Anda di halaman 1dari 69

RISET

PENGARUH TERAPI AKUPESSURE TERHADAP KADAR


KOLESTEROL DARAL PADA DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PASAR MINGGU
Riset Ini Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

BAGUS PANJIE W
NIM 08160100060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017
RISET

PENGARUH TERAPI AKUPESSURE TERHADAP KADAR


KOLESTEROL DARAL PADA DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PASAR MINGGU

Riset Ini Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

BAGUS PANJIE W
NIM 08160100060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Riset/Riset dengan judul:

PENGARUH TERAPI AKUPESSURE TERHADAP KADAR


KOLESTEROL DARAL PADA DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PASAR MINGGU

Telah mendapat persetujuan untuk dilaksanakan uji proposal/uji riset ahkir pada:

Jakarta, ………..

Pembimbing,

( )

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Riset Dengan Judul

PENGARUH TERAPI AKUPESSURE TERHADAP KADAR


KOLESTEROL DARAL PADA DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PASAR MINGGU

Riset ini telah disetujui, diperiksa dan di pertahankan di hadapan Tim Penguji
Riset Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju

Jakarta, ...........................

Penguji

( <<NAMA>> )

Pembimbing

( <<NAMA>> )

iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Bagus Panjie W

NIM : 08160100060

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan riset
saya yang berjudul :

Pengaruh terapi akupessure terhadap kadar kolesterol daral pada DM tipe 2 di


Rumah Sakit Pasar Minggu

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 19 Februari 2017

Bagus Panjie W

v
KATA PERSEMBAHAN

Halaman ini diperuntukkan bagi penulis yang ingin mempersembahkan karyanya

kepada orang tertentu atau diisi dengan kata-kata mutiara, cuplikan do'a,

semboyan atau motto yang ingin dikemukakan penulis (lihat contoh pada

lampiran).

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayatnya.

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :

1.

vi
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
2017

ABSTRAK
Bagus Panjie W1
PENGARUH TERAPI AKUPESSURE TERHADAP KADAR KOLESTEROL
DARAL PADA DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PASAR MINGGU

12 i + 65 hal + 5 tabel + 2 gambar + 2 diagram


Abstrak merupakan ringkasan singkat isi laporan sejumlah 100-150 kata. Abstrak
yang membekali pembaca dengan inti tulisan yang bersangkutan dan mencakup
(a) rumusan masalah penelitian, (b) tujuan umum dan khusus, (c) jenis dan desain
penelitian, (d) populasi dan sampel, (e) analisis data yang dipergunakan, (f)
simpulan hasil penelitian dan saran sesuai pembahasan. Dalam abstrak juga
tercantum kata kunci (monimal 2 kata kunci), jumlah daftar pustaka dan rentang
tahun penulisannya yang terlama dan terbaru. Abstrak ditulis dalam bahasa
Indonesia dan Inggris masing-masing diketik dengan spasi 1 (satu) dan terdiri dari
1 halaman.

Pustaka : 37 pustaka (2005-2015)

1) : Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKIM

vii
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
2017

ABSTRACT
Bagus Panjie W1
PENGARUH TERAPI AKUPESSURE TERHADAP KADAR KOLESTEROL
DARAL PADA DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
PASAR MINGGU

12 i + 65 hal + 5 tabel + 2 gambar + 2 diagram


Bahasa Inggris

Abstrak merupakan ringkasan singkat isi laporan sejumlah 100-150 kata. Abstrak
yang membekali pembaca dengan inti tulisan yang bersangkutan dan mencakup
(a) rumusan masalah penelitian, (b) tujuan umum dan khusus, (c) jenis dan desain
penelitian, (d) populasi dan sampel, (e) analisis data yang dipergunakan, (f)
simpulan hasil penelitian dan saran sesuai pembahasan. Dalam abstrak juga
tercantum kata kunci (monimal 2 kata kunci), jumlah daftar pustaka dan rentang
tahun penulisannya yang terlama dan terbaru. Abstrak ditulis dalam bahasa
Indonesia dan Inggris masing-masing diketik dengan spasi 1 (satu) dan terdiri dari
1 halaman.

Pustaka : 37 pustaka (2005-2015)

2) : Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKIM

viii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian

”Pengaruh terapi akupessure terhadap kadar kolesterol daral pada DM tipe 2 di

Rumah Sakit Pasar Minggu” dengan baik.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan

baik materiil maupun spiritual dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1.

2. Teman-teman seperjuangan mahasiswa-mahasiswi Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

yang telah memberi motivasi dan kerjasamanya.

3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun, demi kesempurnaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah lebih

lanjut.

Penulis berharap penelitian ”Pengaruh terapi akupessure terhadap kadar

kolesterol daral pada DM tipe 2 di rumah sakit Pasar Minggu” ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

ix
Jakarta, Februari 2017

Peneliti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... v
KATA PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1. Tujuan Umum ............................................................................................5
2. Tujuan Khusus ...........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
1. Manfaat Aplikatif .......................................................................................6
2. Manfaat Teoritis .........................................................................................6
3. Manfaat Metodologi...................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 8
A. Tinjauan Teori ............................................................................................... 8
1. Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 ..................................................................8
2. Kolesterol .................................................................................................16
3. Akupresur .................................................................................................23
4. Konsep .....................................................................................................36
B. Penelitian terkait .......................................................................................... 37
1. Penelitian yang dilakukan oleh Srilestari (1997) dengan judul
pengaruh pijat refleksi pada penderita Non Insulin Dependen Diabetes
Melitus (NIDDM) di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 1997. ..37
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rusdiatin dan Maulana (2007), dengan
judul pengaruh pemberian teknik akupresur terhadap tingkat nyeri
persalinan kala I di Rumah Sakit Rajawali Citra Potorono
Banguntapan Bantul 2007. .......................................................................38
3. Penelitian Syarif (2009) yang berjudul pengaruh terapi akupresur
terhadap mual muntah akut akibat kemoterapi pada pasien kanker. .......39
C. Kerangka Teori ............................................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 42
A. Kerangka Konsep......................................................................................... 42
B. Hipotesis ...................................................................................................... 43
C. Definisi Operasional .................................................................................... 43
BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ........................................ 45
A. Desain Penelitian ......................................................................................... 45

xi
1. Populasi ....................................................................................................46
2. Sampel......................................................................................................46
3. Perhitungan Sampel .................................................................................46
4. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................49
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... 49
C. Etika Penelitian ............................................................................................ 49

xii
DAFTAR GAMBAR

No table of figures entries found.

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan self esteem dengan kejadian baby blues

post partum primipara di RSUD Pasar Minggu .................................................... 43

xiv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) dan gejalanya telah dikenal selama beratus-

ratus tahun yang lalu dan ditemui di banyak negara, tidak terkecuali Indonesia.

Penyakit DM merupakan salah satu masalah yang menonjol di masyarakat

saat ini. Hasil survei yang dilakukan Depkes (2008), menunjukkan bahwa saat

ini terdapat 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia (sekitar 12 juta orang)

menderita DM dan sebesar 11% dari jumlah tersebut merupakan kelompok

pradiabetes. Diprediksikan jumlah kedua kelompok tersebut akan terus

meningkat. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Tengah

(2007) menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian akibat penyakit DM

pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2

yaitu 14,7%. Pada daerah perdesaan, penyakit DM menduduki ranking ke-6

yaitu 5,8%.

Penyakit DM tipe 2 merupakan tipe DM yang paling umum terjadi

yaitu sekitar 90% dari total populasi DM. Faktor lingkungan dan terutama

peningkatan kemakmuran suatu bangsa akan meningkatkan kekerapan

penyakit DM (Suyono, 2009). Penyakit DM tipe 2 juga dipicu oleh gaya

hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan berlemak,

alkoholisme, merokok dan lain-lain yang dapat menyebabkan timbulnya

keadaan dislipidemia diabetik (Nilawati, 2008).

1
2

Dislipidemia diabetik biasanya berupa triad lipid yaitu peningkatan

kolesterol total dan kolesterol Low-Density Lipoprotein (LDL) serta

penurunan kolesterol High-Density Lipoprotein (HDL). Keadaan dislipidemia

diabetik dapat menimbulkan munculnya komplikasi dari penyakit DM yaitu

penyakit kardiovaskular seperti jantung koroner, stroke dan penyakit

pembuluh darah perifer yang merupakan penyebab kematian utama pada

pasien DM. Kejadian dislipidemia diabetik di Indonesia berupa

hipertrigliseridemia sekitar 30-40% dan hiperkolesterolemia sekitar 20-30%.

Penelitian prospektif di Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo menunjukkan

hasil yang menyokong adanya hipertrigliseridemia yaitu sebesar 38,55% dari

pasien DM yang berobat jalan (Suyono, 2009).

Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme dalam tubuh

yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total darah. Tingginya

angka kejadian hiperkolesterolemia pada pasien DM tipe 2 menyebabkan

keadaan ini harus ditangani dengan serius. Keadaan hiperkolesterolemia yang

tidak ditangani secara serius dapat menimbulkan komplikasi seperti penyakit

kardiovaskular yang menjadi penyebab terbesar kematian pada penyakit DM.

Penyakit DM tipe 2 dapat ditangani secara medis maupun non medis. Secara

medis, penanganan DM tipe 2 dapat dilakukan dengan 5 pilar penatalaksanaan

DM yaitu diet, latihan, pemantauan, pendidikan dan terapi jika diperlukan

(Smeltzer & Bare, 2001). Penyakit DM dapat pula ditangani dengan beberapa

terapi komplementer diantaranya terapi air, terapi herbal, terapi meditasi

(yoga) dan lain – lain (Tobing, 2008).


3

Diantara berbagai terapi komplementer untuk penanganan DM tipe 2,

terapi akupresur memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan jenis

terapi komplementer yang lain. Kelebihan tersebut yaitu dapat dilakukan oleh

siapa saja baik dengan bimbingan seorang ahli maupun tidak karena akupresur

mudah dipelajari dan diterapkan. Akupresur juga tidak mendatangkan efek

samping sehingga aman untuk diterapkan (Sukanta, 2008).

Akupresur merupakan suatu teknik pengobatan dengan memberikan

rangsangan penekanan pada titik – titik akupunktur yang terdapat pada tubuh.

Rangsangan penekanan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan jari

tangan maupun benda tumpul lainnya. Terapi akupresur mampu mengobati

penyakit DM tipe 2 dengan melakukan pemijatan pada bagian limfa dan

pankreas sedangkan untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi biasanya

dilakukan teknik pemijatan pada beberapa titik di telinga (Nilawati, 2008).

Teknik pemijatan pada pasien DM tipe 2 pada area pankreas sendiri

sebelumnya pernah diteliti oleh Srilestari (1997) dengan judul pengaruh pijat

refleksi pada penderita Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus di RSUPN.

Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 1997 dan penelitian tersebut menunjukkan

penurunan kadar glukosa darah secara bermakna pada penderita DM tipe 2

terkendali (p<0,005). Akan tetapi belum pernah ada penelitian mengenai

teknik pemijatan akupresur untuk menurunkan kadar kolesterol darah pada

pasien DM tipe 2 dengan dislipidemia diabetik.

Prevalensi penyakit DM tipe 2 cenderung tinggi pada daerah perkotaan dan

prevalensinya cenderung meningkat sejalan dengan bertambahnya usia


4

(Riskesdas, 2007). Pada wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Selatan

terdapat 11 posyandu lansia yang dimanfaatkan untuk mengontrol kesehatan

dari para lansia termasuk para penderita penyakit DM tipe 2 yang terdata

berjumlah 33 lansia. Hal tersebut menarik minat peneliti untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan kadar

kolesterol dalam darah pada pasien DM tipe 2 di Kecamatan Purwokerto

Selatan.

B. Rumusan Masalah

Paparan data-data pada latar belakang menunjukkan peningkatan

prevalensi DM dari tahun ke tahun khususnya DM tipe 2. Penyakit DM tipe 2

dapat menimbulkan komplikasi berupa dislipidemia diabetik yang salah

satunya ditandai oleh keadaan hiperkolesterolemia. Keadaan ini harus segera

ditangani dengan serius agar tidak menyebabkan munculnya penyakit

kardiovaskular. Penyakit DM termasuk salah satu penyakit degeneratif yang

rumit dalam penanganannya terlebih apabila telah terjadi komplikasi.

Saat ini berbagai terapi komplementer mulai menjadi pilihan

masyarakat dalam penanganan masalah kesehatannya. Salah satu diantaranya

adalah dengan terapi akupresur. Beberapa literatur menyebutkan bahwa

penyakit DM tipe 2 dapat ditangani dengan cara akupresur. Terapi akupresur

juga dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Akan

tetapi, belum diketahui apakah terapi akupresur dapat digunakan untuk

menurunkan kadar kolesterol total dalam darah pada pasien DM tipe 2.


5

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan pertanyaan penelitian

yaitu “adakah pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan kadar kolesterol

total dalam darah pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pasar Minggu

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh

terapi akupresur terhadap penurunan kadar kolesterol total dalam darah

pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Pasar Minggu

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui karakteristik pasien DM tipe 2 dengan risiko

hiperkolesterol (usia, obesitas sentral, merokok, alkoholik, kebiasaan

minum kopi, kurang aktivitas, kurang konsumsi sayuran atau buah).

b. Mengetahui kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2 sebelum

dilakukan terapi akupresur.

c. Mengetahui kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2 setelah

dilakukan terapi akupresur.

d. Mengetahui perbedaan kadar kolesterol total pada pasien DM tipe 2

sebelum dan setelah dilakukan terapi akupresur.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

a. Perawat

Bagi praktek keperawatan, penelitian ini dapat menjadi

pertimbangan bagi perawat khususnya bagi klinisi untuk

melaksanakan terapi akupresur sebagai terapi komplementer untuk

mengobati DM tipe 2.

b. Keluarga

.....

c. Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk

dijadikan pedoman dalam penyusunan standar operasional prosedur

(SOP) terapi akupresur pada pengobatan dan penanganan DM tipe 2.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai saran bagi institusi pendidikan untuk melakukan

pengembangan kurikulum mengenai terapi medis komplementer

seperti akupresur dalam penanganan penyakit khususnya DM.

b. Di bidang akademik diharapkan dapat menjadi bahan pembanding

dan masukan bagi peneliti lain yang ingin mendalami tentang terapi

akupresur pada pasien DM tipe 2.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya yang ingin

meneliti tentang terapi akupresur.


7

3. Manfaat Metodologi

Penelitian ini menambah ilmu dan wawasan berfikir penulis dalam

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah....


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2

a. Definisi

Penyakit DM merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf,

dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada

pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2007). Definisi

lain dari DM menurut Price dan Wilson (2006) adalah gangguan

metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Penyakit DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah

tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dari makanan yang

dikonsumsi. Insulin, yaitu hormon yang diproduksi pancreas

mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur

produksi dan penyimpanannya (Smeltzer & Bare, 2001).

b. Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2001) mekanisme yang tepat yang

menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada

8
9

DM tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain

itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan

dengan proses terjadinya DM tipe 2. Faktor-faktor ini adalah:

1) Usia.

Tingkat kerentanan terjangkitnya penyakit DM tipe 2 sejalan

dengan bertambahnya usia. Penyakit DM sangat jarang dijumpai

pada usia muda, paling banyak dijumpai pada usia 40 – 60 tahun

(Handayani, 2003). Umumnya manusia mengalami perubahan

fisiologis yang secara drastic menurun dengan cepat setelah usia

40 tahun. Dabetes sering muncul pada seseorang yang

memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun

pada mereka yang mengalami obesitas sehingga tubuhnya tidak

peka lagi terhadap insulin (Sustriani dkk, 2006).

2) Obesitas.

Penyakit DM tipe 2 biasanya didahului oleh adanya obesitas.

Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan

besar gangguan toleransi glukosa dan DM tipe 2 merupakan

akibat dari obesitas. Seseorang dengan berat badan yang

meningkat pada usia 20-30 tahun memiliki risiko tinggi terkena

penyakit DM tipe 2. Distribusi lemak tubuh merupakan salah

satu indikator obesitas yang sangat penting. Banyaknya lemak

dalam tubuh khususnya perut menunjukkan ada beberapa


10

perubahan metabolisme, termasuk daya tahan terhadap insulin

(Handayani, 2003). Sekitar 80 – 85 % penderita DM tipe 2

mengidap obesitas. Tidak semua orang yang obesitas menderita

diabetes, tetapi penyakit ini mungkin muncul 10 – 20 tahun

kemudian (Sustriani dkk, 2006).

3) Riwayat keluarga

Penyakit DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai

faktor mental. Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan

dengan agregasi familial. Risiko empiris dalam hal terjadinya

DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang

tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini (Handayani,

2003). Faktor keturunan merupakan faktor yang paling berperan

bagi diabetes mellitus tipe 1 (Sustriani dkk, 2006).

4) Kelompok etnik

Smeltzer & Bare (2001) mengemukakan Golongan Hispanik

serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan

yang lebih besar untuk terjadinya penyakit DM tipe 2

dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).

c. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

defisiensi insulin, sehingga tidak dapat mempertahankan kadar

normal glukosa darah (hiperglikemia). Hiperglikemia berat yang

melebihi batas ambang glomerulus mengakibatkan glikosuria.


11

Glikosuria menyebabkan diuresis osmotik yang menigkatkan

pengeluaran urin, timbul rasa haus, dan rasa lapar yang sangat (Price

dan Wilson, 2006). Menurut Smeltzer & Bare (2001), beberapa

gejala klinis yang khas akan tampak pada penderita DM tipe 2

diantaranya poliuria, polodipsia, poliphagia, penurunan berat badan

dan malaise atau kelemahan

d. Diagnosis

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis DM.

Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada orang dewasa yang tidak

hamil, pada setidaknya dua kali pemeriksaan, yaitu: Glukosa plasma

sewaktu/ random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L), atau glukosa plasma

puasa/ nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L), atau glukosa plasma yang

diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 g karbohidrat (2

jam postpandrial > 200 mg/dl (11,1 mmol/L). Jika kadar gula darah

puasanya normal atau mendekati normal, penegakan diagnosis harus

berdasarkan tes toleransi glukosa (Smeltzer & Bare, 2001).

Tes toleransi glukosa oral lebih sensitif dari pada tes toleransi

glukosa intravena yang hanya digunakan dalam situasi tertentu

misalnya untuk pasien yang pernah menjalani operasi lambung. Tes

toleransi glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan

karbohidrat sederhana (Smeltzer & Bare, 2001).


12

e. Patofisiologi

Pada DM tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor

tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa

di dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan

penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer & Bare, 2001).

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang

disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan

ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa

akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit

meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa akan meningkat

dan terjadi DM tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2001).

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan

ciri khas DM tipe 2, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat

untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh

karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe 2.

Meskipun demikan, DM tipe 2 yang tidak terkontrol dapat


13

menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom

hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa

yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan DM tipe 2

dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan

dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada

kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur

(Smeltzer & Bare, 2001).

f. Komplikasi

Menurut Kurniadi (2010), komplikasi-komplikasi DM dapat

dibagi menjadi dua kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut

dan komplikasi-komplikasi vaskuler jangka panjang.

1). Komplikasi metabolik akut

a). Ketoasidosis diabetic (KAD) adalah komplikasi metabolik

yang paling serius pada DM tipe 1. KAD ditandai dengan

kadar insulin menurun, pasien mengalami hiperglikemia

dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan

lipolisis, dan peningkatan benda keton (aseton,

hidoksibutirat, asetoasetat).

b). Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HHNK) adalah

komplikasi metabolik akut dari DM tipe 2 yang lebih tua.

Keadaan kekurangan insulin relatif, hiperglikema muncul

tanpa ketosis.hipeglikemia yang berat (>600 mg/dl)


14

menyebabkan hiperosmolalitas, diuesis osmotik dan

dehirasi berat.

c). Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin) bisa terjadi bila

pasien menerima / menggunakan insulin terlalu banyak.

Gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan hormon

epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala, dan palpitasi).

Harus ditekankan bahwa serangan hipoglikemia adalah

berbahaya, bila sering terjadi atau terjadi dalam jangka

waktu lama dapat menyebabkan kerusakan otak yang

permanen atau bahkan kematian.

2). Komplikasi kronik, meliputi:

a). Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar,

pembuluh darah jantung, pembuluh tepi, pembuluh darah

otak.

b). Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil misalnya:

retinopati diabetik, nefropati diabetik

c). Neuropati diabetik

d). Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru, gingivitis dan

infeksi saluran kemih (ISK)

g. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk

mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan


15

terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah

normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola

aktivitas pasien (Smeltzer & Bare, 2001).

Lima komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet,

latihan, pemantauan, terapi (juka diperlukan) dan pendidikan. Akan

tetapi, penanganan di sepanjang perjalanan penyakit DM akan

bervariasi karena terjadinya perubahan pada gaya hidup, keadaan

fisik, dan mental penderitanya disamping karena berbagai kemajuan

dalam metode terapi yang dihasilkan dari riset (Smeltzer & Bare,

2001).

Tabel 2.1 Kriteria pengendalian DM

Kriteria Baik Sedang Buruk


Glukosa darah plasma
vena (mg/dl) 80-100 100-125 >126
-puasa 80-144 145-179 >180
-2 jam PP
Hb A1c (%) <6,5 6,5-8 >8
Kolesterol total <200 200-239 >240
(mg/dl)
Kolesterol LDL
-tanpa PJK <130 130-159 >160
-dengan PJK <100 100-129 >130
Kolesterol HDL >45 35-45 <35
(mg/dl)
Trigliserida (mg/dl)
-tanpa PJK <200 200-249 >250
-dengan PJK <150 150-199 >200
IMT/BMI
-perempuan 18,5-23,9 23-25 >25 atau <18,5
-laki-laki 20-24,9 25-27 >27 atau <20
Tekanan darah <130/80 130- ≥140/90
(mmHg) 140/80-90
Sumber: Konsensus Pengelolaan DM Tipe 2 di Indonesia, PERKENI
2006
16

2. Kolesterol

a. Pengertian

Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang

dihasilkan oleh tubuh dengan bermacam-macam fungsi, antara lain

untuk membuat hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D,

dan untuk membuat garam empedu yang membantu usus untuk

menyerap lemak. Kolesterol berasal dari organ binatang, terutama

bagian kuning telur, dan jeroan. Demikian juga produksi yang

berasal darinya seperti susu asli, keju, mentega, dan lain-lain.

Sementara bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan tidak

mengandung kolesterol (Nilawati, dkk, 2008).

Orang yang menderita DM mudah mengalami hiperlipidemia,

sedangkan orang yang lemaknya tinggi juga cenderung mengidap

DM. Selain itu, gula dan lemak bisa menyebabkan banyak

komplikasi pada jantung, otak, dan pembuluh darah (Tandra,

2007).Self esteem merupakan istilah dalam bidang psikologi yang

dalam bahasa Indonesia di sebut harga diri, pada tahun 1980 William

James membuat self esteem dalam ilmu sosil menjadi topik tertua

(Mruk, 2006). James pada awalnya memandang self esteem sebagai

sebuah kompetisi, dimana self esteem di tentukan dari rasio antara

kemampuan intelektual individu dengan potensi yang seharusnya di

miliki individu.
17

b. Jenis Kolesterol

Menurut Bull (2007), kolesterol darah total dalam tubuh terdiri

dari dua komponen utama, yaitu HDL (High-Density Lipoprotein)

dan LDL (Low-Density Lipoprotein). Kolesterol LDL adalah lemak

yang “jahat” dan jumlahnya terbanyak dari seluruh kolesterol.

Kolesterol LDL yang berlebihan akan menempel pada dinding dalam

pembuluh darah dan membentuk plaque atau gumpalan yang

mengakibatkan penyumbatan (aterosklerosis). Kolesterol HDL

adalah lemak yang “baik” karena membawa kolesterol darah ke

dalam hati untuk diolah dan mengalami metabolisme di dalam hati.

Apabila kadar kolesterol HDL yang tinggi dalam darah,maka akan

terhindar dari risiko serangan jantung atau stroke (Tandra, 2007).

c. Nilai Normal Kolesterol Total Dalam Darah

Hasil pemeriksaan lipid meliputi empat komponen yaitu

kolesterol total, kolesterol HDL, trigliserida dan kolesterol LDL.

Kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida dapat diukur secara

langsung, sedangkan kolesterol LDL harus dihitung berdasarkan

hasil kolesterol total dan trigliserida. Pengukuran kolesterol LDL

tidak lazim dilakukan secara langsung karena biayanya mahal (Hou

& Zhang, 2008).

Nilai normal kadar kolesterol total dalam darah menurut Price &

Wilson (2006) (Tabel 2.2)


18

Tabel 2.2. Kadar kolesterol total pada penderita DM

No Kadar Kolesterol Total Darah (mg/dl) Klasifikasi


1 < 200 Normal
2 200-239 Ambang Batas
3 >240 Tinggi
(berdasarkan National Cholesterol Education Program
(NCEP), Adult Treatment Panel III, 2001, dalam Litin, Scott C.
2008)

d. Faktor Risiko Hiperkolesterolemia

Menurut Nilawati (2008) ada beberapa faktor risiko yang

mempengaruhi kadar kolesterol, antara lain:

1) Merokok

Kebiasaan merokok dapat menurunkan kadar HDL-

kolesterol yang baik dalam aliran darah sehingga menyebabkan

darah mudah membeku. Dengan demikian memungkinkan

terjadinya penyumbatan arteri, serangan jantung, dan stroke

menjadi semakin besar.

2) Kurang konsumsi sayuran dan buah-buahan (serat)

Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan yang aman

bagi tubuh karena tidak mengandung kolesterol. Lemak yang

dihasilkannya pun merupakan lemak tak jenuh. Konsumsi lemak

jenuh dan kolesterol dari makanan sehari-hari dan kebiasaan

kurang mengkonsumsi jenis bahan makanan yang berasal dari

sayur dan buah dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah.


19

3) Konsumsi alkohol secara berlebihan

Kebiasaan minum alkohol berlebihan dapat meningkatkan

kadar kolesterol total dan trigliserida. Alkohol juga dapat

menyebabkan kerja jantung dan hati tidak bekerja secara

maksimal.

4) Obesitas dan kurang aktivitas

Obesitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan

adanya kelebihan lemak dalam tubuh secara abnormal. Obesitas

dan kurang aktivitas merupakan salah satu faktor risiko dari

penyakit jantung koroner, DM, hipertensi dan sebagainya

(Nilawati, 2008). Peningkatan trigliserida, kolesterol total, LDL

serta penurunan kadar HDL sering berhubungan dengan

kegemukan (Kamso, 2002). Setiap peningkatan 1 kg/m2 IMT

berhubungan dengan peningkatan kolesterol total plasma sebesar

7,7 mg/dl dan penurunan tingkat HDL sebesar 0,8 mg/dl

(Idapola, 2009).

5) Stres

Stres bisa meningkatkan pengeluaran hormon stres oleh

tubuh yang berakibat naiknya tekanan darah. Stres juga

mendorong seseorang untuk membentuk kebiasaan merugikan

bahkan merusak seperti minum alkohol berlebihan, merokok, dan

makan tidak teratur.

6) Kebiasaan minum kopi


20

Minum kopi berlebihan yaitu lebih dari 6 gelas per hari,

selain dapat meningkatkan tekanan darah juga dapat

meningkatkan kadar kolesterol total dan menurunkan HDL dalam

darah. Selain kafein, kopi juga mengandung unsur terpenoid

yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

7) Usia

Usia merupakan faktor risiko alami. Semakin tua usia,

mekanisme kerja bagian-bagian organ tubuh seseorang juga akan

semakin menurun. Semakin lama usia organ tubuh itu bekerja

maka semakin menumpuk pula kotoran-kotoran, dalam hal ini

kolesterol yang menyertai aktivitas organ tubuh tersebut.

e. Kolesterol Pada Penyakit DM

Penyakit DM pada dasarnya merupakan suatu kekacauan

metabolisme. Kadar gula darah biasanya naik sesudah makan. Oleh

karena itu, pankreas kemudian memproduksi hormon insulin untuk

menunjang penyerapan gula oleh sel-sel tubuh dan membatasi

pelarutan lemak. Dengan demikian kadar gula akan cepat menurun.

Masalah timbul apabila kadar trigliserida, kolesterol LDL dan

kolesterol HDL tidak seimbang. Pasien DM sering mempunyai

trigliserida yang tinggi dan biasanya disertai dengan kolesterol HDL

yang rendah. Makin tinggi trigliserida, kolesterol HDL akan semakin

rendah. Bila berat badan pasien DM berhasil diturunkan menjadi


21

normal, kadar trigliserida darah ikut turun, sedangkan kolesterol

HDL naik (Tandra, 2007).

Menurut Firmingham Heart Study (1999) dalam Tandra

(2007), lebih baik menggunakan perbandingan antara kolesterol total

dan HDL daripada menggunakan kadar komponen-komponen

lipoprotein seperti di atas, karena meskipun kadar komponen

lipoprotein tadi tidak normal tetapi semakin kecil perbandingan

kolesterol total dan HDL, maka makin kecil kemungkinan untuk

terhindar dari penyakit jantung koroner, stroke, dan lain-lain.

f. Penatalaksanaan Hiperkolesterolemia Pada Penyakit DM

Menurunkan kadar lemak yang berlebihan dalam darah ada

hubungannya dengan kontrol DM. Semakin baik kontrol glukosa

darah, semakin baik pula profil lemak darahnya. Kadar lemak yang

tinggi pada penyakit DM memberikan risiko terhadap penyakit

jantung dan pembuluh darah. Pengobatan standar terhadap lemak

khususnya kolesterol yang tinggi dalam darah mencakup kontrol

glukosa darah yang baik, diet rendah lemak, dan olahraga yang

teratur (Tandra, 2007).

Penatalaksanaan keadaan hiperkolesterolemia pada penyakit

DM menurut Tandra (2007) antara lain:

1). Menurunkan berat badan

Menurunkan berat badan agar mencapai berat badan ideal

bagi penderita DM berguna untuk menurunkan kadar glukosa


22

darah, kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah,

serta menaikkan kadar HDL darah.

2). Olahraga

Berolahraga merupakan suatu keharusan bagi penderita DM

apalagi bila disertai kadar lemak darah yang tinggi. Dengan

olahraga, berat badan dapat diturunkan. Apabila olahraga

dilakukan secara teratur, berat badan yang sudah turun akan

dipertahankan dan tidak naik lagi. Olahraga yang rutin akan

menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan

trigliserida dalam darah, serta menaikkan kadar kolesterol HDL

darah.

3). Diet rendah lemak

Makanan untuk penderita DM yang disertai dengan lemak

darah yang tinggi sebaiknya rendah lemak, karena dapat memicu

munculnya berbagai penyakit seperti DM, hipertensi, penyakit

jantung koroner, stroke bahkan kanker. Makanan yang

dikonsumsi seharusnya tidak membuat kolesterol atau gula

darah menjadi tinggi dan pada pemeriksaan darah secara berkala

gula darah, lemak, asam urat terkontrol dengan baik.


23

3. Akupresur

a. Pengertian

Akupresur adalah suatu cara pengobatan dengan memberikan

rangsangan penekanan / pemijatan pada titik tertentu pada bagian

tubuh atau pada titik akupunktur. Bila rangsangan menggunakan

jarum disebut akupunktur, dengan pemanasan disebut moxibasi,

dengan suntikan obat tertentu disebut aquapunktur, dengan sinar

laser disebut laser punktur, dengan pernafasan disebut Qi Gong, dan

sebagainya. Pemijatan pada titik akupunktur dapat dilakukan dengan

ujung jari, siku, atau menggunakan alat tumpul lain dan tidak

melukai permukaan tubuh penderita (Ardelia, 2008).

Akupresur adalah cara pengobatan dengan memberikan

rangsangan penekanan (pemijatan) pada titik tertentu pada tubuh

yang disebut titik akupunktur. Akupresur ditujukan untuk

mengembalikan keseimbangan yang ada di dalam tubuh dengan cara

memberikan rangsangan agar aliran energi kehidupan dapat mengalir

dengan lancar (Depkes RI, 2000).

Akupresur merupakan pengobatan yang mudah dilakukan

untuk pertolongan pertama mengatasi penyakit ringan dan gejala

penyakit tertentu. Penggunaannya dapat dilakukan segera, tanpa

menggunakan obat dan alat bantu lain (Depkes RI, 2004).


24

b. Perkembangan Akupresur

Ilmu akupunktur sudah dikenal lebih dari 5000 tahun lalu.

Pada zaman pemerintahan Kaisar Huang Ti (tahun 475-221SM),

pengetahuan akupunktur dihimpun dalam kitab Huang Ti Nei Cing

(Penyakit Dalam Kaisar Huang Ti). Pengobatan akupunktur yang

menggunakan jarum dapat dikembangkan menjadi pengobatan

dengan cara pijat (menggunakan jari sebagai pengganti jarum), tetapi

tetap berdasarkan teori akupunktur yang dikenal sebagai pijat

akupunktur atau akupresur (Sukanta, 2008).

Pengobatan akupresur dan akupunktur terus berkembang dan

dipraktekkan baik di negeri Cina sendiri maupun di negeri-negeri

lain termasuk Indonesia. Di Indonesia, sejak tahun 1963 pelayanan

akupunktur telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto

Mangunkusumo, Jakarta. Akupresur di Indonesia berkembang lebih

banyak di kalangan pengobat tradisional dan masyarakat karena

merupakan pengobatan yang murah dan mudah (Depkes RI, 2000).

Akupresur merupakan salah satu cara akupunktur yang tidak

menggunakan tusukan jarum, tetapi menggunakan pijatan dengan

jari tangan, yang sampai saat ini berkembang lebih cepat di

masyarakat. Pada mulanya merupakan suatu cara penyembuhan yang

dilakukan oleh orang awam dan berasal dari kebiasaan-kebiasaan

sederhana yang dilakukan dengan penekanan pada ujung-ujung jari


25

tangan pada daerah/titik tertentu di permukaan tubuh (Depkes RI,

2000).

c. Teori Dasar Akupresur

1). Teori Yin Yang

Setiap benda dalam alam semesta mempunyai dua aspek yang

berlawanan, tetapi saling terkait dan merupakan satu kesatuan

juga bersifat tidak mutlak. Kedua aspek tersebut diberi nama

Yin (Cahaya) dan Yang (Bayangan) (Depkes RI, 2004). Yin dan

Yang adalah dua aspek dari sesuatu yang paling mendasari,

saling mempengaruhi, tidak mutlak dan keduanya bertentangan

tetapi membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam suatu

keseimbangan yang harmonis dan dinamis (Depkes RI, 2000).

a) Karakteristik Yin dan Yang menurut Depkes RI (2004), antara

lain: Merupakan dua hal yang bertentangan

b) Saling membentuk

c) Membentuk kesatuan

d) Tidak mutlak, dalam Yin terdapat Yang, dan dalam Yang

terdapat Yin.

e) Berada dalam keseimbangan yang harmonis

f) Hilangnya keseimbangan terhadap Yin dan Yang yang

berlebihan menimbulkan keadaan abnormal/sakit.


26

2). Teori Pergerakan Lima Unsur

Teori pergerakan lima unsur adalah sebuah teori yang penting

setelah teori Yin Yang. Benda-benda, unsur-unsur yang

membentuk suatu kehidupan selalu saling terkait, berhubungan

satu dan yang lainnya. Demikian pula organ-organ di dalam

tubuh, mempunyai hubungan saling mempengaruhi fungsi dan

kondisinya (Sukanta, 2008).

Pada dasarnya organ-organ dan keadaan alam dikelompokkan ke

dalam 5 kelompok (kayu, api, tanah, logam dna air) dan masing-

masing kelompok diberi sampul (gambar) yang sesuai dengan

sifat-sifat yang diwakilinya. Hubungan antar organ erat, bisa

saling menghidupi (membantu), saling mempengaruhi, saling

mengendalikan/membatasi fungsi bahkan pada beberapa kasus

kelainannya bisa saling menghambat fungsinya. Oleh sebab itu,

dalam melihat dan memeriksa penyakit tidak hanya tertuju pada

satu elemen atau organ saja, tetapi dilihat saling keterkaitannya.

Organ-organ lain yang mempunyai hubungan juga perlu

diperiksa (Sukanta, 2008).

3). Energi Vital

Energi vital atau materi dasar kehidupan berasal dari dua sumber

yaitu energi vital bawaan (Cing bawaan) yang berasal dari orang

tua (keturunan) dan energi vital didapat (Cing didapat) yang

berasal dari makanan, minuman, dan udara yang diperoleh


27

seseorang sejak didalam kandungan dan sesudah lahir. Sehat

tidaknya seseorang sangat tergantung pada kuantitas dan

kualitas energi vitalnya dan keadaan lingkungan yang

mempengaruhinya (Sukanta, 2008).

d. Mekanisme Kerja Akupresur

Mekanisme kerja akupresur ditinjau dari ilmu kedokteran

menurut Depkes RI (2004) yaitu berdasarkan pada dua teori, yaitu

teori endorphin dan teori bioelektrik. Sesuai dengan teori endorphin,

perangsangan pada bagian tubuh akan menghasilkan zat endoephin

dari otak yang mempunyai efek menghilangkan rasa nyeri. Endorfin

adalah zat penghilang rasa sakit secara alami diproduksi dalam

tubuh, yang memicu respons menenangkan dan membangkitkan

semangat di dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, dapat

menyebabkan relaksasi dan normalisasi fungsi tubuh. Sebagai hasil

dari pelepasan endorfin, tekanan darah menurun dan meningkatkan

sirkulasi darah. Berdasarkan teori bioelektrik yaitu dengan

memberikan perangsangan pada titik/bagian tubuh tertentu akan

meningkatkan daya elektrik tubuh sehingga menimbulkan efek

berkurangnya rasa sakit.

e. Patofisiologi Akupresur

Calehr (1993) menjelaskan, ilmu pengobatan tradisional Cina

menganggap suatu penyakit akan menyerang seseorang dan

menimbulkan sindroma. Dalam situasi ini, energi perusak


28

(cosmopathogenic energi) akan terus masuk dan menembus badan.

Terdapat empat macam energi, yaitu:

1). Energi Wei (Oẽ). Energi ini disebut energi defensif, karena sifatnya

untuk mempertahankan tubuh dari serangan, sehingga energi Wei

diklasifikasikan ke dalam Yang. Energi ini terletak di jaringan bawah

kulit (subkutan).

2). Energi Sie. Energi ini sifatnya menyimpan tenaga hidup untuk

memelihara badan, sehingga berdifat Yin. Energi ini terletak pada

kulit/kutis dan subkutis. Prognosis penyakit pada gangguan energi Sie

lebih buruk dari pada gangguan energi Wei.

3). Energi Yong (Ting). Energi ini dinamakan energi nutritif, karena

berasal dari makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut dan

dicerna oleh lambung. Nutrisi yang baik dapat meningkatkan

kekebalan tubuh dari cosmopathogenic energi.

4). Energi CI. Energi Ci merupakan energi vital yang mengatur seluruh

energi. Seluruh energi akan dapat bekerja setelah mendapatkan

perintah dari energi Ci ini.

f. Manfaat

Akupresur merupakan cara pengobatan yang aman,

bermanfaat, dapat dipelajari, dapat diamati, dapat diteliti dan dapat

dievaluasi. Akupresur merupakan pengobatan yang aman karena

hanya menggunakan pemijatan dengan jari tangan atau benda

rumpul lainnya dengan tidak melukai permukaan tubuh. Akupresur

merupakan pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit


29

ringan dan gejala penyakit tertentu pada keluarga atau masyarakat

sekitar yang membutuhkan pertolongan dengan segera tanpa

menggunakan obat atau alat bantu lain (Sukanta, 2008).

Manfaat akupresur menurut Depkes RI (2000) antara lain:

1) Meningkatkan daya tahan dan kekuatan tubuh (promotif)

2) Mencegah penyakit tertentu (preventif)

3) Mengatasi keluahan dan penyakit ringan biasa (kuratif)

4) Memulihkan kondisi tubuh (rehabilitatif).

g. Meridian Titik pijat akupresur

Titik akupresur adalah simpul meridian tempat terpusatnya

energi kehidupan (Ci) dan merupakan titik perangsangan untuk

menimbulkan keseimbangan kesehatan tubuh (Sukanta, 2008).

Secara ilmiah, titik akupunktur merupakan kumpulan sel yang

berbeda aktivitasnya dibandingkan dengan sel di luar titik

akupunktur dan secara listrik mempunyai karakteristik tegangan

tinggi hambatan rendah dan migrasi aktif Isotop Teknisium

Perteknetat (ITP) (Saputra, 2000).

Ada tiga macam titik yang dapat dirangsang, yaitu titik pijat

umum, titik pijat istimewa, dan titik nyeri. titik pijat umum adalah

titik pijat yang berada di saluran meridian. Titik pijat istimewa

adalah titik pijat yang berada diluar saluran meridian. Titik nyeri

adalah titik yang kalau dipijat terasa nyeri walau bukan titik umum

maupun istimewa. Untuk penentuan letak titik akupuntur digunakan


30

cara dengan mengikuti patokan-patokan anatomi tubuh dan ukuran

tertentu (Sukanta, 2008).

Meridian adalah jaringan atau jalinan sistem saluran

akupunktur di dalam tubuh. Sistem meridian merupakan saluran

yang dilalui sistem organ, jaringan penunjang, panca indra dan

bagian-bagian tubuh lainnya yang membentuk suatu kesatuan utuh di

dalam tubuh (Sukanta, 2008). Menurut Depkes RI (2000), ada 20

meridian utama yang menjalin seluruh bagian tubuh menjadi sebuah

kesatuan yang hidup. Terdiri dari 12 meridian umum ditambah 8

meridian istimewa.

Fungsi meridian menurut Depkes RI (2000), yaitu:

1). Menghubungkan bagian luar (permukaan) dengan bagian dalam

tubuh, bagian atas dengan bagian bawah serta bagian kanan dan

bagian kiri tubuh.

2). Saluran penghantar penyebab penyakit dan gejala kelainan

organ dari dalam tubuh ke permukaan (dan sebaliknya).

3). Penghantar rangsangan dari titik akupresur (titik pijat) daerah

lintasannya dan ke organ yang bersangkutan

h. Akupresur bagi penderita DM

Titik akupresur pada penderita DM mudah dipelajari oleh

orang awam. Ada beberapa titik akupunktur pada penderita DM,

antara lain:
31

1). Titik bladder (BL) 20 (Pi Su) berfungsi untuk mengatasi gejala

edema (penumpukan cairan), meningkatkan fungsi limpa dan

pankreas sehingga memaksimalkan produksi insulin, dan

mengatasi gejala muntah atau kembung.

2). Titik BL 22 (Wei Su) berfugsi untuk mengatasi gejala dan

memperbaiki fungsi pencernaan.

3). Titik BL 23 (Sen Su) berfungsi untuk mengatasi gangguan

sering buang air kecil, gangguan penglihatan yang kabur akibat

komplikasi DM, dan mengatasi gangguan ginjal secara umum.

4). Titik BL 15 (Sin Su) berfungsi mengatasi gangguan fungsi

jantung dan memperbaiki gangguan penglihatan kabur akibat

komplikasi DM.

5). Titik spleen (Sp.) 6 (San Yin Ciao) berfungsi untuk mengatasi

gejala edema, meningkatkan sistem sirkulasi dan transportasi di

dalam tubuh agar penderita DM tidak terlalu cemas, dan

mengatasi gejala disuria (nyeri saat buang air kecil).

6). Titik Sp. 10 (Sie Hai) berfungsi meningkatkan fungsi sirkulasi

dan metabolisme tubuh bagi penderita DM.

7). Titik liver (Lv.) 3 (Tay Cung) berfungsi untuk mengatasi

gangguan berkemih dan gangguan fungsi hati akibat komplikasi,

mengatasi gangguan mulut kering dan sering haus, serta

mengatasi gangguan penglihatan.


32

8). Titik Stomach (St.) 36 (Cu San Li) berfungsi untuk mengatasi

edema, sebagai titik tonifikasi (meningkatkan daya tubuh,

kesegaran, menstimulasi meridian lambung, dan memperbaiki

sistem pencernaan secara menyeluruh.

9). Titik lung (Lu.) 1 (Cung Fu) merupakan titik pertemuan antara

meridian paru dan limpa.

i. Akupresur bagi penderita kolesterol

Bagi penderita kolesterol tinggi, teknik akupunktur setidaknya

dapat dilakukan dalam usaha mengurangi risiko yang berakibat

naiknya kadar kolesterol. Dengan melakukan teknik akupunktur

pada orang yang memiliki kadar kadar kolesterol tinggi dalam

darahnya, sirkulasi darah dan lemak menjadi lancar ke seluruh tubuh.

Dengan demikian, secara perlahan kadar kolesterol dapat diturunkan

(Nilawati, 2008).

Menurut ilmu akupunktur, terjadinya kolesterol adalah karena

ketidakmampuan organ hati untuk bekerja sama dengan organ-organ

pencernaan dalam mengatur dan mendistribusikan lemak tertentu ke

seluruh tubuh. Selain itu, kolesterol juga akibat dari

ketidakmampuan lambung untuk memproses lemak-lemak tertentu.

Dalam hubungannya dengan teori lima unsur, gangguan organ hati

akan menjalar ke organ jantung. Teori lima unsur ini telah

dibuktikan melalui kedokteran modern, yaitu seseorang yang


33

mempunyai angka kolesterol tinggi akan berpotensi menderita

penyakit jantung koroner (Nilawati, 2008).

Menurut Nilawati (2008), titik-titik akupunktur yang biasa

digunakan untuk masalah kolesterol yaitu He Ku, Cu San Li, Ciu

Wei, Cung Wan, Tien Su, dan San Yun Ciao. Dapat pula digunakan

titik-titik akupunktur pada telinga yaitu titik hati 97, pankreas 96,

lambung 87, kantong empedu 96, endokrin 22, jantung 22, dan tri

pemanas104. Melalui titik-titik pemijatan pada tangan dapat

digunakan untuk mengatasi permasalahan HDL/LDL, jantung

koroner, hati, jantung, dan bila susah tidur dapat ditambahkan titik

insomnia. Adapun pemijatan melalui titik-titik akupunktur pada kaki

dapat menyembuhkan gangguan pada organ hati, kantong empedu,

pankreas, lambung dan jantung.

Menurut Ali (2005), kolesterol tinggi dapat diobati dengan

pemijatan perut di titik zhongwan (ren12), xiawan (ren 10), qihai

(ren 6), guanyuan (ren 4), shangwan (ren 13), tianshu (st12),

huaroumen (st 24), wailing (st 26), shuidao (st 28) dan titik weidao

(gb 28).

j. Prosedur pelaksanaan terapi akupresur

1). Tata cara akupresur

a). Pada praktek akupresur dapat menekan dan atau diputar

pada lokasi titik-titik terpilih atau dengan diurut sepanjang

meridian.
34

b). Akupresur akan segera dilakukan setelah titik yang akan

ditekan sudah terasa ngilu atau pegal.

c). Akupresur yang dilakukan dengan tepat akan menghasilkan

reaksi pada daerah sekitar titik yang diakupresur,

disepanjang meridian dan pada organ yang berhubungan

dengan titik yang ditekan.

d). Untuk menghasilkan reaksi Yang (penguatan) maka

penekanan dilakukan searah jarum jam atau searah jalur

meridian dan penekanan tidak boleh lebih dari 30 kali

putaran.

e). Untuk menghasilkan reaksi Yin (pelemahan) maka

penekanan dilakukan berlawanan arah jarum jam atau

berlawanan arah meridian. Penekanannya boleh dilakukan

lebih dari 40 kali / putaran.

f). Alat yang digunakan dalam praktek akupresur antara lain

jari tangan, siku, telapak tangan, pangkal telapak tangan,

kepalan tangan atau alat bantu lain yang pada prinsipnya

tidak melukai kulit.

2). Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan akupresur

a). Kondisi pasien

Akupresur tidak boleh dilakukan pada pasien yang:

(1). Terlalu lapar atau terlalu kenyang

(2). Terlalu emosional


35

(3). Ibu hamil dilarang melakukan akupresur pada titik-titik

tertentu misalnya dibawah pusar.

(4). Pasien yang kondisinya sangat lemah hanya dilakukan

terapi untuk penguatan keadaan umumnya dan jumlah

titiknya tidak terlalu banyak.

b). Kondisi ruangan

(1). Suhu dalam ruangan hendaknya tidak terlalu panas atau

terlalu dingin

(2). Udara dalam ruangan selalu segar, sirkulasinya lancar,

tidak pengap, dan ada asap.

(3). Peralatan akupresur hendaknya selalu dalam keadaan

bersih.

c) Posisi pasien dan akupresur

Posisi pasien yang akan diakupresur hendaknya

tidak dalam keadaan tegang, duduk atau berbaring sesantai

mungkin itu yang paling baik untuk mulai diakupresur.

Akupresur juga hendaknya dilakukan dalam keadaan yang

bebas dan nyaman.

3). Cara menentukan titik akupresur yang tepat

a). Pengambilan titik dekat yaitu titik yang diambil berada pada

daerah keluhan/penyakit. Contoh: sakit kepala diambil titik

didaerah kepala.
36

b). Pengambilan titik berdasarkan kelainan organ artinya titik

yang diambil langsung mempengaruhi organ yang

terganggu.

c). Pengambilan titik berdasarkan kelainan meridian artinya

memilih titik yang berhubungan langsung dengan

meridian terganggu.

d). Pemilihan titik berdasarkan indikasi tertentu artinya titik yang

dipilih memiliki indikasi khusus sesuai penyakitnya.

4). Menentukan jadwal pengobatan

Jadwal pengobatan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Penyakit akut dapat dilakukan lebih sering dan memerlukan

waktu yang singkat. Penyakit kronis memerlukan waktu lama

dan lebih jarang. Secara umum jadwal pengobatan dapat

dilakukan 2 hari sekali, 1 minggu sekali atau 10 hari sekali.

4. Konsep

a. Pengertian

konsep tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

yaitu ada pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan kadar

kolesterol total dalam darah pada pasien DM tipe


37

B. Penelitian terkait

Berdasarkan penelusuran jurnal maupun laporan penelitian di internet,

peneliti belum menemukan penelitian tentang pengaruh terapi akupresur

terhadap penurunan kadar kolesterol total dalam darah pada pasien DM.

Tetapi penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan yaitu seperti beberapa

penelitian berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Srilestari (1997) dengan judul pengaruh

pijat refleksi pada penderita Non Insulin Dependen Diabetes Melitus

(NIDDM) di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 1997.

. Penelitian ini dilakukan pada penderita DM tipe 2 yang terkendali

(kadar glukosa darah stabil selama 2 bulan terakhir) dengan obat

hipoglikemik oral, diet dan latihan jasmani, namun kadar glukosa darah

belum dapat diturunkan sampai batas normal. Penderita dibagi menjadi 2

kelompok. Kelompok intervensi mendapat regimen pengobatan yang

selama ini didapat, ditambah dengan tindakan pijat refleksi pada area

pankreas yang terletak di telapak tangan dan telapak kaki. Kelompok

kontrol mendapat regimen yang sama ditambah dengan pijat refleksi

bukan pada area pankreas, yaitu pada bagian lateral kaki. Hasil penelitian

ini menyimpulkan bahwa pijat refleksi pada area pankreas dapat

menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan dengan

pijat refleksi di luar area pankreas pada penderita NIDDM terkendali.


38

Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dalam hal pemberian

teknik pemijatan pada pasien NIDDM atau DM tipe 2. Adapun

perbedaannya adalah pada jenis pemijatannya yang mengunakan teknik

pijat refleksi pada area pankreas.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rusdiatin dan Maulana (2007), dengan

judul pengaruh pemberian teknik akupresur terhadap tingkat nyeri

persalinan kala I di Rumah Sakit Rajawali Citra Potorono Banguntapan

Bantul 2007.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian experimental dengan

pendekatan eksperimen semu / quasi experiment dengan menggunakan

desain pre-post test dalam dua kelompok (non equivalent control group).

Populasi pada penelitian ini adalah ibu inpartu kala I fase laten persalinan

fisiologis dengan keluhan nyeri yang dirawat di rumah sakit Rajawali

Citra Potorono Banguntapan Bantul. Sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebanyak 60 orang yang memenuhi kriteria inklusi.

Kelompok eksperimen diukur skala nyeri dengan cara responden

diminta menunjukkan angka pada garis skala nyeri yang terdapat pada

lembar observasi sesuai dengan nyeri yang dialami pada saat itu, begitu

juga pada kelompok kontrol. Kemudian kelompok eksperimen diberikan

teknik akupresur selama 30 detik pada titik SPG1, KK31, dan LB36,

sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan akupresur. Setelah 30 menit


39

dari awal waktu pengukuran kemudian diukur lagi skala/tingkat nyeri

pada kelompok eksperimen, pada jarak waktu yang sama kelompok

kontrol diobservasi.

Hasil penelitian menunjukkan skala nyeri yang didapatkan dari

responden pada skala 2 sampai dengan skala 8 atau berada pada tingkat

nyeri ringan sebanyak 1 orang, nyeri sedang sebanyak 32 orang (53,3%)

dan nyeri berat 27 orang (45%). Hampir semua responden pada

kelompok eksperimen mengalami penurunan tingkat nyeri sehingga

dapat disimpulkan teknik akupresur mempunyai pengaruh bermakna

dalam menurunkan tingkat nyeri inpartu kala I yang dibuktikan dengan

nilai signifikasi 0,000.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan tersebut terletak pada

teknik pemijatan yang diberikan yaitu akupresur. Adapun perbedaanya

yaitu terletak pada subyek dan tujuan penelitian yang lebih fokus

terhadap perbedaan intensitas nyeri pada pasien yang sedang menjalani

persalinan kala I.

3. Penelitian Syarif (2009) yang berjudul pengaruh terapi akupresur

terhadap mual muntah akut akibat kemoterapi pada pasien kanker.

Penelitian ini merupakan randomized clinical trial dengan metode

single blind. Pengambilan sampel dengan cara concecutive sampling dan

penentuan kelompok intervensi dan kontrol dengan randomisasi alokasi

subjek sederhana. Sampel penelitian berjumlah 44 orang responden,


40

terdiri dari 22 responden sebagai kelompok intervensi yang dilakukan

terapi akupresur sebanyak tiga kali sehari, dan 22 responden sebagai

kelompok kontrol. Pengujian perbedaan penurunan rata-rata skor mual,

muntah dan mual muntah pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol menggunakan uji T test.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan rata- rata mual muntah

setelah akupresur pada kelompok intervensi signifikan lebih besar

dibanding dengan kelompok kontrol (p value=0,000). Kesimpulan secara

signifikan akupresur dapat menurunkan mual muntah akut akibat

kemoterapi pada pasien kanker di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan

RSUP Fatmawati Jakarta.

Penelitian tersebut memiliki perbedaan yang sangat mendasar

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Perbedaan tersebut

yaitu terletak pada subjek dan tujuan penelitian yaitu akupresur pasien

kanker dengan kemoterapi untuk melihat pengaruhnya terhadap efek

mual muntah dari kemoterapi yang dijalani.


41

C. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Berdasarkan penjabaran teori dari Smeltzer & Bare (2001), Ardelia

(2008), dan Nilawati (2008), maka dapat disusun suatu kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Faktor risiko
hiperkolesterolemia: naik
Kadar
- Usia Kolesterol
DM tipe 2
- Jenis kelamin Total tetap
- Obesitas
- Aktivitas
- Merokok turun
- Makanan
- Stres
- Keturunan

Penanganan

Penatalaksanaan Terapi

medis: komplementer:

- Diet - terapi akupresur


- latihan - terapi herbal
- pemantauan - terapi jus
- pendidikan - hidroterapi
- terapi jika - dll.
diperlukan

Gambar 2.1. Kerangka Teori


BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini menggunakan desain pre experiment dengan rancangan pre test-

post test one group without control design. Rancangan jenis ini hanya

menggunakan satu kelompok subyek, pengukuran dilakukan sebelum dan setelah

perlakuan. Perbedaan kedua hasil sampel dianggap sebagai efek perlakuan.

Adanya efek maturasi pada subyek dan kondisi lain yang berpengaruh terhadap

validitas internal dan eksternal merupakan kelemahan desain ini (Saryono, 2008).

O1 X1 X2 X3 O2
1 hari 1 hari

Keterangan:

X1 : terapi akupresur pertama

X2 : terapi akupresur kedua

X3 : terapi akupresur ketiga

O1 : observasi kadar kolesterol darah sebelum terapi akupresur

O2 : observasi kadar kolesterol darah setelah terapi akupresur

Terapi akupresur dilakukan sebanyak 3 kali pada pasien DM tipe 2 dengan jarak

waktu antara pemberian terapi akupresur pertama dan kedua adalah 1 hari.

Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan

sesudah dilakukan terapi akupresur. Tempat pelaksanaan dari penelitian ini adalah

di Rumah Sakit Pasar Minggu.

42
43

B. Hipotesis

Dari kerangka teori dan kerangka konsep tersebut maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian yaitu ada pengaruh terapi akupresur terhadap

penurunan kadar kolesterol total dalam darah pada pasien DM tipe 2

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan

menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup

variabel. Variabel yang dimasukkan ke dalam definisi operasional adalah

variabel kunci/penting yang dapat diukur secara opeasional dan dapat

dipertanggungjawabkan. Definisi operasional hendaknya memuat batasan

tentang variabel bebas, variabel terikat dan istilah yang dipakai untuk

menghubungkan variabel-variabel (Saryono, 2008).


44

Tabel 3.1. Definisi Operasinal


No Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Data
1 Usia Rentang hidup Kartu 1. Usia pertengahan: Ordinal
seseorang sejak lahir identitas 45-59 tahun
sampai waktu 2. Lanjut usia:
dilaksanakannya 60-74 tahun
penelitian ≥ 45 tahun. 3. Lanjut usia tua:
75-95 tahun
4. Usia sangat tua:
> 95 tahun
2 Riwayat Kebiasaan Kuesioner 1. Ya Nominal
merokok mengkonsumsi rokok 2. Tidak
lebih dari 10 batang/hari
3 Obesitas kondisi kelebihan lemak Pita ukur 1. Obesitas sentral Nominal
sentral perut atau pusat ditandai (cm) 2. Tidak obesitas
dengan lingkar perut sental
≥90 cm pada laki-laki
dan ≥ 80 cm pada
perempuan.
4 Rowayat Kebiasaan Kuesioner 1. Ya Nominal
konsumsi mengkonsumsi alkohol 2. Tidak
alkohol dalam 1 bulan terakhir
5 Riwayat Kebiasaan Kuesioner 1. Ya Nominal
konsumsi mengkonsumsi kopi > 6 2. Tidak
kopi gelas per hari.
6 Kurang Tidak melakukan Kuesioner 1. Ya Nominal
aktivitas aktivitas fisik berat, 2. Tidak
yang dilakukan terus
menerus paling sedikit
selama 10
menit setiap kali
melakukannya
7 Kurang Kebiasaan Kuesioner 1. Ya Nominal
konsumsi mengkonsumsi minimal 2. Tidak
sayur atau 1 jenis sayur atau buah
buah setiap hari
8 Terapi - Terapi pemijatan atau - - -
akupresur penekanan pada titik
akupunktur yang
mempengaruhi
penyakit DM dan
kolesterol
- Terapi dilakukan 2
kali dengan selang
waktu 2 hari.
9 Kolesterol Komponen asam lemak Kolestero Nilai absolut dengan Rasio
total yang terdapat dalam meter satuan mg/dl
darah
BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah penderita penyakit DM tipe


2 yang dirawat di Lantai 10 RSUD Pasar Minggu. Gambaran umum
responden penelitian ini dapat dilihat dari beberapa karakteristik sebagai
berikut:
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi

Populasi dan Sampel

a. Karakteristik responden berdasarkan usia.


Karakteristik responden berdasarkan usia ditampilkan
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan usia di Lantai 10
RSUD Pasar Minggu pada bulan Desember 2017 – Januari 2018 (n
= 29).

No Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

1 45-59 8 27,6

2 60-74 18 62,1

3 75-90 3 10,3

4 >90 0 0

Total 29 100

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa sebagian besar


usia responden termasuk dalam kategori lanjut usia (60-74 tahun)
yaitu sebanyak 18 orang (62,1%) dan yang paling sedikit berusia
lanjut usia tua sebanyak 3 orang (10,3%). Usia responden yang
termuda berusia 52 tahun dan yang tertua berusia 79 tahun.

45
46

1. Populasi

Populasi DM Faktor lingkungan dan terutama peningkatan

kemakmuran suatu bangsa akan meningkatkan kekerapan penyakit DM

(Suyono, 2009). Penyakit DM tipe 2 juga dipicu oleh gaya hidup yang

tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan berlemak, alkoholisme,

merokok dan lain-lain yang dapat menyebabkan timbulnya keadaan

dislipidemia diabetik (Nilawati, 2008).

2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 15

orang yang memenuhi kriteria inklusi. 3 Kelompok eksperimen diukur

skala nyeri dengan cara responden diminta menunjukkan angka pada

garis skala nyeri yang terdapat pada lembar observasi sesuai dengan

nyeri yang dialami pada saat itu, begitu juga pada kelompok kontrol.

Kemudian kelompok eksperimen diberikan teknik akupresur selama 30

detik pada titik SPG1, KK31, dan LB36, sedangkan kelompok kontrol

tidak diberikan akupresur. Setelah 30 menit dari awal waktu pengukuran

kemudian diukur lagi skala/tingkat nyeri pada kelompok eksperimen,

pada jarak waktu yang sama kelompok kontrol diobservasi.

3. Perhitungan Sampel

Saryono (2008) menyebutkan bahwa sampel merupakan sebagian

dari populasi yang mewakili suatu populasi. Sampel yang dikehendaki

untuk menjawab masalah penelitian merupakan bagian dari populasi

terjangkau. Pengambilan sampel harus sedemikian rupa sehingga dapat

46
47

mewakili populasi (representatif). Sampel yang digunakan harus sesuai

dengan kriteria tertentu agar dapat mencapai tujuan penelitian yang telah

ditetapkan.

Sampel pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang mengikuti

di Rumah Sakit Pasar Minggu yang memenuhi kriteria penelitian

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2009).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain:

a. Pasien DM tipe 2 yang di Rumah Sakit Pasar Minggu

b. Pasien DM tipe 2 dengan riwayat hiperkolesterolemia

c. Pasien DM tipe 2 dengan terapi Obat Hiperglikemik Oral (OHO),

d. Pasien DM tipe 2 berusia ≥ 45 tahun,

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena pelbagai sebab (Nursalam,

2009). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain:

a. Pasien dengan terapi komplementer lain,

b. Ibu hamil,

c. Pasien yang sedang mengalami peradangan / penyakit kulit pada area

titik akupresur,

d. Pasien dengan keadaan umum yang buruk,

47
48

Menurut Nursalam (2009), semakin besar jumlah sampel, semakin

representatif sampel tersebut bagi populasi tempatnya dipilih. Sampling

adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian. Teknik sampling yang digunakan

pada penelitian ini adalah teknik total sampling, yang artinya seluruh

anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan

digunakan sebagai sampel penelitian.

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (e2 )

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Perhitungan:

N = 279

E = 5% = 0,05

279
𝑛=
1 + 279 (0,052 )

48
49

n = 164,3594 , dibulatkan menjadi 164

n = 164

Sampel yang diambil ada dua yaitu sampel untuk kasus (yang

terdiagnosis baby blues) dan sampel untuk kontrol (yang tidak

terdiagnosis baby blues), kasus dan kontrol selama bulan Juni 2017

sampai dengan Februari 2018 terdapat 164. Penelitian ini diawali dari

variabel dependen dengan subyek penelitian yang telah dikelompokkan

dengan perbandingan kasus dan kontrol 1:1. Jadi sampel untuk kasus

sejumlah 82 dan sampel untuk kontrol sejumlah 82.

4. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Hidayat (2010), teknik sampling merupakan suatu proses

seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,

sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Pasar Minggu Jakarta pada bulan

Desember 2017 – Januari 2018.

C. Etika Penelitian

Penelitian ini tidak melanggar etika karena peneliti telah mendapatkan

ijin dan rekomendasi dari lembaga institusi maupun pihak-pihak terkait yang

menjadi subyek penelitian. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini

menekankan pada prinsip etika yang mencakup prinsip manfaat, prinsip

menghargai hak-hak subyek dan prinsip keadilan (Nursalam, 2009).

49
50

1. Prinsip manfaat

Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan dan

keadaan yang tidak menguntungkan kepada subyek penelitian. Oleh sebab

itu, peneliti menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Subyek

diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang

telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan subyek dalam bentuk apapun karena peneliti berhati-hati dalam

mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada

subyek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai har-hak manusia (respect human dignity)

Subyek dalam penelitian ini berhak memutuskan untuk bersedia

maupun menolak menjadi responden tanpa adanya sanksi atau akibat

terhadap kondisi kesehatannya. Subyek penelitian diberikan penjelasan

secara lengkap (inform consent) mengenai tujuan penelitian serta

penjelasan bahwa data yang diperoleh hanya digunakan untuk

pengembangan ilmu. Selain itu, subyek berhak mendapatkan jaminan atas

segala tindakan atau perlakuan yang diberikan selama proses penelitian ini.

3. Prinsip keadilan

Subyek penelitian ini diperlakukan secara adil baik sebelum, selama

maupun sesudah keikutsertaannya dalam penelitian. seluruh subyek

penelitian mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan prosedur

penelitian yang telah ditetapkan. Subyek penelitian ini berhak meminta

50
51

bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Oleh sebab itu perlu

adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).

Tidak membahayakan atau mengganggu kenyamanan.

Seorang peneliti memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya sesuatu

yang membahayakan peserta penelitian. Sesuatu yang membahayakan

yang harus dicegah itu dapat berupa cidera fisik, emosional, sosial,

ataupun masalah finansial.

1. Hak perlindungan dari eksploitasi.

Keterlibatan peserta dalam suatu penelitian tidak seharusnya membuat

apa yang rahasia dari peserta tersebut terekspos sehingga merugikan

peserta. Peserta harus yakin bahwa partisipasi mereka, atau informasi

yang mereka berikan tidak merugikan mereka.

2. Menghormati harkat dan martabat manusia.

Dalam suatu penelitian yang khususnya subjek penelitiannya melibatkan

manusia, seorang peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek

untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian serta memiliki kebeban menentukan pilihan dan bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. seoran

3. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian.

51
52

Setelah seorang peneliti mendapatkan semua data yang diinginkan dari

peserta peneitian, selanjutnya peneliti tidak diperbolehkan untuk

menampilkan semua informasi mengenai identitas baik nama maupun

alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga

anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek.

4. Keadilan dan inklusivitas.

Penelitian harus dilakukan dengan cara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek

penelitian. Lingkungan penelitian dibuat lebih nyaman agar memenuhi

prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian.

52
53

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian.

Gambaran Umum Tempat Penelitian

RSUD.......

Hasil Penelitian

Analisis Univariat

abcd

Analisis Bivariat

Pembahasan

Hasil Penelitian Univariat

a. Gambaran tentang Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin di RSUD

Duren Sawit Jakarta

Hasil penelitian menjelaskan bahwa kejadian

b. Gambaran tentang Kejadian di RSUD ...... Jakarta

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kejadian ....

c. Hasil Penelitian

.........

Anda mungkin juga menyukai