Proposal Pemodelan Koeksistensi Dengue
Proposal Pemodelan Koeksistensi Dengue
USULAN
PENGUSUL
Edwin Setiawan Nugraha, M.Sc (NIDN: 0419107703)
USULAN
PENELITIAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUANDISERTASI
DAN ILMUDOKTOR
PENDIDIKAN SURYA
Juni, 2017
i
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian: Pemodelan Koeksistensi Dengue Fever dan Chikungunya
2. Tim Peneliti:
No Nama Jabatan Bidang Instansi Asal
Alokasi Waktu
Keahlian (jam/minggu)
1 Edwin Setiawan Nugraha Ketua Matematika STKIP Surya 10
Peneliti Terapan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
RINGKASAN
Koeksistensi penyakit infeksi merupakan dua atau lebih penyakit yang muncul pada suatu populasi
pada waktu bersamaan, contohnya koeksistensi vector borne disease, Dengue Fever dan
Chikungunya. Pada kasus ini, seseorang dapat terinfeksi virus Dengue Fever dan virus
Chikungunya sekaligus (koinfeksi) dengan kondisi lebih parah dibandingkan dengan terinfeksi
masing-masing virus. Oleh sebab itu, kasus koeksistensi lebih berbahaya dibandingkan kasus
penyakit tunggal.
Di dalam hasil-hasil penelitian sebelumnya banyak model penyebaran penyakit baik Dengue Fever
maupun Chikungunya, tetapi tanpa koeksistensi kedua penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk memodelkan kasus koeksistensi Dengue Fever dan Chikungunya dengan
mempertimbangkan penderita dapat terinfeksi kedua virus tersebut. Model ini dinyatakan dalam
bentuk sistem persamaan differensial biasa dan mendeskripsikan dinamika populasi manusia dan
populasi nyamuk.
Analisis model dilakukan dua pendekatan yaitu secara analitik dan numerik. Pendekatan analitik
meliputi pencarian titik-titik equilibrium dan kestabilannya serta menurunkan tiga formulasi
parameter basic reproduction number (R0) menggunakan metode Next Generation Matrix (NGM).
Ketiga formulasi R0 tersebut berkaitan dengan penyebaran Dengue Fever, Chikungunya dan
koeksistensi Dengue Fever dan Chikungunya. Dalam penedekatan numerik, akan dibahas
parameter-parameter yang berpengaruh penting terhadap nilai R0. Nilai R0 sangat penting karena
menentukan dinamika penyakit dalam suatu populasi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Distribusi dan angka kejadian penyakit Dengue Fever terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut data (WHO, 2015a) diperkirakan sekitar 2,5 miliar penduduk hidup di lebih 100 negara
yang endemik Dengue Fever, dan setiap tahun korban meninggal akibat penyakit ini diperkirakan
mencapai lebih dari 22.000 orang, yang sebagian diantaranya merupakan anak-anak. Hal ini
menunjukkan bahwa saat ini Dengue Fever merupakan masalah kesehatan global yang harus
mendapat perhatian serius pihak-pihak terkait. Penyakit ini disebabkan oleh virus DENV yang
ditransmisikan ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang dinamakan vektor. Vektor
utama pembawa virus ini adalah Aedes aegypti dan vektor sekundernya yaitu Aedes albopictus.
Saat ini, DENV diketahui mempunyai empat serotipe diantaranya DENV-1, DENV-2, DENV-3
dan DENV-4. Seseorang yang terinfeksi salah satu dari virus ini tetap berpotensi terkena tiga
serotipe lain dengan kondisi penyakit yang lebih parah (WHO, 2015b).
Chikungunya adalah jenis penyakit lain yang vektor nyamuknya sama seperti pada penyakit
Dengue Fever, tetapi nyamuk tersebut membawa virus Chikungunya yang dinamakan CHIKV.
Biasanya, Chikungunya jarang menyebabkan kematian, namun dampak wabahnya dapat
menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial secara signifikan. Hal ini dikarenakan penyakit
Chikungunya akan menurunkan produktifitas sebagian penderita dalam waktu yang cukup lama
(Ramachandran dkk., 2012).
Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit seseorang, maka terdapat kemungkinan virus akan
ditransmisikan ke dalam tubuh orang tersebut. Selanjutnya, virus yang masuk ke dalam tubuh akan
berinkubasi. Selama periode inkubasi, gejala-gejala penyakit belum muncul. Periode inkubasi
untuk Dengue Fever selama 4 - 7 hari, sedangkan untuk Chikungunya selama 2 - 4 hari.
Selanjutnya masuk fase infeksi, untuk Dengue Fever 4-12 hari dan untuk Chikungunya 3-7 hari
(Lahariya dan Pradhan, 2006; Sabin, 1952; Schwartz dan Albert, 2010; Gubler dkk., 1981). Pada
fase ini, muncul gejala-gejala penyakit tersebut. Gejala penyakit Dengue Fever dan Chikungunya
memiliki banyak kemiripan seperti demam dengan suhu > 39; 9o C, myalgias, arthalgias,
headache, rush, bleeding dyscracias, leukonepnia, neutropenia, lymphopenia, dan
trombocytopenia, sedangkan shock merupakan gejala yang hanya terjadi pada penderita Dengue
Fever (Staples dkk., 2009). Saat ini belum ada obat khusus untuk penyakit Dengue Fever maupun
Chikungunya, sehingga penderita akan mendapat obat-obat yang sesuai dengan gejala klinisnya.
2
Selanjutnya adalah fase pemulihan dimana penderita sudah pulih dari penyakit, tetapi penderita
Chikungunya masih mengalami sakit persendian untuk waktu yang cukup lama bahkan bisa
berbulan-bulan (Ramachandran dkk., 2012).
Di Indonesia, penyakit Dengue Fever dan Chikungunya merupakan masalah kesehatan serius yang
jumlah kasus dan penyebarannya terus bertambah dari tahun ke tahun. Pertama kali, Dengue Fever
dilaporkan terjadi di Surabaya pada tahun 1968, tercatat 58 orang terinfeksi dan 24 diantaranya
meninggal dunia (Depkes, 2010). Sejak saat itu, jumlah kasus penyakit Dengue Fever meningkat
dan menyebar ke seluruh Indonesia, dan pada tahun 2006 seluruh wilayah Indonesia menjadi
daerah resiko Dengue Fever (WHO, 2015a). Sedangkan Chikungunya pertama kali tercatat pada
tahun 1973 terjadi di Samarinda dan DKI Jakarta. Kemudian menyebar dengan cepat, hingga saat
ini seluruh wilayah Indonesia menjadi daerah resiko Chikungunya (CDC, 2015). Dengan
demikian, seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah endemik Dengue Fever dan Chikungunya.
3
1.4 Urgensi Penelitian
Walaupun belum ada laporan yang menyatakan bahwa koeksistensi Dengue Fever dan
Chikungunya terjadi di Indonesia, namun dimasa yang akan datang, Indonesia mempunyai potensi
masalah kasus koeksistensi tersebut. Hal ini terjadi karena Indonesia sudah menjadi daerah
endemik baik Dengue Fever maupun Chikungunya. Akibatnya beban kesehatan masyarakat
bertambah serius dan berbahaya. Model yang dihasilkan pada penelitian ini dapat digunakan untuk
membantu memprediksi dinamika dengue dan chikungunya dibawah pengaruh kontrol seperti
vaksinasi, fumigasi dan lain-lain.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
populasi, hanya muncul titik equilibrium endemik. Model yang melibatkan kontrol variabel berupa
treatment pengusir nyamuk dan struktur usia anak dan dewasa diajukan oleh Aldila dkk. (2013).
Dalam model ini, populasi yang mendapat treatment dikelompokkan dalam kompartemen yang
terpisah. Fungsi biaya yang penulis rancang terdiri dari jumlah populasi terinfeksi, biaya treatment
dan laju drop out kompartemen anak/dewasa dan diselesaikan menggunakan pendekatan kontrol
teori dan numeriknya Skim Gradient Method. Kemudian masalah control dibahas untuk skenario
pencegahan dan skenario penanggulangan. Untuk pencegahan treatmen diberikan ketika jumlah
populasi terinfeksi masih sedikit, sedangkan pada skenario penanggulangan, treatment diberikan
selama wabah berlangsung yang mana jumlah populasi terinfeksi cukup besar. Simulasi
menunjukkan pada pencegahan, treatment dapat menekan puncak wabah sampai dua kali lebih
kecil dibanding tanpa treatment. Sedangkan untuk skenario penanggulangan, pengurangan
populasi infeksi diiringi dengan laju treatment yang lebih besar dibanding dengan skenario
pencegahan. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa struktur usia anak dan dewasa memberikan
pengaruh signifikan untuk meminimalkan fungsi biaya. Tidak seperti pemodelan Dengue Fever,
kajian-kajian mengenai pemodelan Chikungunya yang tersedia dalam pustaka relatif sedikit. Pada
tahun 2011, Moulay dkk. (2011) mengembangkan model Chikungunya. Mereka memperoleh
threshold R saat perhitungan titik equilibrium, serta mendiskusikan kestabilan titik-titik tersebut
baik local maupun global berkaitan dengan r. Kemudian Ruiz-Moreno dkk. (2012) mengusulkan
model untuk menganalisis dinamika Chikungunya yang terjadi di tiga kota Amerika Serikat
diantaranya New York, Atlanta dan Miami. Model mereka menggabungkan konsep SEIR dengan
pendekatan stokastik dimana temperatur berperan penting terhadap dinamika Chikungunya. Hasil
simulasi menunjukkan bahwa daerah-daerah dengan temperatur musiman dapat menyebabkan
pola penyebaran cikungunya secara musiman dalam daerah tersebut. Penulis juga menunjukkan
bahwa perbandingan vektor dan host berperan penting untuk menurunkan probabilitas terjadinya
wabah untuk daerah-daerah pola temperatur yang kuat.
Selanjutnya Yacob dan Clements (2013) mendiskusikan model dinamika Chikungunya yang
secara spesifik digunakan untuk kasus wabah Chikungunya yang terjadi di Pulau Reunion pada
tahun 2005-2006. Dengan menggunakan data-data tersebut, model mereka memperkirakan nilai
R0 sebesar 4.1. Model mereka memberikan hasil yang dekat dengan data wabah Chikungunya di
Pulau Reunion baik untuk puncak kejadian wabah maupun ukuran epidemik akhir. Selain itu,
mereka menunjukkan bahwa periode laten infeksi dalam tubuh manusia memberikan pengaruh
kuat terhadap hasil epidemiologi. Robinson dkk. (2014) mengembangkan model Chikungunya
dengan pendekatan stokastik untuk kasus wabah yang terjadi di pedesaan Kamboja pada tahun
6
2012. Model mereka mempertimbangkan kasus baik simptom maupun asimptom serta
memperkirakan nilai R0 wabah mencapai 6.46 dengan menggunakan prosedur fitting data. Model
juga menunjukkan bawah nilai ini sensitif terhadap perubahan laju gigitan nyamuk dan umur
nyamuk.
Pemodelan dengue 1
strain, 1998
Pemodelan dengue 2
strain, 2003 & 2007
7
2.2 Studi Pendahuluan
Dalam pendahuluan, kami mengkaji kasus koeksistensi tanpa meninjau koinfeksi pada manusia.
Pengkajian dilakukan dengan membangun model determinisitik host-vector yang didasarkan pada
konsep SEICR-SEI. Dalam model ini terdiri dari dua populasi yaitu manusia yang disebut host
dan nyamuk yang dinamakan vektor. Berdasarkan status kesehatannya, populasi manusia dan
populasi nyamuk akan dibagi menjadi beberapa kompartemen sebagai berikut
Populasi manusia terdiri: Satu kompartemen Susceptible, dua kompartemen Exposed masi, dua
kompartemen Infected, dua kompartemen Chronic, dan dua kompartemen Recovery. Populasi
nyamuk terdiri dari: satu kompartemen Susceptibel, du kompartemen Exposed, dua kompartemen
Infected. Setiap kompartemen pada masing-masing status terkait dengan dengue fever dan
chikungnya kecuali kompartemen Susceptible. Jumlah seluruhnya terdapat 13 kompartemen.
Susceptible terdiri dari individu-individu yang rawan terinfeksi virus. Exposed berisi individu-
individu yang terinfeksi virus tetapi tidak memiliki kemampuan untuk menularkan virus tersebut.
Pada tahap ini, virus berada dalam periode inkubasi. Infected berisi individu-individu yang
terinfeksi virus dan memikiki kemampuan untuk menularkan virus tersbut. Pada tahap ini, virus
dalam tubuh menyebabkan gejal-gejala penyakit. Recovery (R) berisi individu-individu manusia
yang sudah sembuh dari penyakit. Individu yang berada pada kompartemen ini masih memikili
kekebalan terhadap infeksi virus. Chronic berisi individu yang sudah bebas dari virus chikungunya
tetapi masih merasakan sakit otot dan persendian. Periode chornic tiap individu berbeda-beda.
Pada proposal ini, periode chronic diasumsikan 14-360 hari (Schwartz dan Albert, 2010). Proses
infeksi pada penyakit ini ditransmisikan melalui gigitan nyamuk. Orang yang sehat akan terinfeksi
virus jika digigit oleh nyamuk yang terinfeksi oleh virus, begitu juga sebaliknya. Proses transmisi
virus dengue dan chikungunya diilustrasikan pada Gambar 2. Pengembangan model ini, perlu
pembatasan berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
1. Populasi bersifat tertutup
2. Setiap individu yang lahir dikelompokkan dalam kategori susceptible.
3. Tidak ada individu yang mati karena penyakit kecuali kematian alami
4. Populasi host dan vektor bersifat homogeny
5. Host yang sembuh tidak memiliki kekebalan penyakit permanen
6. Tidak ada perbedaan tipe dan strain pada virus dengue dan chikungunya
7. Setiap host dapat terinfeksi dua virus sekaligus
8. Populasi tercampur sempurna dan interaksi antara host dan vektor bersifat random
9. Hanya nymauk Aedes aegypti yang berperan sebagai vektor.
8
Gambar 2. Diagram transmisi dengue fever dan chikungunya
Proses transmisi dengue fever dan chikungunya secara matematis dapat dimodelkan dalam bentuk
persamaan differensial berikut:
dSh bp Ic S bp Id S
Ah vh v h vh v h c Rch d Rdh (h u1 )Sh
dt Nh Nh
dEch bpvh Icv Sv
( c h ) Ech
dt Nh
dIch
c Ech ( c h ) Ich
dt
dCch
c Ich ( c h )Cch
dt
dRch
cCch ( c h ) Rch
dt
dEdh bpvh Idv Sv
( d h ) Edh
dt Nh
dId h
d Ed h ( d h ) Id h
dt
dRdh
d Id h ( d h ) Rdh u1Sh
dt
dSv bp Ic S bp Id S bp Icd S
Av hv h v hv h v hv h v (v u2 )Sv
dt Nh Nh Nh
dEcv bphv Ich Sv qbphv Icdh Sv
(c v u2 ) Ecv
dt Nh Nh
9
dIcv
c Ecv ( v u2 ) Ecv
dt
dEdv bphv Idh Sv (1 q)bphv Icd h Sv
(d v u2 ) Edv
dt Nh Nh
dIdv
d Edv ( v u2 ) Idv
dt
Dengan kondisi awal sebagai berikut
Sh (0) 0, Ech (0) 0, Ich (0) 0, Cch (0) 0, Rch (0) 0, Edh (0) 0,
Idh (0) 0, Rdh (0) 0, Ecdh (0) 0, Icdh (0) 0, Rcdh (0) 0, Sv (0) 0,
Ecv (0) 0, Icv (0) 0, Edv (0) 0, Idv (0) 0
Dan domain
{(Sh , Ech , Ich , Cch , Rch , Edh , Idh , Rdh , Ecdh , Icdh , Rcdh , Sv , Ecv , Icv ,
Edv , Idv ) 17
| Sh Ech Ich Cch Rch Edh Idh Rdh
10
11 c-1 periode inkubasi chikungunya 7-15 hari Massad dkk., 2008
eksternal
12 d-1 periode inkubasi dengue eksternal 7-14 hari Watts dkk., 1987
Nh dan Nv adalah jumlah jumlah populasi manusia dan jumlah populasi nyamuk. Karena asumsi
asumsi laju kelahiran dan kematian sama, maka populasi manusia dan populasi nyamuk konstan.
Semua penjelasan variable state pada persemaan diatas di sediakan pada Tabel 1.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Secara umum dinamika transmisi penyakit dimodelkan X AX F ( X ) dimana X merupakan
variable state (kompartemen) yang berdimensi n. Matriks A merepresentasikan transisi linier
karena proses kelahiran, kematian, infeksi, kesembuhan. F(X) merupakan suku-suku non linier
yang merepresentasikan interaksi antara kompartemen sehat dengan kompartemen infeksi. Untuk
kasus koeksistensi dengue fever dan chikungunya dapat dikaji melalui seperti diatas dengan
melalui 4 tahap seperti diuraikan pada Bagan Penelitian berikut ini
Tahapan 2016 2017 2018
Tahap IV
Intervensi optimal da
Seminar dan
feedback control
jurnal
Tahap III
Menyelesaikan
polinom untuk kasus Analisis Numerik
Koekistensi
simetrik analitik
Menemukan
polinomial Analisis Koeksistensi
koeksistensi
Tahap II
Memperoleh titik
Analisis Titik Tetap bebas penyakit dan
titik endemic tunggal
Tahap I
Membangun model Seminar dan
pendahuluan proceeding
Studi pustaka
12
BAB IV
13
Submit ke J.
Internasional
8 Desiminasi
9 Penyusunan disertasi
10 Penyusunan laporan
akhir
DAFTAR PUSTAKA
Aldila, D., Gotz, T. dan Soewono, E. (2013): An optimal control problem arising from a dengue
transmission model, Mathematical Biosciences, 242(1), 9–16.
Arora, B., Chugh, S., Gupta, B. dan Agrawal, K. (2011): Dengue and Chikungunya virus fever
outbreaks in Delhi, Ig-M serelogy recent experience, National Journal of basic Medical
scences, 2(4), 336–340.
Barde, P., Shukla, M., Bharti, P., Kori, B., Jatav, J. dan Singh, N. (2014): Co-circulation of dengue
virus serotypes with chkungunya virus in Madya Pradesh, Central India, WHO South-East
Asia Journal of Public Health, 3(1), 36–40.
CDC (2015): Chikungunya Virus, http://www.cdc.gov/chikungunya/geo/index.html, . Diunduh
pada tanggal 11 Mei 2015.
Chahar, H., Bharaj, P., Dar, L., Guleria, R., Kabra, S. dan Broor, S. (2009): Co-infection with
chikungunya virus and dengue virus infection in Delhi, India, Emerging Infectious Disease,
15(7), 1077–1080.
Chitnis, N., Hyman, J. dan Manore, C. (2013): Modelling vertical transmission in vector-borne
disease with application to Rift Valley fever, J. Biol. Dyn., 7, 11–40.
Depkes (2010): Demam berdarah Dengue di Indonesia 1968-2009, Buletin Jendela Epidemiologi,
2, 1–14.
Esteva, L. dan Vargas, C. (1998): Analysis of a dengue disease transmission model, Mathematical
Biosicences, 150(2), 131–151.
Gubler, D., Suharyono, W., Tan, R., Abidin, M. dan Sie, A. (1981): Viraemia in patients with
naturally acquired dengue infection, Bull. World Health Organ., 59, 623–630.
Lahariya, C. dan Pradhan, S. (2006): Emergence of chikungunya virus in Indian subcontinent after
32 years: a review, J. Vector Borne Dis., 43(4), 151.
Leroy, E., Nkoghe, D., Ollomo, B., Nze-Nkogue, C., Becquart, P., Grard, G. dan De Lamballerie,
X. (2009): Concurrent chikungunya and dengue virus infections during simultaneous
outbreaks, Gabon, 2007, Emerging Infectious Disease, 15(4), 591–593.
Massad, E., Ma, S., Burattini, M., Tun, Y., Coutinho, F. dan Ang, L. (2008): The risk of
chikungunya fever in a dengue-endemic area, J. Travel Med., 15(3), 147–155.
Moulay, D., Aziz-Alaoni, M. A. dan Cadivel, M. (2011): The chikungunya disease: modeling,
vector and transmission global dynamics, Mathematical Biosciences, 229(1), 50–63.
Newton, E. dan Reiter, P. (1992): A model of the transmission of dengue fever with an evaluation
of the impact of ultra-low volume (ULV) insecticide applications on dengue epidemic, Am.
J. Trop. Med. Hyg., 47, 709–720.
14
Nuraini, N., Soewono, E. dan Sidarto, K. (2007): Mathematical model of dengue disease
transmission with severe DHF compartment, Bulletin of the Malaysian Mathematical
SciencesSociety, 30(2), 143–157.
Putnam, J. dan Scott, T. (1995): Blood feeding behaviour of dengue - 2 virus infected
Aedesaegypti, Am. J. Trop. Med. Hyg., 55(3), 225.
Ramachandran, V., Malaisamy, M., Ponnaiah, M.and Kaliaperuaml, K., Vadivoo, S. dan Gupte,
M. D. (2012): Impact of chikungunya on health related quality of life Chennai, South India,
Plos one, 7(12), 942–948.
Rezza, G., El-Sawaf, G., Faggioni, G., Vescio, F., Al-Ameri, R., De Santis, R. dan Lista, F. (2014):
Co-circulation of dengue and chikungunga viruses, Al-Hudayah Yemen, 2012, Emerging
Infectious Diseases, 20(8).
Robinson, M., Conan, A., Duong, V., Ly, S., Ngan, C., Buchy, P. dan Rodo, X. (2014): A model
for chikungunya outbreak in rural Cambodian Setting: Implications for disease Control in
Uninfected areas, Plos neglected tropical disease, 8(9).
Rodrigues, H., Monteiro, M. dan Torres, D. (2014): Vaccination models and optimal control
strategies to dengue, Mathematical Biosciences, 247, 1–12.
Ruiz-Moreno, D., Vargas, I., Oslon, K. dan Harrington, L. (2012): Modeling dynamic introduction
of chikungunya virus in the United States, PLos neglected tropical disease, 6(11).
Sabin, S. (1952): Research on dengue during World War II, Am. J. Tro. Med. Hyg., (1), 30–50.
Schwartz, O. dan Albert, M. (2010): Biology and pathogenesis of chikungunya virus, Nat. Rev.
Microbiol, 8(7), 491–500.
Staples, J., Breiman, R. dan Powers, A. (2009): Chikungunya fever: an epidemiological review of
a re-emerging infectious disease, Clinical Infectious Diseases, 49(6), 942–948.
Supriatna, A., Soewono, S. dan Van Gils, S. A. (2008): A two-age classes dengue transmission
model, Mathematical Biosciences, 216(1), 114–121.
Tasman, H., Asep, A., Nuraini, N. dan Soewono, E. (2012): A dengue vacciation model for
immigrant in two-age-class population, International Journal of Mathematics and
Mathematical Sciences, .
Watts, D., Burke, D., Harrison, B., Whitmore, R. dan Nisalak, A. (n.d.): Effect of temperature on
the vector efficiency of Aedes aegypti for dengue 2 virus, Am. J. Trop. Med. Hyg., 36, 143–
152.
WHO (2015a): Impact of Dengue, http://www.who.int/csr/disease/dengue/impact/en. Diunduh
pada tanggal 29 September 2015.
WHO (2015b): Dengue and Severe Dengue,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117en/.Diunduh pada tanggal 29 September
2015.
Yacob, L. dan Clements, A. (2013): A mathematical model of chikungunya dynamics and control:
the major epidemic on Reunion Island, Plos one, 8(3).
15
LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI ANGGARAN
Bahan/perangkat penunjang
No Keperluan Justifikasi Satuan Jumlah Harga Total Harga
Satuan (Rp)
(Rp)
1 Flash Disk Penyimpanan data buah 5 200,000.00 1,000,000.00
2 Kertas Mencetak dokumen rim 10 50,000.00 500,000.00
3 Tinta printer Mencetak warna buah 5 300,000.00 1,500,000.00
4 Toner printer Mencetak hitam putih Buah 5 900,000.00 4,500,000.00
laser
5 Konsumsi Makan selama paket 100 30,000.00 3,000.000.00
peneltian berjalan
Total 10,500,000.00
Perjalanan
No Keperluan Justifikasi Satuan Jumlah Harga Total Harga
Satuan (Rp)
(Rp)
1 Tiket Seminar Internasional PP 1 15,000,000.00 15,000,000.00
Pesawat Luar Negeri
2 Transport Seminar Internasional Kali 4 300,000.00 1,200,000.00
Lokal Luar Negeri
3 Hotel Seminar Internasional Hari 3 1,500,0000.00 4,500,000.00
Luar Negeri
Sub Total 20,700,000.00
16
LAMPIRAN II. DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN
Sarana yang akan digunakan adalah sarana yang sudah disediakan oleh Program studi Pasca Sarjana,
Matematika, ITB, dengan kapasitas sarana dapat kami gunakan selama hari kerja. Dukungan sarana
yang diberikan Program studi Pasca Sarjana, Matematika, ITB sudah memenuhi spesifikasi yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan yang diusulkan 100%, namun biaya prasarana dan kegiatan
tidak ditanggung sepenuhnya oleh Pasca Sarjana sehingga kami mengajukannya melalui proposal ini.
Adapun sarana yang telah disediakan Program studi Pasca Sarjana, Matematika, ITB adalah sebagai
berikut:
1. Laboratorium Pascasarjana
2. Ruang kerja S3, di dalam ruang ini, setiap mahasiswa S3 Matematika memiliki meja
kerja masing-masing yang sangat mendukung dalam pelaksanaan penelitian
3. Fasilitas lain diantaranya computer, akses internet, printer, akses journal sciencedirect,
software untuk pemodelan seperti Maple dan Matlab
17
LAMPIRAN III. SURAT KETERANGAN PROMOTOR
18
LAMPIRAN IV. BIODATA PENELITI
19
Title: Control Strategy on Coexistence Model of Chikungunya and Dengue
8. Symposium on Biomathematics, Bandung Institute of Technology , Bandung, Indonesia,
November, 4-6, 2015
Position: Presenter
Title: Seasonal Disease Model of Respiratory Syncytial Virus
9. International Forum for Mathematical Modeling, University of Colombo, Sri Lanka,
November 9-20, 2015
Position: Participant
10. Epidemiology Seminar
Presenter: Dr. Nico Stollewerk from CMAF-CIO, Lisbon University
Topic: “Power Law jumps and power law waiting times, fractional calculus and human
mobility in epidemiological system” September 28, 2016, ITB
11. Epidemiology Seminar
Presenter: Dr. Maira Aquiar, CMAF-CIO, Lisbon University,
Topic: The impact of the newly licensed dengue vaccine in endemic countries,
September 29, 2016, ITB
12. Symposium on Biomathematics, Universitas Hasanudin , Makasar, Indonesia, October,
7-9, 2016
Position: Presenter
Title: Design of vaccination and fumigation on host vector model by using input-output
linearization method
13. International Conference in mathematics and applications. Bangkok, December 17-19,
2016
Position: Presenter
Title: Sinus function in output-output linearization method on vaccination on host vector
model
13. Publikasi Ilmiah
1. Khaliq, B.F, Setiawan, E.S, Nuraini, N., Naiborhu, J. and Soewono, E. (2015), Near
Coexistence in a model of dengue and chikungunya, Proceeding of International
Conference Applied Science and Environmental Technology, Thailand.
2. Setiawan, E.S. Naiborhu, J. and Nuraini, N. (2016). Design of vaccination and
fumigation on host vector model by using input-output linearization method, Proceeding
of Symposium on Biomathematics, Universitas Hasanudin, Makasar, Indonesia.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian, biodata ini saya buat dengans sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan penugasan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi.
20
LAMPIRAN V. SURAT PERNYATAAN PENELITI
21