Anda di halaman 1dari 3

Kondisi Bangsa Arab pada saat Al – Qur’an Diturunkan

a) Situasi Politik
Jazirah Arab terletak di wilayah geografis yang sangat terisolasi, baik
dari sisi daratan maupun lautan. Kawasan ini sebenarnya terletak di
pojok kultural yang mematikan. Perselisihan yang membawa
peperangan antar suku berlangsung dalam skala besar – besaran di stepa
– stepa jazirah tersebut.
Dari sudut pandang negara – negara adikuasa, Arabia merupakan
kawasan terpencil dan biadab, sekalipun memiliki posisi cukup penting
sebagai kawasan penyangga dalam ajang perebutan kekuasaan politik di
Timur Tengah, yang ketika itu didominasi dua imperium raksasa
Bizantium – Persia.
Kekaisaran Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur, dengan
ibukota Konstantinopel merupakan bekas imperium romawo dari masa
klasik. Pada permulaan abad ke-7 M (masa kelahiran Nabi Muhammad
SAW) wilayah imperium ini telah meliputi Asia Kecil, Siria, Mesir, dan
bagian Tenggara Eropa hingga danube. Pulau – Pulau di Laut Tengah
dan sebagian dan sebagian daerah Itali dan sejumlah kecil wilayah di
pesisir Afrika Utara juga berada dikekuasaannya
Saingan berat Kekaisaran Romawi Timur dalam perebutan kekuasaan
di Timur Tengah adalah Persia, yang saat itu imperium ini di bawah
kekuasaan dinasti Sasanid (Sasaniyah). Ibu kota Persia adalah Al –
Mada’in, yang terletak sekitar 20 mil disebelah tenggara kota Bagdad.
Wilayah kekuasaannya terbentang dari Irak dan Mesopotamia hingga
pedalaman Timur Iran serta Afghanistan.
Perebutan kekuasaaan kedua imperium tersebut memiliki pengaruh
nyata terhadap situasi politik Arabia. Kira – kira 521 M, Kerajaan
Kristen Abisinia dengan dukungan penuh dan atas desakan Bizantium
menyerbu serta menaklukan daratan tinggi Yaman yang subur di barat
daya Arabia. Memandang serbuan tersebut sebagai ancaman terhadap
kekuasannya, Dzu Nuwas, penguasa Arabia selatan pro-Persia, bereaksi
dengan membantai orang – orang Kristen Najran yang menolak
memeluk agama Yahudi (523 M). Peristiwa ini memiliki pengaruh
traumatik terhadap keseluruhan Jazirah Arab dan dirujuk dalam suatu
bagian dalam Al – Qur’an, surat ke-85 (Al – Buruj) ayat 4 – 8. Atas
desakan Bizantium, pada 525 M. Dzu Nuwas berhasil digulingkan dari
tahtanya lewat suatu ekspedisi yang dilakukan oleh orang – orang
Abisinia, tetapi sekitar 575 M daratan tinggi Yaman kembali jatuh ke
tangan Persia.
Menjelang lahirnya Nabi Muhammad SAW, Penguasa Abisinia di
Yaman, Abrahah (lebih populer dengan sebutan Abrahah) melakukan
invansi ke Mekkah, yang pada prinsipnya memiliki tujuan politik
internasional, tetapi gagal menaklukkan kota tersebut lantaran
epidermicacar yang menimpa bala tentaranya. Ekspedisi tersebut
merupakan upaya Bizantium menyatukan suku – suku Arab di bawah
pengaruhnya guna menentang Persia.
Perebutan kekuasaan yang berkepanjangan antara Bizantium dan
Persia mendapat perhatian serius dari orang – orang Arab ketika itu,
karena relevansi politiknya yang nyata terhadap mereka, kemudian
diabadikan dalam Q.S 30 (Ar-Rum) ayat 2 – 4.
b) Situasi Budaya dan Ekonomi

c) Situasi Keagamaan
Pemeluk Yahudi yang banyak terusir dari negrinya akibat
peperangan dan pemberontakan, akhirnya menetap di bebera kota yang
terletak di Arab.Tetapi mereka tidak menempati Makkah karena pusat
penyembahan berhala dan kota tersebut berada dilaur perniagaan
Yaman – Siria. Berbeda dengan Nasrani, mereka semua banyak yang
tinggal di perbatasan Yaman – Siria. Situasi keagamaan di Arab masih
sangat dipengaruhi oleh intelektual Yudeo – Kristiani.
Pada saat Al – Qur’an turun kekacauan terjadi pada agama Yahudi
dan Nasrani yang diakibatkan karena beradaptasi dengan lingkungan
budaya arab.
Masalah Keagamaan di Arab umumnya adalah politeisme. Banyak
mereka mengakui dan menerima gagasan tentang Allah sebagai
Pencipta alam semesta dan dunia, yang menundukkan matahari dan
bulan,serta menurunkan hujan, lalu menghidupkan bumi setelah
matinya, tetapi penyembahan aktual mereka pada faktanya ditujukan
kepada tuhan – tuhan lain yang dipandang sebagai perantara –
perantara kepada Allah SWT.

PROSES PEWAHYUAN Al – QUR’AN


Pewahyuan Al – Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, dengan
cara berangsur – angsur sebagaimana Q.S Al – Furqan: 32.

Berkatalah orang – orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja?”: demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengnnya dan Kami membacakannya secara tartil.
Q.S Al – Isra’: 106 berbunyi

Dan dapat diartikan yaitu Al – Qur’an diturunkan dalam 3 fase:


1. Tahap Pertama Diturunkannya di lawh mahfuz Q.S Al – Buruj: 21-22

Anda mungkin juga menyukai