5074 Bedah
5074 Bedah
GENERAL ANESTESI
TINDAKAN SIRKUMSISI PADA BALANOPOSTITIS
PASIEN ANAK LAKI-LAKI USIA 6 TAHUN
DI RSUD KARANGANYAR
Pembimbing :
dr. Damai Suri, Sp.An
Diajukan Oleh:
Guprita Ningtyas
J510 1700 92
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
GENERAL ANESTESI
TINDAKAN SIRKUMSISI PADA BALANOPOSTITIS
PASIEN ANAK LAKI-LAKI USIA 6 TAHUN
DI RSUD KARANGANYAR
Diajukan Oleh :
Gusprita Ningtyas
J510 1700 92
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
Pembimbing :
dr. Damai Suri, Sp.An (..................................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Damai Suri, Sp.An (..................................)
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Ar
No.RM : 004XXXX
Jenis Kelamin : laki – laki
Berat Badan : 26 kg
Masuk Tgl : 24 Januari 2018
Umur : 6 tahun
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Alamat : Brujul Jaten
Dokter Anestesi : dr. Damai Suri, Sp.An
Dokter Operator : dr. Bakri Sp.B
II. Anamnesa :
a. A (Alergy)
Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan dan asma.
b. M (Medication)
Tidak sedang menjalani pengobatan
c. P (Past Medical History)
Riwayat DM (-), hipertensi (-), sakit yang sama dan riwayat operasi (-)
d. L (Last Meal)
Pasien puasa 6 jam
e. E (Elicit History)
Seorang pasien anak usia 6 tahun datang ke poli bedah dengan susah
buang air kecil.
XI. TERAPI
Tindakan Sirkumsisi
Nama : An. Ar
No.RM : 004XXXX
Jenis Kelamin : laki – laki
Umur : 6 tahun
Berat Badan : 26 kg
Premedikasi : Granisetron, fentalyn, sedacum
Diagnosa pra bedah : balanopostitis
Diagnosa pasca bedah : post sirkumsisi
Anestesi : General anestesi
Induksi : Recofol
Pemeliharaan : O2, N20, Isofluran
Ijin operasi : sudah (+)
Tanggal operasi : 24 Januari 2018
Jenis operasi : bedah umum
Anestesi : GA teknik facemask
Jumlah cairan : Infus tutofusin 500cc
Hemoglobin : 12,1 gr/dL
Temperatur : 36,80C,
Keadaan pernapasan : frekuensi 20x/menit, dan volume napas cukup
Keadaan gizi : kesan baik
1. Di ruang persiapan
a.Cek persetujuan operasi dan identitas penderita
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
c.Lama puasa 6 jam
d. Cek obat dan alat anestesi
e.Posisi terlentang
f. Infus RL 20 tpm
2. Di ruang operasi
a. Menyiapkan pasien di meja operasi, manset dan monitor dipasang, ,
HR : 96x/m, Saturasi Oksigen : 99% . O 2, N2O, dan agent (isofluran)
sudah disiapkan. Obat premedikasi dimasukan melalui IV line.
- Fentalyn Inj. 50 µg/ml (2ml)
- Granisetron inj. 1 mg/ml (4ml)
- Midazolam 5mg/ml (5ml)
b. Selanjutnya dilakukan induksi dengan Propofol (2-2,5mg/kgBB),
setelah reflek bulu mata menghilang, face mask didekatkan pada
hidung.
c. Setelah terpasang baik dihubungkan dengan mesin anestesi untuk
mengalirkan N2O dan O2. N2O mulai diberikan 3L dengan O2 3 L
/menit untuk memperdalamkan anestesi, bersamaan dengan ini
isofluran dibuka sampai 2,5%.
d. Setelah obat premedikasi dan induksi masuk, kita memastikan pasien
sudah dalam keadaan tidur
e. Mengawasi pola napas pasien, pantau denyut nadi dan tekanan darah
f. Setelah operasi selesai agent, N2O, dan O2 kita tutup (matikan).
Respirasi : Spontan
Posisi : Supine
Jumlah cairan yang : Tutofusin 500 ml
masuk
Intake Cairan : RL dan Tuthofusion
3. Recovery Room
Pasien masuk Ruang RR pukul 10.45 dalam posisi supine
(terlentang) dengan kepala ekstensi, pasien mengantuk, monitoring tanda
vital serta saturasi O2 dan diberikasn O2 3 liter/ menit lewat mulut., Nadi :
76x/m, RR : 20x/m, Suhu : 36,8˚C. Jam 11.00 pasien sadar penuh dan
dipindah ke bangsal.
a. Rawat pasien posisi terlentang, kontrol vital sign. Bila tensi turun
<100 mmHg, infus dipercepat beri efedrin. Bila muntah, berikan
ondancetron. Bila kesakitan, berikan Ketorolac 1 ampul.
b. Lain-lain
Analgetik dan antibiotik sesuai dengan terapi bedah
Puasa sampai dengan flatus
Post operasi, cek Hb, bila < 10mg/dL dilakukan transfuse sampai
Hb≥10
Monitor vital sign
5. Aldrete Score
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANESTESI UMUM
Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel). Komponen anestesi yang ideal
terdiri dari : (1) hipnotik (2) analgesia (3) relaksasi otot. Obat anestesi yang masuk
ke pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar ke jaringan. Yang pertama
terpengaruh oleh obat anestesi ialah jaringan kaya akan pembuluh darah seperti
otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang, hilangnya rasa sakit, dan
sebagainya. Seseorang yang memberikan anestesi perlu mengetahui stadium
anestesi untuk menentukan stadium terbaik pembedahan itu dan mencegah
terjadinya kelebihan dosis. Tanda-tanda klinis anestesia umum (menggunakan zat
anestesi yang mudah menguap, terutama diethyleter):
Stadium I : analgesia dari mulainya induksi anestesi hingga hilangnya
kesadaran.
B. Premedikasi Anestesi
Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun
tujuan dari premedikasi antara lain :1
a. memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal : diazepam.
b. menghilangkan rasa khawatir, misal : diazepam
c. membuat amnesia, misal : diazepam, midazolam
d. memberikan analgesia, misal : pethidin
e. mencegah muntah, misal : droperidol
f. memperlancar induksi, misal : pethidin
g. mengurangi jumlah obat-obat anesthesia, misal pethidin
h. menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal : sulfas atropin.
i. mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal : sulfas atropin dan
hiosin
C. Induksi
a. Persiapan induksi
Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita mempersiapkan STATICS :
a. S : Scope (stetoskop, laringoskop)
Stetoskop : untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringoskop : untuk membuka mulut dan membuat area mulut
lebih luas serta melihat daerah faring dan laring, mengidentifikasi
epiglotis, pita suara dan trakea.
Ada dua jenis laringoskop, yaitu:
b. Ethrane ( Enflurane)
Merupakan anestesi yang poten. Dapat mendepresi SSP
menimbulkan efek hipnotik. Pada kontrasepsi inspirasi 3 – 3,5 % dapat
menimbulkan perubahan EEG yaitu epileptiform, karena itu sebaiknya
tidak digunakan pada pasien epilepsi. Dan dapat meningkatkan aliran
darah ke otak. Pada anestesi yang dalam dapat menurunkan tekanan
darah disebabkan depresi pada myokardium. Aritmia jarang terjadi dan
penggunaan adrenalin untuk infiltrasi relatif aman. Pada sistem
pernafasan, mendepresi ventilasi pulmoner dengan menurunkan volume
tidal dan mungkin pula meningkatkan laju nafas. Tidak menyebabkan
hipersekresi dari bronkus. Pada otot, Ethrane menimbulkan efek
relaksasi yang moderat. Menyebabkan peningkatan aktivitas obat
pelumpuh otot non depolarisasi. Penggunaan Ethrane pada operasi
sectio cesaria cukup aman pada konsentrasi rendah (0,5 - 0,8 vol %)
tanpa menimbulkan depresi pada fetus. Berhati-hati pada penggunaan
konsentrasi tinggi karena dapat menimbulkan relaksasi otot uterus.(1)
DEFINISI
Balanopostitis adalah peradangan menyeluruh pada kepala penis (glans penis) dan
kulitnya.
ETIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
Berulang à sirkumsisi
BAB III
PEMBAHASAN
Teknik :