Pressure Drop
Pressure Drop
Percobaan solid – gas fluidization ini bertujuan untuk mengamati dan mengukur
fluidisasi tumpukan padatan (solid bed), dan mengukur kehilangan tekanan tumpukan
(pressure loss across the bed).
Pada percobaan ini terdapat dua percobaan yaitu mengukur pressure drop dan
mengukur distribusi tekanan dalam fluidized bed. Percobaan pertama yaitu mengukur
Pressure Drop langkahnya adalah Pertama-tama menghidupkan alat dan memastikan
pengatur udara kompressor terpasang benar di alat, serta memastikan apakah udara
sudah cukup untuk flowrate yang berbeda beda. Untuk percobaan pertama mengukur
pressure drop menggunakan variabel flowrate yang berbeda-beda. Variabel flowrate
yang digunakan adalah 0,15; 0,2; 0,3; 0,35; 0,4; 0,45; 0,5; 0,55; 0,6; 0,65; 0,7; 0,75; 0,8;
0,85; 0,9; 1; 1,05; 1,2; 1,25; 1,3; 1,35; 1,4; 1,45; 1,5 liter/s. Dengan flowrate ini
kemudian dicatat pembacaan tekanannya. Selain membaca tekanan juga mencatat
ketinggian dari bed yang terfluidisasi. Percobaan diukur dua kali yaitu saat flowrate
naik dan turun. Selain itu, juga memperhatikan pada flowrate berapa tepat terjadinya
fluidisasi untuk flowrate naik dan flowrate turun. Untuk percobaan kedua, yaitu
mengukur distribusi tekanan dalam fluidized bed dengan variabel kenaikan sensor
tekanan setiap 1 cm pada dasar bed hingga 18 cm dari dasar bed. Flowrate yang
digunakan ialah 1; 1,05; 1,2; 1,25; 1,3 L/s, dimana dari setiap flowrate terdapat 18 data.
Selanjutnya mencatat tekanan yang terbaca pada manometer pada titik titik yang
ditentukan.
i
DAFTAR ISI
INTISARI………………………………………………...…………….............................. i
DAFTAR ISI…………………………………………...………………............................. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………...…...………...................... iii
DAFTAR GAMBAR…………………...………………………..…….............................. iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan……………………………………………….................I-1
I.2 Dasar Teori …………………………………………...................................I-1
BAB II METODOLOGI PERCOBAAN
II.1 Variabel Percobaan…………………...…………................................... II-1
II.2 Metodologi Percobaan…………...…………….....…………................. II-1
II.3 Alat dan Bahan Percobaan……………………....................................... II-3
II.4 Gambar Skema Alat ................................................................................ II-3
II.5 Hasil Percobaan ……………………………………………….............. II-4
BAB III HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Perhitungan….....................…………….......................................III-1
III.2 Pembahasan…….....……………………………………........................III-8
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NOTASI
APPENDIKS
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
TABEL II.5.1 Tabel Data Percobaan Pengukuran Pressure Loss ........................................ II-3
TABEL II.5.2 Tabel Data Percobaan Distribusi Tekanan
untuk Flowrate Udara 1.25 L/s……………………………………………. II-5
TABEL II.5.3 Tabel Data Percobaan………………………………………………………. II-6
TABEL III.1.1 Tabel Perhitungan Analisis Faktor Friksi ………………………………… III-1
TABEL III.1.2 Tabel Perhitungan Minimum Fluidization Velocity ………………………. III-3
TABEL III.1.3 Tabel Perhitungan Terminal Velocity (ut)…………………………………. III-3
TABEL III.1.4 Tabel Perhitungan Bed Void Fraction ……………………………………. III-6
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena fluidisasi pada sistem gas -padat juga dapat diilustrasikan pada gambar
berikut ini:
P2
Solid
Bed
P1
Gas masuk
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam.
Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar I.1.2.
Gambar I.2.2. Fenomena fixed bed Pada kondisi partikel padatan tetap diam
2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar I.1.3.
Pressure drop
Pressure drop yang melalui fix bed pada ukuran partikel seragam dapat dihubungkan
dengan persamaan Ergun, hal ini menunjukkan keadaan static bed pada gambar.1.2-2.
Persamaan Ergun untuk penurunan tekanan adalah:
P = 150 V o (1 ) 2 + 1,75 V o 2 (1) (2)
L S D p
2 2
3 s D p 3
dimana,
P = penurunan tekanan pada bed
L = panjang bed
µ = viskositas
s = sphericity
= superficial velocity
Vo
Dp = diameter partikel
(3)
Dua hasil sederhana, masing-masing didapatkan dengan mengabaikan satu atau istilah
lain dalam persamaan Ergun juga dapat digunakan. Salah satunya adalah persamaan Kozeny-
Carman, yang digunakan untuk aliran dengan kondisi yang tidak terlalu vioscous. (Re,p <20)
Penurunan tekanan pada persamaan (2) dapat direpresentasikan dua faktor, viskositas dan
energi kinetik. Pada bilangan reynold rendah < 20 penurunan tekanan dapat dituliskan sebagai
berikut :
P = 150 V o (1 ) 2 (4)
L S 2 D 2 3
p
Yang lainnya adalah persamaan Burke-Plummer, digunakan ketika efek viskos tidak sepenting
inersia. (Re,p >1000) maka fp = 1,75
P = 1,75 V o 2 ( 1 ) (5)
L s Dp 3
menaikkan perlahan kecepatan fluida hingga bed terangkat. Harga v’mf dapat diperoleh dari
perpotongan grafik perubahan tekanan pada fixed bed dan fluidized bed.
Hubungan antara tinggi bed (L), dan porositas ( ), melingkupi luas penampang bed
yang sama (A). Karena total volume dari solid jika mereka berdiri sendiri sama dengan hasil
(1)
dari L.A(1- ) maka
L1 A(1 1 ) L2 A(1 2 ) (7)
L1 1 2 (8)
L2 1
1
dimana L1 adalah tinggi bed dengan porositas 1 dan L2 adalah tinggi bed dengan porositas
2.
Untuk kasus partikel yang berukuran kecil dimana nilai Reynold number < 20 maka
variasi dari porositas atau tinggi bed dapat diestimasi sebagai berikut. Bagian pertama dari
persamaan (9) diabaikan untuk semua range kecepatan fluida sehingga.
' Dp2 ( p )g s2 3 K1 (11)
150 1 1
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa porositas tidak konstan dan nilainya tergantung
dari kecepatan. Persamaan dapat mengestimasi harga porositas kurang dari 0,8 dan
dipergunakan untuk liquid
Persamaan untuk kecepatan minimum fluidisasi berlaku untuk liquid maupun gas
namun bentuk bed pada saat tersebut berbeda jauh antara liquid dan gas. Ketika fluidisasi
pasir dengan air, partikel bergerak saling menjauh dan gerakan mereka menjadi lebih aktif
seiring dengan kenaikan kecepatan namun rata-rata densitas bed pada kecepatan tersebut
adalah sama untuk semua bagian kolom. Hal ini disebut dengan partikel partikulat dan
diidentifikasikan dengan ekspansi bed yang besar namun sama pada kecepatan tinggi
Partikel solid yang terfluidisasi dengan udara biasanya melakukan fluidisasi aggregat
atau fluidisasi gelembung. Pada kecepatan superfisial yang lebih besar daripada kecepatan
fluidisasi minimum, keseluruhan gas melewati bed seperti rongga dimana hampir tidak ada
solid dan hanya ada sedikit fraksi dari aliran gas di antara rongga antar partikel. Partikel
bergerak lebih tidak beraturan dan didukung oleh fluida, namun ruang antara gelembung,
rongga kosong, adalah sama dengan awal fluidisasi. Ketidakberaturan bentuk bed disebabkan
oleh agregasi partikel dan istilah fluidisasi partikel dipergunakan. Tapi tidak ada bukti bahwa
partikel menyatu sehingga istilah fluidisasi gelembung lebih tepat untuk peristiwa ini.
Gelembung yang terbentuk berkelakuan seperti gelembung udara di air atau gelembung uap di
liquid mendidih.
Tingkah laku dari fluidized bed gelembung tergantung pada jumlah dan ukuran
gelembung gas yang sering kali susah diprediksikan. Ukuran rata-rata gelembung tergantung
pada bentuk dan ukuran distribusi dari partikel, tipe dari piring distribusi, kecepatan
superfisial, dan tinggi bed. Gelembung bersatu dan membesar saat mereka mencapai
fluidized bed dan ukuran maksimum dari gelembung bisa mencapai beberapa inchi. Jika
diameter kolom kecil dan bed yang dalam maka gelembung bisa membesar hingga memenuhi
penampang kolom.
Namun penjelasan mengenai liquid memberikan efek fluidisasi partikulat pada solid
dan gas memberikan efek fluidisasi gelembung tidaklah selalu tepat. Perbedaan densitas
merupakan parameter yang penting, dan solid yang berat dapat menyebabkan terjadinya
fluidisasi gelembung dengan air, serta gas dapat memberikan efek fluidisasi partikulat bila
tekanannya tinggi. Dan dapat juga pada solid yang mempunyai densitas tertentu, seperti
katalis penghancur, yang menjalani fluidisasi partikulat untuk range terbatas kemudian
fluidisasi gelembung pada kecepatan tinggi.
Untuk fluidisasi partikulat ekspansi yang terjadi adalah sama dan persamaan Ergun
yang digunakan pada fixed bed dapat digunakan untuk bed yang terekspansi. Asumsikan
aliran diantara partikel adalah laminar, sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut
150' 3 (12)
D2 ( p 1
)g 2
p s
Sedangkan untuk fluidisasi gelembung, ekspansi dari bed menjadi penting karena
adanya ruang akibat gelembung gas. Pada persamaan berikut gas mengalir melalui fase tak
beraturan diasumsikan sebagai kecepatan minimum fluidisasi dikalikan dengan fraksi bed
karena fase tak beraturan dan sisa aliran gas akan dibawa oleh gelembung.
' fbub (1 fb )'mf (13)
dimana
fb = fraksi bed akibat gelembung
ub = kecepatan rata-rata gelembung
Karena semua solid berada pada fase tak beraturan, tinggi dari bed yang terekspansi
dengan fraksi fase tak beraturan harus sama dengan tinggi bed dikalikan saat ini
LM L(1 fb ) (14)
Kombinasikan dengan persamaan (11) dan (12) menjadi
L ub 'mf
(15)
LM ub '
Ketika ub lebih besar daripada kecepatan, bed terekspansi dengan cepat walaupun kecepatan
tersebut lebih besar daripada kecepatan fliudisasi minimum.
Pada kecepatan fluida cukup tinggi, total drag force pada partikel bed akan menyamai dengan
gaya gravitasi yang dimiliki partikel dan partikel mulai melayang-layang (bed mulai
mengalami fluidisasi). Situasi ini dapat digambarkan dengan kesetimbangan gaya berikut:
(16)
dimana :
(17)
Faktor pertama dari ruas kanan mengandung sphericity partikel dan bed porosity pada titik
awal fluidisasi. Faktor pertama ini sangat sensitif terhadap perubahan kedua nilai tersebut,
tetapi keduanya sulit diketahui dengan teliti.
(18)
Bila partikel dianggap bola ( s=1) dan porositas M = 0.4 maka nilai faktor pertama adalah
0.00071, tetapi bila M =0.413 maka faktor pertama menjadi 0.0008.
Peneliti lain [D. Geldhart, "Types of Fluidization," Powder Technology, 7 (1973), 285-292;
Geldhart and Abrahamsen, Powder Technology, 19 (1978), 133-136] mengganti faktor
pertama dengan konstanta 0.0008 sehingga korelasi menjadi:
(19)
(20)
Dimana ut adalah terminal velocity untuk partikel bola dalam medium pem-fluidisasi.
Eksponen n tergantung pada kondisi aliran – yaitu bilangan Reynolds pada kecepatan terminal.
NRe;p < 0:2 n = 4:65
0:2< N Re;p < 1:0 n = 4:35N ¡ 0:03
Re;p
1< N < 500 n = 4:45N ¡ 0:1
Re;p Re;p
NRe;p > 500 n = 2:39
Bilangan Reynolds pada persamaan diatas memerlukan diameter partikel, Dp, dan kecepatan
terminal, ut. Kecepatan terminal partikel dapat diukur dari percobaan terpisah atau
diperkirakan dengan korelasi berikut:
(21)
BAB II
PERCOBAAN
Selesai
Gambar II.2.1 Diagram Alir Persiapan Awal Percobaan Solid-Gas Fluidization
Selesai
Mulai
Selesai
II.3.b Bahan
1. Pasir silika 100 mesh
II.4 Gambar Skema Alat
Data
ρ udara (kg/m3) 1,16366
μ (kg/ms) 1,87E-05
Diameter partikel
(m) 0,000149
Diameter Bed (m) 0,116556
Lm (tinggi awal) (m) 0,022
shape factor 0,75
ρ partikel (kg/m3) 1522
g (m/s2) 9,8
BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Keadaan NRe CD
2 ut (m/s)
flowrate CDNRe p
III.2 Pembahasan
Percobaan Solid Gas Fluidization bertujuan untuk mengamati dan mengukur fluidisasi
tumpukan padat (solid bed) dan mengukur kehilangan tekanan pada tumpukan padatan (the
pressure loss across the bed).
Percobaan diawali dengan memeriksa dan memastikan alat fluidisasi dan kompresor udara
berjalan dengan baik. Pada alat fluidisasi, valve untuk mengatur flowrate udara diperiksa
untuk memastikan flowrate udara berubah-ubah. Pada kompresor udara, valve bukaan udara
diperiksa untuk memastikan udara yang dipakai cukup untuk percobaan.
Percobaan pertama bertujuan untuk mengukur pressure loss, dimana flowrate udara yang
digunakan berada pada range 0.15 sampai 1.5 liter per sekon dengan interval sebesar 0.05.
Flowrate udara dapat dibaca dan dikontrol pada alat fluidisasi bagian air flow control value.
Sedang pressure loss didapatkan dari selisih tekanan pada dasar bed dan pada ujung bed.
Pembacaan tekanan didapatkan dari alat fluidisasi bagian bed chamber pressure. Terdapat
dua kondisi flowrate yang digunakan, kondisi pertama yaitu flowrate udara secara bertahap
ditambahkan (flowrate naik) dan kondisi kedua yaitu flowrate udara secara bertahap
dikurangi (flowrate turun).
Percobaan kedua bertujuan untuk mengukur distribusi tekanan pada fluidized bed. Flowrate
udara yang digunakan berada pada range 1.0 hingga 1.3 liter per sekon dengan interval sebesar
0.05. Percobaan dilakukan dengan mengubah tinggi sensor tekanan bed dari 1 cm hingga 18 cm.
Pembacaan tekanan berdasarkan pengukuran pada bed chamber pressure.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data berupa tekanan pada dasar bed
(P-bottom), tekanan pada ujung bed (P-above), pressure drop, dan bed height untuk masing-
masing kondisi flowrate udara. Dari data tersebut dapat dihitung nilai friction factor untuk
masing-masing flowrate udara. Sebagai contoh, untuk kondisi flowrate naik, didapatkan bahwa
pada saat flowrate udara sebesar 0.15 hingga 0.30 L/s, nilai pressure drop-nya akan
semakin besar. Akan tetapi, ketika flowrate udara sebesar 0.35 hingga 1.50 L/s, nilai
pressure drop mulai cenderung konstan, berkisar 2.1 sampai 2.5 L/s. Data ini membuktikan
bahwa pada saat flowrate udara 0.15 hingga 0.30 L/s, bed masih berada dalam area packed
bed. Artinya, partikel bed masih cenderung tak bergerak dan tinggi bed masih konstan pada
2.3 cm. Dengan kata lain, bed masih belum terfluidisasi. Ketika flowrate udara 0.35 L/s,
bubbling mulai terlihat dan pressure drop mulai meningkat. Selanjutnya, pada saat flowrate
udara 0.40 hingga 1.50 L/s, partikel pasir mulai bergerak semakin cepat dan kemudian
bergerak seperti fluida atau telah terfluidisasi. Adanya fluidisasi juga ditunjukkan dengan
adanya kenaikkan tinggi bed ketika pressure drop konstan atau telah terfluidisasi.
Hubungan antara pressure drop dengan flowrate udara terlihat jelas pada gambar III.2.1.dan
hubungan antara flowrate dengan tinggi bed dapat terlihat pada gambar III.2.2.
Berdasarkan grafik III.2.1 dapat diketahui bahwa semakin tinggi velocity maka tekanan
yang ditimbulkan terhadap bed akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur dimana
tekanan akan berbanding lurus dengan flowrate dan velocity. Akan tetapi pada saat terjadi
fluidisasi minimum, maka pressure drop akan cenderung konstan. Pada grafik tidak terlihat
nilai konstan yang jelas, namun terlihat ada kecenderungan dimana perubahan pressure drop
tidak sangat signifikan. Hal ini dapat dikarenakan perbedaan letak dari sensor untuk
mengukur setiap tekanan, baik di atas maupun bawah, sehingga nilai pressure drop berubah
ubah dan tidak konstan.
Berdasarkan grafik III.2.2 dapat diketahui bahwa semakin tinggi flowrate maka partikel-
partikel bed akan semakin naik akibat tekanan. Hal ini disebabkan oleh pressure drop yang
meningkat ketika velocity dan flowrate ditingkatkan. Perbandingan ini sudah sesuai dengen
teori, mengingat pada teori bahwa ketika flowrate ditingkatkan, maka tinggi bed akan
meningkat, dengan kata lain berbanding lurus dengan flowrate.
Hasil dari analisa faktor friksi yang ada di tabel III.1.1 diatas dapat dilihat bahwa faktor
friksi pada percobaan memiliki kecenderungan meningkat bila flowrate ditingkatkan. Pada
flowrate yang lebih rendah terlihat nilai yang sangat kecil dan cenderung jauh dari pada
flowrate yang lebih tinggi. Secara umum, nilai dari percobaan lebih mendekati dengan
perhitungan melalui persamaan ergun,bila dibandingkan dengan hasil dari persamaan ergun
dan Konzeny-Carman. Namun tetap terdapat eror jika dibandingkan dengan analisa faktor
friksi menurut Ergun. Persamaan ergun sendiri memiliki nilai yang lebih besar daripada
persamaan Konzeny-Carman, dimana pada persamaan Konzeny-Carman, nilai faktor friksi <1
sedangkan ergun berada >1. Error yang terdapat bila dibandingkan dengan persamaan Ergun
masih dapat ditoleransi. Namun error ini terjadi dikarenakan ketidak akuratan pada saat
pengukuran tekanan dan tinggi bed. Sehingga memengaruhi hasil dari perhitungan faktor
friksi percobaan, dimana perhitungan ini menggunakan nilai dari pressure drop dan juga
tinggi bed.
Berdasarkan percobaan pertama, didapatkan hasil analisa bahwa sand bed mulai
terfluidisasi ketika Q=0,30 L/s untuk flowrate naik. Hal ini ditunjukan dengan berubahnya
pola permukaan bed yang mulai memiliki sifat seperti fluida, dalam hal ini seperti udara
(bubbling). Pada flowrate tersebut, kecepatan fluida dalam tabung ialah 0,028116 m/s.
Kecepatan fluida ini sering disebut sebagai minimum fluidization velocity. Namun bila
dibandingkan dengan hasil dari persamaan Ergun dan persamaan Geldhart, terdapat perbedaan
yang cukup signifikan. Apabila dibandingkan dengan persamaan Ergun, persamaan Ergun
-6
menghasilkan nilai Vom sebesar 5,899x10 m/s. Hasil percobaan dibandingkan hasil
perhitungan dengan persamaan Ergun memiliki error yang cukup besar yaitu sebesar 0,02811.
Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan persamaan Geldhart, nilai
Vom sebesar 0,01415 m/s, dan didapatkan error hasil eksperimen dan perhitungan dengan
Geldhart sebesar 0,013966.
Berdasarkan harga error tersebut, dapat dilihat bahwa hasil Vom eksperimen lebih
mendekati hasil perhitungan dengan persamaan Geldhart. Adanya perbedaan hasil perhitungan
antara Geldhart dengan Ergun disebabkan oleh perbedaan tinjauan perhitungan. Persamaan
Ergun menggunakan nilai void fraction (ε), sedangkan persamaan Geldhart langsung
mengganti nilai korelasi sebesar 0.0008.
Perbedaan nilai Vom juga terlihat pada pengukuran untuk flowrate naik dan flowrate turun.
Nilai Vom untuk flowrate naik adalah sebesar 0.028116214 m/s dan nilai V om untuk flowrate
turun adalah sebesar 0.032802249 m/s. Perbedaan juga terlihat pada nilai pressure drop-nya.
Untuk flowrate naik, pressure drop adalah sebesar 1.7 cm H2O, sedangkan untuk flowrate
turun, pressure drop adalah sebesar 1.9 cm H2O. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teoir yang
menyatakan bahwa pressure drop untuk flowrate udara naik akan lebih besar daripada
pressure drop untuk flowrate turun. Ketika flowrate udara ditingkatkan, maka diperlukan gaya
yang cukup untuk mendorong partikel pasir agar dapat bergerak atau terfludisasi. Gaya tersebut
adalah drag force. Agar partikel pasir dapat terfluidisasi, maka drag force yang dibutuhkan
harus sama besarnya dengan gaya gravitasi. Karena itulah tekanan yang diperlukan untuk
fluidisasi minimum cukup besar dibandingkan ketika flowrate udara diturunkan. Nilai Vom
berdasarkan dua kondisi percobaan menghasilkan nilai yang berbeda
-0.1.
dengan teori yang ada. Nilai Vom merupakan nilai dimana garis pressure drop terhadap
velocity untuk flowrate naik berpotongan dengan garis untuk flowrate turun. Adanya
perbedaan dengan teori disebabkan karena bubbling untuk kedua kondisi flowrate sulit
ditentukan secara presisi, mengingat bubbling pada bed juga tidak merata.
Dalam menentukan Cd atau drag coefficient, pada percobaan ini digunakan persaman (17),
dimana persamaan ini menggunakan korelasi antara bilangan Reynold (N Re) dengan densitas
partikel dan juga densitas udara. Tujuan penggunaan persamaan ini adalah untuk menghindari
trial and error dalam membaca dan mem-plot grafik antara Cd versus NRe. Berdasarkan
persamaan tersebut didapatkan bahwa nilai Cd sebesar 218.5821162. Penentuan paricle size
berdasarkan konversi dari mesh ke milimeter, dan penentuan sphericity berdasarkan asumsi
bahwa partikel bed berupa sand dan sesuai dengan Tabel 3.1.1 pada buku Geankoplis halaman
130, maka sphericity untuk sand adalah 0.75. (%ERROR MASIH BELUM TAU)
Dalam menentukan besar void fraction teori, digunakan persamaan (10), dimana pada
persamaan ini digunakan pangkat n yang bergantung pada bilangan Reynoldnya. Digunakan
dua pendekatan n pada perhitungan void fraction untuk kondisi flowrate naik dan kondisi
flowrate turun. Untuk NRe diantara 1 hingga 500, nilai n yang digunakan adalah 4.45Rep
Sedangkan untuk NRe lebih dari 500, digunakan nilai n sebesar 2.39.
Untuk percobaan mengukur distribusi tekanan dalam fluids bed , variabel yang digunakan
adalah sensor tekanan yaitu dengan menaikkan sensor tekanan setian kelipatan 1 cm dari 1 cm
hingga 18 cm dari dasar bed dengan flowrate yang tetap yaitu 1, 1,05; 1,1; 1,15 ;1,2 ;1,25 ; 1,3
L/s. kemudian mencatat tekanan yang dihasilkan serta tinngi pasir yang terfluidisasi didalam bed.
dari data yang dihasilkan maka dapat dibuat plot grafik hubungan antara tekanan melawan
ketinggian sensor tekanan. Pada grafik ini digunakan data pada flowrate 1,25 L/s.
Gambar III.2.3 Grafik Hubungan pressure loss vs height untuk Q = 1,25 L/s
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi jarak sensor tekanan dari
dasar bed, maka tekanan yang dihasilkan juga semakin rendah. Pada semua data juga dapat
dilihat bahwa ketika sensor melewati tinggi maksimum dari bed, nilai tekanan yang tercatat
akan menjadi sama dengan 0. Ini terjadi karena diatas dari bed tidak ada lagi tekanan yang
tercata yang diakibatkan oleh aliran udara yang dihasilkan. Maka ketika melewati tinggi
maksimum bed maka tekanan akan tercatat sama dengan 0. Secara umum, hasil data
percobaan sesuai dengan teori dimana L berbanding terbalik dengan P, semakin tinggi suatu
bed maka distribusi tekanan yang diterimanya akan semakin kecil, dan sebaliknya semakin
rendah posisi bed maka distribusi tekanan yang diterimanya akan semakin besar.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari data dan hasil perhitungan dalam percobaan ini dapat disimpulkan :
1. Flowrate berbanding lurus dengan pressure drop, semakin tinggi flowrate maka
semakin tinggi pressure drop yang dihasilkan dan pressure drop akan
cenderung konstan pada saat telah terfluidisasi.
2. Minimum fluidization velocity untuk kondisi flowrate naik dan flowrate turun
tidak sama. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana nilai minimum fluidization
velocity untuk kedua kondisi adalah sama.
3. Ketinggian sensor berbanding terbalik dengan distribusi tekanan, semakin tinggi
sensor tekanan dari dasar bed maka semakin rendah tekanan yang ditimbulkan
terhadap bed.
Void fraction -
p Void fraction percobaan -
S Sphericity -
Viskositas Kg/m.s
∆P Pressure drop Pa
A Luas penampang kolom 2
m
Densitas udara 3
udara kg/m
D Diameter kolom m
Dp Diameter partikel m
2
g Percepatan gravitasi m/s
L Tinggi bed M
LM Tinggi bed pada saat fluidisasi minimum m
M Void fraction pada saat fluidisasi minimum -
P Tekanan Pa
3
p Densitas partikel kg/m
Q Debit L/detik
APPENDIKS
1. Mengukur Pressure Drop
Analisa Faktor Friksi
a. Perhitungan Mencari Pressure Drop
ΔP = ΔPbottom - ΔPabove
ΔP = 0,6 - 0
ΔP = 0,6 cm H2O
ΔP= 58,8339
b. Perhitungan=Q Mencari Kecepatan
= ,,
= ,m/s
c. Perhitungan=udaramencariDv Reynolds Number
ρ
= , µ x ,x ,
= ,, x ^−
−εε
d. Perhitungan=LM − MenMcari Void Fraction
= − LM − L εM
−
=−,, =,
e. Perhitungan P mencariDp Faktor Friksi secara experiment
= ρv L ε − ε
A-1
= , , x
,
x , x,, x− , ,
= ,
= x −ε + ,
Nre
,
= x ,− x , + ,
= ,
g. PerhitunganKonzenikarman mencari= Faktorx Friksi− Menurut Konzeni karman
Nre ε
x −,
Konzeni karman = , x , Konzeni karman =
,
Kecepatan Minimum Fluidisasi
εM g ρ − ρ udara
−
VoM = , , x , x − , x ,
VoM = − , , ^−
VoM =
, x ^− m/s
i. Perhitungan Kecepatang−udaraMinimum Fluidisasi dengan persamaan 9 (menurut Geldhart)
VoM = ,
,
ρx −ρ, ,
VoM = , , ^−
VoM = ,/
A-2
j. Perhitungan mencari drag coefficient
2 3
CDRe p= 4 Dp ρ (ρP – ρ) g
2
x ,
3μ − ,
2
CDRe p= 4 x 1,16366 x x 9,8
2
2
CDRe p=218,5821
, ^−
2p
CD= (C D Re )
Rep
CD= 218,5821
101,9245
CD= 2,144548
Dp ρ − ρρ udara g
, − , ,
=√ CD udar
=√ , ,
= , m/s
= − , − ,
A-3
= ,
Berdasarkan
Teori
(Persamaan 10)
Untuk
Rep> 500 ; n=2,39
ε -0,1
< 500 ; n= 4,45 Rep
v
1< Rep
=
ε ,8 ut v
=
ut
ε = ,
,
ε ,8
,
=
A-4