Anda di halaman 1dari 3

PELAYANAN ANESTESIA

No. No. Revisi Halaman


Dokumentasi 1/3

RSUD
WAIKABUBAK
Tanggal berlaku Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD Waikabubak
STANDAR
5 Januari 2017
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. BARINGIN PASARIBU


NIP 19770502 200501 1 015
Pengertian Suatu prosedur tindakan anestesia yang dilakukan oleh DPJP Anestesi untuk
memenuhi keadaan amnesia, analgesia dan penekanan refleks, yang
meliputi : proses perencanaan, persiapan, tindakan, dan pemantauan
selama anestesia.
Tujuan 1. Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien selama tindakan
operasi atau tindakan lain yang menyebabkan pasien memerlukan
anestesia umum
2. Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk prosedur yang
akan dijalani
3. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian selama layanan
anestesia.
4. Peningkatan kualitas layanan anestesia.
Kebijakan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
6. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 1993.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
779/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Standar Pelayanan Anestesiologi
dan Reanimasi di Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah sakit
PELAYANAN ANESTESIA
No. Dokumentasi No. Revisi Halaman
2/3

RSUD
WAIKABUBAK
Prosedur Kebijakan :
1. Pelayanan anestesi dan sedasi dilakukan di kamar bedah dan
luar kamar bedah termasuk ruang resusitasi, ruangan tindakan
invasif, ruang radiologi, ruang rawat khusus (ICU, NICU), ruang
rawat inap, rawat jalan, dan ruang lain bila dibutuhkan.
2. Layanan anestesia yang diberikan harus dapat memenuhi
kebutuhan layanan anestesia dari disiplin terkait.
3. Layanan anestesia yang diberikan harus sesuai dengan
ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan yang dimiliki oleh
Bagian/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD
Waikabubak.
4. Layanan anestesia dilakukan oleh DPJP Anestesi, dokter umum
dan perawat anestesi RSUD Waikabubak yang memiliki SIP di
RSUD Waikabubak.
5. Pelayanan anestesi yang dilakukan oleh dokter umum dan
perawat anestesi harus berada dibawah supervisi DPJP
anestesiologi dan sesuai dengan tingkat kompetensi yang
dimiliki.
6. Setiap tindakan anestesi yang dilakukan oleh DPJP harus
melalui proses komunikasi dan pemberian informasi serta
mendapat persetujuan dari pasien atau keluarga pasien

7. Setiap pelayanan anestesi dan anestesi harus didokumentasikan


dalam rekam medis dan status anestesia.

Prosedur :

1. Tahap Pra Anestesia


a. Tahap pra anestesia mencakup kegiatan kunjungan pra
anestesia, perencanaan dan persiapan anestesia
b. Pada populasi khusus seperti pediatri, geriatri dan pasien kondisi
kritis semua kegiatan kunjungan pra anestesia, perencanaan dan
persiapan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi khusus
tersebut.
c. Keputusan jenis tindakan anestesia dilakukan berdasarkan
temuan pada kunjungan pra anestesia.
d. Tindakan anestesia dilakukan oleh DPJP Anestesiologi, dokter
umum, atau perawat anestesi yang diberikan delegasi oleh DPJP
Anestesiologi.
e. DPJP Anestesiologi, Dokter Umum, dan Perawat Anestesi yang
PELAYANAN ANESTESIA
No. Dokumentasi No. Revisi Halaman
3/3

RSUD
WAIKABUBAK
Prosedur f. melakukan anestesia harus selalu siap ditempat untuk
pemantauan pasien pra, intra dan pasca anestesia.
g. Setiap tindakan anestesia harus diberikan penjelasan dan
edukasi kepada pasien dan keluarga kemudian diminta
persetujuan tindakan medis dengan menandatangani Informed
Consent oleh pasien atau keluarga pasien.
h. Semua proses anestesia harus didokumentasikan dalam rekam
medis pasien.

melakukan anestesia harus selalu siap ditempat untuk


pemantauan pasien pra, intra dan pasca anestesia.
i. Setiap tindakan anestesia harus diberikan penjelasan dan
edukasi kepada pasien dan keluarga kemudian diminta
persetujuan tindakan medis dengan menandatangani Informed
Consent oleh pasien atau keluarga pasien.
j. Semua proses anestesia harus didokumentasikan dalam rekam
medis pasien.

2. Tahap Intra anestesi


a. Setiap tindakan anestesia harus dievaluasi kembali obat-obatan,
peralatan anestesia dan monitoring pasien serta kelengkapan
status pasien berdasarkan cek list kesiapan anestesia.
b. DPJP Anestesiologi dan atau personal pelaku anes/tesi harus
terlibat dalam proses sign in, time out dan sign out
c. Sesaat sebelum induksi, DPJP Anestesiologi dan atau personal
pelaku anestesi melakukan penilaian pra induksi.
d. Saat pasien diberikan anestesia, DPJP Anestesiologi dan atau
personal pelaku anestesi harus melakukan pemantauan yang
berkesinambungan selama proses anestesia berlangsung.
Selama anestesia, DPJP Anestesia atau personal pelaku anestesi
harus bereaksi cepat terhadap segala kondisi pasien akibat tindakan
anestesia
Unit terkait Instalasi kamar operasi

Anda mungkin juga menyukai