Anda di halaman 1dari 44

Tugas metodelogi penelitian

Disusun Oleh:

NAMA : ASEP SAEPUL ULUM

NPM : 08160100054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU 2000

STIKIM

2016/2017

15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk

hidup layak, baik menyangkut kesehatan pribadi maupun keluarganya, salah satu

sarana kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan adalah rumah

sakit(Sheina, et al., 2010). Kejadian gawat darurat bisa terjadi kepada siapa saja,

kapan saja, dan dimana saja, kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk

mengantisipasi kejadian itu. Banyak kematian-kematian dimasyarakat yang mestinya

bisa dicegah bila kita punya kepedulian terhadap masalah tersebut. (Rissamdani,

2014). Perawat merupakan salah satu tenaga medis di rumah sakit yang memberikan

pelayanan untuk menunjang kesembuhan pasien, oleh sebab itu peran perawat di

rumah sakit sangatlah dibutuhkan. Beradasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. HK. 02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Perawat, definisi perawat adalah seseorang yang telah lulus

pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Seorang perawat dituntut untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Selvia, 2013). Menurut Wijaya (2005)

mengatakan bahwa perawat bertanggung jawab meningkatkan kesehatan, pencegahan

penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan

kepada upaya pelayanan kesehatan utama sesuai wewenang, tanggung jawab dan

etika profesi keperawatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat dituntut

untuk lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin

16
Kerjasama tim yang dilakukan dianggap mampu menghasilkan kinerja yang lebih

baik dibandingkan bekerja secara individu. Sebagaimana yang dinyatakan Robbins

dan Judge (2008:406) kerjasama tim adalah kelompok yang usaha-usaha

individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.

Dengan melakukan kerjasama tim maka pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok

karyawan akan lebih mudah dan terasa ringan daripada yang dilakukan secara

individual sehingga kinerja yang dihasilkan juga akan lebih baik. Kerjasama dalam

tim menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kerja. Kerjasama

dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi

individu-individu yang tergabung dalam kerjasama tim. Tanpa kerjasama yang baik

tidak akan memunculkan ide-ide cemerlang. Sebagaimana yang dinyatakan Bachtiar

(2004) bahwa ”Kerja sama merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa orang

dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan. Kerjasama akan menyatukan kekuatan

ide-ide yang akan mengantarkan pada kesuksesan”. Cohen dan Bailey (1999) dalam

Manzoor et al., (2011) menyatakan perusahaan yang lebih menekankan pada tim

memiliki hasil peningkatan kinerja sehingga akan menghasilkan produktivitas yang

lebih besar. Kepribadian yang dimiliki setiap individu beragam dan berbeda-beda

yang menjadikan karakteristik individu tersebut. Menurut Robbins dan Judge

(2008:126) kepribadian setiap individu akan membentuk perilaku individu.

Kepribadian merupakan gabungan dari ciri-ciri fisik dan mental yang stabil dari

setiap individu yang menandakan identitas individu tersebut sehingga berbeda antara

setiap individu yang satu dengan individu lainnya. Hasil penelitian Goldberg (1981)

dalam Widhiastuti (2013) menunjukkan bahwa yang membedakan individu dari satu

ke yang lain adalah interaksi kepribadian yang dimilikinya. Hasil penelitian Conti dan

Kleiner (2011) menunjukkan organisasi dengan tim akan mempertahankan orang-


17
orang terbaik yang akan menciptakan sebuah kinerja tinggi yang fleksibel,efisien dan

yang paling penting menguntungkan. Hasilpenelitian Suryawati,Darminto, dan

Saluhiyyah (2006) yang menyatakan perbedaan kualitas kepribadian perawat akan

mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi memberikan pelayanan.

Salah satu upaya untuk menanggulangi meningkatnya kasus gawat darurat medik

dan bencana adalah dengan menyediakan pelayanan Ambulans Gawat Darurat

(Emergency Medical Services) dan mempersiapkan tenaga perawat kesehatan yang

diharapkan dapat menunjang upaya dalam memberikan respons yang cepat dan tepat

dalam memberikan pertolongan pada korban saat ditempat kejadian sampai evakuasi

ke rumah sakit. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Peraturan Gubernur No.144

tahun 2010 menetapkan Ambulans Gawat Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI

Jakarta. AGD DINKES sebagai Badan Layanan Umum diharapkan dapat

meningkatkan kinerja yang selama ini telah berjalan menjadi optimal dan lebih dapat

dipertanggungjawabkan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pelayanan gawat

darurat pra rumah sakit, Salah satu upaya untuk menanggulangi meningkatnya kasus

gawat darurat medik dan bencana adalah dengan menyediakan pelayanan Ambulans

Gawat Darurat (Emergency Medical Services) dan mempersiapkan tenaga perawat

kesehatan yang diharapkan dapat menunjang upaya dalam memberikan respons yang

cepat dan tepat dalam memberikan pertolongan pada korban saat ditempat kejadian

sampai evakuasi ke rumah sakit. Pelayanan AGD DINKES berorientasi kepada

pelayanan pra rumah sakit, evakuasi medis dari lokasi kejadian (kecelakaan lalulintas,

kebakaran, bencana dan kejadian-kejadian luar biasa lainnya) ke rumah sakit maupun

dari rumah sakit ke rumah sakit serta menangani pasien keluarga miskin (GAKIN)

dan SKTM. Dengan terbentuknya AGD DINKES akan memberikan jawaban atas

kasus-kasus yang terjadi pada saat ini sehingga berdampak menurunnya angka
18
kesakitan, kematian dan kecacatan akibat kasus kegawat daruratan pra rumah sakit

untuk masyarakat di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya. Ambulans gawat

darurat adalah bagian penting dari suatu sistem kesehatan , karena Ambulan gawat

darurat menyediakan pelayanan pra rumah sakit untuk penanganan kegawat daruratan

dan merupakan pusat alih pengetahuan dan keahlian (teknologi) .Untuk meningkatkan

kepuasan pemakai jasa , Ambulan gawat darurat harus senan tiasa meningkatkan

mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan yang dapat dilakukan melalui

peningkatan kwalitas kerja .

Sehubungan hal diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul

“kepribadian introvet dan eksrovet dengan kerjasama tim perawat di Ambulans

Gawat Darurat Dinas kesehatan DKI Jakarta ”.

1.2 Perumusan masalah penelitian


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah :
a) Apakah kepribadian ekstrovet mempunyai hubungan terhadap kerjasama tim

perawat di AGD Dinkes Dki Jakarta?


b) Apakah kepribadian introvet mempunyai hubungan terhadap kerjasama tim

perawat di AGD Dinkes Dki Jakarta?


1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umun :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepribadian ekstrovet dan

intovet dengan kerja tim perawat di AGD Dinkes Dki Jakarta


2. Tujuan khusus :
a) Mengetahui gambaran kerjasama tim perawat AGD Dinkes Dki Jakarta
b) Mengetahui gambaran kepribadian ekstovet pada perawat AGD Dinkes

Dki Jakarta
c) Mengetahui gambaran kepribadian introvet pada perawat AGD Dinkes

Dki Jakarta
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Manfaat aplikatif :
19
a) Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan teori mengenai

hubungan kepribadian ekstrovet dan introvet dengan kerja sama tim

perawat di AGD Dinkes DKI Jakarta


b) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk

pengembangan dan pembinaan bagi Sumber Daya Manusia AGD

Dinkes Dki Jakarta .


2. Manfaat teoritis :
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan teori mengenai

hubungan kepribadian ekstrovet dan introvet dengan kerja sama tim


b) Literature ilmu keperawatan
3. Manfaat metodologis :
a) Sebagai refrensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan

penelitian yang sama di masa mendatang


b) Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan sebagai

awal informasi penelitian lanjutan


c) Pengalaman yang sangat berharga sehingga memberikan motivasi

untuk selalu belajar dan improvisasi dalam pengembangan ilmu

pengetahuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KerjasamaTIM

2.1.1 Pengertian KerjasamaTIM

Kerjasama dalam tim menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan

keberhasilan kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang

memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam

kerjasama tim. Tanpa kerjasama yang baik tidak akan memunculkan ide-ide

cemerlang. Sebagaimana yang dinyatakan Bachtiar (2004) bahwa ”Kerja sama

merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu tujuan

yang diinginkan. Kerjasama akan menyatukan kekuatan ide-ide yang akan

20
mengantarkan pada kesuksesan”.

Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang

berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini

memiliki 3 (tiga) komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua,

orang-orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang-orang

dalam sebuah tim memiliki tujuan yangsama.

Setiap tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerja sama

yang dibangun dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja. Dalam kerja

sama akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu tidak

terselesaikan. Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerja sama pada kerja tim

adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu

yang tergabung dalam kerja tim.

21
Tabel 2.1

Perbedaan antara kelompok dan tim

KELOMPOK TIM
 Memiliki pemimpin yang ditunjuk  Berbagi perankepemimpinan
 Akuntabilitasindividual  Akuntabilitas mutual danindividu
 Tujuan kelompok dan organisasi  Visi atau tujuan khusustim
sama  Hasil kerjakolektif
 Hasil kerjaindividual  Pertemuan– pertemuan mendorong
 Mengadakan pertemuan–pertemuan diskusiterbuka
Efisien  Efektifitas secara langsung diukur
 Efektifitas secara tidak langsung dengan menilai kerjakolektif
diukur oleh pengaruhbisnis  mendiskusikan, memutuskan,
 mendiskusikan, memutuskan, berbagipekerjaan
mendelegasikan pekerjaan untuk para
individu

Sumber: West (2002:174)

2.1.2 JenisTim

2.1.2.1 TimFormal

Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur formal

organisasi. Dua jenis tim formal yang paling umum adalah tim vertikal dan tim

horizontal.

2.1.2.2 TimVertikal

Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai

komando formal. Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim komando.

Setiap tim diciptakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu

lewat aktifitas dan interaksi bersama para anggota.


2.1.2.3 TimHorizontal

Tim horizontal terdiri atas karyawan – karyawan dari tingkat hierarkis yang

hamper sama, tetapi dari bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim horizontal

yang paling umum adalah angkatan tugas dan komite.

1. Angkatan tugas adalah kelompok karyawan dari departemen – departemen

berbeda yang dibentuk untuk menangani aktifitas tertentu dan hanya bertahan

sampai tugas ituselesai.

2. Komite biasanya berumur panjang dan mungkin merupakan bagian permanen

dari struktur organisasi. Komite memberikan keuntugan yaitu: memungkinkan

para anggota organisasi untuk bertukar informasi, menghasilkan saran – saran

untuk mengoordinasi unit – unit organisasional yang diwakilkan,

mengembangkan berbagai ide dan solusi baru untuk masalah – masalah

organisasional yang ada, dan membantu perkembangan berbagai praktik dan

kebijaksanaan organisasional yangbaru.

2.1.2.4 Tim dengan TujuanKhusus

Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi

formal untuk mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas khusus. Tim

dengan tujuan khusus masih merupakan bagian dari organisasi formal dan

memiliki struktur laporannyasendiri.

2.1.2.5 Tim dengan KepemimpinanMandiri

Tim yang dibentuk dalam satu departemen yang sama dan anggotanya

adalah karyawan untuk mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas, efisiensi

dll. Tim pemecahan masalah biasanya terdiri atas 5 sampai 12 karyawan per jam
dari departemen yang sama yang dengan sukarela bertemu untuk mendiskusikan

cara – cara peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim pemecahan

masalah biasanya merupakan langkah pertama dalam langkah perusahaan menuju

partisipasi karyawan yang lebih besar. Seiring dengan bertambah dewasanya

perusahaan, tim pemecahan masalah berangsur – angsur berkembang menjadi tim

dengan kepemimpinan mandiri.

Kepemimpinan mandiri biasanya terdiri dari 5 sampai 20 pekerja dengan

lebih dari satu keterampilan yang menggilir pekerjaan untuk menghasilkan produk

atau layanan yang menyeluruh atau setidaknya satu aspek menyeluruh atau bagian

dari sebuah produk atau layanan. Ide pokoknya adalah bahwa tim – tim itu

sendiri, dan bukan para manajer atau supervisor, bertanggung jawab atas

pekerjaan mereka, membuat keputusan, mengawasi kinerja mereka sendiri, dan

mengubah perilaku kerja mereka seperti yang dibutuhkan untuk memecahkan

masalah, mencapai tujuan, dan menyusuaikan diri terhadap kondisi – kondisi yang

berubah.

Tim dengan kepemimpinan mandiri merupakan tim permanen yang secara

khusus meliputi elemen – elemen berikut ini :

1. Tim mencakup para karyawan yang memiliki beberapa keterampilan dan

fungsi, dan keterampilan – keterampilan yang dikombinasikan sudah

cukup untuk mengerjakan tugas organisasional yangbesar.

2. Tim diberi akses menuju sumber – sumber daya seperti informasi,

peralatan, mesin dan persediaan yang dibutuhkan untuk mengerjakan

seluruhtugas.
3. Tim diberi kekuasaan dengan otoritas pembuatan keputusan yang berarti

bahwa para anggota memiliki kebebasan untuk memilih anggota baru,

memecahkan masalah, menghabiskan uang, mengawasi hasil, dan

merencanakan masadepan.

2.1.2.6 Tim di Lingkungan Kerja yangBaru

Dua jenis tim yang semakin sering digunakan adalah tim virtual/maya dan

tim global

1. Tim virtual terdiri atas anggota – anggota yang tersebar secara geografis dan

organisasional yang terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan

telekomunikasi. Tim virtual sering meliputi para pekerja lepas, anggota

organisasi rekanan, pelanggan, pemasok, konsultan, atau pihak – pihak luar

lainnya. Salah satu keuntungan dari tim virtual adalah kemampuan untuk

dengan cepat mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat untuk

menyelesaikan proyek yang kompleks, memecahkan masalah tertentu, atau

mengekploitasi peluang strategistertentu.

2. Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota – anggota

dengan kebangsaan yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau banyak

Negara. Tim global dapat dibagi dalam dua kategori yaitu tim interkultiral

yang para anggotanya berasl dari berbagai negara atau budaya yang berbeda

dan bertemu dengan berhadapan secara langsung, dan tim global virtual yang

para anggotanya tinggal di lokasi yang terpisah di seluruh penjuru dunia dan

melaksanakan pekerjaan mereka dengan bantuan teknologielektronik.


2.1.3 Karakteristik Tim

2.1.3.1 Ukuran Tim

Secara umum, ketika ukuran tim meningkat, akan lebih sulit bagi setiap

anggota untuk dapat saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

Ukuran kelompok mengusulkan hal hal berikut ini:

1. Tim kecil (2 sampai 4 anggota) menunjukan lebih banyak persetujuan,

mengajukan lebih banyak pertanyaan, dan bertukar lebih banyak opini. Merek

cenderung bersikap informaldan tidak banyak menuntutpemimpin.

2. Tim besar cenderung memiliki lebih banyak perselisihan pendapat dan

perbedaan opini. Karena kurangnya kepuasan dihubungkan dengan tugas yang

dispesialisasikan serta komunikasi yang buruk, para anggota tim memiliki

sedikit kesempatan untuk berpatisipasi dan merasakan keakrabankelompok.

2.1.3.2. PeranAnggota

Dalam tim-tim yang sukses syarat kinerja tugas dan kepuasan social

dipenuhi oleh munculnya dua jenis peran yaitu spesialis tugas dan

sosioemosional.

Orang-orang yang memainkan peran spesialis tugas menghabiskan waktu

dan energi untuk membantu tim meraih tujuannya. Mereka sering memperlihatkan

perilaku-perilaku berikut :

1. Memprakarsai ide

2. Memberikan opini

3. Mencari informasi

4. Memberi semangat

20
Orang – orang yang menggunakan peran sosioemosional mendukung

kebutuhan emosional para anggota tim dan membantu menguatkan kesatuan

social. Mereka memperlihatkan perilaku – perilaku berikut :

1. Mendorong

2. Berpadu

3. MengurangiKetegangan

4. Mengikuti

5. Berkompromi

2.1.4 ProsesTim

2.1.4.1 Tingkat PerkembanganTim

1. Pembentukan. Tingkat pembentukan adalah periode orientasi dan

perkenalan. Selama tigkat pembentukan ini, pemimpin tim harus

memberikan waktu bgi para anggota untuk mengenal satu sama lain dan

mendorong mereka terlibat dalam diskusi informal dansocial.

2. Prahara. Selam tingkat prahara kepribadian individual muncul. Tingkat

ini ditandai oleh konflik dan perselisihanpendapat.

3. Penetuan norma. Selama tingkat penentuan norma, konflik konflik

diselesaikan, dan keharmonisan serta kesatuan tim muncul. konsensus

terwujud pada siapa yang memiliki kekuasaan, siapa pemimpinnya, dan

peran – perab paraanggota.

4. Pelaksanaan. Selama tingkat pelaksanaan, penekanan utama ada pada

pemecahan masalah dan penyelesaian tugas yang diberikan. Selama

tingkat ini pemimpin harus berkonsentrasi terhadap pelaksanaan kinerja


tugas yang tinggi. Spesialis sosioemosional dan spesialis tugas harus

memberikan kontribusi.

5. Pembubaran. Tingkat pembubaran muncul dalam komite, angkatan tugas,

dan tim yang memiliki tugas yang terbatas untuk dikerjakan dan

dibubarkan setelahnya. Pada saat ini, pemimpin berharap untuk

memberitahukan pembubaran tim dengan suatu ritual atau upacara,

barangkali memberikan piagam dan penghargaan untuk menandakan

penutupan dankelengkapan.

2.1.4.2 KekompakanTim

Kekompakan tim didefinisikan sebagai sejauh mana para anggota tertarik

pada tim dan termotivasi untuk tinggal didalamnya. Faktor – faktor yang

menentukan kekompakan tim :

1. Interaksi tim. Hubungan yang lebih baik antara anggota tim dan semakin

banyak waktu yang dihabiskan bersama, semakin kompak timtersebut.

2. Konsep tujuan yang sama. Anggota tim sepakat dengan tujuan dan

menjadikan lebihkompak

3. ketertarikan pribadi terhadap tim. Para anggota memiliki sikap dan nilai yang

serupa dan senangberkumpul.

2.1.4.3 NormaTim

Norma tim adalah standar perilaku yang sama – sama dimiliki oleh para

anggota tim dan membimbing perilaku mereka. Norma bersifat informal. Norma

juga tidak tertulis, seperti halnya peraturan dan prosedur.


Norma mengidentifikasikan nilai – nilai utama, mengklarifikasi harapan –

harapan peran, dan memudahkan kelangsungan hidup tim. Norma yang relevan

dengan perilaku sehari – hari dan hasil kerja serta kinerja karyawan secara

berangsur –angsur berkembang. Empat cara berkembangnya norma tim yang

lazim untuk mengendalikan dan mengarahkan perilaku yaitu:

1. Peristiwa penting.

Peristiwa penting dalam sejarah tim membangun teladan yangpenting.

2. Keunggulan.

Keunggulan berarti bahwa perilaku pertama yang muncul dalam tim sering

kali menentukan teladan untuk harapan – harapan timnantinya.

3. Perilaku pembawaan.

Perilaku pembawaan menghadirkan norma – norma ke dalam tim dariluar.

4. Pernyataan yang eksplisit.

Dengan pernyataan yang eksplisit, para pemimpin atau para anggota tim dapat

memprakarsai norma–norma dengan mengungkapkannya padatim.

2.1.5 Indikator-Indikator KerjasamaTim

2.1.5.1 Kerjasama

Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara

individual. Menurut West (2002) “Telah banyak riset membuktikan bahwa kerja

sama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih baik.

Hal ini sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan oleh perorangan”.

Selain keunggulan di atas, kerjasama juga dapat menstimulasi seseorang

berkontribusi dalam kelompoknya, sebagaimana yang dinyatakan Davis (dalam

Dewi, 2006) bahwa, ”Kerja sama adalah keterlibatan mental dan emosional orang-
orang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan

kontribusi kepada tujuan kelompok atau berbagai tanggung jawab pencapaian

tujuan”.

Kontribusi tiap-tiap individu dapat menjadi sebuah kekuatan yang

terintegrasi. Individu dikatakan bekerja sama jika upaya-upaya dari setiap

individu tersebut secara sistematis terintegrasi untuk mencapai tujuan bersama.

Semakin besar integrasinya semakin besar tingkat kerjasamanya.

Indikator-indikator Kerja Sama:

West (2002) menetapkan indikator-indikator kerja sama sebagai alat

ukurnya sebagai berikut:

1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu

dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yangbaik.

2. Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun

pikiran akan terciptanya kerjasama.

3. Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan

kemampuan masing-masing anggota tim secara maksimal, kerja sama akan

lebih kuat danberkualitas.

2.1.5.2 Kepercayaan

Maxwell (2002) menyatakan bahwa ”Kepercayaan(trust) adalah keyakinan

bahwa seseorang sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Kepercayaan lahir dari sikap yang dimunculkannya ketika berinteraksi dengan

orang lain, misalnya pemimpin dengan bawahan, bawahan dengan pemimpin atau

antarkaryawan di sebuah perusahaan. Kepercayaan adalah bentuk perlakuan diri


kita kepada orang lain secara tulus. Kepemimpinan akan sukses bila dilandasi

adanya kepercayaan satu sama lain”.

Selanjutnya Sopiah (2008) memberikan definisi bahwa ”Kepercayaan adalah

suatu harapan positif bahwa orang tidak akan bertindak secara oportunistik. Bila

pengikut mempercayai pemimpinnya, mereka bersedia berkorban bagi tindakan

pimpinan, demikian pula sebaliknya pemimpin harus memberikan kepercayaan

atas kemampuan pengikutnya”.

Kerjasama tim yang berkinerja tinggi dicirikan oleh kepercayaan (trust)

timbal balik yang tinggi di antara anggota-anggotanya. Artinya para anggota

meyakini akan integritas, karakter dan kemampuan setiap anggotanya.

Kepercayaan sangat kuat di dalam sebuah perusahaan, orang-orang tidak

akan berbuat terbaik jika mereka tidak percaya bahwa mereka akan diperlakukan

secara adil, tak ada kronisme dan setiap orang memiliki sasaran yang nyata. Satu-

satunya cara yang diketahui untuk menciptakan kepercayaan semacam itu adalah

dengan menyusun nilai-nilai dan kemudian melakukan apa yang telah

dibicarakan.Artinya seseorang harus mengerjakan apa yang dikatakan akan

dilakukan, secara konsisten, sepanjang waktu.

Maxwell (2002) mengindikasikan indikator-indikator kepercayaan, yaitu:

1. Kejujuran, yaitu dengan adanya kejujuran anggota tim akan menciptakan rasa

salingpercaya.

2. Pemberian tugas, yaitu dengan pemberian tugas pada anggota tim berarti telah

memberikan kepercayaan bahwa anggota tim mampumelaksanakannya.


3. Integritas, yaitu setiap anggota dianggap memiliki integritas atau bersikap

sebenarnya (truthfulness) dalambekerja.

2.1.5.3 Kekompakan

Dewi (2007) memberikan defenisi bahwa kekompakan adalah bekerja sama

secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu pekerjaan yang

biasanya ditandai adanya saling ketergantungan.

Selanjutnya Mangkuprawira (2009) menyatakan bahwa “Kekompakan

(cohesiveness) adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri

seseorang terhadap kelompoknya”.

Kekompakan kelompok bukanlah senjata rahasia dalam pencarian untuk

peningkatan kinerja kelompok atau tim. Caranya agar berhasil adalah dengan

menjaga agar ukuran kelompok-kelompok tugas tetap kecil, menyakinkan standar-

standar kinerja dan sasaran-sasaran harus jelas dan dapat diterima, mencapai

beberapa keberhasilan awal dan mengikuti petunjuk-petunjuk praktis. Tim kerja

yang dipilih sendiri dimana orang-orang mengangkat teman satu timnya sendiri

dan cara-cara sosial selepas kerja dapat merangsang kekompakan sosio-

emosional. Membantu perkembangan kekompakan sosio-emosional perlu

diseimbangkan dengan kekompakan tim. Jika sosio-emosional tidak disesuaikan

dengan kekompakan tim, hal ini dapat mengganggu kinerja dan prestasi tim, yang

pada akhirnya mengganggu prestasi-prestasi individu.

Pada dunia usaha, penggunaan team work seringkali merupakan solusi

terbaik untuk mencapai suatu kesuksesan. Team work yang solid akan

memudahkan manajemen dalam mendelegasikan tugas-tugas organisasi. Namun


demikian untuk membentuk sebuah tim yang solid dibutuhkan komitmen yang tinggi dari

manajemen. Hal terpenting adalah bahwa team work harus dilihat sebagai suatu sumber

daya yang harus dikembangkan dan dibina sama seperti sumber daya lain yang ada dalam

perusahaan. Proses pembentukan, pemeliharaan dan pembinaan team work harus

dilakukan atas dasar kesadaran penuh dari tim tersebut sehingga segala sesuatu berjalan

secara normal sebagai suatu aktivitas sebuah team work, meskipun pada kondisi tertentu

manajemen dapat melakukan intervensi (Mangkuprawira, 2009).

Dalam melihat sejauhmana hubungan kekompakan terhadap kerjasama tim, Dewi

(2007) menetapkan indikator-indikator sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan tugas, yaitu saling ketergantungan pada tugas

menciptakankekompakan.

2. Saling ketergantungan hasil, yaitu anggota tim merasa hasil yang dicapai bukanlah

hasil secara individu, tetapi hasil kekompakan bersama dalam bekerja.

3. Komitmen yang tinggi, yaitu anggota tim dianggap memiliki komitmen yang tinggi

pada tujuan yang akan dicapaitim.

2.2 Perawat

2.2.1 Pengertian Perawat

Secara sederhana, perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang

mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, defenisi perawat semakin

meluas. Kini, pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai bagian dari tenaga

kesehatan yang memberikan pelayanan kepada mayarakat secara profesional. Perawat

merupakan tenaga profesional mempunyai kemampuan, tanggung jawab, dan kewenangan dalam
melaksanakan dan/atau memberikan perawatan kepada pasien yang mengalamimasalahkesehatan

(Rifiani danSulihandari, 2013).

2.2.2 Falsafah Keperawatan

Falsafah keperawatan adalah keperawatan yang mengkaji penyebab dan hukum-hukum

yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan

pada alasan logis daripada metoda empiris. Falsafah keperawatan memiliki tujuan mengarahkan

kegiatan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Rifiani dan Sulihandari,2013).

2.2.3 Standar dan Kriteria dalam Keperawatan

Menurut Kamus Collins yang dikutip oleh Johani (2003) mendefinisikan standart sebagai

suatu tingkat kesempurnaan atau kualitas‖ dan sebuah contoh yang diterima atau yang disetujui

tentang sesuatu yang menjadi dasar penilaian atau pengukuran‖. Standart adalah suatu tingkat

kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang dapat diterima adekuat, atau memuaskan

dan digunakan sebagai tolak ukur dan titik acuan yang dapat digunakan sebagai pembanding.

Mendefenisikan standar sebagai suatu pengukur yang lebih akurat merupakan alternatif lainnya.

Standar, seringkali berupa numeric, merupakan pengukuran kuantitatif yang spesifik sedangkan

kriterianya hanya merupakan bagian atau atribut dari kualitas mutu pelayanan. Standar dan

kriteria dalam mutu pelayanan dibentuk dengan mengidentifikasi dan menyepakati elemen-

elemen dari praktik yang baik. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah

sakit dapat diukur melalui standar pelayanan di rumah sakit yang berfungsi untuk mengetahui,

memantau dan menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarakan di

rumah sakit sudah mengikuti dan memenuhi persyaratanpersyaratan yang ditetapkan dalam

standar tersebut.

2.2.4 Fungsi Perawat


Fungsi utama perawat adalah membantu pasien/klien baik dalam kondisi sakit maupun

sehat, untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui layanan keperawatan. Dalam menjalankan

perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi yaitu: fungsi independen, fungsi

dependen, dan fungsi interdependen.

1. Fungsi Independen.

Fungsi independen merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dalam menjalankan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan

sendiri dalam melakukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.

2. Fungsi Dependen.

Fungsi dependen merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan

atau instruksi dari perawat lain.

3. Fungsi Interdependen.

Fungsi Interdependen merupakan fungsi yang dilakukan dalam kelompok tim yang

bersifat saling ketergantungan di antara tim satu dengan lain (Rifiani dan

Sulihandari,2013).

2.2.5 Peran perawat

Menurut Rifiani dan Sulihandari (2013), keperawatan memiliki peranperan pokok dalam

pelayanan kesehatan masyarakat. Peran pokok perawat antara lain sebagai berikut:

1. Caregiver (pengasuh).

2. Clientadvocate (advokat klien).

3. Counselor.

4. Educator (pendidik).

5. Coordinator (coordinator)
6. Collaborator (kolaborator).

7. Consultan (konsultan).

2.3 kepribadian

2.3. 1 Pengertian Kepribadian

Secara etimologi, kepribadian berasal dari bahasa latin,yaitu kata persona yang berarti

topeng. Menurut H.J Eysenck kepribadian adalah jumlah total bentuk tingkah laku yang aktual

atau potensial pada organisme sebagai suatu tingkah laku individu, baik itu yang tampil maupun

yang berbentuk potensi,dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan atau hasil belajar dan

berkembang melalui interaksi fungsional antara aspek-aspek pembentukannya, yaitu aspek

kognitif, afektif, konatif dan somatik (Sapuri, 2009: 151).

Menurut Gordon Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang

terdiri dari sistem-sistem psikofisik (rohani- jasmani) yang menentukan cara penyesuaian diri

yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya (Sarwono, cet.4, 2012: 171).

Sedangkan menurut H. C. Warpen kepribadian adalah segenap organisasi mental dari

manusia pada semua tingkat dari perkembangannya, mencakup setiap fase karakter manusianya,

intelek, temperamen, keterampilan, moralitas dan segenap sikap yang telah terbentuk sepanjang

kehidupannya. Sedangkan kepribadian .

menurut Morton Prince adalah jumlah total dari semua disposisi pembawaan,

impulsimpuls, kecenderungan-kecenderungan, selera-selera, nafsu-nafsu, insting-insting

individual, disposisi-disposisi, dan tendensitendensi yang diperoleh melalui pengalaman

(Kartono, 2005: 11- 12).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah perwujudan sifat

yang biasa dilakukan individu dengan ciri atau kekhasan masing- masing yang dipengaruhi dari
faktor internal maupun eksternal

2.3.2 Tipe Kepribadian Ekstrovert- Introvert

Dalam bidang psikologi kepribadian, Eysenck berperan baik secara konstruktif maupun

kritis. Penekanan Eysenck pada landasan biologis dan kepribadian yang dinilai sangat berguna.

Eysenck membagi tipe kepribadian dalam 2 model yaitu tipe kepribadian temperamen dan tipe

kepribadian ekstrovert-introvert.

Dalam kaitannya tipe kepribadian ekstrovert dapat bersikap bersosial, senang bergaul,

senang berbicara, responsif, santai, bersemangat, bebas dan kepemimpinan. Sedangkan tipe

kepribadian introvert memiliki sikap pasif, berhati-hati, pemikir,damai, terkontrol, dapat

diandalkan, tidak mudah berubah, dan kalem. (Cervone, dkk : 2011, 316).

Ekstraversi adalah sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah luar sehingga

orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif.

Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya dibandingkan oleh

kondisi diri sendiri. Mereka cenderung untuk berfokus pada sikap objektif dan menekan sisi

subjektifnya (Feist,buku ke-1, 2013: 137-138).

Orang-orang ekstrovert memiliki karakteristik utama, yaitu kemampuan bersosialisasi

dan sifat impulsif, senang bercanda, penuh gairah, cepat dalam berpikir, optimis, serta sifat-sifat

lain yang mengindikasikan orang-orang yang menghargai hubungan mereka dengan orang lain

(Feist, buku ke-2, 2013: 124).

Menurut Jung dalam bukunya Jess Feist (2013: 173), introversi adalah aliran energi psikis

kearah dalam yang memiliki orientasi subyektif. Introvert memiliki pemahaman yang baik

terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang bersifat

individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan sangat selektif dan dengan
pandangan subjektif mereka. Orang- orang introvert mempunyai karakteristik sifat-sifat yang

berkebalikan dari ekstrovert. Mereka dapat dideskripsikan sebagai pendiam, pasif, tidak terlalu

bersosialisasi, hati-hati, tertutup, penuh perhatian, pesimistik, damai, tenang, dan terkontrol

(Feist, buku ke-2, 2013: 124)

2.3.3. Faktor-faktor dasar kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Menurut Boeree dalam Rafy Sapuri (2009:156-158), faktor yang mempengaruhi dalam

kepribadian ini adalah sebagai berikut :

a. Activity, yaitu

yang berkaitan dengan faktor aktivitas. Menjelaskan bahwa orang yang memiliki

tipe ekstrovert adalah aktif enerjik, menyukai aktivitas fisikter masuk kerja keras dan

olah raga serta memiliki minat yang bervariasi. Sedangkan orang yang memilik tipe

kepribadian introvert adalah kurang aktif, lebih senang memikirkan sesuatu dari pada

melakukan sesuatu, menyukai aktivitas yang tidak tergesa-gesa.

b. Sociability, yaitu

kemampuan bermasyarakat Menjelaskan bahwa orang yang memiliki tipe

kepribadian ekstrovert adalah menyukai pergaulan, pestapesta dan acara-acara sosial,

cenderung mencari dan membina hubungan dengan orang lain, serta merasa senang

dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Sedangkan orang yang introvert lebih

memilih mempunyai banyak temanteman dekat yang sedikit dan lebih menikmati

melakukan sesuatu sendirian. Mereka cenderung merasa cemas jika harus

dihubungkan dengan orang lain walaupun mereka sendiri tidak merasa ada sesuatu

yang kurang. Bagi orang lain, mereka terlihat sebagai seorang yang terlalu

memusatkan perhatian pada diri sendiri dan mungkin juga kurang ramah.
c. Risk taking, yaitu

pengambilan resiko.Menjelaskan bahwa orang yang memiliki tipe kepribadian

ekstrovert adalah mencari imbalan (reward) dengan risiko sekecil mungkin, mereka

menganggap risiko adalah bumbu kehidupan, tidak takut pada perubahan, dan

pengungkapan perasaan. Sedangkan Introvert, lebih menyukai kebiasaan, keamanan,

dan keselamatan, bahkan jika itu berarti mengorbankan sebagian kesenangan

hidupnya, mereka cenderung dikuasai perasaan takut.

d. Impulsiveness, yaitu

memperturutkan suara hati. Menjelaskan bahwa orang yang memiliki tipe

kepribadian ekstrovert adalah cenderung menunjukkan ciri kepribadian yang

impulsive, bertindak tanpa dipikirkan dahulu, membuat keputusan secara tergesa-gesa

tanpa informasi yang memadai, biasanya riang tidak ada yang dipikirkan (carefree),

mudah berubah, dan tidak bisa diramalkan. Sedangkan introvert sangat berhati-hati

dalam membuat keputusan dan menyukai sesuatu yang dapat dikontrol oleh dirinya.

Mereka sistematis, teratur, berhatihati, dan bertanggung jawab secara sungguh-

sungguh. Mereka kurang spontan dan dikendalikan oleh rasa takut.

e. Expressiveness, yaitu

kemampuan untuk menyatakan atau mengungkapkan perasaan-perasaan cinta,

benci, sedih, marah, atau takut secara terbuka dan dapat

diamati. Menjelaskan bahwa orang yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert adalah

menyatakan perasaan secara demonstratif dan mudah. Sedangkan orang yang

memiliki tipe kepribadian introvert adalah lebih banyak menyembunyikan perasaan.

Mereka mencoba mengubur rasa marah di masa lalu dan membiarkan diri frustasi dan
menganggap semua tidak pernah terjadi.

f. Reflectiveness, yaitu

memikirkan atau membayangkan. Menjelaskan bahwa orang yang memiliki tipe

kepribadian ekstrovert adalah cenderung lebih praktis, mereka lebih senang

melakukan sesuatu daripada memikirkan sesuatu. Sedangkan introvert adalah

berminat pada pengetahuan, tapi lebih untuk diri sendiri, bukan untuk diterapkan

secara praktis, memang senang berpikir, introspeksi, dan banyak pertimbangan

sebelum melakukan tindakan. Mereka menyukai ide-ide, hal-hal yang abstrak, dan

renungan-renungan. Kesenangan terhadap ide-ide intuitif ini merupakan dasar dari

kreativitas.

g. Responsibility, yaitu

tanggung jawab. Menjelaskan bahwa orang yang memiliki tipe kepribadian

ekstrovert adalah cenderung sembarangan, kurang peduli, dan kurang tanggung jawab

dibandingkan dengan individu yang introvert, serta tidak dapat diramalkan.

Sedangkan mereka yang introvert adalah mereka yang berhati- hati, dapat dipercaya,

dan sungguh-sungguh.

2..3.4 Ciri-ciri Kepribadian Ekstrovert-Introvert

Jung distinguishes two major attitudes or orientations ofpersonality, the attitude of

extraversion and the attitude ofintroversion. The extraverted attitude orients the person

towardthe external, objective world, the introverted attitude orients theperson toward the inner,

subjective world. The two opposingattitude are both present personality but ordinarily one of

them isdominant and conscious while the other is subordinate andunconscion. If the ego is

predominantly extraverted in its relationto the world, the person unconscious will be introverted
(Hall, 1978: 125). Extraversion is a term used by Carl Jung to describe thedirecting of the

libido, or psychic energy, toward things in theexternal world.Introversion is a term used by Carl

Jung todescribe the directing of the libido, toward things in the internalworld (Schustack, 2012:

113).

Teori di atas menjelaskan bahwa Carl Jung membagi kepribadian dalam dua jenis yaitu

ekstrovert dan introvert. Jung menggambarkan bahwa kepribadian ekstrovert bersifat keluar atau

objektif, sedangkan kepribadian introvert bersifat kedalam atau subjektif. Setiap individu

memiliki dua kepribadian tersebut, akan tetapi ada yang lebih mendominasi. Apabila ego lebih

bersifat ekstrovert dalam berhubungan dengan dunia luar, maka tak sadar pribadi akan bersifat

introvert. Begitu juga sebaliknya dengan kepribadian introvert.

Ciri-ciri kepribadian ekstrovert-introvert menurut Carl Jung dalam bukunya Alwisol (2012:49)

adalah:

a. Ekstrovert

Ciri kepribadian yang dimiliki individu tersebut adalah manusia ilmiah, aktivitas

intelektual berdasarkan data objektif, manusia dramatik, menyatakan emosinya secara terbuka

dan cepatmberubah, pemburu kenikmatan,memandang dan menyenangi dunia apa adanya,

pengusaha, bosan dengan rutinitas, terus menerus menginginkan dunia baru untuk ditaklukkan.

b. Introvert

Ciri kepribadian ini adalah manusia filsuf, penelitian intelektual secara internal, penulis

kreatif, menyembunyikan perasaan, sering mengalami badai emosional, seniman, mengalami

dunia dengan cara pribadi dan berusaha mengekspresikannya dengan pribadi pula, manusia

peramal, sukar mengkomunikasikan intuisinya

BAB III
KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS,DEFINISI OPRASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan studi korelasional. Studi

korelasional pada hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua

variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan

keterangan hasil penelitian terdahulu dan di dukung dengan penjelasan teoritik diatas, maka

dapat dibangun hipotetik penelitian sebagai berikut:

Gambaran 3.1

Kerangka Konsep

Variabel
indevenden

Kepribadian Variabel devenden


ekstrovet (X1)
Kerjasama tim
perawat (Y)

Variabel
indevenden

Kepribadian
introvet (X2)

Sumber: Sugiyono (2013: 66)

3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha :Ada hubungan kepribadian ekstrovet dan introvet dengan kerjasama tim

perawat di AGD Dinkes DKI Jakarta

Ho : Tidak Ada hubungan kepribadian ekstrovet dan introvet dengan kerjasama tim

perawat di AGD Dinkes DKI Jakarta

3.3 Definisi Oprasional

Tabel 3.2

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Indikator Ukuran


1 Kepribadi Kepribadian seseorang 1. Senang Likert:
5 = SS
an yang terbuka berbicara 4=S
2. Senang dengan 3 = KS
ekstrovet 2 = TS
suasana 1 = STS
(X1)
kebersamaan
3. Dapat

mengungkapka

n perasaaan
4. Percaya diri
5. Suka berbaur

dengan orang

lain
6. Bertindak lebih

dulu dari pada

merenungkann
ya
7. Menyukai

Variasi tugas

2 Kepribadi Kepribadian seseorang 1. Jarang Likert:


5 = SS
an Introvet yang tertutup berbicara 4=S
3 = KS
(X2) dengan orang 2 = TS
1 = STS
lain
2. Enggan bekerja

secara

kelompok
3. Cenderung

menutup diri
4. Kurang percaya

diri
5. Suka

menyendiri
6. Berfikir dahulu

sebelum

bertindak
7. Lebih suks

mengerjakan

suatu tugas
dalam satu

waktu

3 Kerjasama Kerjasama adalah 1. Tanggung Likert:


5 = SS
tim (Y) keterlibatan mental dan jawab secara 4 = S
3 = KS
emosional orang-orang bersama-sama 2 = TS
1 = STS
dalam situasi kelompok menyelesaikan
Yang mendorong
pekerjaan
mereka untuk 2. Saling

memberikan kontribusi berkontribusi


3. Pengerahan
kepada tujuankelompok
kemampuan
atau berbagi tanggung
secara
jawab pencapaian
maksimal
tujuan

BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN


A. Desain Penelitan

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelasi dengan

pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan pengukuran variabel hanya pada

suatu saat (Sudiqdo & Sofyan, 2001). Desain ini digunakan untuk mengetahui hubungan

kepribadian ekstovet dan introvet dengan kerjasama tim perawat AGD Dinkes DKI Jakarta

B. Populasi dan Sampel


a. Populasi

Populasi Sugiyono (2010:115) adalah obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Teknik yang dapat digunakan dalam menentukan besarnya ukuran

sampel yang akan diteliti adalah mengikuti pendapat Rorcoe Sugiyono (2010:129) yang

mengatakan “bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500.” Setelah menentukan jumlah sampel, maka hal selanjutnya yang dilakukan

adalah menentukan teknik samplingnya

b. sampel

Menurut Sugiyono (2010:116) teknik sampling merupakan teknik pengambilan

sampel. Di dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah semua karyawan

yang memiliki kecenderungan homogen sehingga setiap orang memiliki peluang yang

sama untuk menjadi sampel oleh karena itu maka teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Simple random sampling menurut

Sugiyono (2010:118), adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam penelitian ini sampel

yang diambil adalah sebanyak 40 orang yang disebut dengan sampel jenuh dimana N=n.
C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan AGD Dinkes DKI Jakata Dengan pertimbangan peneliti

memudahkan untuk mengumpulkan data-data.

D. Etika Penelitian

Secara umum etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan menjadi

3 prinsip (Nursalam , 2009) antara lain :

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek,

khususnya jika menggunakan tindakan khusus. Yang berarti dalam melakukan

penelitian, peneliti tidak melakukan hal-hal yang tentunya bisa merugikan

responden.

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian atau informasi yang diberikan, tidak

dipergunakan untuk ha-hal yang dapat merugikan subjek. Dalam hal ini,

pemberian informasi oleh responden tidak di sebarluaskan.

c. Risiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan

berakibat kepada subjek pada setiap tindakan. Dalam hal ini peneliti harus
mempertimbangkan segala kemungkinan yang terjadi baik yang menguntungkan

ataupun yang merugikan responden.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah bersedia atau tidak untuk

menjadi responden tanpa sangksi apapun. Dalam hal ini menghargai hak perawat

yang mau menjadi responden dan tidak memaksa perawat untuk menjadi

responden.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full

disclosure)

Peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab

kepada responden. Dalam hal ini peneliti wajib memberikan penjelasan kepada

responden mengenai maksud dan tujuan, serta cara pengisian sebelum responden

mengisi kuesioner.

c. Lembaran Persetujuan ( Informed concent)

Setelah peneliti menjelaskan kepada responden mengenai maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang diteliti. Maka responden di minta untuk

menandatangani lembar persetujuan. Dalam hal ini, jika ada calon responden yang

menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.
3. Prinsip Keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)

Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikitsertaannya dalam penelitian tanpa ada perbedaan. Dalam hal ini peneliti

tidak membeda-bedakan dalam memperlakukan perawat yang menjadi responden

dengan perawat yang tidak bersedia atupun menolak untuk menjadi reponden.

b. Hak di jaga kerahasiaan (right to privacy)

Responden berhak untuk meminta data yang di berikan untuk dirahasiakan.

Dalam hal ini, Peneliti harus bisa menjaga kerahasiaan (confidentiality)data yang

di berikan oleh responden, bila perlu dalam pengisian kuesioner di lakukan tanpa

nama (anonymity).

E. Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Observasi:

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data dengan cara melakukan

pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

2) Wawacara:

Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan

narasumber agar mendapat informasi yang tidak terakomodasi dari kueisioner.

3) Kuesioner
Pengumpulan data dengan cara membagikan selembaran hak angket berupa daftar

pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan data-data yang diperlukan mengenai

faktor yang mempengaruhi kepribadian dengan kerjasama tim di AGD Dinkes DKI

Jakarta

Tabel 3.3

Kisi-kisi Indikator kepribadian ekstrovet

Jumla
No Indikator No Butir
h
1 Senang berbicara 1,2 2
Senang dengan suasana
2 3,4 2
kebersamaan
Dapat mengungkapkan
3 5,6 2
perasaaan
4 Percaya diri 7,8 2
Suka berbaur dengan
5 9,10 2
orang lain
Bertindak lebih dulu dari
6 11,12 2
pada merenungkannya
7 Menyukai Variasi tugas 13,14 2
Jumlah Total 14

Tabel 3.4

Kisi-kisi Indikator Motivasi Eksternal

Jumla
No Indikator No Butir
h
1 Jarang berbicara dengan 1,2 2
orang lain
Enggan bekerja secara
2 3,4 2
kelompok
3 Cenderung menutup diri 5,6 2
4 Kurang percaya diri 7,8 2
5 Suka menyendiri 9,10 2
Berfikir dahulu sebelum
6 11,12 2
bertindak
Lebih suka mengerjakan

7 suatu tugas dalam satu 13,14 2

waktu
Jumlah Total 8

Tabel 3.5

Kisi-kisi Indikator Kinerja Karyawan

Jumla
No Indikator No Butir
h
Tanggung jawab secara

1 bersama-sama 1,2 2

menyelesaikan pekerjaan
2 Saling berkontribusi 3,4 2
Pengerahan kemampuan
3 5,6 2
secara maksimal
Jumlah Total 6

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


b. Uji Validitas
Menurut Singarimbun dalam Danang Sunyoto (2014:114) uji validitas adalah:

“Merupakan suatu alat ukur tes dalam kuesioner. Validitas artinya sejauh mana tes dapat

mengukur dengan tepat dan dipertanggung jawabkan kebenarannya.”


Dapat diketahui dengan rumus:

Σy
NΣ y 2−(¿)
¿
2
¿¿
¿
NΣ x 2−( ∑ x )2 ¿
¿
√¿
NΣx y−(∑ x ) ( ∑ y )
r xy =
¿

Dimana:

rxy = koefisien korelasi antara skor variabel X dengan skor variabel Y

∑x = jumlah skor variabel X

N = jumlah individu dalam sampel

∑y = jumlah skor variabel Y

c. Uji Reabilitas

Menurut Arikunto dalam Danang Subyoto (2014:115) uji reabilitas adalah: “bahwa

sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik.”
Dalam penelitian ini uji reabilitas akan dilakukan dengan rumusan Alpha Cronbach :

r=
N
N −1 [
1−
Σσ b ²
σt² ]
Dimana :

r = koefisien reabilitas instrumen

N = banyaknya peryataan

Σσ b ² = total varians pernyataan


t = total varians

G. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan prosedur :

1. Selama responden mengisi kuesioner, peneliti akan berada disamping

responden, agar bila ada pertanyaan dari responden, peneliti dapat langsung

menjawab dan menjelaskannya.

2. Responden akan menyerahkan seluruh paket kuesioner setelah pengisian

kuesioner dianggap selesai

3. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan bila ada kuesioner yang belum

lengkap, langsung dilengkapi saat itu juga. Bila kuesioner sudah lengkap maka

peneliti mengakhiri pertemuan dan mengucapkan terima kasih kepada

responden atas kesediaan dalam membantu penelitian.

H. Pengolahan Data

Data yang terkumpul lalu diolah dan diproses melalui tahapan, menurut

Notoatmodjo (2010) sebagai berikut :

1. Editing Data

Kegiatan yang dilakukan setelah selesai menghimpun data lapangan. Data yang ada

seluruhnya diteliti apakah sudah benar, jelas dan lengkap sesuai dengan yang

diinginkan.

2. Coding Data

Data yang sudah diedit diberi identitas sesuai dengan pertanyaan dan kelompoknya

sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.


3. Sorting

Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang

dikehendaki (klasifikasi data).

4. Entry

Data jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam

tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

5. Cleaning

Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.

I. Analisis Data

Adalah analisis yang Metode analis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

didasari pada data yang diperoleh dari para responden guna membuat gambaran yang jelas

tentang variasi sifat data. Penelitian ini berdasarkan urain hasil dari kuesioner yang telah

dibagikan dan diisi oleh pegawai AGD Dinkes Dki Jakarta.

2. Analisis Statistik

Adalah analisis dengan menggunakan rumus statistik, dalam penelitian ini analisis statistic

digunakan untuk menguji apakh terdapat pengaruh yang signifikan atau tidak. Metode analisis

data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Analisis Regresi Sederhana

Analisis ini digunakan untuk mengetahui Hubungan Kepribadian Ekstrovet Dan

Introvet dengan kerjasama tim perawat Dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + bX

Untuk mencari nilai rumus a dan b yaitu:


( ΣY ) ( Σ X 2 ) −( ΣX ) (ΣXY )
a= 2
n(Σ X )−(ΣX ) ²

n ( ΣX . Y )− ( ΣX ) ( ΣY )
b=
n(Σ X 2 )−(ΣX )²

Keterangan:

Y = Kinerja karyawan

X = Variabel Kepribadian Ekstovet / Variabel kepribadian Introvet b

= Koefisien regresi / nilai parameter

2) Analisis Regresi Berganda

Digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel bebas X 1 dan X2

dengan variabel Y.

Rumus : Y = a + b1X1 + b2X2

Rumus untuk mencari koefisien regresi a, b1 dan b2 adalah sebagai berikut:

( Σx ₁ y ) ( Σ x ₂2 ) −( Σx ₁ x ₂ ) (Σ x2 y )
b1 =
( Σx ₁ ² ) ( Σ x ₂ 2) −( Σx ₁ x ₂ ) ²

( Σx ₂ y ) ( Σ x ₁2 ) −( Σx ₁ y ) ( Σx ₁ x ₂ )
b2 =
( Σx₁ ² ) ( Σ x ₂2 )− ( Σx ₁ x ₂ ) ²

( Σy−b ₁ )( Σx ₁ )−b ²(Σx ₂)


a = n

Dimana:

Y = Kerjasama Tim

X1 = Kepribadian Ekstrovet

X₂ = Kepribadian Introvet

b = Koefisien regresi/ nilai parameter


a = Konstanta

3) Analisis Korelasi Sederhana ( r )

Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara

dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Dalam penelitian ini

digunakan analisis korelasi sederhana atau yang biasa disebut dengan korelasi product

moment pearson karena menggunakan data skala interval. Korelasi product moment

pearson menggunakan kriteria bahwa nilai koofisien korelasi (r) berkisar antara 1 sampai

-1, nilai semakin mendekati 1 atau -1. Dengan menggunakan rumus:

n(Σ x2 )−( ∑ x )2
Σy
n( Σ y 2 )−( ¿)
¿
2
( ¿ ¿¿ }
¿¿
¿
√¿
nΣx y− ( ∑ x ) ( ∑ y )
r=
¿

4) Analisis Korelasi Berganda

Analisis korelasi berganda adalah angka yang menyatakan kuatnya hubungan antara

dua variabel secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel dependen. Rumus

korelasi berganda ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:

b ₁ ∑ x ₁ y +b ₂ ∑ x ₂ y
R= √
∑ y²

Untuk mempermudah melihat angka hubungannya maka digunakan tabel pembantu

seperti berikut:
Tabel 3.11
Interval Korelasi

Interval Koefesien Tingkat Hubungan


0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2010: 231)

5) Analisis Koefisien Determinasi

Bertujuan untuk mengetahui atau mencari nilai kontribusi korelasi berganda dengan

rumusan:

KP = r 2x 100%

KP = R2 x 100%

Dimana:

KP = Koefisien Penentu

r = Nilai Koefisien Korelasi (sederhana)

R = Nilai Koefisien Korelasi (berganda)

6) Uji Hipotesis

a. Uji-t (Pengujian secara parsial)

Yaitu uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh tiap variabel bebas

terhadap variabel terikat signifikan atau tidak, . dengan rumus t, yaitu sebagai

berikut:

t r √ n−2
hitung =
√ 1−r 2
Dimana:

DK (derajat kebebasan) = n-2

Taraf kesalahan = 5%

t = t hitung

n = jumlah sampel

ketentuan:

Bila t hitung> t tabel, maka Ho..............ditolak

Ha..............diterima

Bila t hitung< t tabel, maka Ho..............diterima

Ha..............ditolak

Anda mungkin juga menyukai