Urolithiasis
Urolithiasis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
“Urolithiasis merujuk pada adanya kalkuli (batu) dalam urinari tract,
sedang nephrolitiasis menggambarkan bahwa kalkuli terbentuk dalam
parenkim ginjal” (Ignativicius, 1995).
Urolithiasis adalah suatu kelainan yang ditandai dengan adanya batu di
satu atau beberapa tempat di sepanjang collecting system (Munver &
Preminger, 2001).
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan batu di
dalam saluran air kemih mulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior
(Gardjito, 1994).
2. Faktor yang mempengaruhi
a. Anatomi
Sistem perkemihan (urinari) terdiri atas ginjal beserta
salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Ginjal adalah sepasang organ
saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas di
sepanjang kolumna vertebra. Pada posisi supine ginjal terletak antara
vertebra thorakal XII – vertebra lumbal III, pada saat posisi
trendelenberg posisinya bisa naik ke atas sampai ruang intercosta X,
sedangkan pada saat berdiri letak ginjal bisa turun sampai di atas
permukaan sacroiliaka. Karena adanya hepar, ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri. Bentuk ginjal menyerupai kacang mente dengan
sisi cekungnya menghadap ke medial dan disebut sebagai hilus renalis,
yaitu tempat struktur – struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem
saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal
sangat bervariasi, hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur serta ada
tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinik didapatkan
9
Aliran darah ke ginjal berasal dari arteri renal, merupakan arteri tunggal
(end artery) cabang dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena
dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena cava
inferior. Saluran getah bening (limfe) dari ginjal mengalir ke kelenjar
limfe di hilus renalis selanjutnya ke kelenjar limfe paraaorta.
Persyarafan dari ginjal dilaksanakan oleh sistem otonom, yaitu simpatis
dan parasimpatis. Bila diperiksa secara histologik maka ginjal terdiri
dari satuan unit fungsional yang disebut nefron, masing-masing ginjal
terdapat 1 juta sampai 1,25 juta nefron, semua berfungsi sama dan
independen. Tiap nefron terbentuk dari dua komponen utama : (1)
Glomerulus dan Kapsula Bowman’s, tempat air dan larutan difiltrasi
dari darah dan (2) Tubulus, yang mereabsorpsi material penting dari
filtrat dan memungkinkan bahan-bahan sampah dan material yang tidak
dibutuhkan untuk tetap dalam ‘filtrat’ (material hasil filtrasi glomerulus)
dan mengalir ke pelvis renalis sebagai urine. Glomerulus terdiri atas
sekumpulan kapiler-kapiler yang mendapat suplai nutrisi dari arteriole
afferen dan diperdarahai oleh arteriole afferen. Glomerulus dikelilingi
oleh kapsula bowman’s, arteriole efferen mensuplai darah ke kapiler
peritubuler. Cairan filtrat dari kapiler masuk ke kapsula kemudian
mengalir ke dalam sistem tubular, yang terdiri atas empat bagian : (1)
Tubulus Proksimus, (2) Ansa Henle , (3) Tubulus Distalis dan Tubulus
kolegentes. Berdasarkan letak nefron pada massa ginjal, ada dua tipe
nefron :
(1). nefron kortikal
(2). nefron jukstamedular
Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di luar korteks disebut
nefron kortikal, nefron tersebut mempunyai ansa henle pendek yang
menembus ke dalam medula dengan jarak dekat. Nefron jukstamedular
kira-kira 20 % sampai 30 % mempunyai glomerulus dan terletak di
korteks renal sebelah dalam dekat medula, nefron ini mempunyai ansa
henle yang panjang dan masuk sangat dalam ke medula, pada beberapa
11
(Guyton, 1991). Setiap hari sekitar 180 liter terbentuk filtrat dari
glomerulus atau normalnya GFR berkisar 125 ml/menit, dari
sejumlah tersebut hanya sekitar 1 sampai 2 liter yang dikeluarkan
sebagai urine.
(b). Reabsorpsi tubular
Merupakan proses kedua yang juga ikut mempertahankan
konsentrasi plasma normal dan pengeluaran cairan serta solut
melalui urine secara tepat. Sewaktu filtrat mengalir melalui
komponen tubular dari nefron, sejumlah air, elektrolit dan solut lain
direabsorpsi oleh tubuh. Reabsorpsi terjadi dari filtrat yang berada
dalam lumen tubular masuk ke dalam kapilar peritubuler atau vasa
rekta. Di dalam tubulus proksimal direabsorpsi sekitar 65 % dari
filtrat.
Reabsorpsi air : lebih dari 99 % filtrat air direabsorpsi kembali oleh
tubulus ke dalam tubuh. Beberapa proses juga membantu ginjal
dalam mempertahankan keseimbangan cairan antara lain
kemampuan mempertahankan interstisial medula hipertonik dan
kemampuan memproduksi variasi dalam volume urine. Sebagian
besar air direabsorpsi dari filtrat ke dalam plasma saat melewati
tubulus proksimal, saat filtrat berada pada pars desenden air juga
direabsorpsi. Pada pars asenden yang berdinding berdinding tipis,
sodium dan klorida secara aktif direabsorpsi, akan tetapi
dindingnya tidak permeabel terhadap air, sehingga cairan jaringan
interstisial medula menjadi hipertonik. Pada saat filtrat melewati
tubulus distal reabsorpsi air juga terjadi karena dindingnya
permeabel terhadap air. Dinding membran tubulus distal dapat
menjadi lebih permeabel terhadap air atas pengaruh vasopresin
(ADH). ADH meningkatkan permeabilitas membran terhadap air
dan meningkatkan reabsorpsi air. Aldosteron juga mengubah
permeabilitas membran, aldosteron meningkatkan reabsorpsi
14
Endourologi
Merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra
atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Sedangkan pemecahnya
dapat dilakukan secara mekanik dengan memakai energi hidraulik, energi
gelombang suara atau dengan energi laser. Salah satu tindakan
endourologi adalah PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy) (Purnomo,
2000).
PNL
Yaitu ekstraksi batu yang berada pada saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada kulit
(kurang lebih 1 cm), batu biasanya dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu dan biasa dikombinasi dengan ESWL (Soebandi, 1999). PNL
biasanya diindikasikan untuk batu ginjal yang keras, lebih dari 2 cm, batu
staghorn, batu yang berada di kaliks inferior; kaliks medius; pielum dan
UPJ atau batu yang gagal dengan tindakan ESWL (Munver & Preminger,
2001). Untuk persiapan penderita tindakan PNL, sebagaimana tindakan
pembedahan lainnya meliputi persiapan kulit, persiapan GI tract
(puasa/klisma), evaluasi pra bedah meliputi pemeriksaan darah lengkap,
faal ginjal, faal hati, gula darah, faal hemostasis, urine lengkap, biakan dan
tes sensitifitas urine, foto polos abdomen serta IVP, USG bila perlu, serta
EKG dan foto thoraks. Pra bedah pada waktu premedikasi diberikan
antibiotika profilaksis dengan ampissilin 1 gram secara intravena, atau
dengan antibiotika yang sesuai dengan hasil biakan urine. Anestesi
diberikan secara regional (subarakhnoid atau peri/epidural) atau umum
(Soebandi, 1999). Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan
PNL adalah perdarahan, infeksi dan ekstravasasi urine (Nettina, 1996).
21
B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan meliputi lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksannan dan evaluasi.
l. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Lyer et al,
1986). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu yang meliputi :
Pengumpulan data
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur (penyakit BSK paling sering didapatkan pada
usia 30 sampai 50 tahun), jenis kelamin (BSK banyak ditemukan pada pria
dengan perbandingan 3 kali lebih banyak dari wanita), alamat,
agama/kepercayaan, pendidikan, suku/bangsa (beberapa daerah
menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi dari daerah lain),
pekerjaan (BSK sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life) (Purnomo, 2000).
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang sering terjadi pada klien batu ginjal adalah
nyeri pinggang akibat adanya batu pada ginjal, berat ringannya nyeri
tergantung lokasi dan besarnya batu, dapat pula terjadi nyeri kolik/kolik
renal yang menjalar ke testis pada pria dan kandung kemih pada wanita.
Klien dapat juga mengalami gangguan saluran gastrointestinal dan
perubahan dalam eliminasi urine (Ignatavicius, 1995).
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh
penderita yang mungkin berhubungan dengan BSK, antara lain infeksi
saaluran kemih, hiperparatiroidisme, penyakit inflamasi usus, gout,
keadaan-keadaan yang mengakibatkan hiperkalsemia, immobilisasi lama
dan dehidrasi (Carpenito, 1995).
22
- antibiotik
- natrium bikarbonat
- asam askorbat
j). Perhatikan patensi kateter tak menetap, bila menggunakan
k). Irigasi dengan asam atau larutan alkali sesuai indikasi
4). Rasional
a). Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi (infeksi dan perdarahan). Perdarahan dapat
mengindikasikan peningkatan obstruksi/iritasi
b). Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera
c). Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris serta
dapat membantu lewatnya batu
d). Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi
e). Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan
(kandung kemih/ginjal) dan potensial resiko infeksi, gagal ginjal
f). Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada SSP
g). Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan
disfungsi ginjal
h). Menentukan adanya ISK, yang menjadi penyebab/gejala
komplikasi
i). Obat-obat tersebut :
- Meningkatkan pH urine untuk menurunkan pembentukan
batu asam
- Mungkin digunakan untuk mencegah stasis urine dan
menurunkan pembentukan batu kalsium tertentu
- Menurunkan pembentukan batu fosfat
32
d). Izinkan dan dorong anggota keluarga dan orang terdekat untuk
saling berbagi rasa takut dan kekhawatirannya. Sebutkan
dukungan mereka untuk klien, tetapi hanya bila bermakna dan
produktif
e). Evaluasi tingkat ansietas klien dan keluarga (Willard, 1995) :
- Rendah (diperkirakan)
- Sedang (persepsi menyempit, kesulitan untuk konsentrasi, akan
mempunyai kesulitan menganalisa, gemetar)
- Tinggi (persepsi sangat menurun, perhatian sangat mudah
dialihkan, tak mampu berkonsentrasi, belajarsangat terganggu)
f). Beri tahu dokter bila klien menunjukkan ansieas berat atau panik
g). Bila ansietas sedang, bantu klien untuk mendapatkan pemahaman
ke dalam ansietas mereka dan alasan mengapa timbul ansietas.
Bantu untuk menilai kembali ancaman dan belajar cara baru
untuk menerimanya (Tarsitono, 1992).
h). Beri tahu dokter jika klien memerlukan penjelasan lanjut tentang
prosedur, sebelumnya dokter harus menjelaskan tentang sifat
pembedahan, alasan untuk pembedahan dan hasil yang
diperkirakan, setiap resiko yang termasuk, jenis anastesi yang
akan digunakan, lama pemulihan yang diperkirakan dan setiap
pembatasan dan instruksi pasca operasi
i). Libatkan anggota keluarga dan orang terdekat dalam penyuluhan
klien, setiap saat bila memungkinkan.
j). Berikan instruksi (di tempat tidur atau kelompok) tentang
informasi umum yang berkaitan dengan pentingnya partisipasi
aktif, rutinitas pra operasi, lingkungan, petugas dan latihan
pascaoperasi.
k). Berikan informasi atau pertegas belajar menggunakan materi
tertulis (misalnya buku, panflet, lembar instruksi) atau alat
audiovisual (misalnya videotape, slide, poster)
l). Jelaskan pentingnya dan tujuan dari semua prosedur pascaoperasi
35
(1) enema
(2) status puasa
(3) pemeriksaan laboratorium
(4) obat-obatan praoperasi
m). Diskusikan prosedur intraoperasi dan sensasi yang diperkirakan :
(1) Penampilan ruangan dan peralatan operasi
(2) Kehadiran staf pembedahan
(3) Pemberian anestesi
(4) Penampilan ruang pemulihan
(5) Pemulihan dari anestesi
n). Jelaskan semua rutinitas dan sensasi pascaoperasi yang
diperkirakan
(1) Pemberian cairan parenteral
(2) Pemantauan tanda vital
(3) Pemeriksaan dan penggantian balutan
(4) Pemasangan dan perawatan selang nasogastrik (NG)
(5) Pemasangan dan perawatan kateter indwelling (Foley)
(6) Alat lain, seperti jalur intravena (IV), pompa dan drain
(7) Gejala-gejala termasuk mual, muntah dan nyeri
(8) Ketersediaan analgesik dan antiemetik, jika diperlukan
o). Jelaskan rasional nafas dalam, peragakan dan minta klien
memperagakan ulang (Tarsitano, 1992)
(1) Letakkan tangan di atas abdomen dan tangan lainnya di
tempat insisi akan dilakukan
(2) Inspirasi dan kembangkan abdomen
(3) Ekspirasi dengan lambat dan dalam
p). Jelaskan rasional batuk, peragakan dan minta klien
memperagakan ulang
(1) Batuk hanya saat ekspirasi
q). Jelaskan rasional untuk latihan kaki, peragakan dan minta klien
memperagakan ulang (Tarsitano, 1992)
36
(1) Dengan tumit di tempat tidur, dorong ibu jari kaki kedua
kaki searah tempat tidur sampai otot betis kaki
mengencang. Rileks kedua kaki. Tarik ibu jari ke arah dagu
sampai otot betis mengencang. Rilekskan kaki.
(2) Dengan tumit di tempat tidur, putar kedua pergelangan
kaki, pertama ke kanan dan kemudian ke kir. Ulangi tiga
kali. Rileks.
(3) Tekuk setiap lutut secara bergantian, luncurkan kaki
sepanjang di tempat tidur. Rileks.
r). Bila dapat dilakukan, ajarkan klien (menggunakan peragaan
ulang untuk memastikan pemahaman dan kemampuan) cara
melakukan hal berikut:
(1) Berbalik, batuk atau nafas dalam
(2) Menyangga insisi saat batuk
(3) Mengubah posisi di tempat tidur setiap 1 sampai 2 jam
(4) Duduk, turun dari tempat tidur dan ambulasi sesegara
mungkin setelah pembedahan (duduk lama harus dihindari)
s). Jelaskan pentingnya aktivitas progressif pascaoperasi termasuk
ambulasi setelah pembedahan dan perawatan diri sesegera
mungkin klien mampu
t). Jelaskan pentingnya kebijakan rumah sakit untuk anggota
keluarga/orang terdekat, misalnya jam berkunjung, jumlah
pengunjung, lokasi ruang tunggu dan bagaimana dokter akan
menghubungi mereka setelah pembedahan
u). Evaluasi kemampuan klien dan keluarga atau orang terdekat
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan secara
mutual dan telah ditetapkan sebelumnya.
4). Rasional
a). Memberikan dukungan emosional dan dorongan pada klien untuk
berbagi memungkinkan klien untuk mengklarifikasi rasa
37