tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri

c. Aspek perkembangan pada masa remaja

Menurut Handoyo (2010), aspek perkembangan remaja meliputi:

1) Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada remaja adalah perubahan-perubahan

pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik.

Perubahan pada tubuh diatandai dengan pertambahan tinggi dan

berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ

seksual dan fungsi reproduksi.

Menurut Notoatmodjo (2007), antara remaja putra dan putri

kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda.

Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada usia 10

– 13,5 tahun sedangkan pada remaja putri terjadi apda usia 9 – 15

tahun. Bagi remaja laki-laki perubahan itu ditandai oleh

perkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya rambut

kemaluan, perubahan suara, dan juga ejakulasi pertama melalui wer

drem atau mimpi basah. Sedang pada remaja putri pubertas ditandai

dengan menarche (haid pertama), perubahan pada dada (mammae).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


2) Perkembangan kognitif

Seorang remaja termotivasi memahami dunia kaena perilaku

adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun

dunia kognitif mereka dimana informasi yang didapatkan tidak

langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.

Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang

lebih penting dibanding ide lainnya.

Menurut Notoatmodjo (2007), labilnya emosi erat kaitannya dengan

perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam

bentuk amarah, sensitif bahkan perbuatan nekat. Ketidakstabilan

emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan

dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual

pada remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersadar

melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan

eksploratif.

3) Perkembangan kepribadian dan sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam

berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang

penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian

identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran

yang penting dalam hidup.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


b. Infeksi Menular Seksual (IMS)

a. Pengertian

Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga Infeksi Menular

Seksual (IMS) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui

hubungan seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui

hubungan seksual antara penis, vagina, anus dan/atau mulut

(Zakaria, 2012).

Menurut Depkes RI (2007), Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah

penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi menular

seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan

berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

b. Tanda dan gejala

Menurut Handoyo (2009), gejala Infeksi Menular Seksual (IMS)

dibedakan menjadi:

a. Perempuan

1. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus

mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti

luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin.

2. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,

kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir.

3. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya

tidak menyebab sakit atau burning urination.

4. Perubahan warna kulit yaitu terutama di bagian telapak tangan

atau kaki, perubahan bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh

5. Tonjolan seperti jengger ayam yaitu tumbuh tonjolan sepert

jengger ayam di sekitar alat kelamin.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


6. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang muncul dan

hilang yang tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi

tanda infeksi saluran reproduksi (infeksi yang telah berpindah ke

bagian dalam sistem reproduksi, termasuk tuba falopi dan

ovarium).

7. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin atau antara kaki.

b. Laki-laki

1. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus

mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti

luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin

2. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau berwarna berasal

dari pembukaan kepala penis atau anus.

3. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit

selama atau setelah urination.

4. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di

kantong zakar.

c. Jenis IMS berdasarkan kuman penyebab

Menurut Depkes RI (2007), jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)

berdasarkan penyebab, antara lain:

1) Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan bakteri

a) Gonorhoe

(1) Penyebab : Neisseria gonorhoe

(2) Masa inkubasi : selama 2 -10 hari.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


(3) Gejala

Infeksi yang menyerang selaput lendir uretra pada laki-laki

serta leher rahim dan uretra pada wanita.

Pada laki-laki : Berupa rasa gatal dan panas pada saat

BAK, keluar cairan atau nanah kental

berwarna kuning kehijauan secara

spontan dari uretra ujung penis tampak

merah, bengkak dan menonjol keluar.

Pada perempuan : Sebagian besar tidak menimbulkan

keluhan atau keluar cairan keputihan

berwarna kuning kehijauan dan kental,

kadang-kadang disertai rasa nyeri saat

BAK.

(4) Komplikasi

Yang sering terjadi pada laki-laki adalah infeksi pada testis

atau buah zakar, saluran sperma sehingga bisa

menimbulkan penyempitan. Pada wanita bisa terjadi

penjalaran infeksi ke rahim dan saluran telur sehingga dapat

menyebabkan kemandulan. Bila mengenai ibu hamil dapat

menularkan ke bayi saat melahirkan sehingga menyebabkan

infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan

(Depkes RI, 2007)

b) Sifilis (Raja Singa)

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Menurut Ardiyantoro dan Kumalasari (2010), sifisilis disebut

juga raja singa, Mal de Naples, morbus gallicus, lues venerea.

(1) Penyebab : Troponema Pallidum

(2) Macam sifilis

Menurut Depkes RI (2007), macam sifilis yaitu:

(a) Sifilis stadium I (sifilis primer)

Sifilis ini timbul antara 2 -4 minggu setelah kuman

masuk, ditandai dengan adanya benjolan kecil merah

biasanya 1 buah kemudian menjadi luka atau koreng

yang tidak disertai rasa nyeri. Lokasi pada laki-laki

biasanya pada alat kelamin sedangkan pada wanita

selain pada alat kelamin luar bisa juga pada vagina

maupun leher rahim. Tempat lain yang bisa terkena

adalah pada bibir, lidah, sekitar dubur.

(b) Stadium II (sifilis sekunder)

Stadium ini terjadi setelah 6 – 8 minggu dan bisa

berlangsung sampai 9 bulan. Kelainan dimulai dengan

adanya gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit

kepala, nyeri sendi. Stadium ini disebut the great

imitator of the skin deseases karena mempunyai tanda

dan gejala menyerupai penyakit kulit lain berupa bercak

bercak merah, benjolah kecil-kecil seluruh tubuh, tidak

gatal, kebotakan rambut dan sebagainya.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


(c) Stadium III (sifilis tersier)

Umumnya timbul antara 3 – 10 tahun setelah infeksi.

Ditandai dengan 2 macam kelainan yaitu berupa

kelainan yang bersifat destruktif pada kulit, selaput

lendir, tulang sendi dan adanya radang yang terjadi

secara perlahan-lahan pada jantung, sistem pembuluh

darah dan syaraf.

(3) Komplikasi

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), komplikasi

sifilis, yaitu:

(a) Dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan

jantung jika tidak diobati.

(b) Selama kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam

kandungan dan dapat menyebabkan keguguran atau

lahir cacat.

(c) Memudahkan penularan HIV.

c) Ulkus molle

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), ulkus molle,

yaitu:

Ulkus molle disebabkan oleh infeksi bakteri haemophillus

ducreyi yang menular karena hubungan seksual

Gejala :

(1) Luka-luka dan nyeri tanpa radang jelas.

(2) Benjolan mudah pecah dilipatan paha disertai sakit.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Komplikasi :

(1) Luka dan infeksi hingga mematikan jaringan di sekitarnya.

(2) Tertular HIV.

d) Granuloma inguinale

(1) Penyebab

Menurut Handoyo (2010), sebuah luka kecil di bagian

kemaluan akan menyebar lama-kelamaan membentuk

sebuah masa granulomatous (benjolan-benjolan kecil) yang

bisa menyebabkan kerusakan berat organ-organ kemaluan.

(2) Gejala

Menurut Depkes RI (2007), pada stadium awal dimulai

dengan adanya plenting kecil yang akan pecah dalam waktu

singkat kemudian mejadi luka, tidak nyeri dan sembuh

sendiri dalam waktu singkat. Dalam waktu antara 1 – 4

minggu setelah luka tersebut sembuh akan timbul

pembengkakan kelenjar lipat paha yang disertai rasa nyeri,

keras, berbentuk seperti sosis.

(3) Komplikasi :

Stadium lanjut pada laki-laki dapat menyebabkan

pembengkakan pada penis dan scrotum (elefantiasis

scrotum) sedang pada wanita menyebabkan pembengkakan

bibir kemaluan (elephantiasis labiae/esthiomene).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


2) Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan Virus

a) Herpes Genitalis

Menurut Adhiyantoro dan Kumalasari (2010), herpes genitalis

disebabkan virus herpes simplex tipe 1 dan 2 dengan masa

infkubasi antara 4 – 7 hari setelah virus berada dalam tubuh,

dimulai dengan rasa terbakar atau kesemutan pada tempat

masukna virus. Bagian tubuh yang paling banyak terinfeksi

adalah kepala penis dan preputium (bagian yang disunat) serta

bagian luar alat kelamin, vagina dan serviks.

Gejala :

(1) Bintil-bintil berkelompok seperti anggur berair dan nyeri

pada kemaluan, kemudian pecah dan meninggalkan luka

yang kering berkerak, lalu hilang dengan sendirinya.

(2) Dapat muncul lagi seperti gejala awal biasana hilang dan

timbul, kambuh apabla ada faktor pencetus, misalnya karena

stres, menstruasi, makan/minum beralkohol, hubungan seks

berlebihan, dan menetap seumur hidup.

(3) Membesarnya kelenjar getah bening di selangkangan.

(4) Sulit buang air kecil.

Komplikasi :

(1) Rasa nyeri berasal dari syaraf

(2) Tertular pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat bayi,

lahir mati.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


(3) Radang tenggorokan (faringitis)

(4) Infeksi selaput otak (meningitis)

(5) Tertular HIV

(6) Kanker leher rahim.

b) Kondiloma akuiminata

(1) Penyebab

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), kondiloma

akuiminata disebabkan oleh virus human papilloma tipe 6

dan 11 dengan masa inkubasi 2 – 3 bulan setelah kuman

masuk ke dalam tubuh.

(2) Gejala

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), gejalanya

yaitu terlihat adanya satu atau beberapa kutil (lesi) di daerah

kemaluan dan lesi ini dapat membesar.

Menurut Depkes RI (2007), gejala pada wanita hamil dapat

membesar sampai dubur dan mirip jengger ayam atau bunga

kol. Pada laki-laki mengenai alat kelamin dan saluran BAK

bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak terlihat sehingga

tidak disadari biasanya laki-laki baru menyadari setelah ia

menulari pasangannya.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


(3) Komplikasi :

Menurut Depkes RI (2007), komplikasi kondiloma

akuminata yaitu : kanker leher rahim atau kanker kulit

disekitar kulit kelamin.

3) Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan jamur

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), Infeksi Menular

Seksual (IMS) yang disebabkan jamur yaitu: Kandidiasis

(a) Penyebab

Infeksi kandidiasis disebabkan oleh jamur candida albican

yang pada umumnya terdapat di susu dan vagina.

(b) Gejala :

Menurut Ardhiyantoro dan Kumalasari (2010), gejalanya yaitu

berupa keputihan menyerupai keju disertai lecet serta rasa gatal

dan iritasi di daerah bibir kemaluan dan berbau kas.

Menurut Depkes RI (2007), gejala kandidiasis yaitu : pada

keadaan mormal jamur ini terdapat dikulit maupun di dalam

liang kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu jamur

ini meluas sedemikian rupa hingga menimbulkan keputihan.

Gejalanya berupa keputihan berwarna putih seperti susu,

bergumpal, disertai rasa gatal panas dan kemerahan pada

kelamin dan di sekitarnya.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


(c) Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan parasit

Menurut Nugroho (2011), Infeksi Menular Seksual (IMS) yang

disebabkan parasit, yaitu

a) Trikomonas Vaginalis

Trikomonas adalah infeksi saluran urogenitalia yang dapat

bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh tricomonas

vaginalis.

(1) Penyebab

Tricomonas vaginalis merupakan yang berflagela dengan

masa inkubasi sekitar 1 minggu, tapi dapat berkisar 4 – 28

hari.

(2) Gejala:

Wanita gatal-gatal dan rasa panas, vagina sekret vagina yang

banyak, berbau dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan

bentuk klasik dari trikomonas sebanyak 12%, disuria dengan

pruritusedema vulva, perdarahan kecil-kecil pada

permukaan serviks (serviks strawberry).

d. Dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja

Menurut Depkes RI (2007), dampak Infeksi Menular Seksual (IMS)

bagi remaja perempuan dan laki-laki, yaitu :

1) Infeksi alat reproduksi akan menurunkan kualitas ovulasi sehingga

akan mengganggu siklus dan banyaknya haid serta menurunan

kesuburan.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


2) Peradangan alat reproduksi ke organ yang lebih tinggi yang dapat

meningkatkan kecenderungan terjadi kehamilan di luar rahim.

3) Melahirkan anak dengan cacat bawaan seperti katarak, gangguan

pendengaran, kelainan jantung dan cacat lainnya.

Menurut Depkes RI (2007), secara psikologis dan fisik dampak Infeksi

Menular Seksual (IMS) bagi remaja, sebagai berikut:

1) Dampak secara psikologis

a) Rendah diri

b) Malu dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan

memperberat penyakit atau bahkan akan mengobati jenis dan

dosis tidak tepat yang justru akan memperberat penyakitnya

disamping terjadi resistensi obat.

c) Gangguan hubungan seks setelah menikah karena takut tertular

lagi atau takut menularkan penyakit pada pasangannya.

2) Dampak secara fisik

a) Bekas bisul atau nanah di daerah alat kelamin dapat

mengganggu kualitas hubungan seksual di kemudian hari

karena menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman waktu

berhubungan seks.

b) Nyeri waktu BAK (disuria) karena peradangan mengenai

saluran kemih

c) Gejala neurologi/gangguan syaraf (stadium lanjut sifilis)

d) Lebih mudah terinfeksi HIV

e) Kemandulan dikarenakan perlengketan saluran reproduksi dan

gangguan produksi sperma.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


B. Kerangka Teori

Infeksi Menular Seksual (IMS)


1. Pengertian
Pengetahuan 2. Tanda dan gejala
remaja 3. Jenis IMS berdasarkan kuman
penyebab
4. Dampak Infeksi Menular Seksual
(IMS) bagi remaja

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Media masa/ informasi
3. Sosial budaya dan
ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia

Gambar 2.1 Kerangka teori


Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2007), Depkes RI (2007)

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


C. Kerangka Konsep

Baik

Pengetahuan remaja tentang


Infeksi Menular Seksual Cukup
(IMS)

Kurang

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Media masa/ informasi
3. Sosial budaya dan
ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif.

Menurut Nursalam (2008), penelitian deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi

pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih

menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan. Penelitian kuantitatif

adalah data yang berwujud angka-angka (Riduwan, 2012)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data

selama penelitian berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di

SMA Negeri I Gemolong Sragen.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk

memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Penelitian

ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei – 2 Juni 2013.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Hidayat, 2007). Populasi dalam penleitian ini adalah semua siswa di kelas

XI SMA Negeri I Gemolong Sragen yaitu sejumlah 257 siswa tahun ajaran

2012/2013.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Jumlah sampel yang diambil, jika populasi kurang dari 100 lebih baik

diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15%

atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini

pengambilan sampel 15% dari jumlah populasi sebanyak 257 sehingga

sampel yang digunakan 39 responden. Untuk mendapatkan sampel dari

masing-masing kelas digunakan perhitungan sebagai berikut:

F
n= xn
N

n : Sampel dari masing-masing

N : Jumlah semua populasi

F : Jumlah responden di masing-masing kelas

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Tabel. 3.1 Jumlah Populasi siswa SMA Negeri I Gemolong Sragen

Kelas Sampel yang


No Populasi
XI digunakan
1 IPA 1 33 5
2 IPA 2 34 5
3 IPA 3 32 5
4 IPA 4 32 5
5 IPS 1 32 5
6 IPS 2 32 5
7 IPS 3 32 5
8 IPS 4 31 4
Jumlah 257 39

Sehingga sampel yang digunakan pada penelitian adalah 39 siswa

3. Teknik sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008).

Pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Menurut

Nursalam (2008), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil harus memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008).

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini yaitu:

1) Siswa-siswi yang masuk saat dilakukan pengambilan data

2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan subyek yang memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini yaitu:

1) Siswa-siswi yang tidak masuk saat dilakukan pengambilan data

2) Tidak bersedia menjadi responden

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui

(Arikunto, 2010)

Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa adalah

kuesioner tertutup di mana sudah disediakan jawabannya sehingga responden

tinggal memilih (Arikunto, 2010). Pernyataan disusun berdasarkan kisi-kisi

yang diambil dari sumber teori tentang Infeksi Menular Seksual (IMS).

Pernyataan terdiri pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif

(unfavorable) dengan pilihan jawaban benar dan salah. Penilaian pernyataan

positif (favorable) jika benar dengan skor 1 dan jika salah dengan skor 0.

Pernyataan negatif (unfavorable) jika benar dengan skor 0 dan jika salah

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


dengan skor 1. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda centang (¥)

pada jawaban yang dianggap benar.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan

Pertanyaan Jumlah
Variabel Sub Variabel Favourable Unfavourable Soal
Tingkat 1. Pengertian IMS 1,2 2
pengetahuan 2. Tanda dan gejala 3,4,6 5 4
remaja tentang IMS
Infeksi 3. Jenis IMS 7,8,10,11, 9,17,18,19, 18
Menular 12,13,14 20,22,24,
berdasarkan kuman
Seksual (IMS) 15,16,21,23
penyebab
4. Dampak Infeksi 26,27,29,31 25,28,30 7
Menular Seksual
(IMS) bagi remaja
Jumlah 31

Untuk mengetahui kuesioner berkualitas terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi

penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di SMA Muhammadiyah

2 Gemolong Sragen pada tanggal 11 Maret 2013 dengan 30 responden.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya

hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus

product moment, yaitu:


N . ΣXY - ΣX.ΣY
rxy =
2 2
{N ΣX 2 − (ΣX ) }{N ΣY 2 - (ΣY ) }
Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel (0,361)

(Riwidikdo, 2010). Setelah dilakukan uji validitas dengan bantuan SPSS

for windows dari 35 pernyataan terhadap 30 responden didapatkan 4 yang

tidak valid yaitu nomor 7 dengan r hitung sebesar 0,158 < 0,361, nomor 8

(0,295 < 0,361), nomor 20 (0,100 < 0,361), nomor 28 (0,087 < 0,361),

untuk selanjutnya nomor pernyataan yang tidak valid tidak digunakan

dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha

Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus

Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

ª k º ª Σσb º
2
r11 = « »« 1 − »
¬ k − 1¼ ¬ σ 2t ¼

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

™ıb2 = Jumlah varian butir

ıt2 = Varians total

Hasil uji instrumen didapatkan nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60),

(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha

cronbach’s sebesar 0,888 > 0,60, sehingga instrumen dikatakan reliabel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar

pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada siswa, kemudian

menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner

dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data

yang diperoleh terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2006).

Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner

tentang Infeksi Menular Seksual (IMS).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian (Riwidikdo, 2006). Data sekunder didapatkan dari SMA

Negeri I Gemolong Sragen yaitu berupa jumlah siswa kelas XI.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


F. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam

penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja

tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang

lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.2
Definisi Operasional
Nama Pengertian Indikator Alat Skala
Variabel Ukur
Tingkat Kemampuan 1. Baik : Bila nilai responden Kuesioner Ordinal
pengetahuan Remaja yang diperoleh (x) >
Remaja menjawab mean + 1 SD
tentang pernyataan 2. Cukup : Bila nilai
Infeksi tentang Infeksi responden mean -1
Menular Menular Seksual SD ” x ” mean + 1
Seksual (IMS) SD
(IMS) 3. Kurang : Bila nilai
responden yang
diperoleh (x) < mean
– 1 SD

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), Setelah data terkumpul, maka langkah yang

dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum melaksanakan

analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak

mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:

a. Editing (penyuntingan Data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulis atau kuesioner.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau

atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke

dalam tabel.

d. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

soffware komputer.

e. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data

(data cleaning).

b. Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2005), analisa univariat yaitu menganalisa

terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.

Penelitian ini hanya mendeskripsikan pengetahuan responden tentang

tingkat pengetahuan siswa tentang Infeksi Menular Seksual (IMS).

Menurut Riwidikdo (2010), mendiskripsikan gambaran tingkat

pengetahuan dengan perhitungan sebagai berikut:

c. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

d. Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ” x ” mean + 1 SD

e. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

Menurut Riwidikdo (2009), rumus mean yaitu:

Rumus : X =
¦x
n
Keterangan :
X : Rata-rata ( mean )

¦x : Jumlah seluruh jawaban responden


n : Jumlah maksimal yang harus diperoleh responden

Menurut Riwidikdo (2009), Simpangan baku (standard deviation)

adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran

nilai-nilai (data) terhadap rata-ratanya.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Rumus :
(¦ xi) 2
¦ xi2 − n
SD =
n −1

Keterangan:

SD : Simpangan baku (Standard deviation)

xi : Nilai responden

n : Jumlah responden

Dalam penelitian ini menggunakan SPSS for Windows versi 16.

Untuk mendapatkan distribusi persentase pengetahuan siswa

tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) digunakan rumus persentase.

Menurut Silalahi (2012), rumus persentase yaitu:

fi
Persen = ––– x 100
n

fi = Frekuensi

n = total kasus

I. Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian

dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007), meliputi :

1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta

manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek

penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek

penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gemolong yang terletak di

Jalan Citrosancakan No.4 Gemolong Kabupaten Sragen, kepala sekolah Bapak

Drs. H. Marsono, M.Si. Lokasi wilayah berada diantara SMK Sakti Gemolong

dan SMP Negeri 2 Gemolong. Jumlah seluruh siswa sebanyak 752 siswa. Kelas

X sebanyak 249 siswa yang terdiri dari 8 kelas, kelas XI sebanyak 257 siswa

yang terbagi menjadi 8 kelas, 4 kelas IPA dan 4 kelas IPS serta kelas XII

sebanyak 245 siswa yang terbagi menjadi 8 kelas, 4 kelas IPA dan 4 kelas IPS.

Fasilitas yang ada di sekolah ini antara lain perpustakaan, laboratorium

komputer, bahasa, biologi, kimia, fisika, studio band, koperasi, UKS dan

masjid. Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI sebanyak 39

siswi. Penelitian ini menggambarkan Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI

tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen.

B. Hasil Penelitian

Sebelum mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari nilai

mean dan standar deviasi, setelah dilakukan perhitungan maka hasil dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


1. Mean dan Standar Deviasi

Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi


Tingkat Pengetahuan
Remaja Kelas XI tentang 21,8 3,7
Infeksi Menular Seksual
(IMS)

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 21,8 dan

standari deviasi sebesar 3,7. Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi

dapat dikategorikan 3 tingkat pengetahuan yaitu

a. Baik : (x) > mean+1 SD

(x) > 21,8 + 1 x 3,7

(x) > 25,5

Jadi Pengetahuan baik jika nilai responden x > 25,5

b. Cukup : mean – 1SD ” x ” mean + 1 SD

21,8 – 1 x 3,7 ” x ” 21,8 + 1 x 3,7

(x) 18,1 ” x ” 25,5

Jadi Pengetahuan cukup jika nilai responden 18,1 ” x ” 25,5

c. Kurang : (x) < mean–1 SD

(x) < 21,8 – 1 x 3,7

(x) < 18,1

Jadi Pengetahuan kurang jika nilai responden < 18,1

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


2. Tingkat pengetahuan remaja

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Remaja

Kelas XI tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I

Gemolong Sragen”. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 39 siswA.

Tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang Infeksi Menular


Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen.

Persentase
No Pengetahuan Jumlah
(%)
1 Baik 6 15,4
2 Cukup 26 66,7
3 Kurang 7 17,9

Total 39 100
Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dikategorikan tingkat

pengetahuan remaja Kelas XI tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di

SMA Negeri I Gemolong Sragen yaitu sebanyak 6 responden (15,4%)

dengan tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26

responden (66,7%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 7 responden

(17,9%). Jadi Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang Infeksi

Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen terbanyak pada

tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 26 responden (66,7%).

C. Pembahasan

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Berdasarkan data hasil penelitian tingkat pengetahuan remaja Kelas XI

tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen

yaitu sebanyak 6 responden (15,4%) dengan tingkat pengetahuan baik, tingkat

pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (66,7%) dan tingkat pengetahuan

kurang sebanyak 7 responden (17,9%).

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil “tahu”

pengindraan manusia terhadap suatu objek tertentu. Proses penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang. Karena

dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

Berdasarkan analisa kuesioner yang telah dilakukan dapat diketahui

pengetahuan remaja Kelas XI tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA

Negeri I Gemolong Sragen dengan pengetahuan baik sebanyak 6 responden

(15,4%) kebanyakan dapat menjawab dengan benar pada kuesioner tentang

pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS), tanda dan gejala Infeksi Menular

Seksual (IMS), jenis berdasarkan kuman penyebab serta dampak Infeksi

Menular Seksual (IMS) bagi remaja.

Menurut Depkes RI (2007), Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah

penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti

pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

Tingkat pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (66,7%),

kebanyakan responden dengan pengetahuan cukup kurang dapat menjawab

pada pernyataan tentang jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) berdasarkan

kuman penyebab dan Dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja.

Menurut Depkes RI (2007), jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)

berdasarkan penyebab, antara lain Infeksi Menular Seksual (IMS) yang

disebabkan bakteri, Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan Virus,

Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan jamur dan Infeksi Menular

Seksual (IMS) yang disebabkan parasit.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan remaja Kelas XI

tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 7 responden (17,9%), kebanyakan responden salah dalam menjawab

pernyataan tentang dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja, jenis

Infeksi Menular Seksual (IMS).

Menurut Depkes RI (2007), dampak Infeksi Menular Seksual (IMS)

bagi remaja perempuan dan laki-laki, yaitu Infeksi alat reproduksi akan

menurunkan kualitas ovulasi sehingga akan mengganggu siklus dan banyaknya

haid serta menurunan kesuburan, peradangan alat reproduksi ke organ yang

lebih tinggi yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadi kehamilan di luar

rahim, melahirkan anak dengan cacat bawaan seperti katarak, gangguan

pendengaran, kelainan jantung dan cacat lainnya. Secara psikologis dan fisik

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi remaja, dampak secara psikologis

rendah diri, malu dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan

memperberat penyakit atau bahkan akan mengobati jenis dan dosis tidak tepat

yang justru akan memperberat penyakitnya disamping terjadi resistensi obat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Remaja

Kelas XI tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong

Sragen terbanyak pada tingkat pengetahuan cukup dipengaruhi oleh informasi,

dikarenakan di SMA belum pernah diadakan penyuluhan baik dari tenaga

kesehatan terkait maupun bidang studi yang menunjang.

Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu informasi yang diperoleh baik dari pendidikan

formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan

yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pengetahuan

diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dengan melihat dan

mendengar sendiri misalnya membaca surat kabar, mendengarkan radio,

melihat film atau televisi dan sebagainya.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu :

1. Kendala dalam penelitian ini adalah pada saat pengisian kuesioner remaja

kurang memahami bahasa khususnya bahasa ilmiah dalam kesehatan

yang digunakan dalam kuesioner, sehingga berpengaruh pada jawaban

remaja.

2. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel penelitian ini

merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada

tingkat pengetahuan.

3. Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam menyusun alat (kuesioner)

yang menggunakan jawaban tertutup sehingga responden hanya bisa

menjawab benar atau salah.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas

XI tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) di SMA Negeri I Gemolong

Sragen” dengan 39 responden. Tingkat pengetahuan responden dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang Infeksi Menular Seksual

(IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen dapat dikategorikan

pengetahuan baik sebanyak 6 responden (15,4%).

2. Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang Infeksi Menular Seksual

(IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen pada sebanyak 26 responden

(66,7%).

3. Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas XI tentang Infeksi Menular Seksual

(IMS) di SMA Negeri I Gemolong Sragen pada tingkat kurang sebanyak

sebanyak 7 responden (17,9%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:

1. Bagi Siswa

Diharapkan siswa untuk berperilaku seksual sehat serta bergaul dengan

baik agar terhindar dari penyakit IMS dan lebih meningkatkan pengetahuan

dengan banyak membaca artikel-artikel maupun buku tentang kesehatan

reproduksi.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


2. Bagi Institusi

a. Institusi Pendidikan

Sebaikanya institusi lebih banyak menambah referensi tentang

kesehatan reproduksi khususnya IMS.

b. Bagi SMA Negeri 1 Gemolong

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan siswa dengan bekerja

sama dengan instansi kesehatan untuk pelaksanaan penyuluhan-

penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang Infeksi

Menular Seksual.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan lebih meningkatkan penelitian yang serupa dengan menambah

variabel penelitian sehingga akan didapatkan hasil penelitian yang lebih

sempurna.

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyantoro dan Kumalasari, 2010. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

–––––––––––––.
2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Budiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2007. Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi
dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta:
Depkes RI

––––––––––––.2007 Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Erfandi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,


http://wwww.forbetterhealth.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Oktober
2012

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang


: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handoyo, A. 2010. Remaja dan Kesehatan: Permasalahan dan Solusi Praktisnya.


Jakarta: PT Perca

Hidayat A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta: Salemba Medik

Manuaba, I.A.C, dkk. 2012. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:


EGC

Nototatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta

––––––––––––––––––––. 2010. Metodologi Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta

–––––––––––––––––––. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka


Cipta

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com


Nugroho. 2011. Mengupas Tuntas 9 PMS (Penyakit Menular Seksual).
Yogyakarta: Nuha Medika

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan. Yoyakarta: Mitra Cendikia Press

Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta

–––––––––––––––.
2009. Statistik Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan
SPSS. Yoyakarta: Pustaka Rihana

Sarlito, W S. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Silalahi, U. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Zakaria, A. F. 2012. Penyakit Menular Seksual (PMS).


http://fadhelmahmech.penyakit-menular-seksual.php. Diakses 29
Desember 2012

PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Anda mungkin juga menyukai