Anda di halaman 1dari 91

1

TEORI
BAHASA
DAN
OTOMATA
Amir Hamzah

AKPRIND PRESS
2009

1
TEORI BAHASA DAN OTOMATA

Amir Hamzah

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA

AKPRIND PRESS 2009

i
Kata Pengantar

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanallah Wa Ta’ala, karena hanya atas
petunjuk dan redhaNya akhirnya diktat ini dapat terselesaikan. Diktat ringkas ini mungkin
masih sangat sedikit dapat membantu dalam penyampaian Teori Bahasa dan Otomata
kepada mahasiswa. Akan tetapi mengingat terbatasnya buku yang ada di perpustakaan dan
masih sedikitnya buku-buku berbahasa indonesia tentang Teori Bahasa dan Otomata,
diharapkan diktat ini dapat membantu mempermudah menerima materi kuliah.
Diktat ini mendukung proses pembelajaran mata kuliah Teori Bahasa dan Otomata,
yang disampaikan dalam 3 sks. Diktat memuat tujuan instruksional setiap bab pembahasan
dan memuat uraian-uraian yang dibuat sesingkat mungkin dengan beberapa contoh
penyelesaian masalah dan beberapa soal latihan sebagai evaluasi pembelajaran. Tentu saja
diperlukan buku-buku tambahan bagi mahasiswa untuk dapat menguasai materi-materi lebih
mendalam.
Akhirnya mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat membantu para mahasiswa. Kritik
dan koreksi kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Oktober 2009


Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I KONSEP DASAR OTOMATA DAN BAHASA FORMAL ………… 1


1.1 Tujuan Instruksional ……………………………………………….. 1
1.2 Pengertian Otomata dan Bahasa Formal …………………………… 1
1.3 Hubungan Otomata dengan Bahasa Formal ……………………….. 2
1.4 Bahasa Natural dan Bahasa Formal ……………………………….. 2
1.5 Analogi Bahasa Natural dan Bahasa Formal ……………………... 3
1.6 Elemen Bahasa Formal ……………………………………………. 6
1.7 Latihan …………………………………………………………….. 7
BAB II KELAS-KELAS BAHASA DAN MESIN PENGENALNYA 8
2.1 Tujuan Instruksional ………………………………………………. 8
2.2 Tata Bahasa dan Bahasa …………………………………………… 8
2.3 Hierarchi Tata Bahasa …………………………………………….. 12
2.4 Mesin Pengenal Bahasa ………………………………………….. 16
2.5 Latihan …………………………………………………………….. 17
BAB III EKSPRESI REGULAR DAN KELAS BAHASA REGULAR …… 18
3.1 Tujuan Instruksional ……………………………………………..... 18
3.2 Ekspresi Regular ………………………………………………….. 18
3.3 Tata-Bahasa Regular ………………………………………………. 21
3.4 Pengenal Bahasa Regular …………………………………………. 22
3.5 Latihan ……………………………………………………………. 23
BAB IV FINITE STATE MACHINE (FSM) DAN FINITE STATE AUTOMATA (FSA) 24
4.1 Tujuan Instruksional ………………………………………………. 24
4.2 Finite State Machine (Mesin keadaan terbatas) ………………….. 24
4.3 Finite State Automata (FSA) ……………………………………… 26
4.4 FSA Sebagai Pengenal String …………………………………….. 28
4.5 Deterministik dan Non Deterministik FSA ……………………….. 29
4.6 Konversi dari NFA ke DFA ……………………………………… 30
4.7 FSA Sebagai Pengenal Bahasa Regular …………………………. 33
4.8 Latihan …………………………………………………………… 37

BAB V TATA BAHASA BEBAS KONTEKS (CONTEXT FREE GRAMMAR )


5.1 Tujuan Instruksional ……………………………………………… 38
5.2 Batasan Tata Bahasa Bebas Konteks …………………………….. 38
5.3 Masalah Ambiguity Dalam CFG ………………………………… 39
5.4 Penyederhanaan Tata Bahasa Bebas Konteks …………………… 42
5.4.1 Membuang aturan produksi yang tidak berguna ………….. 43
5.4.2 Menghilangkan produksi unit …………………………….. 45
iii
5.4.3 Menghilangkan produksi epsilon (  ) ……………………. 46
5.5 Latihan …… ...............................................……………… 49
BAB VI BENTUK NORMAL CHOMSKY DAN NORMAL GREIBACH
UNTUK TATA BAHASA BEBAS KONTEKS
6.1 Tujuan Instruksional ……………………………………………… 50
6.2 Bentuk Tata Bahasa Bebas Konteks Tidak Normal ……………… 50
6.3 Bentuk Normal Chomsky (CNF) ………………………… 51
6.4 Bentuk Normal Greibach (Greibach Normal Form=GNF) … 54
6.5 Latihan ……………………………………………………. 57

BAB VII PUSH DOWN AUTOMATA (PDA) ……………………………… 58


7.1 Tujuan Instruksional ……………………………………………… 58
7.2 Pengertian Push Down Automata (PDA) ………………………… 58
7.3 PDA Sebagai Pengenal Bahasa ……………………………… 59
7.4 Deskripsi Sesaat (Instantoneus Discription) Gerakan PDA 61
7.5 Latihan ……………………………………………………. 66

BAB VIII MESIN TURING ……………………….………………………… 67


8.1 Tujuan Instruksional ……………………………………………… 67
8.2 Keterbatasan FSA dan PDA ……………………………………… 67
8.3 Definisi Mesin Turing …………………… .......... ……………… 67
8.4 Deskripsi Sesaat untuk gerakan Mesin Turing …………………… 70
8.5 Mesin Turing sebagai Pengenal Bahasa ………………………… 71
8.5 Loop yang Terus Menerus pada Mesin Turing ……….. 73

8.6 Latihan ……………………………………………… 75

DAFTAR PUSTAKA ……… ........……………….………………………… 76


LAMPIRAN … ............................………………………………………… 77

iv
BAB I. Konsep Dasar Otomata & Bahasa Formal 1

BAB I
KONSEP DASAR OTOMATA DAN BAHASA FORMAL

1.3 Tujuan instruksional


Pada bab ini akan diuraiakan pengertian dan definisi dari otomata, bahasa,
bahasa formal dan bahasa natural. Hubungan dan analogi antara bahasa natural yang
umumnya telah lebih dahulu diketahui dengan konsep bahasa formal yang lebih
akhir dijumpai akan disajikan sebagai cara pemahaman yang lebih mudah.
Diharapkan setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan memahami konsep, urgensi
dan penerapan teori bahasa dalam kajian bidang informatika umumnya dan
khususnya dalam topik bahasa-bahasa pemrograman komputer.

1.4 Pengertian Otomata dan Bahasa Formal


Kata otomata merupakan bentuk jamak dari automaton. Kata ini berasal dari
bahasa Yunani automatos yang berarti self-acting. Dalam Kamus American-
Heritage kata ini diartikan sebagai
: ( 1) a robot
(2) one that behaves in automatic or mechanical fashion
Istilah ini sudah dikenal sejak abad 17 yang terkait dengan misalnya : jam mekanik,
mechanical-duck karya de Vaucanson (1738), mesin tenun otomatis (1745).
Dalam matematika istilah otomata terkait dengan teori mesin abstrak yang
antara lain dapat didefinisikan secara sederhana sebagai : "Automata adalah mesin
sekuensial otomatis yang menerima input dan mengeluarkan output yang keduanya
dalam bentuk diskreet". Beberapa sistem yang dapat dibuat model otomatanya
antara lain :
- mesin jaja
- mesin penukar uang
- model transmisi data
- kunci kombinasi
- parser
- compiler

1
BAB I. Konsep Dasar Otomata & Bahasa Formal 2

Sifat-sifat Otomata :
1. Kelakuan mesin otomata bergantung pada rangkaian input yang diterima mesin
tersebut.
2. Setiap saat berada pada status tertentu, dan dapat pindah ke status baru karena
perubahan input.

1.3 Hubungan Otomata dengan Bahasa Formal :


Hubungan otomata dengan bahasa formal dapat dilukiskan sebagai berikut :
- Rangkaian input diskreet pada mesin otomata dapat dianggap sebagai bahasa
yang harus dikenali oleh otomata.
- Mesin otomata dapat pula digunakan untuk membangkitkan bahasa tertentu yang
aturannya ditentukan oleh tatabahasa tertentu.
Dengan demikian dapat dilihat keterkaitan antara : mesin otomata, bahasa yang
dibangkitkan atau dikenali oleh mesin dan tata bahasa yang membangkitkan sebuah
bahasa.

1.4 Bahasa Natural dan Bahasa Formal :


Perlu disini dibatasi pengertian bahasa formal dengan bahasa sehari-hari.
Bahasa manusia sehari-hari (misalnya bahasa inggris) umumnya dinamakan sebagai
bahasa alami (natural language). Bahasa alami memiliki tata bahasa dan aturan
yang lebih luas dan luwes. Bahasa yang lebih kaku dengan aturan-aturan yang lebih
ketat (misalnya bahasa pemrograman komputer) dinamakan dengan bahasa formal
(formal language). Sehingga dengan demikian bahasa formal dapat lebih mudah
dipelajari dan dianalisis dari pada bahasa alami. Sebaliknya analisis dan
pengembangan riset tentang bahasa alami dapat dimulai dengan mempergunakan
bahasa formal sebagai langkah awalnya.
Ada dua hal penting yang terkait dengan bahasa formal, yaitu :
- Pembangkitan kalimat (generation) : Berkaitan dengan algoritma yang dapat
menghasilkan semua kalimat dalam bahasa tertentu yang dikaji berdasarkan
aturan yang dimiliki oleh bahasa tersebut. Aturan ini disebuat tata bahasa
(grammar). Penerapan konsep ini terjadi pada bahasa-bahasa pemrograman
visual seperti Visual Basic, Delphi, Visual C, Java Net Bean dan lain-lain yang
2
BAB I. Konsep Dasar Otomata & Bahasa Formal 3

mana programmer tidak menuliskan kode program tetapi kode tersebut


dibangkitkan ketika sebuah aktivitas dilakukan, misalnya ketika progammer
memasang Button pada sebuah Form maka nama variabel Button dan prosedur
aktifitas Button akan dibangkitkan sehingga progammer tinggal mengisikan kode
intinya saja.
- Pengenalan kalimat (recognition) : Pembuatan algoritma yang dapat
mengetahui apakah suatu string s (kalimat) termasuk anggota himpunan bahasa
L. Algoritma ini memeriksa keanggotaan s dalam bahasa L berdasarkan aturan
yang banyaknya terhingga. Penerapan ini terjadi pada saat sebuah kode program
sudah diparsing menjadi token-token dan proses kompilasi akan dilakukan maka
langkah pertama adalah pemeriksaan apakah token-token sudah berada dalam
sintak yang benar sesuai dengan aturan bahasa yang ada. Jika belum memenuhi
aturan bahasa maka proses kompilasi akan dihentikan, biasanya dengan
memberikan pesan “syntax error”.

1.5 Analogi Bahasa Natural dan Bahasa Formal :


Beberapa analogi bahasa formal dengan bahasa natural dapat digambarkan
antara lain sebagai berikut :
1. He sleeps, adalah sebuah kalimat bahasa inggris yang benar
2. He runs quickly, adalah juga kalimat yang benar
3. The Big rabbit hopes neatly, juga benar.
Sebuah kalimat dikatakan benar apabila ia memenuhi grammar yang ada dalam
suatu bahasa. Dalam bahasa inggris sebuah kalimat dikatakan benar jika memenuhi
grammar berikut :
SENTENCE (S) = NOUN-PHRASE (NP) + VERB-PHRASE (VP) NOUN-
PHRASE dapat berupa : NOUN atau PRONOUN atau ARTICLE + NOUN atau
ARTICLE+ADJECTIVE + NOUN.
VERB-PHRASE dapat berupa : VERB atau VERB + ADVERB.

Dengan notasi yang lebih singkat ditulis :


S = NP + VP
NP dapat berupa : N atau Pro atau Art + ADJ+N
3
BAB I. Konsep Dasar Otomata & Bahasa Formal 4

VP dapat berupa : V atau ADV


Dengan demikian penurunan kalimat He sleeps dapat digambarkan :

SENTENCE

NOUN VERB

He Sleeps
Gambar 1.1 Proses penurunan kalimat dari grammar : N+V

Penurunan kalimat He runs quickly dapat digambarkan (dengan notasi yang lebih
singkat):

NP VP

V ADV

He runs quickly
Gambar 1.2 Proses penurunan kalimat dari grammar : N+V+Adj

Dan penurunan kalimat ketiga adalah :

NP VP

Art ADJ N V ADV

The big rabbit runs neatly


Gambar 1.3 Proses penurunan kalimat dari grammar : Art+Adj+N+V+Adv
4
BAB I. Konsep Dasar Otomata & Bahasa Formal 5

Selanjutnya Grammar bahasa inggris tersebut dapat dituliskan sebagai himpunan


aturan-aturan produksi sebagai berikut :

S NP VP
  
NP Noun ; NP Pro ; NP Art ADJ Noun
 
VP V ; VP V ADV

N rabbit

Pro He
 
V runs ; V sleeps
 
ADV neatly ; ADV quickly

Suatu hasil yang secara grammar benar tetapi mungkin aneh dalam
kenyataannya adalah kalimat : The large mathematician sleeps quickly. Hal ini
cukup memberikan gambaran bahwa dalam bahasa natural ada hal-hal yang sulit
dirumuskan secara eksak diluar grammar. Sebuah kalimat yang benar secara
grammar belum tentu dalam realitasnya 'make sense'. Disinilah letak kesulitan
analisis bahasa natural.
Analogi yang digunakan dalam bahasa formal yang diambil dari bahasa
natural bahasa inggris diatas antara lain adalah : Ada sebuah simbol dalam abjad
yang didefinisikan sebagai S, atau start simbol, yang berfungsi seperti SENTENCE.
Dari simbol S inilah seluruh string dalam suatu bahasa dapat diturunkan.
Selanjutnya aturan produksi dalam grammar dapat dianalogikan sebagai rumusan
aturan tata bahasa tersebut. Aturan produksi dinamakan demikian karena aturan
tersebut diciptakan untuk memproduksi suatu kalimat atau “string”
Dalam bahasa formal persoalannya banyak disederhanakan. Suatu aturan
produksi dengan ketat harus diikuti untuk menurunkan string. Misalnya dimiliki
aturan produksi :
 
S Ab ; S

Bb A aa

B a
Maka dengan aturan tersebut dapat diturunkan suatu string : aab dan ab
 
String aab dengan penurunan : S Ab aab
5
BAB I. Konsep Dasar Otomata & Bahasa Formal 6

 
String ab dari jalur penurunan : S Bb ab
Proses penurunan string aab dan ab dapat digambarkan dalam diagram pohon
sebagai berikut :
S S

A b B b

a a a

Gambar 1.4 Penurunan string aab dan ab

1.6 Elemen Bahasa Formal :


Beberapa istilah yang perlu dicatat berkaitan dengan bahasa formal adalah sebagai
berikut :
Abjad (alphabet): Himpunan berhingga dari simbol-simbol yang dapat
disusun untuk membentuk suatu kalimat. Dalam konteks teori bahasa: kalimat,
string atau kata ketiganya digunakan merujuk kepada hal yang sama, yaitu rangkaian
simbol-simbol yang dapat disusun dengan menggunakan simbol yang diambil dari
himpunan abjad. Himpunan abjad biasa dinotasikan dengan simbol .

Bahasa (Language): Himpunan seluruh string yang dapat dibangkitkan dari


sebuah tatabahasa (grammar) G. Bahasa yang dibangkitkan oleh tata bahasa G biasa
dinotasikan dengan L(G) atau L saja. Himpunan ini dapat berhingga atau tak
berhingga.
Aturan produksi (production rule : Adalah himpunan berhingga dari
aturan-aturan penataan simbol dalam pembentukan sebuah string. Dengan aturan ini
kita mem-produksi sebuah string , anggota suatu bahasa. Himpunan aturan produksi
biasa disimbolkan sebagai P.

6
BAB I. Konsep Dasar Otomata & Bahasa Formal 7

1.7 Latihan

1. Jelaskan apa pengertian otomata dan berikanlah contoh-contoh otomata


dalam kehidupan sehari-hari?
2. Jelaskan perbedaan prinsip bahasa natural dengan bahasa formal !
3. Apa yang dimaksud dengan penurunan string, dalam pengertian bahasa
natural dan pengertian bahasa formal?
4. Dalam tata bahasa formal dikenal istilah Non terminal, apa analoginya istilah
non terminal ini dalam bahasa natural?
5. Apa bedanya string dalam bahasa formal dengan kalimat dalam bahasa
natural?

7
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 8

BAB II
KELAS-KELAS BAHASA DAN MESIN PENGENALNYA

2.1 Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
definisi secara formal tentang tata bahasa, bahasa dan kelas-kelas bahasa dengan
pendekatan teori himpunan. Mahasiswa juga akan memahami operasi-operasi dasar
yang dapat dilakukan pada bahasa dan juga mengenali dan memahami kelas-kelas
bahasa berdasarkan karakteristik tata bahasanya. Secara umum juga diharapkan
memahami jenis-jenis otomata yang mengenali bahasa dari berbagai kelas bahasa
tersebut.

2.2 Tata Bahasa dan Bahasa


Dalam bab I telah disinggung secara singkat tentang perbedaan bahasa
natural dengan bahasa formal. Pada kajian selanjutnya yang dimaksud dengan
bahasa dalam pembahasan tulisan ini adalah bahasa formal.
Telah dijelaskan bahwa bahasa tidak lebih dari himpunan, yang dapat
berhingga atau tak hingga dari string-string yang diproduksi dengan aturan-aturan
yang disebut dengan tata bahasa. Berikut ini didefinisikan secara lebih konkrit apa
itu tata bahasa dan bahasa.
Definisi 1 : Tata bahasa (grammar) G didefinisikan sebagai tuple-4 G(  , N , S,
P)
Dimana :

 : Himpunan berhingga dari simbol-simbol abjad / alphabet / vocabulary. Simbol-


simbol elemen  dan rangkaian simbol-simbol yang terdiri dari elemen 
dinamakan juga dengan simbol terminal. Simbol terminal dilambangkan
dengan huruf kecil : a,b,c atau abjad 0,1,2.
N : Himpunan berhingga dari simbol-simbol yang disebut sebagai simbol Non
Terminal, yaitu simbol-simbol yang dapat digantikan oleh simbol lain. Dalam
bahasa natural simbol non terminal misalnya : S, NP , VP, ADJ dan lain-lain.
Sedangkan dalam bahasa formal simbol non terminal dilambangkan dengan
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 9

abjad huruf besar, dan cukup SATU HURUF BESAR saja, misalnya : A, B,
atau C.
S : Sebuah simbol yang dinamakan simbol awal (start symbol). Simbol S
merupakan awal penurunan seluruh string anggota bahasa yang dibangkitkan
oleh tata bahasa G tersebut.
P : Himpunan berhingga aturan-aturan produksi. Aturan produksi merupakan

ekspresi yang dapat dituliskan sebagai   , dengan  dan  masing-masing
adalah string (rangkaian simbol-simbol) yang dapat terdiri dari simbol terminal

dan atau simbol non terminal, misalnya : A Ba
8
Catatan : Penulisan grammar dibeberapa buku ditulis sebagai G ( V, T,S,P), dengan
V adalah himpunan Vocabulary, atau himpunan seluruh simbol yang ada (baik
simbol terminal maupun non terminal). Sehingga dalam hal ini V terdiri dari S
(start simbol), N (Non terminal simbol) dan T (Terminal simbol), atau dapat di
tulis : V = T  N

Operasi-operasi string suatu tata bahasa


Operasi Concatenation :
Pada prinsipnya teori bahasa akan selalu menggunakan sebuah operasi
penggabungan (concatenation), karena pada hakekatnya string/kata/kalimat adalah
penggabungan dari simbol-simbol. Kata adalah penggabungan huruf. Kalimat adalah
penggabungan kata-kata. Tetapi sekali lagi perlu dicatat bahwa dalam bahasa
formal, string, kata (word) atau kalimat (sentence) semuanya dianggap sama, yaitu
:"rangkaian simbol-simbol", disebut sebagai STRING atau UNTAI.
Selanjutnya operasi penggabungan didefinisikan sebagai :
 =  +  = string  digandengkan (dirangkaikan) dengan string 
 adalah rangkaian simbo-simbol dan  juga rangkaian simbol-simbol, yang
sekali lagi dapat berupa simbol non terminal atau terminal.
Contoh 2.1 :
 = ABab 

 = BBa 
maka  = ABabBBa
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 10

dan  = BBaABab

Perlu diingat bahwa operasi penggabungan tidak bersifat komutatif , artinya  
, kecuali jika =

Panjang string :
Panjang string  dimaksudkan sebagai banyaknya simbol dalam string .
Panjang string dilambangkan sebagai || .
Contoh :  = ABc maka || = 3
 = abc maka || = 3

Panjang string tidak memperhatikan apakah simbol tersebut terminal atau non
terminal, setiap simbol dihitung memiliki panjang satu .

Empty String () atau (  ) :

Suatu string khusus yang panjangnya nol, atau string yang terdiri dari "tak
satupun simbol" disebut sebagai string kosong (empty string) yang dilambangkan
dengan  (baca : epsilon) atau  (baca: lambda).
String kosong memiliki sifat penggandengan sebagai :

==

Penutup (Closure) :
Jika dimiliki himpunan A, maka Cleene-closure dari A, dinotasikan dengan A*
didefinsikan sebagai :
0 1 2 
A* = A  A  A  … A
n
Dengan notasi A (baca: A pangkat n) didefinisikan sebagai concatenation
(gandengan) : AAA …A sebanyak n kali, atau A di gandengkan dengan A sebanyak
n kali.
Definisi lebih formal dapat ditulis secara rekursif
n n-1
sebagai: A = A A

An-1 = A An-2
An-2 = A An-3
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 11

0
A=AA
0
A =
Contoh 2.2 :

Jika A = {0} maka A* = { , 0, 00, 000, 0000, …}

Jika B = {0,1} maka B* = { , 0, 1, 00, 01, 10, 11, 000, 001, …}


0 1 2
B* diperoleh dari : B*={ B  B  B 
0
…} Dimana : B = {  }
1
B = B = {0,1}
2
B = BB = {0,1}{0,1} = {00, 01, 10, 11}
3 2
B = BB = {0,1} {00, 01, 10, 11} = { 000,001, 010,011,
100,101,110,111} dst
Dengan demikian perlu dicermati secara hati-hati bahwa
: {0,1}* tidak sama dengan {01}*, karena :

{0,1}* = { , 0, 1, 00, 01, 10, 11, 000, 001, …} sedangkan

{01}* = { , 01, 0101, 010101, …}

Positive Closure :
Selain Cleene-Closure, atas himpunan A juga dapat didefinisikan suatu
+
closure yang disebut sebagai positive-closure (A ), yang didefinisikan sebagai :
1 2 
A+ = A  A  … A
Dengan demikian dapat ditulis pula bahwa :
+ +
A* = A   atau A = A* - 

Bahasa yang dibangkitkan oleh grammar G.


Definisi 2 : Bahasa yang dibangkitkan oleh tata bahasa G adalah himpunan seluruh
string yang dapat dibangkitkan oleh grammar G, dapat ditulis sebagai L(G):

L(G) = { w * | S w}
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 12

Dengan simbol S w
dibaca : seluruh rangkaian string w yang dapat diturunkan dari S dengan sembarang
produksi dalam P dan sembarang penurunan. String w adalah hanya terdiri dari
simbol-simbol terminal saja atau empty string.

Contoh 2.3:
Dimiliki suatu tata-bahasa G(  , N , S, P) dengan :
    
 ={ a,b } N = { A, B} dan P ={ S Aa ; S AB ; A aa; B b; B }
tentukan bahasa yang dibangkitkan oleh grammar G di atas.

Jawab : Bahasa yang dibangkitkan adalah L(G) = { aaa, aab, aa}


aaa , aab dan aa masing-masing diperoleh dari pohon penurunan :

S S S
Aa A B A B
aa aa b aa 
Gambar 2.1 Penurunan string aaa, aab dan aa

Atau penulisan yang lebih singkat dari proses penurunan adalah :


 
Untuk aaa : S Aa aaa
  
aab diperoleh dari penurunan : S AB aaB aab
   
aa diperoleh dari penurunan : S AB aaB aa aa

2.3 Hierarchi Tata Bahasa


Menurut Noam Chomsky (1950), Tata-bahasa formal dapat dikelompokkan
menjadi 4 tingkatan (hierarchi), biasa disebut hierarchi tata-bahasa menurut
Chomsky. Pengelompokan tata-bahasa menurut Chomsky ini ditentukan oleh aturan
produksi yang dimiliki oleh grammar, yaitu tata-bahasa Tipe-0, Tipe-1, Tipe-2 dan
Tipe-3.
Andaikan aturan produksi dalam suatu grammar G dituliskan sebagai :
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 13


 
dengan masing-masing  dan  adalah string-string yang dapat terdiri dari
simbol Non terminal atau pun simbol terminal, atau :  ,  ( N)*
maka masing-masing kelas tata-bahasa dibatasi sebagai berikut:

Tata-bahasa Tipe 0 (Non-restricted Grammar):


Tata-bahasa tipe-0, atau biasa disebut sebagai non-restricted grammar adalah tata-
bahasa yang paling luas, juga biasa disebut PHRASE STRUCTURED GRAMMAR.

Tata-bahasa Tipe-0 adalah tata-bahasa yang memiliki aturan produksi :  
dengan batasan :
 : minimal terdiri dari 1 simbol Non terminal , atau  {( N)* N ( N)*}
 : tidak dibatasi, atau :  {( N)*
Contoh 2.4. :

Dimiliki grammar G( ,N ,S , P) dengan  = { a, b } , N={ A, B , S}


    
dan P = { S ABa, A BB, B ab, AB ab, BBB aa}. Perlihatkan
bahwa string : abababa dan aaa adalah string-string yang diproduk oleh
grammar tersebut.
Jawab :
Jika dicermati produksi yang ada , terlihat bahwa seluruh
produksi yang ada memenuhi syarat grammar tipe-0, yaitu string
kiri dalam aturan produksi minimal terdiri SATU non terminal.

Penurunan abababa , ditempuh dari proses penurunan :


   
S ABa BBBa ababBa abababa
Penurunan string aaa ditempuh dengan penurunan berikut:
  
S ABa BBBa aaa

Tata-bahasa Tipe 1 (Context Sensitive Grammar):



Tata-bahasa tipe-1, adalah tata-bahasa tipe-0 yang memiliki aturan produksi : 
 dengan tambahan batasan :

|  | < |  | jika tidak dalam bentuk S 
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 14

yaitu panjang string  lebih kecil atau sama dengan panjang string 
Contoh 2.5. :

Dimiliki grammar G( ,N ,S , P) dengan  = { a, b } , N={ A, B , S}


     
dan P = { S ABa, A BB, B ab, AB AAA , A aa , A }
Apakah tatabahasa ini termasuk dalam tipe-1? Bandingkan dengan
tatabahasaa contoh 2.4, apakah termasuk tipe -1? Tunjukkan
bahwa string a termasuk anggota bahasa.

Jawab :
Grammar contoh 2.5 memenuhi tata bahasa tipe-0 dan tipe satu .
Sedangkan tatabahasa pada contoh 2.4 hanya memenuhi tipe-0 dan

tidak memenuhi tipe-1, karena ada aturan produksi : BBB aa pada
contoh 2.4.
Penurunan string "a" ditempuh dengan :
   
S ABa AAAa a a

Tata-bahasa Tipe 2 (Context -Free Grammar):



Tata-bahasa tipe-2, adalah tata-bahasa tipe-1 yang memiliki aturan produksi : 
 dengan tambahan batasan :
 : HANYA terdiri dari 1 simbol Non terminal saja, atau  N
 : tidak dibatasi, atau :  {( N)*

Contoh 2.6.:
Tunjukkan bahwa contoh 2.5. adalah tidak termasuk pada grammar tipe
2.
Jawab:
Jika diperhatika aturan produksi pada contoh 2.5 :
     
S ABa, A BB, B ab, AB AAA , A aa , A 
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 15


Ada aturan : AB AAA ; yaitu aturan produksi dimana ruas kiri (AB)
memiliki panjang lebih dari 1. Ini melanggar aturan untuk grammar tipe-
2, dengan demikian tidak termasuk grammar tipe-2.

Tata-bahasa Tipe 3 ( Regular Grammar):



Tata-bahasa tipe-3, adalah tata-bahasa tipe-2 yang memiliki aturan produksi : 
 dengan tambahan batasan :
 : HANYA terdiri dari 1 simbol Non terminal saja, atau  N

 : dalam bentuk salah satu diantara : a, aB, atau 


dimana a adalah simbol terminal dan B adalah simbol Non terminal.
Tata bahasa tipe-3 (regular) merupakan tata bahasa yang paling ketat (paling banyak
aturan) dari hierarkhi tata bahasa yang ada. Secara diagram keempat tata bahasa
dapat digambarkan sebagai berikut :

0 = Tipe-0
1 = Tipe-1
2 = Tipe-2
3 = Tipe-3

Gambar 2.2 Hierarkhi Tata Bahasa (Grammar) menurut Noam Chomsky

Contoh 2.7 :

Dimiliki grammar G( ,N ,S , P) dengan  = { a, b } , N={ A, B , S} dan


    
P = { S aA, A aA, A B, B bB, B  }. Tentukan bahasa yang
dibangkitkan oleh tata bahasa regular berikut.
Jawab :
   
Penurunan : S aA aB a a menghasilkan string : a
     
Penurunan : S aA aaA aaaA … aaaa..aa B aaa..a aaa..aa
Hasilnya : aaaa..aa
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 16

   
Penurunan : S aA aaA aaaA … aaaa..aa B
 
aaa..abB aaa..aab
Hasilnya : aaa..aab
   
Penurunan : S aA aaA aaaA … aaaa..aa B
  
aaa..abB aaa..aabbB
 
aaa..aabb…bB aaa..aabb…b aaa..aabb…b
Hasilnya : aaa..aabbb..b
Bahasa yang dibangkitkan adalah "sederatan a dengan jumlah minimal SATU buah
diikuti sederetan b dengan jumlah minimal NOL buah" atau dapat dituliskan
sebagai:
L(G)={aa*b*}
0 1 2 
Dimana a*={a  a  a …  a }

b*={b0  b1  b2 …  b }

2.4 Mesin Pengenal Bahasa

Beberapa tingkatan tata bahasa melahirkan beberapa tingkatan bahasa. Tata bahasa
regular membangkitkan bahasa regular, tata bahasa bebas konteks membangkitkan
bahasa bebas konteks dan seterusnya. Mesin abstract yang merupakan pengenal dari
berbagai tingkatan bahasa tersebut dimulai dari yang paling sederhana adalah :

1. Bahasa regular , mesin pengenalnya : Finite State Automata


2. Bahasa bebas konteks, mesin pengenalnya Push Down Automata
3. Bahasa konteks sensitive, mesin pengenalnya Linear Bounded Automata
4. Bahasa unsrestricted mesin pengenalnya adalah Mesin Turing

Pembahsan menganai mesin-mesin abstract pengenal suatu bahasa akan dibahas


dalam bab-bab selanjutnya.
BAB II. Kelas-kelas Bahasa dan Mesin Pengenalnya 17

2.5 Latihan
1. Jika dimiliki suatu tata-bahasa G(  , N , S, P) dengan  ={ a,b } N = { A, B}
    
dan P ={ S Aa ; S AB ; A aa; B bB; B  }, tentukan bahasa yang
dibangkitkan oleh grammar G di atas.
2. Dimiliki grammar G( ,N ,S , P) dengan  = { a, b } , N={ A, B , S} dan P = {
    
S ABa, A BB, B ab, AB ab, BBB aa}. Perlihatkan bahwa string : aba
dan abababa adalah string-string yang diproduk oleh grammar tersebut.
3. Dimiliki grammar G( ,N ,S , P) dengan  = { a, b } , N={ A, B , S} dan P = {
     
S ABC, A BB, B Bab, B  , C aa , A  }. Termasuk tipe apakah tata
bahasa tersebut? Apakah alasannya?
4. Dimiliki grammar G( ,N ,S , P) dengan  = { a, , c } , N={ A, B ,C, S} dan P =

      
{ S ABC, A aA, A B, B bB, B C, C cC, C  }. Tentukan bahasa
yang dibangkitkan oleh tata bahasa tersebut.
5. Dimiliki grammar G( ,N ,S , P) dengan  = { a, b, c } , N={ A, B , C, S} dan P

      
= { S ABC, A aA, A , B bB, B , C cC, C  }. Tentukan bahasa
yang dibangkitkan oleh tata bahasa tersebut. Apakah perbedaan bahasa yang
dibangkitkan dengan tata bahasa nomor 4? Jelaskan alasannya
6. Tentukan tata bahasa yang mengenali bahasa-bahasa berikut ini :
a) L = { (abc)n | n > 0 }
b) L = { (ab)n c| n > 0 }
c) L = { an bmck | n,m,k > 0 }
7. Tentukan tata bahasa yang mengenali bahasa-bahasa berikut ini :
a) L = { 1*0* }
b) L = { 10* }
c) L = { 1*0 }
d) L = (1,0)*
8. Tentukan tata bahasa yang mengenali bahasa-bahasa berikut ini :
a) L = { a*aa, b*a }
b) L = { a*bbbb* }
c) L = { abcd }
BAB III. Ekspresi Regular dan Kelas Bahasa Regular 18

BAB III
EKSPRESI REGULAR DAN KELAS BAHASA REGULAR

3.1 Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
pengertian ekspresi regular, kaidah-kaidah ekspresi regular dan operasi-operasi yang
dapat dikerjakan pada eksprfesi regular. Setelah pemahaman ekspresi regular dapat
dikuasai selanjutnya dapat mengaitkan ekspresi regular dengan bahasa regular dan
selanjutnya dengan tata bahasa regular. Diharapkan pula penguasaan hubungan
timbal balik antara bahasa dan tata bahasa sedemikian sehingga jika dimiliki suatu
bahasa akan dapat ditetapkan tata bahasanya dan sebaliknya jika dimiliki tata bahasa
akan dapat ditetapkan bahasanya.

3.2 Ekspresi Regular

Sebelum memasuki bahasan tentang ekspresi regular dan bahasa regular, dapat
dinyatakan suatu kenyataan berikut. Jika  adalah suatu himpunan abjad (yang tentu
saja jumlahnya terhingga), maka :

1. * = himpunan seluruh string yang dapat disusun dari abjad dalam  (seperti
yang telah disampaikan dalam bab II) adalah berjumlah TAK HINGGA
(countably inifinite).
2. Kumpulan dari semua bahasa yang dapat dibangkitkan dari abjad dalam 
berjumlah tak terhitung (uncountably)
Selanjutnya ekspresi regular dapat didefinisikan secara rekursif dari definisi-definisi
berikut :

Definisi Ekspresi Regular :


1.  = {} = (himpunan kosong) adalah sebuah ekspresi regular

2. { } =string kosong adalah ekspresi regular


3. Untuk setiap a  , maka a adalah ekspresi regular

4. Jika a dan b adalah ekspresi regular maka ab , ab dan a* adalah ekspresi
regular.
BAB III. Ekspresi Regular dan Kelas Bahasa Regular 19

Selanjutnya untuk menghindari kebingungan perlu dibedakan dengan jelas


antara  yang melambangkan himpunan kosong, atau tidak punya anggota,
sedangkan { } adalah himpunan yang memiliki satu anggota , yaitu string kosong.

Notasi ab , ab dan a* adalah penyederhanaan notasi yang diperoleh dari notasi asli
sebagai berikut : Jika dimiliki himpunan A,B sebagai himpunan berikut :

Ekspresi ab maksudnya :


A={a} dan B={b}

AB = gabungan/union antara himpunan A dengan himpunan B =


{a,b} Ini dinotasikan secara singkat sebagai : ab
Ekspresi ab maksudnya : 14
A={a} dan B={b}
AB = CONCATENATION antara himpunan A dengan himpunan B =
{ab} Ini dinotasikan secara singkat sebagai : ab

Ekspresi a* maksudnya :
A={a}
A* = CLEENE closure dari himpunan A, seperti yang telah didefinisikan
0 1 2 
dalam bab II : A  A  A  … A , yang menghasilkan suatu
himpunan : {  , a, aa, aaa, aaaa, ….}, dinotasikan sebagai a*

Dari definisi tentang ekspresi regular selanjutnya dapat dituliskan beberapa akibat
logis, berdasarkan aturan-aturan dalam teori himpunan, sebagai berikut :
Jika a,b,c adalah ekspresi regular dalam 
1. ab = ba
2. a = a
3. aa = a
4. (ab) c = a(bc)
5. a = a = a
6. a = a = 
7. (ab)c=a(bc)
BAB III. Ekspresi Regular dan Kelas Bahasa Regular 20

8. a(bc)=abac = dan (ab)c = acbc


9. a* = a** = a*a* = (a)*=a*(a) = (a)a* =  aa*
10. aa*= a*a

Contoh 3.1:
Ekspresikan dalam bentuk ekspresi reguler kalimat-kalimat berikut :
1. Sederatan NOL minimal nol buah
2. Sederatan NOL minimal satu buah
3. Sederetan NOL minimal satu buah diikuti sederetan SATU sebanyak satu buah
atau lebih
4. Sederetan bit NOL dan SATU sembarang yang diawali dengan NOL dan
diakhiri dengan SATU
5. Sederetan SATU dengan jumlah GENAP
6. Sederetan NOL dengan jumlah GENAP diikuti sederetan SATU dengan jumlah
GANJIL

Jawab :
1. Ekspresinya : 0*
2. Ekspresinya : 00*
3. Ekspresinya : 00*11*
4. Ekspresinya : 0(0,1)*1 atau ditulis : 0(01)*1
5. Ekspresinya : 11(11)*
6. Ekspresinya : 00(00)*1(11)*

Contoh 3.2:
String apakah ekspresi-ekspresi regular berikut :
1. Ekspresi : (1,0)*
2. Ekspresi : (10)*
3. Ekspresi : (0,1)*1*
4. Ekspresi : (00)*(11)*
5. Ekspresi : (11)* (00)*
BAB III. Ekspresi Regular dan Kelas Bahasa Regular 21

Jawab :
1. Sederetan bit NOL dan SATU dengan jumlah sembarang dan susunan
sembarang
2. Sederetan 10 berulang-ulang dengan jumlah ulangan nol atau lebih
3. Sederetan bit NOL dan SATU dengan jumlah sembarang urutan sembarang
diikuti dengan deretan bit SATU dengan jumlah nol atau lebih
4. Deretan NOL kosong atau Genap diikuti deretan SATU kosong atau genap
5. String kosong atau berisi bit NOL genap atau bit SATU genap dengan posisi
sembarang

3.3 Tata-Bahasa Regular


Seperti telah dituliskan dalam bab sebelumnya, bahasa regular merupakan
kelas bahasa yang dibangkitkan oleh tata bahasa regular. Tata bahasa ini memiliki

aturan produksi   dengan batasan :

 : HANYA terdiri dari 1 simbol Non terminal saja, atau  N

 : dalam bentuk salah satu diantara : a, aB, atau 

Contoh 3.3:
Tentukan bahasa yang dihasilkan oleh tata bahasa regular berikut
: G(, N, S, P) ; dimana  ={ a,b } N = { A, B} dan

      
P ={ S aS ; S aB ; S A;B b; B bB; B ;A a}

Jawab :
Untuk menurunkan bahasa dari suatu grammar yang diketahui, maka seluruh
kemungkinan penurunan yang dapat dilakukan oleh grammar tersebut harus
dilakukan. String-string yang dihasilkan dihimpun membentuk suatu bahasa dari
grammar tersebut. Untuk mempermudah pelacakan, tetapkan cacah aturan produksi
yang ada , dalam grammar tersebut ada 7 aturan produksi, yaitu :

1. S aS ;

2. S aB ;
BAB III. Ekspresi Regular dan Kelas Bahasa Regular 22


3. S A;

4. B b;

5. B bB;

6. B  ;

7. A a

Kemungkinan 1 : aturan (1,1,1,…)(2)(4) aa*ab

Kemungkinan 2 : aturan (1,1,1,…)(2)(6) aa*a

Kemungkinan 3 : aturan (1,1,1,…)(2)(5,5,5,…)(4) aa*abb*b

Kemungkinan 4 : aturan (1,1,1,…)(2)(5,5,5,…)(6) aa*abb*

Kemungkinan 5 : aturan (1,1,1,…)(3)(7) aa*a
Setelah kemungkinan penurunan seluruhnya dievaluasi selanjutnya hasil evaluasi
yang mungkin sama digabung :
- Kemungkinan 2 dengan kemungkinan 5 adalah sama
- Kemungkinan 1 adalah kemungkinan 2 digandeng dengan b
- Kemungkinan 3 adalah kemungkinan 4 digandeng dengan
b Dengan demikian bahasa yang dihasilkan adalah :
L(G) = { aa*a  aa*ab  aa*abb*  aa*abb*b}
= { aa*a  aa*abb*)(  b)

3.4 Pengenal Bahasa Regular


Pengenal pada bahasa regular adalah mesin abstrak yang disebut dengan
otomata berhingga (Finite State Automata , biasa disingkat FSA). Secara mendetail
akan di bahas pada bab selanjutnya.
BAB III. Ekspresi Regular dan Kelas Bahasa Regular 23

3.5 Latihan
1. Tuliskanlah notasi untuk ekspresi regular-ekspresi regular di bawah ini :
a) Sederetan a dengan panjang minimal 1
b) Sederatan a dengan panjang minimal nol dan diakhiri dengan b
c) a atau b dengan panjang minimal nol
d) Sederetan ab dengan panjang minimal nol
2. Bagaimanakah mengungkapkan kalimat untuk ekspresi regular berikut
a) {a,b}
b) {ab}
c) {ab*}
d) {a*b}
e) {a*,b}
f) {a,b*}
g) {a*b*}
h) {a*,b*}
3. Tentukan bahasa yang dihasilkan oleh tata bahasa regular berikut :
G(, N, S, P) ; dimana  ={ a,b } N = { A, B} dan jika aturan produksi
masing-masing bahasa adalah sebagai berikut :
 
a) P ={ S aS ; S  }
 
b) P ={ S aS ; S a}
   
c) P ={ S aS ; S B;B bB; B b}
    
d) P ={ S aS ; S ;S B;B bB; B }
   
e) P ={ S aS ; S B ; B bB; B  }
4. Tentukan bahasa yang dihasilkan oleh tata bahasa regular berikut :

G(, N, S, P) ; dimana  ={ a,b,c } N = { A, B, C} dan jika aturan produksi


masing-masing bahasa adalah sebagai berikut :
      
a) P ={ S aA ; A aA; A bB; B bB; B cC; C cC; C }
       
b) P ={ S aA ; A aA; A bB; B bB; B cC; C cC; C ; B  }
    
c) P ={ S aA ; A bB; B cC; C cC; C }
   
d) P ={ S aA ; A bB; B cC; C }
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 24

BAB IV
FINITE STATE MACHINE (FSM) DAN
FINITE STATE AUTOMATA (FSA)

Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep
Finite State Machine (FSM) dan Finite State Automata (FSA) sebagai suatu konsep
abstrak matematis yang menggambarkan perilaku suatu mesin logik yang
menggambarkan cara kerja dari suatu mesin fisik, suatu program, algoritma atau
konsepsi pemecahan masalah. Dalam konteks teori bahasa, mesin FSA dapat
diterapkan untuk mengenali suatu string yang berasal dari bahasa regular yang
dibangkitkan dari suatu grammar regular. Dengan demikian ada hubungan timbal
balik antara bahasa regular dan FSA, yaitu jika dimiliki bahasa rtegular pasti dapat
dikonstruksi suatu mesin FSA, dan sebaliknya jika dimiliki suatu FSA pasti dapat
diturunkan suatu bahasa yang akan dikenali oleh mesin tersebut.

Finite State Machine (Mesin keadaan terbatas)


Finite State Machine adalah suatu mesin abstrak yang diwakili oleh
sekumpulan keadaan, sekumpulan masukan, sekumpulan aturan transisi
(perpindahan kedudukan mesin) dan (mungkin) sekumpulan keluaran.
Contoh dari mesin seperti ini adalah :
- Mesin Jaja (Vending Machine)
- Pintu otomatis
- Telepon Umum

Contoh 4.1. FSM Dengan Output : Mesin Jaja (Vending Machine) :


Misalkan dimiliki sebuah mesin jaja yang dapat mengeluarkan dua macam
keluaran yaitu Juss Jeruk dan Juss Apel. Mesin ini memiliki kedudukan sebanyak 7
(misalkan dicatat sebagai : S0, S1, S2,…, S6). Mesin ini dapat menerima masukan
uang pecahan yang dapat berupa 5-an, 10-an dan 25-an. Mesin ini selain dapat
menerima masukan uang pecah juga disediakan dua tombol kuning (K) dan merah
(M). Jika mesin dalam kedudukan S6, maka jika ditekan ditekan K akan keluar Juss
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 25

Jeruk dan jika ditekan R akan keluar Juss Apel. Tabel transisi kedudukan dari mesin
ini dapat disajikan seperti tabel 4.1.
Penggunaan tabel 4.1 sebagai fungsi transisi dari mesin Jaja dapat dipahami dalam
beberapa contoh, misalnya :
- Pada saat awal mesin selalu dalam state S0
- Jika pada state S0 menerima masukan 5-an maka akan pindah ke-state S1
- Jika pada state S0 menerima masukan 10-an maka akan pindah ke-state S2
- Jika pada state S0 menerima masukan 25-an maka akan pindah ke-state S5
- Jika pada state S1 menerima masukan 5-an maka akan pindah ke-state S2
- Jika pada state S1 menerima masukan 25-an maka akan pindah ke-state S6
Output mesin jaja diperoleh jika mesin dalam state-S6, yaitu :
- Jika pada state S6 menerima masukan K maka akan pindah ke-state S0 dan
menghasilkan OUTPUT JJ= yaitu keluar Juss Jeruk
- Jika pada state S6 menerima masukan R maka akan pindah ke-state S0 dan
menghasilkan OUTPUT JA= yaitu keluar Juss Apel

Tabel 4.1. Fungsi Transisi Untuk Mesin Jaja


Tabel transisi kedudukan mesin
State Next State Output
Input Input
5-an 10-an 25-an K M 5-an 10-an 25-an K M
S0 S1 S2 S5 S0 S0 n n n n n
S1 S2 S3 S6 S1 S1 n n n n n
S2 S3 S4 S6 S2 S2 n n 5 n n
S3 S4 S5 S6 S3 S3 n n 10 n n
S4 S5 S6 S6 S4 S4 n n 15 n n
S5 S6 S6 S6 S5 S5 n 5 20 n n
S6 S6 S6 S6 S0 S0 5 10 25 JJ JA
Keterangan : n = tidak ada keluaran
K=tombol Kuning ditekan
M=tombol Merah ditekan
JJ/JA = mesin mengeluarkan Juss Jeruk / Juss Apel
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 26

Mesin jaja tersebut hanya bisa menerima uang receh maksimum 30. Isi mesin adalah
30 ditunjukkan dengan keadaan S6. Pada kondisi S6 ini mesin berharap menerima
masukan pencet tombol K atau R, bukan menerima masukan uang lagi. Ini nampak
jika dalam state tertentu dimasukkan uang receh sehingga nilai uang dalam mesin
jaja diatas 30 maka akan dikeluarkan kembaliannya. Misalnya :
- Jika pada state S6 menerima masukan 5-an maka akan TETAP pada state
S6 dan menghasilkan OUTPUT (kembalian) 5-an
- Jika pada state S2 menerima masukan 25-an maka akan PINDAH menuju
state S6 dan menghasilkan OUTPUT (kembalian) 5-an

Finite State Automata (FSA)


Finite State Machine dapat berupa suatu mesin yang tidak memiliki output.
Finite State Machine yang tidak mengeluarkan output ini dikenal sebagai FINITE
STATE AUTOMATA (FSA). Pada FSA mesin mula-mula dalam state S0 dan
menerima sederatan masukan yang dapat mengubahnya ke state-state berikutnya.
Dalam FSA juga dikenal himpunan state-state tertentu yang disebut sabagai FINAL
STATE. Perubahan dari satu state ke state berikutnya mengikuti sturan tertentu yang
dirumuskan sebagai suatu FUNGSI transisi .

Secara formal FSA dapat didefinisikan sebagai TUPLE-5 : Kumpulan dari 5


himpunan, atau dinotasikan sebagai :
FSA adalah M = ( S, ,  , S0 dan
F) Dimana :
S = himpunan terhingga dari state-state
 = himpunan terhingga dari simbol-simbol masukan pada mesin

 = fungsi transisi yang mengatur gerakan


mesin S0=State AWAL
F = himpunan state-state FINAL

Perilaku Finite State Automata diekspresikan dalam bentuk tabel transisi atau dalam
bentuk diagram transisi.
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 27

Contoh 4.2
Buatlah diagram transisi dari FSA yang didefinisikan sebagai
: M = ( S, ,  , S0 dan F) dimana :
S={S0 , S1 , S2 , S3
}  ={ 0,1 }
F={ S0 , S3 }
Dengan fungsi transisi  ada pada tabel transisi adalah sebagi
berikut:

Tabel 4.2.
Tabel transisi
State 
Input
0 1
S0 S0 S1
S1 S0 S2
S2 S0 S0
S3 S2 S1

Jawab : Diagram transisi dari FSA tersebut dapat digambarkan sebagai :

0 S1
1 1
0
Start
1
S0 S3

1,0 0
S2

Gambar 4.1. Diagram transisi

Cara kerja FSA :


- Mula-mula dalam state S0
- Jika dari S0 menerima 1 : akan ke State-S1
- Jika dari S0 menerima 11 : akan ke State-S1 lalu ke S2
- Jika dari S0 menerima 0 : akan tetap di State-S0
- Jika dari S0 menerima 10 : akan tetap kembali lagi State-S0
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 28

- Jika dari S0 berturut-turut menerima masukan : 111, maka ia akan


kembali ke-S0

4.4 FSA Sebagai Pengenal String


Mesin FSA tersebut jika menerima masukan sederetan simbol masukan dari
simbol-simbol yang diijinkan maka akan menuju suatu state tertentu. Jika state akhir
yang ditempuh setelah suatu FSA menerima sederetan simbol adalah state FINAL,
maka deretan simbol (string) tersebut dikatakan DIKENALI oleh FSA, atau dengan
kata lain FSA mengenali string tersebut.
Untuk FSA diatas string-string yang dikenali adalah antara lain
:0
00..0 atau 0*
10 010

010010
100*
110
111
Kumpulan seluruh string yang dikenali oleh FSA merupakan suatu BAHASA yang
dikenali oleh FSA tersebut. Jika dimiliki FSA M maka bahasa yang dikenali oleh
FSA di notasikan sebagai :
L(M) = { x | x semua string yang mengantar M dari S0 ke (Si  F)
} Untuk mesin FSA diatas :
L(M) = { 0* , 0*(10)0* , 0*(110,111)0* }

Contoh 4.3. : Tentukan bahasa L(M) yang dikenali oleh Mesin M berikut ini :
0
start 0,1 1 1
S0 S1 S2 S3
0

Gambar 4.2
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 29

Jawab : Dari diagram terlihat bahwa final-state adalah S3. Pergerakan state yang
  
mengantar ke final-state adalah S0 S1 S2 S3 yakni string : 011 atau
string 111 yang dapat ditulis sebagai (0,1)11.
 
Pergerakan yang lain adalah dari S0 langsung ke S2 yaitu : S0 S2 S3
yang dilakukan melalui string : 01
Setelah berada pada final state masih ada pergerakan yang bersifat
rekursif pada S3 yaitu apabila diberikan masukan 0,00,000,… atau : 0*.
Dengan demikian jika seluruh string tersebut digabungkan akan menjadi
: (0,1)110*  010*, sehingga bahasa yang dikenali adalah :
L(M)= { (0,1)110*  010* } = { ((0,1)11  01)0* }

4.5 Deterministik Dan Non Deterministik FSA

FSA dapat dikelompokkan menjadi Deterministik FSA (DFA) dan Non


deterministik FSA (NFA) berdasarkan sifat fungsi transisinya.
DFA (Deterministik FSA):
Jika pada setiap state dari FSA tersebut apabila menerima input sebuah simbol
maka HANYA ada SATU NEXT STATE yang mungkin dituju.

NFA (NON Deterministik FSA):


Jika FSA tersebut menerima input simbol maka minimal ada satu state yang
akan berpindah ke LEBIH DARI SATU NEXT STATE yang mungkin dituju.

Contoh 4.4 :
Perhatikan gambar FSA a) (Gambar 4.3) dan FSA b) (Gambar 4.4) berikut. Ini
adalah contoh-contoh DFA dan NFA
Tunjukkan gambar a) ini adalah NFA
: 0,1
a).
start 0,1 1
S0 S1 S2
0

Gambar 4.3.
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 30

Jawab : Dari S0 jika menerima masukan 0 dapat memilih ke salah satu NEXT
state yaitu S1 atau S2.
Dari S1 jika menerima masukan 1 dapat ke S2 atau tetap di
S1. Dengan demikian gambar diatas adalah NFA

Tunjukkan gambar b) berikut adalah DFA :

0
b).
start 1 1
S0 S1 S2

Gambar 4.4.
Jawab : Pada setiap state , jika menerima masukan selalu HANYA satu NEXT
state yang dituju. Dengan demikian gambar b) adalah DFA.

4.6 Konversi dari NFA ke DFA


Apabila dimiliki suatu FSA, misalnya M= ( S, ,  , S0 dan F) yang
merupakan suatu NFA, maka selalu akan dapat dibuat FSA baru yang merupakan
DFA yang akan mengenali string yang sama dengan NFA. Misalkan DFA baru
tersebut adalah M*={ S*, *, * , S0* dan F* }
dimana :
* =  ; S0 * = S 0

S* = himpunan state yang baru


* = fungsi transisi yang baru
F* = himpunan final state yang baru
DFA hasil konversi NFA berbeda dalam himpunan statenya, fungsi transisi dan final
statenya. Himpunan state yang baru merupakan gabungan dari next-state yang lebih
dari satu membentuk himpunan state sedangkan final state yang baru adalah
gabungan next state-next state yang lama apabila ia mengandung satu atau lebih
final state. Untuk proses konversi NFA ke DFA dapat dilakukan dengan membuat
diagram pohon transisi.
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 31

Contoh 4.4 : FSA berikut merupakan FSA pengenal bilangan kelipatan 4 yang
merupakan suatu NFA. Carilah konversi NFA tersebut menjadi suatu
DFA.

NFA: Pengenal string : (0,1)*00 (bilangan kelipatan 4 (biner))


0,1

start 0 0
S0 S1 S2

Gambar 4.5.
Jawab:
Jika diperhatikan FSA di atas , yang menyebabkan merupakan NFA adalah
pada state S0 apabila menerima masukan 0 maka next-state nya tidak pasti, yaitu
dapat tetap di S0 atau pindah ke S1. Apabila unsur ini dapat dieliminir maka
konversi dapat dilakukan. Jika diamati diagram di atas NFA tersebut adalah :
M= ( S, ,  , S0 dan F)
dengan : S ={S0,S1 S2 }

 = {0,1}
F={S2}
: ( S0,0) = {S0,S1}
( S0,1)=S0
( S1,0)=S2
Selanjutnya dapat disusun diagram pohon transisi sebagai berikut :

({S0,S1,S2},0)= {S0,S1,S2}

({S0,S1}, 0 )={S0,S1,S2}
(S0,0)={S0,S1} ({S0,S1,S2},1)= {S1}
S0 ({ S0,S1}, 1 )={ S0}

( S0,1)={ S0}
Gambar 4.6 Proses konversi
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 32

Penjelasan :
Pohon transisi diperoleh dengan menggabungkan next-state yang mungkin
lebih dari satu menjadi suatu himpunan-next state yang pada gilirannya ini dianggap
sebagai suatu state baru. Misalnya apabila pada state S0 diberi masukan 0 maka ada
dua next-state yang mungkin, yaitu S0 dan S1, ini dihimpun menjadi satu himpunan,
yaitu {S0,S1}. Jika dilanjutkan apabila { S0,S1 } mendapat masukan 0 maka next-
state nya menjadi himpunan dari : next-state jika S0 mendapat masukan 0 dan next-
state jika S1 mendapat masukan 0, yakni menjadi {S0,S1,S2}. Demikian seterusnya
apabila next-state next-state yang mungkin dihimpun sampai keseluruhan
kemungkinan selesai dikonstruksi dalam suatu pohon penurunan.

Hasil akhir yang dapat diperoleh adalah


: M*= ( S*, *, * , S0* dan F*)
Dengan :
S*={ {S0}, { S1}, {S0,S1} dan
{S0,S1,S2} } F*={{S0,S1,S2} }
* = seperti terlihat dalam diagram pohon atau dapat dibandingkan sebagai berikut :

Tabel 4.3. Untuk FSA semula (NFA)


State 
0 1

S0 S0,S1 S0
S1 S2 -
S2 - -

Tabel 4.4. Dikonversi menjadi (lihat diagram pohon)


State *
0 1

{ S0} {S0,S1} S0
{S0,S1} {S0,S1,S2} S0
{S0,S1,S2} {S0,S1,S2} S0
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 33

Dengan demikian diagram konversi nya adalah :


DFA: string yang dikenali adalah sama, yaitu : (1,0)*00

1 0

start 0 0
S0 {S0,S1) {S0,S1,S2}
0
1
Gambar 4.7 Hasil konversi NFA ke DFA

4.6 FSA Sebagai Pengenal Bahasa Regular


FSA baik itu DFA maupun NFA merupakan pengenal terhadap kelas bahasa
regular yang dapat dicirikan sebagai berikut :

 Aturan bahasa regular memiliki aturan produksi :  

 : HANYA terdiri dari 1 simbol Non terminal saja, atau |  | =1
 : dalam bentuk salah satu diantara : a, aB, atau  

 Tiap aturan produksi yang mungkin dapat diwakili oleh gerakan dalam FSA
sebagai berikut : 

1. Ekspresi regular  diwakili oleh gerakan :

Start S0

2. Ekspresi regular  diwakili oleh gerakan :

Start S0


3. Ekspresi regular a, atau r Aturan produksi : A a di wakili oleh :

A
a S1
Start


4. Aturan A aB di wakili oleh :
a
Start A B
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 34


5. Aturan A  di wakili oleh :


6. Aturan produksi rekursif : A aA di wakili oleh :
a
A

Dengan demikian jika dimiliki suatu grammar regular G tertentu maka akan dapat
ditemukan FSA yang mampu mengenali bahasa yang dibangkitkan oleh grammar
tersebut. Demikian juga jika dimiliki suatu FSA maka akan dapat ditentukan tata
bahasa regular yang membangkitkan bahasa yang dikenali FSA tersebut.

Contoh 4.5. : Tentukan tata bahasa yang mengenali bahasa yang dibangkitkan oleh
FSA berikut :
0

start 1 1
S0 S1 S2

Gambar 4.8

Jawab : G(, N, S, P) ; dimana  ={ 0 , 1 } N = { S, A, B} yakni dengan mengamati


diagram dan menaganalogikan state-state sebagai non terminal,
yaitu : S0 terkait dengan non terminal S, S1 terkait dengan non terminal A
dan S2 terkait dengan nonterminal B. Jika diagram tersebut diuraikan setiap
tahapnya akan berkait dengan aturan-aturan produksi P seperti uraian
berikut :
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 35


Start analog dengan aturan S 1A
1
S0 S1
0

analog dengan aturan A 0A
S1

1

S1 S2 analog dengan A 1B


start analog dengan S 0B
S0 S2

S2

Analog dengan B 

Dengan demikian ada 5 aturan produksi yang menjadi bagian dari tata bahasa yang
membangkitkan bahasa yang sama dengan bahasa yang dikenali oleh FSA tersebut,
yaitu :
    
P={ S 1A, A 0A , A 1B , S 0B, B }

Contoh 4.6 : Tentukan FSA yang mampu mengenali bahasa yang dibangkitkan oleh
grammar berikut ini :

G(, N, S, P) ; dimana  ={ 0 , 1 } N = { A, B} dan dengan


    
P: S 0A; A 0A; A 1B; B 1B dan B 
Jawab :
Jika aturan produksi tersebut di rinci menjadi :

1. S 0A

2. A 0A

3. A 1B
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 36


4. B 1B

5. B 
  
Penurunan string dapat menempuh aturan : 1,3, 5 yaitu : S 0A 01B 01 =01
Atau aturan : 1 diteruskan 2 (diulang tak terbatas), dilanjutkan 3, kemudian 4
(diulang tak tertentu) dan aturan 5 : yaitu :
        
S 0A 00A 000A … 0 ….0A 0…01B 0…011B 0…0111B 0..01..
Sehingga bahasa yang dibangkitkan oleh grammar tersebut adalah :
L(G) = { 00*11* }
Adapun FSA yang mengenali bahasa tersebut adalah :

1
0

start 0 1
S0 S1 S2

Gambar 4.8

Contoh 4.7 : Tentukan FSA yang mampu mengenali bahasa dan Tata bahasa nya
untuk bahasa yang mewakili ekspresi bilangan real yang dapat ditulis
sebagai : xxx.yyyy ; dimana {x,y | 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9}
Jawab :
Untuk tata bahasa dapat dituliskan sebagai berikut

G(, N, S, P) ; dimana  ={ 0 , 1 } N = { S, A} dengan aturan produksi :



S 0S|1S|2S|3S|4S|5S|6S|7S|8S|9S|.A

A 0A|1A|2A|3A|4A|5A|6A|7A|8A|9A|ε
FSA sebagai berikut :
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

start .
S0 S1
BAB IV. Finite State Machine(FSM) dan Finite State Automata (FSA) 37

4.7 Latihan
1. Tentukan bahasa dan grammar yang dikenali oleh FSA berikut :

0
start 1
0 1
S0 S1 S2 S3

1
2. Tentukan bahasa dan grammar yang dapat dikenali oleh FSA berikut ini :
0

start 1 1 0,1
S0 S1 S2 S3

3. Tentukanlah FSA yang mampu mengenali bahasa berikut ini dan tentukan pula
grammar yang membangkitkan bahasa tersebut.
a). 1*0* b).
10*11)
c). (1*0*11)
d). (10*11*)

4. Tentukan bahasa dan mesin pengenal bahasa dari suatu grammar dengan aturan
produksi berikut ini :

S aA

A aA | bB

B bB | b

5. Tentukan bahasa dan mesin pengenal bahasa dari suatu grammar dengan aturan
produksi berikut ini :

S aA

A aA | bB

B bB | b
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 38

BAB V
TATA BAHASA BEBAS KONTEKS (CONTEXT FREE GRAMMAR )

5.1. Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa menguasai konsep tentang
tata bahasa dalam kelas bebas konteks dan bahasa bebas konteks. Bentuk tat bahasa
bebas konteks yang hanya mengikat simbol di sebelah kiri, yaitu panjangnya 1 non
terminal, sedangkan di sebelah kanan tidak terikat menyebabkan tata bahasa ini
bebas untuk ruas kanannya, sehingga terkadang memerlukan penyederhanaan.
Penyederhanaan tata bahasa dari berbagai bentuk yang tidak efisien seperti adanya
rekursif kiri dan pelebaran dan peninggian pohon penurunan string juga akan di
bahas.

5.2. Batasan Tata Bahasa Bebas Konteks


Telah disinggung pada Bab II bahwa tata bahasa bebas context (Context Free
Grammar, biasa disingkat dengan CFG memiliki batasan sebagai berikut :
Tata-bahasa Tipe 2 (Context -Free Grammar) G( ,N ,S , P) , adalah tata-

bahasa tipe-1 yang memiliki aturan produksi :   dengan tambahan batasan :
 : HANYA terdiri dari 1 simbol Non terminal saja, atau  N
 : tidak dibatasi, atau :  {( N)*

Sehingga dengan demikian perbedaan dengan bahasa regular adalah pada string sisi
kanan tanda panah untuk bahasa regular harus satu terminal tunggal atau terminal
tunggal diikuti non terminal sedang untuk bahasa bebas konteks tidak dibatasi :
Contoh 5.1. :
Grammar dengan aturan :

S a|aA

A bB

B 
Adalah tata bahasa regular
Contoh 5.2. :
Grammar dengan aturan :
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 39


S a|aA

A bB |

AA B 
Adalah tata bahasa bebas konteks karena ada aturan produksi :

A AA
Contoh 5.3. :
Tentukan bahasa yang dibangkitkan oleh grammar pada contoh 5.2.
Jawab :

1. Anggota bahasa yang pertama adalah a, jika digunakan aturan : S a
  
2. Jika aturan S aA, kemudian A bB dan B  diperoleh :
38
   
S aA abB ab ab
   
3. Jika aturan S aA, kemudian A AA , A bB dan B 
    
diperoleh : S aA aAA abBbB abb abb
Atau
     
S aA aAA abBAA abbBbB abbb abbb
Kesimpulan : Bahasa yang dibangkitkan adalah :
L(G)={a,ab,abb,abbb,abbbb,…}

5.3. Masalah Ambiguity Dalam CFG


Sebuah tata bahasa bebas konteks dkatakan mendua arti (ambiguous) apabila
dalam menurunkan string dapat ditempuh dua atau lebih pohon penurunan string.
Perhatikan suatu CFG berikut ini :

S AB

A aA|a

B bB|b
Suatu string aabbb dapat diturunkan melalui proses penurunan :
     
A AB aAB aaB aabB aabbB aabbb
Jika digambarkan dalam pohon penurunan diperoleh seperti gambar 5.1.
Dapat dicatat bahwa penurunan yang mungkin dapat ditulis adalah :
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 40

     
A AB AbB AbbB Abbb aAbbb aabbb atau
     
A AB aAB aAbB aAbbB aabbB aabbb
Dan masih banyak kemungkinan yang lain.
S

A B

a A b B

a b B

b
Gambar 5.1

Akhirnya dapat dicatat bahwa untuk menghasilkan string aabbb ada banyak jalur
penurunan, akan tetapi semua jalur penurunan itu akan memiliki pohon penurunan
yang sama. CFG yang untuk penurunan suatu string hanya memiliki satu pohon
penurunan yang sama disebut CFG yang tidak mengandung ambiguity.
Sekarang perhatikan CFG berikut ini

: S SbS | ScS |a
Untuk menurunkan string abaca dapat dibuat penurunan :
    
S SbS abS abScS abacS abaca
Atau dapat juga
    
S ScS SbScS SbacS Sbaca abaca
Jika jalur penurunan yang pertama dibuat pohon penurunan diperoleh :

S b S

a S c S

a a
Gambar 5.2
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 41

Sedangkan untuk jalur penurunan yang kedua jika dibuat pohon penurunan
    
:S ScS SbScS SbacS abacS abaca

S c S

S b S a

a a

Gambar 5.3
Jika dicermati gambar 5.2 dan gambar 5.3 menghasilkan string yang sama yaitu
:abaca, tetapi ternyata pohon penurunan yang dihasilkan adalah berbeda, untuk
menurunkan string yang sama. Hal ini terjadi karena pada gambar 5.2 S disebelah
kanan diturunkan rekursif baru ke terminal sedangkan pada gambar 5.3 S yang
sebelah kiri yang diturunkan rekursif baru ke terminal. Grammar seperti ini
dikatakan grammar yang memiliki sifat ambiguity.
Ambiguity dapat menjadi sebuah masalah untuk bahasa-bahasa tertentu jika
artinya tergantung pada struktur, seperti halnya pada bahasa alami (natural
language) atau bahasa pemrograman. Meskipun dalam bahasa natural ambiguity ini
tidak menjadi masalah apabila konteksnya diketahui.
Sebagai contoh kalimat :
“Ali melihat seorang laki-laki dengan sebuah teropong”
dapat berarti bahwa “Ali menggunakan alat teropong untuk melihat seorang laki-
laki” atau “Ali melihat seorang laki-laki dengan mata telanjang dan laki-laki yang
dilihat Ali tersebut sedang memegang teropong”
Contoh lain kalimat :
“Silahkan makan sama kambing!!”
dapat berarti “Silahkan makan dengan lauk daging kambing” atau dapat pula
“Silahkan makan bersama kambing yang juga sedang makan”. Jika konteksnya kita
sedang berada di restoran dan mempersilahkan makan tentunya arti yang pertama
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 42

yang mungkin, tetapi bila kita sedang berada di padang gembala menggembalakan
kambing bisa jadi arti yang kedua yang mungkin.
Dalam bahasa pemrograman BASIC dapat kita jumpai potongan statemen
yang mendua arti, misalnya :
X=5
Dalam konteks :

IF X=5 THEN … berarti membandingkan isi variabel X apakah sama


dengan 5 atau tidak, sedang dalam konteks :
LET X=5 berarti menugasi variabel X untuk menampung nilai data 5. Dalam
beberapa hal jika suatu tata bahasa bebas konteks memiliki ambiguity , tata bahasa
yang lain yang menghasilkan bahasa yang sama dapat dibuat, meskipun tidak selalu
dapat dibuat. Misalnya tata bahasa berikut :

S A|B

A a

B a

Tata bahasa yang lain yang tidak mendua arti adalah : S a
Jika suatu tata bahasa bebas konteks yang mendua arti tidak dapat dicari
padanan tata bahasa lain yang tidak mendua arti maka tata bahasa tersebut disebut
sebagai “Inherently ambiguous context free grammar”

5.4. Penyederhanaan Tata Bahasa Bebas Konteks


Kadangkala dijumpai dalam sebuah tata bahasa bebas konteks terdapat beberapa
aturan produksi yang tidak berperan dalam penurunan string, atau aturan produksi
yang terlalu panjang sehingga pada pohon penurunan berakibat percabangan terlalu
lebar dan sulit dikendalikan. Perhatikan tata bahasa berikut :

S abcdefS | abcdef
akan melahirkan pohon penurun yang melebar kesebelah kanan.
Sedangkan tata bahasa berikut akan menghasilkan pohon yang tinggi dan sempit :

S A

A B

B C
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 43


C D

D a|A
Jika dicermati grammar yang terakhir ini terlihat bahwa sebenarnya aturan produksi
yang sangat panjang tersebut dapat disederhanakan menjadi hanya :

S a
    
dengan membuang S A B C D A yang merupakan proses penurunan yang
“melingkar” dan dapat ditiadakan tanpa mengurangi bahasa yang dihasilkan oleh
tata bahasa tersebut.

Secara garis besar penyederhanaan tata bahasa bebas konteks dapat ditempuh
dengan :
1. Membuang aturan produksi yang tidak berguna
2. Menghilangkan produksi unit
3. Menghilangkan produksi epsilon (  )

5.4.1. Membuang aturan produksi yang tidak berguna



Aturan produksi yang secara umum dapat ditulis P={ } adalah
sekumpulan aturan yang digunakan untuk pengubahan simbol S menjadi simbol
terminal untuk menyusun suatu string anggota suatu bahasa. Dengan demikian
setiap aturan produksi harus dapat terlibat dalam penyusunan suatu string terminal.
Apabila aturan produksi ternyata dapat dibuktikan tidak berfungsi atau gagal dalam
penurunan string menuju string terminal maka aturan produksi tersebut dapat
dibuang dari himpunan aturan produksi P.
Perhatikan grammar bebas konteks dengan aturan produksi berikut :
Contoh 5.4

G ={ S aSa | Aab | Baa | b

A ab| 

B Baa }
Bahasa yang dibangkitkan oleh grammar G tersebut dapat dilacak dari :
    
Aturan penurunan : S aSa aaSaa aaaSaaa aa...aSa...a aa..aba..aa
   
Atau penurunan : S ... aa...aSa...a aa..aAaba..aa aa...aababa..aa
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 44

   
Atau penurunan : S ... aa...aSa...a aa..aAaba..aa
aa...aaba..aa Hasilnya adalah : L(G) ={a*ba*, a*ababa*, a*aba*}
 
Jika diperhatikan aturan produksi A Baa dan aturan B Baa dan dicoba
diturunkan suat string dari S menggunakan aturan tersebut:
   
S aSa aBaaa aBaaaaa aBaaaaaaa ...
Maka string yang dihasilkan tidak akan pernah sampai pada string terminal karena

tidak adanya aturan produksi B terminal. Dengan demikian atruan produksi
tersebut adalah aturan produksi yang tidak berguna dalam grammar tersebut dan
oleh karenanya ia dapat dibuang. Jika aturan produksi yangh tidak berguna dibuang,
maka grammar menjadi lebih sederhana dengan bahasa yang tetap, yaitu :

G ={ S aSa | Aab | b

A ab|  }

Perhatikan grammar bebas konteks dengan aturan produksi berikut :


Contoh 5.5

G ={ S AaB | ABab | Baa | b

A ab| aa | Ba | 

B aa | b

C Cbb | aaD

D Ef }
Jika dicermati satu demi satua aturan tersebut, ada beberapa aturan yang tidak
berperan dalam penurunan string terminal atau gagal memproduksi string terminal.
  
Penurunan : S AaB abaB abab ,berhasil memproduksi string terminal
  
Penurunan : S ABab bab bab , berhasil memproduksi string terminal
Terlihat bahwa aturan produksi yang melibatkan non terminal A dan non terminal B
dapat digunakan untuk memproduksi string terminal. Akan tetapi, aturan produksi
yang melibatkan C,D,E tidak akan dapat digunakan memproduksi string terminal,
karena tidak dapat dilacak mundur sedemikian sehingga ia merupakan aturan
produksi yang berasal dari S. Dengan demikian aturuan produksi tersebut dapat
dibuang, sebagai berikut :

G ={ S AaB | ABab | Baa | b
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 45


A ab| aa | Ba | 

B aa | b

C Cbb | aaD

D Ef }

Hasil penyederhanaan adalah :



G ={ S AaB | ABab | Baa | b

A ab| aa | Ba | 

B aa | b }
Jika diperhatikan contoh 5.4 dan 5.5 dapat disimpulkan bahwa aturan produksi
dinyatakan tidak berguna karena dua sebab, yaitu :
1. Aturan produksi tersebut dapat diturunkan dari S tetapi jika proses
penurunan dilanjutkan akan “buntu” dan tidak menghasilkan string terminal.

Contoh : aturan produksi S Baa dalam contoh 5.4
2. Aturan produksi tersebut mungkin dapat sampai kepada terminal tetapi ia
merupakan aturan produksi yang dapat dibuktikan tidak berangkat dari start
simbol S, sehingga keberadaannya tidak berperan dalam penurunan string
 
terminal. Contoh : aturan produksi C Cbb | aaD , D Ef dalam contoh
5.5.
Dengan demikian membuang aturan produksi yang tidak berguna adalah membuang
semua aturan produksi yang memiliki karakteristik tersebut diatas.

5.4.2. Menghilangkan produksi unit


Aturan produksi dikatakan sebagai aturan produksi unit jika ruas kiri dan ruas kanan

dalam aturan produksi tersebut berupa satu buah non terminal : A B, dengan A
dan B adalah non terminal. Aturan produksi unit dapat dihilangkan sehingga bentuk
grammar menjadi lebih sederhana. Perhatikan grammar dengan aturan produksi
sebagai berikut :

S A|

Sa A B

B C
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 46


C D|

ef D d

   
Perhatikan penurunan string : S A
B C D d

Penurunan tersebut dapat disederhanakan menjadi : S d
   
Sedangkan penurunan string : S A B C ef

Penurunan tersebut dapat disederhanakan menjadi : S ef
Dengan demikian grammar tersebut dapat disederhanakan menjadi :

S Sa | d | ef

Contoh 5.6
Sederhanakan grammar berikut dengan membuang aturan produksi

unit. S A | Aa

A B

B C|b

C D|

ab D b

Jawab :
Penyederhanaan dilakukan dengan memperhatikan aturan beberapa penurunan string
:
   
S A B b disederhanakan menjadi : S b
    
S A B C ab disederhanakan menjadi : S ab
    
S A B C D b disederhanakan menjadi : S

b Dengan demikian grammar dapat disederhanakan

menjadi : S Aa | b | ab

5.4.3. Menghilangkan produksi epsilon (  )


Produksi epsilon () adalah aturan produksi yang berbentuk :

 
Dalam semua aturan produksi yang ada dalam grammar, aturan produksi epsilon
dapat dihilangkan.
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 47

Perhatikan grammar berikut :



S bcAaa | a

A 

Grammar tersebut jika aturan A  disubstitusikan pada aturan pertama akan
dihasilkan suatu grmmar :

S bcaa | a
Perhatikan grammar berikut :

S bcAaa |

a A dd | 
Pada grammar terakhir ini nonterminal A tidak dapat dihilangkan sama sekali karena

ada dua kemungkinan penurunan dari A. Akan tetapi aturan produksi A  dapat
dihilangkan dengan cara disubstitusikan pada aturan yang memuat A.
 
Jika A  disubstitusikan menghasilkan : S bcaa
Dengan demikian hasil penyederhanaan adalah :

S bcAaa | a |

bcaa A dd

Contoh 5.7:
Sederhanakan grammar berikut dengan menghilangkan produksi epsilon

S Aa | Ba | B

A Aa | 

B aA | BB | 

Jawab :
 
Karena produksi  ada dua, yaitu A  dan B  maka dihilangkan satu-

persatu, yaitu menghilangakan aturan yangh melibatkan A  dan kemudaian

yang melibatkan B 

Substitusikan aturan A  pada seluruh aturan yang melibatkan A
 
Untuk aturan yang melibatkan S Aa, jika disubstitusi A  akan muncul aturan
 
S a. Sehingga aturan yang melibatkan S menjadi : S Aa | Ba | B | a
 
Untuk aturan yang melibatkan A Aa, menjadi : A Aa | a
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 48

 
Untuk atuan yang melibatkan B aA, menjadi : B aA | BB |  | a

Setelah A  dihilangkan Grammar menjadi sebagai berikut : S

Aa | Ba | B | a

A Aa | a

B aA | BB |  | a

Selanjutnya substitusikan produksi epsilon B  kedalam grammar
yang mengandung non-terminal B, menjadi :

S Aa | Ba | B | a | 

A Aa | a

B aA | BB | a
Hasil akhir penyederhanaan grammar tidak mungkin dibebaskan sama sekali
dari produksi epsilon karena grammar tersebut merupakan grammar dari bahasa
yang mengandung epsilon. Dengan demikian hasil penyederhanaan akan

mengandung S 
BAB V. Tata Bahasa Bebas Konteks (Context Free Grammar) 49

5. 5 Latihan

1. Tentukan bahasa-bahasa yang dibangkitkan dari CFG-CFG berikut:


 
a) S bSb ; S 
 
b) S aSb ; S 
 
c) S bSa ; S 
 
d) S bSb | aSa ; S 
2. Sederhanakanlah tata bahasa berikut dengan membuang produksi yang tidak
berguna:

a) G ={S AaB | Aaa| ABab | Baa | b

A ab| aa | Ba | 

B Ba | Bbb

C Cbb | aaD

D Ef }

b) G ={S ABC | ABab | Baa | b

A Aab| aa | Ba | 

B Caa | a

C Cbb | aaD }
3. Sederhanakan tata bahasa berikut dengan membuang produksi unit :
 
G ={S AC | ABab ; A B;
 
B C ; C abC | aa |  }
4. Sederhanakan tata bahasa berikut dengan membuang produksi ε :

S bB | AA |

aA B aaB | 

A bA | 
5. Sederhanakan CFG berikut sesederhana mungkin :

S ABCD| bB | aAA |

aA B aaB | 

A bA | a C

cC | dD

D aaD | abcD
BAB VI. Bentuk Normal Chomsky dan Normal Greibach untuk CFG 50

BAB VI
BENTUK NORMAL CHOMSKY DAN NORMAL GREIBACH
UNTUK TATA BAHASA BEBAS KONTEKS

6.1 Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat mengenal bentuk-
bentuk tata bahasa bebas konteks yang umum dan bentuk yang normal berdasarkan
kriteria tertentu. Sebuah tata bahasa bebas konteks dapat berbentuk sangat melebar,
sangat menyempit, atau terjadi rekursif kiri, yang semuanya sering dinamakan
bentuk tidak normal. Ada dua bnetuk normal, yaitu normal Chomsky dan normal
Greibach. Pada bab ini akan dibahas juga upaya yang harus dilakukan jika kita
memiliki tata bahasa yang tidak normal, bagaimana merubahnya ke dalam bentuk
normal chomsky (CNF) dan normal greibach (GNF).

6.2 Bentuk Tata Bahasa Bebas Konteks Tidak Normal


Pada tata bahasa bebas konteks aturan produksi hanya dibatasi ruas kirinya
satu buah simbol non terminal, sedangkan sisi kanan tidak dibatasi. Dengan
demikian dapat terjadi dalam pohon penurunan terbentuk pohon dengan jumlah
ranting-ranting yang kompleks sehingga sulit dikontrol. Perhatikan tata bahasa
berikut ini :


S ABCa | AAB | a | b

A AAB | aa

B bB | bb |

C c
Misalkan akan diturunkan suatu string aaaaaaca dengan proses penurunan sebagai
berikut (substitusi ditandai pda simbol yang dicetak tebal) :
     
S ABCa AABBCa AABABBCa aaABABBCa aaaaBABBCa
  
aaaaABBCa aaaaaaBBCa aaaaaaCa aaaaaaca
Jika digambarkan pohon penurunan diperoleh pohon :
BAB VI. Bentuk Normal Chomsky dan Normal Greibach untuk CFG 51

A B C a

A A B  c

A A B a a 

a a a a 
Gambar 6.1.

Terlihat bahwa pohon penurunan merupakan pohon yang relatif kompleks. Hal ini
disebabkan aturan produksi mengandung ruas kanan yang tidak terkontrol (panjang
sisi kanan bebas). Jika suatu tata bahasa bebas konteks dapat dimodifikasi ruas
kanan aturan produksinya sedemikian sehingga panjangnya hanya satu atau dua,
tentu dapat dengan mudah dibayangkan bahwa pohon penurunan string yang
terbentuk akan menjadi lebih sederhana, yaitu POHON BINER dimana setiap
simpul hanya akan memiliki cabang satu atau dua. Tata bahasa dengan batasan
seperti ini disebut tata bahasa bebas konteks dalam bentuk NORMAL CHOMSKY
(Chomsky Normal Form =CNF).

6.3 Bentuk Normal Chomsky (CNF)


Definisi bentuk CNF:

Sebuah tata bahasa bebas konteks dikatakan dalam bentuk Normal Chomsky
apabila setiap aturan produksinya memenuhi satu diantara dua bentuk berikut :


1). A BC atau

2). A a
Dengan maksud bahwa A,B,C adlah non terminal simbol dan a adalah terminal
simbol.
BAB VI. Bentuk Normal Chomsky dan Normal Greibach untuk CFG 52

Contoh 6.1

Ubahlah bentuk tata bahasa berikut menjadi bentuk normal chomsky.



S ABC | Aa

A AA | ab

B aB | a |

bC c
Jawab :

Dalam tata bahasa tersebut yang belum dalam bentuk normal chomsky adalah
aturan produksi :

   
S ABC , S Aa , A ab, B aB
Sedangkan yang sudah dalam bentuk normal chomsky adalah :
  
B a,B b dan C c
Aturan yang belum dalam bentuk normal chomsky diubah dengan cara mengusulkan
nonterminal yang baru, yaitu :

X1 yang diturunkan menjadi AB Xa

yang dapat diturunkan menjadi a Xb

yang dapat diturunkan menjadi b


Dengan demikian tata bahasa yang baru dalam bentuk normal chomsky adalah :


S X1C

X1 AB

S AXa

Xa a

A AA

A XaXb

B XaB
BAB VI. Bentuk Normal Chomsky dan Normal Greibach untuk CFG 53


B a

C c
Pohon penurunan string ‘ababc’ dari tata bahasa semula adalah :

A B C

a a a B c

Gambar 6.2.

Jika menggunakan tata bahasa yang sudah dalam bentuk normal chomsky,
pohon penurunannya berupa pohon biner seperti gambar 6.3. Pohon biner memiliki
beberapa keuntungan, antara lain bahwa struktur pohon tersebut akan lebih mudah
dalam representasi pada memori komputer. Representasi pada memori komputer
dengan pohon yang memiliki struktur cabang yang tidak pasti akan sangat sulit
dibuat, yang pada gilirannya ini akan sangat berpengaruh dalam pemrograman
komputernya.

X1 C

A B c

Xa Xb Xa B

a b a b

Gambar 6.3.
BAB VI. Bentuk Normal Chomsky dan Normal Greibach untuk CFG 54

6.4 Bentuk Normal Greibach (Greibach Normal Form=GNF)

Tiadanya batasan pada ruas kanan aturan produksi tata bahasa bebas konteks
memungkinkan diciptakannya tata bahasa bebas konteks berikut :


S abcd S | 
Tata bahasa seperti ini apabila digunakan untuk menurunkan string maka proses
penurunan akan memiliki rekursif kiri. Pada beberapa keadaan rekursif kiri tidak
diinginkan, misalnya pada implementasi program dengan array yang hanya dapat
bergerak ke kanan, sehingga diupayakan untuk dihilangkan. Rekursif kiri ini dapat
dihindari bila pada aturan produksi simbol terkiri dari ruas kanan berbeda dengan
simbol ruas kiri. Bentuk tata bahasa yang bebas dari rekursif kiri dinamakan
memiliki bentuk NORMAL GREIBACH (Greibach Normal Form =GNF).

Definisi bentuk GNF :

Sebuah tata bahasa bebas konteks dikatakan berada dalam bentuk normal
greibach apabila semua aturan produksinya berbentuk :


A B
dengan A dan B adalah non terminal dan  dapat berupa terminal atau non terminal.

Transformasi suatu tata bahasa bebas konteks ke bentuk GNF ditempuh


dengan mendefinisikan ulang aturan produksinya, sehingga jika terjadi simbol terkiri
ruas kanan sama dengan ruas kiri maka produksi tersebut harus dimodifikasi.
Misalkan dimiliki tata bahasa bebas konteks dengan aturan produksi :


A A1 | A2 | … | An adalah produksi rekursif kiri untuk A

A 1 | 2 | … | m adalah produksi yang bukan rekursif kiri untuk A
Maka tata bahasa tersebut dapat diubah dengan mengusulkan non terminal baru Z
sehingga aturan produksi dapat diganti menjadi :


A 1 | 2 | … | m | 1Z | 2Z | … | m Z

Z 1 | 2 | … | n | 1 Z |2 Z | … | n Z
BAB VI. Bentuk Normal Chomsky dan Normal Greibach untuk CFG 55

Contoh 6.2.

Ubahlah tata bahasa bebas konteks berikut menjadi berbentuk normal greibach.

S Sa | Sb | cA

A Aa | a | 
Jawab :


Aturan produksi rekursif kiri untuk S : S Sa | Sb dengan formula dapat
dianalogikan 1 = a dan 2=b

Aturan produksi non rekursif kiri untuk S : S cA dengan formula dianalogikan
1=cA

Penghilangan rekursif kiri dilakukan dengan mengusulkan Z1, menjadi



:S cA | cA Z1 dan

Z a | b | a Z1 | b Z1

Sehingga aturan produksi : S Sa | Sb | cA diganti

dengan S cA | cA Z1 dan

Z a | b | a Z1 | b Z1
Selanjutnya rekursif kiri yang berhubungan dengan non terminal A adalah : A

Aa

Dan non rekursif yang berhubungan dengan A adalah : A a |
Untuk menghilangkan rekursif kiri diusulkan non terminal baru Z2, sehingga aturan

produksi : A Aa | a |  dapat diganti menjadi :

A a |  | aZ2 | Z2

Z2 a | aZ2
Sehingga hasil perubahan ke bentuk normal greibach secara lengkap adalah

:S cA | cA Z1 dan

Z a | b | a Z1 | b Z1
BAB VI. Bentuk Normal Chomsky dan Normal Greibach untuk CFG 56


A a |  | aZ2 | Z2

Z2 a | aZ2
Contoh 7.3

Konversikan kebentuk normal greibach :



S Sab | SbbA | a | abc | 

A Aaa | Aabc | b
Jawab :

Untuk non terminal S : 1=ab ; 2=bbA

1=a ; 2=abc ; 3=


Aturan produksi : S Sab | SbbA | a | abc |  dengan diusulkan non terminal Z1
dapat dubah menjadi :


S a | abc |  | a Z1 | abc Z1 | Z1

Z1 ab | bbA ab Z1 | bbAZ1
Untuk non terminal A : 1=aa ; 2=abc

1=b


Aturan produksi : A Aaa | Aabc | b dengan diusulkan non terminal Z2 dapat
dubah menjadi :


A b | bZ2

Z2 aa | abc |aaZ2 |abcZ2
Hasil konversi tata bahasa dalam bentuk greibach adalah

:S a | abc |  | a Z1 | abc Z1 | Z1

Z1 ab | bbA ab Z1 | bbAZ1

A b | bZ2

Z2 aa | abc |aaZ2 |abcZ2
BAB VI. Bentuk Normal Chomsky dan Normal Greibach untuk CFG 57

6.5 Latihan

1. Sederhanakan tata bahasa berikut kemudian ubahlah tata bahasa berikut ini ke
dalam bentuk normal Chomsky :


a) S ABB | Aa

A AA | ab B

aB | a | b C

Bc | AA D

CD | aC

b) S aSA| aBB |

Aa A aA | aa

B aBB | aB |

bB C c
2. Sederhanakan tata bahasa berikut kemudian ubahlah tata bahasa berikut ini ke
dalam bentuk normal Greibach :


a) S Sabc | abA | a |

bA Aaa | ab

B Ba | b D

CD | aC

b) S Sab| aBB |

Aa A Aa | aa

B Bab | a |

bC c
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 58

BAB VII
PUSH DOWN AUTOMATA (PDA)

7.1 Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep
Push Down Automata (PDA) sebagai mesin pengenal bahasa bebas konteks.
Diharapkan mahasiswa mampu menguasai hubungan timbal balik antara ketiga hal,
yaitu Tata bahasa bebas konteks (CFG), bahasa bebas konteks (CFL) dan PDA
sebagai mesin pengenalnya, sehingga apabila diberikan salah satu dari ketiganya
maka dua yang lain dapat ditentukan.

7.2 Pengertian Push Down Automata (PDA)


Push Down Automata (PDA) adalah FSA dengan diberi kemampuan
tambahan STACK. PDA memiliki kemampuan yang lebih luas dari FSA dengan
tambahan kemampuan memori yang disebut STACK. PDA mampu mengenali
bahasa bebas konteks.
Perhatikan grammar regular berikut :

S aS | a
Grammar tersebut dapat dikenali oleh FSA berikut :

a
start a
S0 S1

Apabila grammar diubah sedikit menjadi :



S aSa | c
Maka grammar tersebut sudah bukan merupakan grammar regular lagi tetapi
grammar bebas konteks yang tidak akan dapat ditentukan FSA yang mengenali
bahasa yang dibangkitkan oleh grammar tersebut. Grammar tersebut akan
membangkitkan bahasa { ancan | n>=0 } yang bukan bahasa regular tetapi
merupakan bahasa bebas konteks.
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 59

Definisi PDA :

PDA adalah himpunan dari 7 tuple M={Q, ,, ,S,F,Z } dimana


: Q=himpunan state
 = himpunan simbol masukan
 = himpunan simbol elemen STACK

 = fungsi transisi
S=state awal, S Q
F=himpunan state final
Z=simbol awal STACK

7.3 PDA Sebagai Pengenal Bahasa


PDA dapat menerima sederetan simbol dari suatu string. PDA dinamakan
menerima suatu bahasa apabila setiap string anggota bahasa tersebut diinputkan
kedalam PDA akan menyebabkan salah satu dari dua kemungkinan, yaitu :
1. PDA akan berada dalam keadaan STACK kosong
2. PDA berada dalam final state
PDA yang mengenali bahasa dengan STACK kosong disebut sebagai PDA null
stack, sedangkan yang mngenalai bahasa dengan keadaan final state disebut PDA
final state.

Gerakan PDA
Suatu PDA memiliki fungsi yang dituliskan sebagai :

(qi, i , i) = (qj, j) memiliki makna PDA dalam keadaan state qi dan elemen
STACK teratas i membaca salah satu simbul input i , setelah membaca simbol
PDA akan berubah menjadi kedudukan state qj dan STACK akan berubah (karena
operasi PUSH atau operasi POP) menjadi i .

Contoh :
Andaikan q1 adalah state dalam Q, a adalah simbul masukan, dan A,Z adalah simbol
stack, maka :
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 60

(q1, a , Z) = (q1, AZ) , berarti :PDA dalam state q1 dan elemen stack Z
(stack kosong) membaca simbol masukan a : PDA melakukan operasi PUSH elemen
stack A kedalam stack sehingga keadaan PDA menjadi : state q1 dan stack menjadi
AZ (elemen atas stack ditulis sebelah kiri dari elemen dibawahnya).

(q1, b , Z) = (q1, ) , berarti :PDA dalam state q1 dan elemen stack Z


membaca simbol masukan b : PDA melakukan operasi POP elemen Z dari dalam
STACK sehingga keadaan PDA menjadi : state q1 dan stack menjadi  (kosong).

(q1,  , Z) = (q2, Z) , berarti :PDA dalam state q1 dan elemen stack Z membaca
simbol  (tidak menerima masukan) : PDA melakukan gerakan merubah state
menjadi q2, dan stack tetap seperti semula.

Contoh 7.1
Diketahui mesin PDA M={Q, ,, ,S,F,Z } dimana :
Q={q1,q2}
 = {a,c}
 = {A,Z}
F={q3}
S={q1}
:

 (q1, a , Z) = (q1,AZ)

 (q1, c , Z) = (q2,Z)

 (q2, a , AZ) = (q2,Z)

 (q2,  , Z) = (q3,Z)

Apakah string aacaa dapat diterima oleh PDA tersebut ?

Jawab:
Andaikan PDA tersebut diberi masukan aacaa maka gerakan PDA dapat dilukiskan
sebagai :
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 61

Membaca a yang pertama :  (q1, a , Z) = (q1,AZ) , karena state tetap dan push A ke
stack

Membaca a yang kedua :  (q1, a , AZ) = (q1,AAZ) , karena state tetap dan push
A ke stack

Membaca c :  (q1, c , Z) = (q2,AAZ), karena stack tetap dan pindah


state ke q2

Membaca a yang ketiga :  (q2, a , AAZ) = (q2,AZ)

Membaca a yang keempat:  (q2, a , AZ) = (q2,Z)

Simbul habis, membaca simbul kosong  :

 (q2,  , Z) = (q3,Z)

q3 = final state, dengan demikian string aacaa dapat dikenali oleh PDA tersebut .

Selanjutnya PDA tersebut apabila diumpankan string dalam bentuk { ancan | n>0 }
akan menghantar PDA pada final state, jelas bahwa PDA tersebut adalah pengenal
bagi bahasa { ancan | n>0 } dari grammar yang telah dibicarakan diatas.

7.4 Deskripsi Sesaat (Instantoneus Discription) Gerakan PDA


Untuk menyajikan gerakan PDA yang menerima sederetan simbol dari suatu
sting masukan, diskripsi sesaat dapat diunakan sebagai ekspresi yang lebih singkat.
Misalnya untuk PDA dalam contoh 6.1. yang menerima string aacaa dapat dituiskan
diskripsi sesaat sebagai berikut :

(q1,aacaa,Z) |-- (q1,aacaa,AZ)


|-- (q1,aacaa,AAZ)
|-- (q2,aacaa,AAZ)
|-- (q2,aacaa,AZ)
|-- (q2,aacaa,Z)
|-- (q3,aacaa,Z) final state
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 62

Dalam diskripsi sesaat dengan cara diatas, setiap simbol yang akan dibaca diberi
tanda dengan garis bawah, perubahan state dan perubahan stack dicantumkan pada
gerakan berikutnya.

(q1,aacaa,Z) |-- (q1,acaa,AZ)


|-- (q1,caa,AAZ)
|-- (q2,aa,AAZ)
|-- (q2,a,AZ)
|-- (q2,,Z)
|-- (q3,,Z) final state

Contoh 7.2
Tentukan bahasa bebas konteks dan grammar bebas konteks yang dikenali oleh PDA
berikut ini :

M={Q, ,, ,S,F,Z } dimana


: Q={q1,q2}
 = {a,b}
 = {A,B,Z}
F=q2
S=q1
:

 (q1,  , Z) = (q2,Z) 

 (q1, a , Z) = (q1,AZ) 

 (q1, b , Z) = (q1,BZ) 

 (q1, a , A) = (q1,AA) 

 (q1, b , A) = (q1,) 
 (q1, a ,B) = (q1,)
 (q1, b ,B) = (q1,BB)

Jawab :

PDA yang akan ditentukan mengenali bahasa apa dicoba diberi masukan string
abba. Deskripsi sesaat pembacaan string abba adalah sebagai berikut :
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 63

(q1,abba,Z) |-- (q1,bba,AZ)


|-- (q1,ba,Z) |--
(q1,a,BZ) |--
(q1,,Z)
|-- (q2,,Z) Final state
Dapat disimpulkan bahwa string ‘abba’ dapat dikenali oleh PDA tersebut. Sekarang
bagaimana menentukan bahasa yang dikenalaioleh PDA tersebut. Untuk dapat
menentukan bahasa dapat dicoba string lain yang memiliki pola yang sama,
misalnya bbaaaabb. Deskripsi sesaat adalah sebagai berikut :

(q1,bbaaaabb,Z) |-- (q1,baaaabb,BZ)


|-- (q1,aaaabb,BBZ)
|-- (q1,aaabb,BZ)
|-- (q1,aabb,Z)
|-- (q1,abb,AZ)
|-- (q1,bb,AAZ)
|-- (q1,b,AZ)
|-- (q1,,Z)
|-- (q2,,Z) Final state
Ternyata string ‘bbaaaabb’ dapat dikenali oleh PDA tersebut. Kesimpulan apa yang
dapat ditarik?. Jika dicermati PDA tersebut memiliki perilaku sebagai berikut :

Pada state q1 :
- Jika top stack Z membaca a maka push A ke dalam stack
- Jika top stack A membaca a maka push A ke dalam stack
- Jika top stack B membaca a maka POP A dari dalam stack
- Jika top stack Z membaca b maka push B ke dalam stack
- Jika top stack A membaca b maka POP A dari dalam stack
- Jika top stack B membaca b maka POP B dari dalam stack
Pada state q2 :
- Jika top stack Z membaca  maka state berubah ke q2 (final state)
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 64

Dapat disimpulkan bahwa sederetan a dibaca maka sederatan A akan di PUSH, dan
deretan A tersebut akan di POP dari stack apabila membaca sederetan b. Dan
sebaliknya jika sederetan b dibaca maka sederatan B akan di PUSH ke dalam stack
dan akan di POP apabila deretan a dibaca. Sehingga bila dimiliki string dimana
jumlah a dan jumlah b adalah sama maka dapat dipastikan string tersebut dapat
dikenalai oleh PDA tersebut. String-string tersebut misalnya :aabb, abab, aaabbb,
ababab, bbbaaa dan lain-lain.

Dapat disimpulkan bahasa yang dikenali dirumuskan menjadi :

L = {deretan a atau b dengan jumlah 0 atau lebih dengan syarat jumlah simbol a dan
simbol b dalam string adalah sama }

Adapun tata bahasa yang membangkitkan bahasa tersebut adalah :


S aSb | bSa | 

Contoh 7.3
Tentukan tata bahasa bebas konteks (CFG) dari bahasa bebas konteks
L={anbn | n > 0} dan tentukan pula PDA yang mengenalinya.

Jawab :

Bahasa tersebut adalah : ε, ab, aabb, aaabbb dan seterusnya. Dengan kata lain bahasa
tersebut adalah a diikuti b dengan jumlah nol atau lebih dengan syarat banyaknya a
dan b harus sama.

Tata bahasa yang mengenali bahasa tersebut adalah



:S aSb | ε
Untuk merancang PDA yang mengenali bahasa dengan karaktersitik tersebut yang
harus diingat adalah PDA harus dapat mengingat berapa a yang telah dibaca dan
apabila sejumlah a telah dibaca maka jika PDA membaca b statusnya harus diubah
dan ketika membaca b maka harus dapat dipastikan banyaknya b yang dibaca sama
banyak dengan banyaknya a yang sudah dibaca. Caranya adalah ketika membaca a,
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 65

kita PUSH A kedalam STACK dan ketika membaca b kita POP A dari dalam
STACK. Jika jumlah a dan b sama maka stcak akan kembali seperti semula.
Mesin tersebut adalah :

M={Q, ,, ,S,F,Z } dimana


: Q={q1,q2, q3}
 = {a,b}
 = {A,B,Z}
F=q3
S=q1

 :
  (q1,  , Z) = (q3, Z) 
  (q1, a , Z) = (q1, AZ) 
  (q1, a , A) = (q1, AA) 
  (q1, b , A) = (q2, A) 
  (q2, b , A) = (q2, ) 
 (q2,  , ) = (q3, ) 
BAB VII. Push Down Automata (PDA) 66

7.5 Latihan

1. Jika dimiliki CFG sebagai berikut :


S aSbb | c
Tentukanlah bahasa yang dibangkitkan oleh CFG tersebut dan rancanglah PDA
yang dapat mengenali bahasa tersebut.

2. Jika dimiliki bahasa : xcxr dengan x adalah string terdiri dari a dan atau b dan
notasi xr menggambarkan urutan terbalik dari x, misalnya jika x=’aab’ maka xr
=’baa’, dan jika x=’bbaaa’, maka xr=’aaabb’

Tentukanlah CFG yang dapat mengenali bahasa tersebut dan tentukan pula PDA
yang mengenalinya.

3. Tentukanlah bahasa dan tata bahasa yang dikenali oleh PDA berikut ini
: M={Q, ,, ,S,F,Z } dimana :

Q={q1,q2,
q3}  = {a,b}
 = {A,B,Z}
F=q3
S=q1

 :

  (q1,  , Z) = (q3, Z) 

  (q1, a , Z) = (q1, AAZ) 

  (q1, a , A) = (q1, AAA) 

  (q1, b , A) = (q2, A) 

  (q2, b , A) = (q2, ) 
 (q2,  , ) = (q3, ) 


4. Tentukanlah bahasa dan PDA yang mengenalinya jika berikut ini diberikan
CFG:


S aaSb | c
BAB VIII. Mesin Turing 67

BAB VIII
MESIN TURING

8.1 Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu menguasai
konsep mesin turing sebagai mesin abstrak yang mampu mengenali bahasa yang
lebih luas dari bahasa regular dan bebas konteks. Akan dibahas definisi mesin
turing, pemodelan, cara kerja, gerakan dan deskripsi gerakan mesin turing.
Pemahaman cara kerja mesin turing dan penarapannya dalam pengenalan suatu
bahasa akan sangat menentukan kemampuan merancang suatu abstraksi otomata
pada jenis bahasa yang lebih luas daripada yang dapat dikenali oleh PDA dan FSA.

8.2 Keterbatasan FSA dan PDA


Tidak semua jenis bahasa dapat dikenali oleh FSA atau PDA. Sebagaimana
telah diuraikan di pembahasan sebelumnya bahwa kelemahan FSA adalah bahwa ia
tidak mampu ‘mengingat’ simbol-simbol yang pernah dibaca. Kelemahan FSA
inilah yang kemudian diatasi oleh PDA. Tetapi ternyata PDA juga memiliki
kelemahan, yaitu meskipun PDA dapat mengingat simbol yang dibaca dengan stack,
tetapi simbol stack hanya dapat diases dari satu arah, yaitu hanya simbol-simbol
teratas.
Mesin Turing dirancang mengatasi kelemahan FSA dan PDA, yaitu dengan
merepresentasikan logika kerja mesin tidak menggunakan stack sebagaimana
representasi dalam PDA, tetapi menggunakan representasi pita yang dapat dibaca
dan ditulisi. Mesin turing diwakili oleh sebuah pita panjang takterhingga. Pada pita
dapat ditulis/ dibacakan sebuah simbol. Setelah pita ditulisi maka simbol pada pita
kemudian akan berubah menjadi simbol yang baru saja dituliskan.

8.3 Definisi Mesin Turing :

Mesin turing didefinisikan sebagai 7 tuple M={ Q, ,, S,F,b, }


Q=himpunan state
 = himpunan simbol masukan
 = himpunan simbol pita yang ditulis atau dibaca ke dalam pita
BAB VIII. Mesin Turing 68

S =state awal, S Q

F =himpunan state final b


=simbol blank pada pita


 = fungsi transisi : Q X  Q X  X {R,L} R
= posisi baca/tulis bergerak kekanan (RIGHT) L =
posisi baca/tulis bergerak kekiri (LEFT)

Gerakan Mesin Turing


Gerakan mesin turing diwakili oleh fungsi transisi :
(qi,a)=(qj,b,X) : Mesin kedudukan qi membaca simbol masukan a, gerakan :
mesin berubah ke status qj, menulis b dan posisi baca /tulis bergerak X (berupa
R=gerak kekanan atau L=gerak kekiri).

Contoh gerakan mesin


Untuk gerakan fungsi transisi (q1,a)=(q3,b,R) artinya:
a b b

Posisi baca/tulis kedudukan : q1


Gambar 8.1 Posisi mesin awal sebelum membaca a

Setelah membaca simbol a, kedudukan mesin = q3, menulis b dan bergerak


kekanan. Hasil sebagai berikut :

b b b

Posisi baca/tulis kedudukan baru : q3


Gambar 8.2 Posisi mesin setelah membaca simbol a

Contoh 8.1
Dimiliki mesin turing dengan definisi M={ Q, ,, S,F,b, }
Q={q1,q2}
BAB VIII. Mesin Turing 69

 = {a,b}
 = {a,b, b }
S={ q1}
F={ q2}
: (q1,a)= (q1,a,R)
 (q1,b)= (q1,a,R) 

 (q1, b)= (q2, b ,L) 

 Pada state awal q1, bila mesin membaca a, maka ia tetap di q1, kemudian
menulis a dan gerak kekanan. 
 Bila membaca b tetap q1 , menulis a dan bergerak kekanan. 

 Jika membaca blank kedudukan jadi q2 dan bergerak ke kiri. 
Dengan demikian apabila diberikan umpan deretan string yang terdiri dari
deretan a dan b maka hasil adalah sederatan a dan kedudukan akhir adalah q2
yang merupakan kedudukan final.
Berikut ini gerakan mesin tersebut apabila diberi masukan string : abbba

a b b b a a b b b a a a b b a

q1 q1 q1
a A a b a a a a a a a a a a a b

q1 q1 q1

a a a a a b

q2 (final)
Gambar 8.3 Gerakan mesin ketika membaca abbba
BAB VIII. Mesin Turing 70

Dapat dinyatakan bahwa mesin turing tersebut apabila diumpankan sederetan simbol
a dan atau simbol b dengan jumlah 0 atau lebih akan mengantar pada kedudukan
final q2. Dengan kata lain mesin turing tersebut dapat mengenali bahasa (a,b)*.

8.4 Deskripsi Sesaat untuk gerakan Mesin Turing


Gerakan mesin tergantung pada kedudukan awal, simbol yang dibaca, simbol
yang ditulis dan gerakan posisi tulis/baca maka diskripsi sesaat dapat diekspresikan
dengan menggunakan simbol sebagai berikut :
(q1,abbba) : mesin pada kedudukan q1 dan siap membaca simbol a (digaris
bawah) Deskripsi sesaat mesin turing contoh 8.1. membaca: ‘abbba’ :
(q1,abbba) |--
(q1,abbba) |--
(q1,aabba) |--
(q1,aaaba) |--
(q1,aaaaa)
|-- (q1,aaaaab )
|-- (q2,aaaaa b) Final state

Deskripsi sesaat dapat juga dengan cara pemisahan string yang telah dibaca dan
yang belum dibaca dengan ekspresi :
qiw |-- w1qjw2
qi : kedudukan saat ini dan w = string yang akan dibaca, qj = kedudukan baru
setelah membaca simbol dan w1= substring yang telah dibaca dan w2 = substring
yang belum dibaca.

Pembacaan string ‘abbba’ dapat dituliskan deskripsi


sesaat: q1abbba
|-- aq1bbba
|-- aaq1bba
|-- aaaq1ba
|-- aaaaq1a
BAB VIII. Mesin Turing 71

|-- aaaaaq1b
|-- aaaaaq2 (final state)

8.5 Mesin Turing Sebagai Pengenal Bahasa

Apabila M={ Q, ,, S,F,b, } adalah suatu mesin turing, maka bahasa
yang dikenali oleh mesin turing tersebut dapat diungkapkan sebagai himpunan
dengan sarat sebagai berikut :
L(M)={w* | q1w |-- w1pw2 dengan pF dan wi  *}

Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa mesin turing M dikatakan dapat


mengenali bhasa L, atau L fungsi dari M, yaitu L(M) : himpunan string dalam
bahasa L berisi string-string w sedemikian sehingga jika mesin turing semula dalam
kedudukan q1 setelah membaca w dan mengikuti gerakan yang ditentukan mesin M
tersebut maka ia akan mengantar mesin M ke kedudukan p, dengan p adalah
kedudukan final dalam mesin M.

Contoh
Tentukan bahasa yang dikenali oleh mesin turing berikut :
Mesin Turing dengan Q={q1,q2}, S={q1}, F={q2} dan  berikut :
 (q1,a)=(q1,a,R) 

 (q1, b) =(q2, b,R) 

Jawab : uji dengan pemasukan :


b hasil q2
a hasil q2
aa hasil q2
aaa hasil q2

Kesimpulan :
Mesin tersebut menerima : b,a,aa,aaa,... atau {a*}

Contoh 8.2
Bahasa seperti apakah yang dikenali oleh mesin turing berikut ini :
BAB VIII. Mesin Turing 72

M={ Q, ,, S,F,b, }


Q={q1,q2,q3,q4,q5}
 = {a,b}
 = {a,b,c,d, b }
S={q1}
F={q5}
:

 (q1,a)= (q2,c,R) 
 (q2,a)= (q2,a,R) 

 (q2,d)= (q2,d,R) 
 (q2,b)= (q3,d,L) 

 (q3,d)= (q3,d,L) 
 (q3,a)= (q3,a,L) 
 (q3,c)= (q1,c,R) 
 (q1,d)= (q4,d,R) 

 (q4,d)= (q4,d,R) 
 (q4,b)= (q5, b ,L) 

Jawab :
mesin tersebut mengenali bahasa : { an bn | n>=1 }.
Untuk mendemonstrasikan gerakan mesin turing saat membaca string dari
bahasa tersebut dapat diujikan dengan disuruh membaca string :’aaabbb’. Gerakan
mesin dapat diikuti dari deskripsi sesaat sebagai berikut :

(q1,aaabbb ) |-- (q2, ccadbb) |-- (q3, cccddd)


|-- (q2,caabbb) |-- (q2, ccadbb) |-- (q3, cccddd)
|-- (q2,caabbb) |-- (q2, ccadbb) |-- (q3, cccddd)
|-- (q2,caabbb) |-- (q3, ccaddb) |-- (q3, cccddd)
|-- (q2,caabbb) |-- (q3, ccaddb) |-- (q1, cccddd)
|-- (q3,caadbb) |-- (q3, ccaddb) |-- (q1, cccddd)
|-- (q3, caadbb) |-- (q1, ccaddb) |-- (q1, cccddd)
|-- (q3, caadbb) |-- (q2, cccddb) |-- (q1, cccdddb)
|-- (q3, caadbb) |-- (q2, cccddb) |-- (q5, cccdddb)
|-- (q1, caadbb) |-- (q2, cccddb) =FINAL STATE
BAB VIII. Mesin Turing 73

8.5 Loop yang Terus Menerus pada Mesin Turing

Jika diperhatikan bahwa suatu mesin turing dapat memiliki transisi yang mengatur
perilaku mesin sehingga dapat bergerak ke-kanan atau ke kiri, maka dimungkinkan
ada suatu mesin yang aturan transisinya justru menyebabkan gerakan tersebut
berulang terus menerus tidak dapat berhenti. Perhatikan mesin turing berikut :

M={ Q, ,, S,F,b, }


Q={q1,q2,q3}
 = {a,b}
 = {a,b, b }
S={q1}
F={q3}
 : (q1,a)= (q2,a,R)

 (q1,b)= (q2,b,R) 

 (q1,b)= (q3, b,R) 

 (q2,a)= (q1,a,L) 

 (q2,b)= (q1,b,L) 

 (q2,b)= (q3, b,L) 

Jika dicoba diinputkan string : ‘aaaa’ maka gerakan mesin adalah :


(q1,aaaa) |--
(q2,aaaa) |--
(q1,aaaa) |--
(q2,aaaa) |--
(q1,aaaa) |--
....

mesin akan terus bergerak kekanan dan kekiri sepanjang state q1 dan q2 dan
tidak pernah sampai pada state final q3.
Jika dicoba diinputkan string : ‘bbaa’ maka gerakanmesin adalah :

(q1,bbaa) |-
- (q2,bbaa)
BAB VIII. Mesin Turing 74

|-- (q1,bbaa)
|-- (q2,bbaa)
|-- (q1,bbaa)
|-- ....

Ternyata untuk masukan ini juga mesin turing bergerak terus tidak ada
akhirnya. Kalau dicermati dalam definisi gerakan di atas dapat disimpulkan bahwa
jika mesin turing diberi string ‘aa’, ‘bb’,’ba’ dan ‘ab’ mesin terus bergerak “bolak-
balik” dari karakter pertama ke karakter kedua ketika membaca string. Hal ini
menyebabkan string apapun yang diberikan akan menyebabkan gerakan “bolak-
balik” itu selalu terjadi, sehingga mesin turing tidak akan pernah mencapai
kedudukan final.
Tentunya sebagai pengenal bahasa definisi mesin turing seperti tersebut di
atas perlu dihindari. Sehingga dalam mendifinisikan suatu mesin turing harus ada
jaminan dalam definisi gerakan mesin turing bahwa tidak ada definisi fungsi
gerakan mesin yang jika diberikan umpan string menyebabkan mesin bergerak
secara “loop”, berputar tidak pernah sampai kedudukan final.
BAB VIII. Mesin Turing 75

8.6 Latihan

1. Modifikasikan mesin turing pada contoh 8.2 yang mengenali bahasa { an bn


| n>=1 } menjadi menali bahasa { an bn | n>=0 }
2. Konstruksikan mesin turing yang mengenali bahasa { a* }
3. Konstruksikan mesin turing yang mengenali bahasa a*b*
4. Konstruksikan mesin turing yang mengenali bahasa aabb*
5. Bahasa apakah yang dikenali mesin turing berikut ini :
M={ Q, ,, S,F,b, } Q={q1,q2}  = {a,b}
 = {a, b } S={q1} F={q2}
 :  (q1,a)= (q1,a,R) 
  (q1,b)= (q1,b,R) 
 (q1, b)= (q2, b ,L) 

6. Bahasa apakah yang dikenali mesin turing berikut ini :
M={ Q, ,, S,F,b, } Q={q1,q2 , q2}  = {a,b} 
= {a, b } S={q1} F={q3}
 :  (q1,a)= (q2,a,R) 
 (q2,b)= (q2,b,R) 
 (q2, b)= (q3, b ,L) 

7. Bahasa apakah yang dikenali mesin turing berikut ini :
M={ Q, ,, S,F,b, } Q={q1,q2 , q2}  = {a,b} 
= {a, b } S={q1} F={q3}
 :  (q1,a)= (q2,a,R) 
  (q2,b)= (q2,b,R) 
 (q2, b)= (q3, b ,L) 

8. Tentukan mesin turing yang mengenali bahasa (abc)*
Daftar Pustaka 76

DAFTAR PUSTAKA

Hopcroft , J.E., Motwani,R., and Ullma J.D., 2007, Teori Bahasa dan Otomata,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Keley, Dean, 1998, “Otomata dan Bahasa-Bahasa Formal”,
Terjemahan, Prenhalindo, Jakarta.
Utdirartatmo, Firrar, 2001, “Teori Bahasa dan Ototamata”, JJ-
Learning, Yogyakarta.
Lampiran 77

LAMPIRAN: JAWABAN LATIHAN NOMOR TERPILIH


BAB I
1. -
2. Perbedaan prinsip bahasa natural dan bahasa formal adalah dalam bahasa natural
aturan-aturan tata bahasa lebih kompleks dan lebih luwes, sedangkan dalam
bahasa formal lebih sempit dan kaku. Dalam bahasa natural banyak terjadi
ambiguity sedangkan dalam bahasa formal ambiguity sangat sedikit, dan
kosakata serta simbul yang digunakan cenderung sangat besar sedangkan dalam
bahasa formal kata kunci dan simbol terbatas.
3. Penurunan string dalam bahasa natural adalah penurunan kalimat berdasarkan
kaidah tata bahasa yang tersedia, misalnya dalam bahasa indonesia
kalimat/string :”saya lari” adalah kalimat yang diturunkan dari kaidah bahasa
Indonesia KALIMAT=SUBJEK + PREDIKAT, sedangkan kalimat /string
:”saya makan nasi” adalah diturunkan dari kaidah KALIMAT = SUBJEK +
PREDIKAT + OBJEK. Penurunan string dalam bahasa formal adalah membuat
string berdarakan kaidah produksi yang tersedia sehingga string yang terjadi
adalah sah berdasarkan aturan produksi yang ada
4. –
5. –

BAB II
1. Pencarian bahasa dilakukan dengan mencoba seluruh kemungkinan penurunan
string, yaitu :
 
Penurunan 1 : S Aa aaa
     
Penurunan 2 : S AB aaB aabB aabbB aabbbB ...
aa...b Hasil bahasa L = penurunan 1  penurunan 2 = {aaa, aab*}
2. –
3. Penentuan tipe tata bahasa dan bahasa berdasarkan karakteristik aturan produksi.
     
Aturan yang ada adalah : S ABC, A BB, B Bab, B ,C aa , A 
   
Aturan S ABC, A BB, B Bab sisi ruas kanan simbol “ ” tidak
memenuhi syarat tata bahasa tipe-3 (regular), yaitu harus berbentuk : a, aB atau
Lampiran 78

, sehingga hanya tata bahasa tersebut memenuhi tipe-2: sebelah kiri simbol

“ ” dari seluruh aturanproduksinya adalah satu Non terminal. Kesimpulan :
tata bahas tersebut adalah tipe-2 (tata bahasa bebas konteks).

4. –
      
5. Tata bahasa :{ S ABC, A aA, A , B bB, B , C cC, C  }

Dari aturan produksi S ABC, maka karena setiap A hanya dapat diturunkan
ke aA atau , B hanya dapat diturunkan ke bB atau , C hanya dapat diturunkan

ke cC atau , yang berarti cacah a,b atau c yang diturunkan sebagai produk akhir
penurunan adalah sembarang dengan nilai minimal nol. Dengan demikian bahasa
yang dihasilkan dari tata bahasa tersebut adalah : L = { a* b* c* }. Perbedaan
bahasa yang dibangkitkan dengan no 4 adalah tidak ada, karena no.4 juga
menghasilkan bahasa a*b*c*. Perbedaan hanya diungkapan tata bahasanya.
6. –
7. Tata-bahasa tata-bahasa tersebut adalah :
a) L = { 1*0* } tata bahasanya adalah :
  
P = {S AB; A 1A|; B 0B |  }
b) L = { 10* } tata bahasanya adalah :
 
P = { S 1A; A 0A | }
c) L= {1*0} tata bahasanya adalah :
 
P = { S 1S|A; A 0}
d) L = (1,0)* tata bahasanya :

P={S 1S | 0S |  }
8. –

BAB III
1. Notasi regularnya adalah :
a) a*a
b) -
c) (a,b)*a
Lampiran 79

d) –

2. Kalimat ungkapannya adalah :


a) a atau b
b) -
c) a diikuti b sebanyak minimal nol
d) -
e) a sebanyak minimal nol atau b
f) -
g) a sebanyak minimal nol diikuti b minimal nol buah
h) –

3. Bahasa yang dihasilkan adalah :


a) a*
b) -
c) a*b*b
d) -
e) a*b*

4. Bahasa yang dihasilkan adalah :


a) aa*bb*cc*
b) -
c) abcc*
d) -

BAB IV
1. Bahasa yang dikenali FSA tersebut adalah L={01,10*1}
2. -
3. FSA yang mengenali dan tata bahasa yang membangkitkan bahasa
a) 1*0*
Lampiran 80

FSA :

1 0

start 0
S0 S1

Tata bahasa nya adalah :


 
S 1S | 0A | ε ; A 0A | ε

b) -
c) 1*0*11 FSA
adalah :
1 0

start 0
S0 S1

1
Tata bahasanya adalah :
 
S 1S | 0A; A 0A | 1S | ε
d) –
4. - FSA yang mengenali dan tata bahasa yang membangkitkan bahasa

5. Tata bahasa :

S aA

A aA | bB

B bB | b
Bahasanya adalah : L = { aa*bbb* }
FSA yang mengenali adalah :
a b

start b
a b
S0 S1 S2 S3
Lampiran 81

BAB V
1. Bahasa yang dibangkitkan adalah :

a) L = { (bb)n | n > 0 }
b) -
c) L = { bnan | n > 0 }
d) -
2. -
3. Tata bahasa berikut :
  
G ={S AC | ABab ; A B; B C

;C abC | aa |  }
 
Produksi unit yang melibatkan A yang dapat di buang adalah : A B dan B C
 
diganti menjadi A C dan selanjutnya karena C abC | aa | ε maka dapat diganti

menjadi A abA | aa | ε

Produksi unit yang melibatkan B hanya dapat diturunkan menjadi B C, dan
 
selanjutnya karena C abC | aa | ε maka dapat diganti menjadi B abB | aa | ε
Dengan demikian CFG tersebut dapat disederhanakan menjadi

: G ={S AC | ABab ;

A abA | aa | ε ;

B abB | aa | ε;

C abC | aa |  }
4. -
5. Penyederhanaan CFG :

S ABCD| bB | aAA |

aA B aaB | 

A bA | a C

cC | dD

D aaD | abcD
Jika diperhatikan aturan produksi yang melibatkan non terminal C tidak dapat
sampai sting final. Demikian juga aturan produksi yang melibatkan non terminal
D juga tidak dapat sampai ke string final. Dengan demikian kita harus
menghilangkan produksi yang melibatkan C dan D, hasilnya CFG menjadi :
Lampiran 82


S bB | aAA |

aA B aaB | 

A bA | a

CFG masih mengandung produksi , yaitu B . Dapat disederhanakan
dengan menghilangkan produksi  tersebut dengan mensubstitusi produksi
yang melibatkan B, yaitu :
  
S bB dan B aaB, jika disubstitusi dengan produjksi B , menjadi : S
 
b dan B aa
Dengan demikian produksi  dapat dihilangkan dan CFG menjadi

:S bB | aAA | aA | b

B aaB | aa

A bA | a

BAB VI
1. a). --
b). Tata bahasa CFG :

S aSA| aBB | Aa

A aA | aa

B aBB | aB | bB

C c
Jika dicermati tata bahasa tersebut akan terlihat bahwa non terminal yang
melibatkan B tidak dapat menghasilkan string final dan non terminal yang
melibatkan C tidak dapat dilacak dari S. Oleh karena itu penyederhanaan
dimulai dengan membuang produksi yang mengandung B dan C karena tidak
berguna untuk penurunan string final. Tata bahasa menjadi :

S aSA| Aa

A aA | aa
Lampiran 83

Normal chomsky dibuat dengan memperkenalkan non terminal baru dan


 
aturan produksi baru Xa a;Y SA. Jika diterapkan dalam CFG akan
menjadi :

S XaY | AXa

A XaA |

XaXa Xa a

Y SA
(sudah dalam bentuk Normal
Chomsky) 2. a). –
b). Normal greibach dari CFG :

S Sab| aBB | Aa

A Aa | aa

B Bab | a | b

C c (tidak berguna dapat dibuang)
Rekursif kiri terjadi pada tiga produksi yaitu:

 
S Sab yang bukan rekursif kiri : S aBB | Aa
 
A Aa yang bukan rekursif kiri : A aa
 
B Bab yang bukan rekursif kiri : B a|b
Dengan mengusulkan Z1, Z2 dan Z3 didapat bentuk normal greibach sebagai
berikut :


S aBB | Aa | aBBZ1 | AaZ1

Z1 ab | abZ1

A aa | aaZ2

Z2 a | aZ2

B a | b | aZ3 | bZ3

Z2 ab | abZ3
(sudah dalam bentuk normal greibach)
Lampiran 84

BAB VII
1. –
2. CFG mengenali xxr dengan x string terdiri dari a dan b

S aSa | bSb | c
PDA yang mengenali dirancang sedemikian sehingga pada kedudukan q1, jika ia
membaca a maka mempush A ke stack, jika membaca b ia mempush B ke dalam
stack. Jika PDA membaca c maka status diubah menjadi q2. Pada kedudukan q2
jika ia membaca a maka PDA melakukan POP A dari stack dan jika ia membca
b maka PDA melakukan POP B dari stack. Dengan demikian ketika jumlah a
dan b yang dibaca telah seimbang dengan yang pernah dibaca sebelum membaca
c maka string tepat akan membaca kebalikan dari a dan b yang pernah debaca
dengan mempush A dan B. Secara formal dapat dirumuskan PDA sebagai
berikut :
M={Q, ,, ,S,F,Z } dimana :
Q={q1,q2,
q3}  = {a,b}
 = {A,B,Z}
F=q3
S=q1

  (q1, c , Z) = (q3, Z) 
  (q1, c , A) = (q2, Z) 
  (q1, c , B) = (q2, Z) 
  (q1, a , Z) = (q1, AZ) 
  (q1, a , A) = (q1, AA) 
  (q1, a , B) = (q1, AB) 
  (q1, b , Z) = (q1, BZ) 
  (q1, b , A) = (q1, BA) 
  (q1, b , B) = (q1, BB) 
  (q2, b , B) = (q2, ) 
  (q2, a , A) = (q2, ) 
 (q2,  , ) = (q3, ) 
Lampiran 85

3. –
4. Bahasa yang dihasilkan oleh Tata bahasa CFG :

S aaSb | c
Adalah : L = { (aa)ncbn | n >1 }
PDA yang mengenali dirancang untuk mem-push A ke dalam stack jika ia
membaca a dalam posisi state 1, berpindah ke state 2 jika ia membaca c dan
mem-pop AA dari stack setiap membaca b pada state 2 dan berpindah state ke
state 3 jika ia membaca c, baik dari state 1 maupun state 2. PDA tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :

M={Q, ,, ,S,F,Z } dimana :


Q={q1,q2,
q3}  = {a,b}
 = {A,B,Z}
F=q3
S=q1

 :
  (q1, c , Z) = (q3, Z) 
  (q2, c , Z) = (q3, Z) 
  (q1, a , Z) = (q1, AZ) 
  (q1, a , A) = (q1, AA) 
  (q1, c , A) = (q2, A) 
  (q2, b , AA) = (q2, ) 
 (q2,  , ) = (q3, ) 

BAB VIII
1. –
2. Mesin turing pengenal a*

M={ Q, ,, S,F,b, }


Q={q1,q2}
 = {a,b}
Lampiran 86

 = {a, b }
S={q1}
F={q2}
:
 (q1,a)= (q1,a,R) 
 (q1, b)= (q2, b ,L) 


3. –
4. Mesin turing pengenal aabb*

M={ Q, ,, S,F,b, }


Q={ q1, q2, q3, q4, q5}
 = {a,b}

 = {a, b }
S={q1}
F={q5}
 (q1,a)= (q2,a,R) 
 (q2,a)= (q3,a,R) 
 (q3,b)= (q4,b,R) 
  (q4,b)= (q4,b,R) 
 (q4, b)= (q5, b ,L) 

5. –
6. Bahasa yang dikenali : L = {ab* }
7. –
8. Mesin turing sebagai berikut mengenali (abc)*
M={ Q, ,, S,F,b, }
Q={ q1, q2, q3, q4, }
 = {a,b}
 = {a, b }
S={q1}
F={q4}
:  (q1,a)= (q2,a,R)
  (q1, b )= (q4, b ,L) 
 (q2,b)= (q3,b,R) 
  (q3,c)= (q1,c,R) 
 (q3, b )= (q4, b ,L) 

Anda mungkin juga menyukai