Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II
KONSEP
2.1 Konsep Dasar Thalasemia............................................................................2
2.3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thalasemia............................................ 8
BAB III
ASKEP KASUS............................................................................................... 15
BAB IV
PEMBAHASAN.............................................................................................. 15
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit talasemia masih kurang dikenal oleh masyarakat. Padahal, di
Indonesia terdapat banyak penderita penyakit kelainan darah yang bersifat
diturunkan secara genetik dan banyak terdistribusi di Asia ini. Pencegahan talasemia
pun sulit dilakukan karena minimnya perhatian masyarakat dan sarana yang dimiliki
oleh tempat pelayanan kesehatan di Indonesia. Beberapa data menunjukkan bahwa
ada sekitar ratusan ribu orang pembawa sifat talasemia yang beresiko diturunkan
pada anak mereka serta data lain yang menemukan bahwa 6 – 10% penduduk
Indonesia merupakan pembawa gennya. Penderita talasemia mayor di Indonesia
sudah tercatat sekitar 5.000 orang, selain yang belum terdata atau kesulitan
mengakses layanan kesehatan. Angka penderita di dunia lebih besar, yaitu setiap
tahunnya ada sekitar 100.000 penderita baru yang lahir dari pasangan pembawa
gen. Begitu banyak penderita talasemia di Indonesia, akan tetapi layanan kesehatan
di Indonesia masih sulit diakses oleh penderita talasemia. Biaya pengobatannya pun
mahal, karena pasien biasanya membutuhkan transfusi darah terus menerus untuk
memperpanjang hidupnya. Sedangkan tidak ditemukan adanya kesembuhan yang
sempurna pada penyakit thalasemia.
B. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep dasar penyakit thalasemia?
1.2.2 Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien thalasemia?
1.2.3 Bagaimanakah contoh asuhan keperawatan pada pasien thalasemia?
C. Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dan asuhan keperawatan
thalasemia.
BAB II
LANDASAN TEORI
I. KONSEP DASAR THALASEMIA
A. Definisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan
sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 100 hari )
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
secara resesif, secara melokuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta,
sedangkan secra klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor. (Padila,
2002)
B. Etiologi
a. Penyebab primer
Berkurangnya sintesis Hb A
Eritropoesis yang tidak efektif
Penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler
b. Penyebab sekunder
Defisiensi asam folat
Bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi
Destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limfa dan hati
C. Klasifikasi
Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu
thalasemia alfa dan thalasemia beta.
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin rantai
alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :
c. Thalasemia Mayor.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi
rantai beta globin. Gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa
anemia yang berat. Penderita thalasemia mayor tidak dapat membentuk
hemoglobin yang cukup sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat
disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan akan menyebabkan
kekurangan O2, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Penderita
thalasemia mayor memerlukan transfusi darah yang rutin dan perawatan
medis demi kelangsungan hidupnya (Dewi.S 2009 dan Yuki 2008).
D. Patofisiologi
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Talasemia
primer adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif
disertai penghancuran sel–sel eritrosit intramedular. Sedangkan talasemia
sekunder ialah karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma
intravascular yang mengakibatkan hemodilusi dan destruksi eritrosit oleh system
retikuloendotelial dalam limpa dan hati.
Terjadinya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari
hemoglobin berkurang.
Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara tranfusi berulang,
peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif,
anemia kronis, serta proses hemolisis.
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dua polipeptida rantai alfa dan
dua rantai beta
Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta dalam
molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa
oksigen
Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai beta
memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan Hb defective.
Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan
disentebrasi. Hal ini meyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis
Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan kelebihan
rantai beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida
ini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intraeritrositik yang
mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau
terdiri dari Hb tak stbil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan
hemolisis
Reduksi dalam Hb menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang
lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC di luar
menjadi eritropoitik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus-menerus pada
suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak
adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC
menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.
E. Manifestasi Klinis
Letargi
Pucat
Kelemahan
Anoreksia
Diare
Sesak napas
Pembesaran limfa dan hepar
Ikterik ringan
Penipisan kortek tulang panjang tangan dan kaki
Penebalan tulang kranial
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan Laboratorium Darah
Hb : kadar Hb 3-9 gr %
Pewarnaan SDM : Anisositosis, Poikilositosis, Hipokromia berat, target sel
tear drop cel
Gambaran Sumsum tulang (Eritripoesis Hiperaktif)
Elektroforesis Hb
Thalasemia alfa : ditemukan hb Bart's dan Hb H
Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi 10-90% (N : > 1%)
G. Penatalaksanaan Medis
1. Tranfusi PRC (packed red cell) bila Hb < 9 gr%
2. Untuk menurunkan besi dari jaringan tubuh diberikan kalori besi : disferal IM/IV
3. Splenektomi : hipersplenisme
4. Transplantasi sum sum tulang pada talasemia maya
5. Berikan asam folat 2 – 5 mg/hari, pada yang jarang mendapatkan tranfusi
6. Pantau fungsi organ: jantung, paru, hati, endokrin, gigi, telinga, mata, tulang.
H. Komplikasi
1. Akibat anemia yang berat dan lama sering terjadi gagal jantung
2. Tranfusi darah yang berulang-ulang dan proses hemolisis mengalibatkan kadar
besi dalam darah sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam jaringan seperti hepar,
limfa, kulit dan jantung.
3. Hepatosplenomegaly
4. Gangguan tumbuh kembang
5. Disfungsi organ
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A
DENGAN GANGGUAN THALASEMIA
A. Identitas Klien
Nama : An.A
TTL : 10 Feb 2002
Usia : 16 tahun
Nama Ayah : Tn. I
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : STM
Nama Ibu : Ny. E
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Desa Bukit Gajah
Tanggal Masuk : 7 Nov 2018
Tanggal Pengkajian: 8 Nov 2018
B. Keluhan Utama
Muka pucat, badan terasa lemah, dan tidak nafsu makan
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit Arifin Achmad di ruang Thalasemia sejak usia
5 tahun dengan keluhan badan pucat, lemah dan tidak nafsu makan. Klien
adalah penderita Talasemia Mayor, terdiagnosis 5 tahun yang lalu. Atas
keputusan dokter akhirnya klien dianjurkan menjalani transfusi darah rutin
setiap bulan dengan kebutuhan darah sebanyak 832cc darah (4 kantong/ 4
hari). Hari pertama An. A mendapatkan transfusi darah sebanyak 200cc, hari
kedua mendapatkan 232cc dan mengkonsumsi obat ferriprox 3x1 dan asam
folat 1x1.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit waktu kecil : Riwayat penyakit mulai transfusi di usia 5 tahun
dengan keluhan pucat, lemas, dan tidak nafsu makan.
2. Tindakan (operasi) : Abses di bagian bawah payudara sebelah kiri.
3. Alergi : tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita sama seperti pasien (genogram)
F. Kesehatan Fungsional
1) Nutrisi
Alat makan yang dipakai : sendok dan piring
Pola makan/jam : anak makan 3 kali sehari tetapi sedikit hanya ½ porsi
2) Aktivitas bermain
Klien hanya bermain bersama adik-adiknya dirumah
3) Tidur dan istirahat
Pola tidur : anak tidur cukup 8-9 jam
Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada kebiasaan khusus
4) Eleminasi
BAB : tidak ada masalah
BAK : tidak ada masalah
5) Pola hubungan
Yang mengasuh : anak diasuh sendiri oleh orang tuanya
Hubungan dengan anggota keluarga : baik
Hubungan anak dengan orang tua : baik
Pembawaan secara umum : anak berpenampilan rapi dan pendiam
6) Kongnitif dan persepsi
Pendengaran : anak tidak mengalami gangguan pendengaran
Penglihatan : penglihatan anak normal
Penciuman : penciuman anak baik
7) Konsep diri
Selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan atau
penyakitnya. Anak merasa penyakit yang di deritanya adalah takdir dari
yang maha kuasa. Sehingga anak merasa biasa-biasa saja dan tidak
malu dengan dirinya sendiri.
8) Sistem Reproduksi
Anak berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada kelainan genetalia.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah,kesadaran cm.
2. TB/ BB : 138 cm/29,30 kg- IMT : 15,2
3. Tanda vital : TD 98/67 mmHg, suhu 35,8 0c, nadi 124 x/mnt, respirasi 22
x/mnt
4. Mata : conjuctiva anemis,sklera ikterik
5. Hidung : tidak ada kelainan,discharge (-)
6. Mulut : mukosa mulut pucat ,mulut bersih.
7. Telinga : tidak ada kelainan,discharge (-)
8. Tengkuk : tidak ada kaku kuduk dan tidak ada pembesaran kel.limfe
9. Dada : bentuk simetris, ictus cordis tidak tampak
10. Jantung : BJ1, BJ2 Reguler (tidak ada suara tambahan)
11. Paru-paru : suara nafas vesikuler
12. Perut : pembesaran limpa (+),kembung (-), peristaltic usus (+)
13. Genetalia : genetalia tidak ada kelainan
14. Ekstremitas : tangan kanan terpasang infus, gerakan ekstemitas bebas, tonus
otot normal, tidak ada edema,akral agak dingin
15. Kulit : kulit kering,turgor kulit normal,hiperpigmentasi (-)
H. Hasil pemeriksaan laboratorium
a. Hb : 5,9 /uL : N (14,0-18,0 g/dl)
b. Leukosit : 4,31 /uL : N (2,0-4,0)
c. Trombosit : 69 /uL : L (150-450)
d. Eritrosit : 7,82 /uL : H (4,70-6,10)
I. Medikasi
1. Ferriprox 3x1 digunakan untuk mengatasi kelainan darah karena
penyakit thalassemia atau terlalu banyak zat besi dalam tubuh karena sering
melakukan transfusi darah.
2. Asam folat 1x1 membantu tubuh Anda memproduksi dan mempertahankan
sel-sel baru, dan juga membantu mencegah perubahan DNA yang dapat
menyebabkan kanker. Sebagai obat, asam folat digunakan untuk mengobati
kekurangan asam folat dan beberapa jenis anemia (kekurangan sel darah
merah) yang disebabkan oleh kekurangan asam folat.
J. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1. Data subyektif Penurunan Hb Ketidakefektifan
a. Anak perfusi jaringan perifer
mengeluh badannya Penurunan suplai
terasa lemah O2 dan darah
b. Anak keperifer
mengatakan wajahnya
pucat
Data obyektif Konjugtiva anemis
a. Konjungtiva anemis dan tampak pucat
b. Sklera ikterik
c. Akral dingin Ketidakefektifan
d. Bibir pucat perfusi jaringan
e. TD : 98/67 perifer
f. S : 35,8oC
g. Hb : 5,9 g/dl
2. Data subyektif Ketidakseimbanga Ketidakseimbangan
a. Anak mengatakan kurang n suplai O2 dari nutrisi kurang dari
nafsu makan kebutuhan kebutuhan
b. Anak mengatakan makan
hanya habis ½ porsi
c. Anak mengatakan badan Hipoksia
lemah
Data obyektif
a. Kulit kering kelelahan
b. Turgor kulit elastis
c. Bibir pucat
d. TB : 138 cm malas makan
e. BB : 29,30
f. IMT : 15,2 (nutrisi intake nutrisi
kurang dari kebutuhan berkurang
tubuh)
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
K. Diagnosa Keperawatan
3. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d kurangnya suplai O2 ke
jaringan perifer.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kurangnya suplai
O2 dalam tubuh,
L. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Ketidakefekti Keefektifan perfusi a. Posisikan klien
fan perfusi jaringan perifer dapat berada di posisi
jaringan teratasi setelah yang nyaman
perifer dilakukan asuhan b. Jelaskan
keperawatan ditandai prosedur
dengan : pemasangan
KH : blood set pada
a. Aliran darah pasien
sampai ke kapiler c. Pertahankan
jari tangan daerah IV steril
b. Aliran darah d. Lakukan
sampai ke kapiler pemasangan
jari kaki infus IV
c. Akral menjadi e. Pemberian
hangat transfusi darah
d. TTV dibatas sebanyak 832cc
normal f. Pemberian obat
e. Muka tidak pucat ferrifox
f. Rentang gerak Monitoring TTV
tidak lemah a. Pantau TTV
b. Catat setiap ada
perubahan
c. Pantau tanda-
tanda adanya
alergi
d. Pantau adanya
sianosis
BAB V
KESIMPULAN
I.1 KESIMPULAN
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel
darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 100 hari )
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
secara resesif, secara melokuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta,
sedangkan secra klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor. (Padila,
2002)
Asuhan keperawatan pada pasien thalasemia yaitu meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pada pengkajian meliputi
identitas klien, riwayat penyakit klien, dan pemeriksaan fisik. Ada 2 diagnosa
keperawatan pada pasien thalasemia yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer,
dan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,Pada intervensi
disesuakan dengan diagnosa yang akan digunakan. Implementasi disesuaikan
dengan intervensi dan menggunakan kata kerja. Dan yang terakhir yaitu evaluasi,
evaluasi dibuat menggunakan rumus SOAP (subjektif, objektif, analisis, dan
planning)
DAFTAR PUSTAKA