Disusun Oleh :
VISI
”Menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Muslimat Jombang sebagai Rumah Sakit Ibu dan
Anak dengan pelayanan prima dan dijiwai nilai-nilai Islami”.
MISI
1. Meningkatkan kompetensi SDM RSIA Muslimat, melalui pendidikan dan pelatihan
yang terus menerus, agar Skill dan Knowledge SDM dapat mengimbangi kemajuan
ilmu dan tehnologi, serta attitude SDM yang selaras dengan budaya masyarakat
berlandaskan nilai-nilai Islami.
2. Menyediakan gedung yang nyaman dan peralatan sesuai standar dalam rangka
pelayanan prima serta menjadi tempat bekerja yang nyaman bagi seluruh karyawan
RSIA Muslimat Jombang.
3. Memberikan pelayanan medis maupun nonmedis yang bermutu dan mampu
menyenangkan pelanggan.
MOTTO
‘”Kepercayaan anda adalah amanah kami. Ibu Sehat Anak Sehat”
VALUE
Kreatif
Kerja keras dalam bekerja dan melayani
Ramah tamah dan cinta kasih dalam bekerja dan melayani
Efektif dan efisien dalam bekerja dan melayani
Asih asah asuh
Tepat, cepat dan hati-hati dalam bekerja dan melayani
Inovatif
Fakta dalam berargumentasi.
DAFTAR ISI
KEPUSTAKAAN-----------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr.wb.
RSIA Muslimat Jombang memberi pelayanan bagi berbagai variasi pasien dengan
berbagai variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. RSIA Muslimat Jombang, termasuk
pasien yang digolongkan risiko tinggi. Bahkan rumah sakit harus menyediakan berbagai
variasi pelayanan. Sehingga dibuatlah Panduan Pelayanan Pasien Risiko Tinggi di RSIA
Muslimat Jombang. Semoga dapat membantu semua pihak di RSIA Muslimat Jombang
dan tentunya dengan harapan bahwa kontinuitas pelayanan tidak terganggu dan kualitas
pelayanan dapat meningkat
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim
penyusun dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan panduan ini,
kami menyadari bahwa panduan tidak luput dari kekurangan, namun upaya
penyempurnaan akan terus dilaksanakan dan saran dan pembaca dan pengguna panduan
ini akan sangat kami perhatikan guna penyempumaan panduan ini.
Ditetapkan di : Jombang
Tanggal :
Tepat tanggal :
Direktur,
RSIA Muslimat Jombang
DEFINISI
A. Definisi
Pasien risiko tinggi adalah pasien yang digolongkan risiko tinggi karena umur, kondisi,
atau kebutuhan yang bersifat kritis.
Identifikasi adalah suatu kegiatan dalam rangka menentukan dan menetapkan pasien
dengan risiko tinggi pada populasi pasien di RSIA Muslimat Jombang.
Anak dan manula umumnya dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering
tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses pelayanan dan tidak
dapat ikut memberi keputusan tentang pelayanannya. Demikian pula, pasien yang
ketakutan, bingung atau koma tidak dapat mengerti proses pelayanan sewaktu
pelayanan harus diberikan cepat dan efisien.
Selain itu ada juga pasien berisiko tinggi karena memerlukan peralatan yang kompleks,
yang diperlukan untuk pengobatan penyakit yang mengancani jiwa (misalnya pasien
dialisis), risiko bahaya pengobatan (penggunaan darah atau produk darah), potensi
yang membahayakan pasien atau efek toksik dan obat berisiko tinggi (misalnya
kemoterapi). Rumah sakit dapat pula melakukan identifikasi risiko sampingan sebagai
akibat dari suatu prosedur atau rencana pelayanan (misalnya : perlunya pencegahan
trombosis vena dalam, ulkus dekubitus dan jatuh).
B. Tujuan
1. Sebagai upaya RSIA Muslimat Jombang membangun suatu kontinuitas pelayanan,
yaitu menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di
rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, pemberian pelayanan yang efisien
kepada pasien.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien di RSIA
Muslimat Jombang.
BAB II
RUANG LINGKUP
Identifikasi pasien dengan risiko tinggi dilakukan terhadap semua pasien yang datang ke
RSIA Muslimat Jombang, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap.
Identifikasi pasien dengan risiko tinggi yang ditemukan pada populasi pasien di RSIA
Muslimat Jombang meliputi:
1. Pasien anak-anak.
5. Pasien koma.
TATA LAKSANA
1. Setiap pasien yang datang ke rumah sakit dilakukan asesmen awal, yaitu asesmen yang
dilakukan pada awal ketika pasien datang ke rumah sakit.
2. Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh dalam proses asesmen awal, maka
dapat diidentifikasikan pasien dengan risiko tinggi.
3. Melakukan analisis informasi dan data untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
kesehatan pasien dengan risiko tinggi.
4. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien risiko tinggi
yang telah diidentifikasi.
5. Pasien dengan risiko tinggi dilakukan asesmen ulang, yaitu asesmen yang dilakukan
pada pasien selama proses pelayanan pada interval tertentu berdasarkan kebutuhan dan
rencana pelayanan pasien tersebut.
6. Pelayanan pasien risiko tinggi dilakukan secara kolaboratif oleh dokter, perawat, dan
para pemberi asuhan yang lain.
7. Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
Persetujuan khusus, misalnya persetujuan tindakan medis yang diserahkan kepada
walisah atau keluarga pasien karena pasien tidak kompeten.
8. Persyaratan pemantauan pasien.
Pasien dengan risiko tinggi membutuhkan pemantauan atau monitoring yang lebih
spesifik dibandingkan pasien pada umumnya.
9. Kualifikasi dan kemampuan yang khusus untuk staf yang terlibat dalam proses. Staf
yang memberikan pelayanan untuk pasien-pasien risiko tinggi harus memiliki
kualifikasi dan kemampuan tertentu. Misalnya untuk penanganan kegawatdaruratan,
dokter harus tersertifikasi ATLS dan ACLS.
10. Keberadaan dan penggunaan peralatan khusus. Misalnya untuk aplikasi restrain fisik
digunakan tali khusus yang minimal menimbulkan cidera.
11. Dokumentasi untuk asesmen awal di lembar asesmen, sedangkan asesmen ulang di
catatan perkembangan pasien terintegrasi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat dijelaskan sebagai benkut:
1. Pasien anak :
Asesmen dilakukan dengan memperhatikan bahwa kondisi anak berbeda dengan
dewasa, termasuk dalam membuat rencana pelayanannya, misalnya pengobatan
menggunakan dosis anak, dan lain-lain.
Anak sering tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses
pelayanan dan tidak dapat ikut memberi keputusan tentang pelayanannya. Jadi
pasien anak termasuk pasien yang belum kompeten sehingga membutuhkan wali
sah, terutama dalam membuat keputusan persetujuan atau penolakan tindakan
medis/operasi, termasuk tindakan Do Not Resuscitate (DNR).
Jika dalam kondisi gawat darurat, tindakan resusitasinya juga dibedakan dengan
resusitasi pada pasien dewasa. Termasuk penggunaaan alat bantuan hidup,
disesuaikan dengan kebutuhan pasien anak.
Ruang perawatan pasien anak dibedakan dengan ruang perawatan pasien dewasa.
Pada pasien anak harus menggunakan bedrails untuk mencegah risiko jatuh.
Pemantauan pasien anak dibedakan dengan pasien dewasa.
5. Pasien koma:
Menentukan pasien dengan kondisi koma, sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
dokter yang kompeten (2 orang dokter diantaranya adalah 1 dokter spesialis
anestesiologi/ intensifis dan 1 dokter spesialis Saraf.
Pasien koma termasuk pasien yang tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak
mengerti proses pelayanan dan tidak dapat ikut memberi keputusan tentang
pelayanannya. Jadi pasien koma membutuhkan wali sah, terutama dalam membuat
keputusan persetujuan atau penolakan tindakan medis/operasi, termasuk tindakan
Do Not Resuscitate (DNR) kecuali jika ada keputusan dini tentang DNR
Ruang perawatan pasien koma disesuaikan dengan kondisi pasien.
Penggunaan side rails bukan merupakan restrain karena penggunaan side rails
tidak berdampak pada kebebasan bergerak pasien.
Pada pasien koma, membutuhkan asuhan keperawatan dasar yang tergantung pada
bantuan perawat atau keluarga pasien.
Kualifikasi dan kemampuan untuk dokter dan perawat yaitu tersertifikasi Cardiac
Life Support, Trawna Life Support dan Critical Care.
6. Pasien dengan penyakit infeksi atau menular dan immune-suppressed.
Berdasarkan hasil asesmen dapat diidentifikasikan pasien dengan penyakit infeksi
atau menular dan immune-suppressed.
Jika diperlukan maka perlu pemeriksaan penunjang saat asesmen ulang untuk
menunjang penegakkan diagnosis.
Ruang perawatan pasien dengan penyakit infeksi atau menular dan immune-
suppressed ditempatkan di ruang isolasi.
Jika rumah sakit tidak mempunyai fasilitas dan sarana untuk perawatan pasien
infeksi atau menular dan immune-suppressed maka dirujuk ke rumah sakit rujukan.
Dokter dan perawat harus mempunyai keilmuan dan keterampilan tentang penyakit
infeksi atau menular dan immune-suppressed, terutama dalam hal cara penularan,
penatalaksanaan, pencatatan dan pelaporan, dan lain-lain.
DOKUMENTASI