BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam rantai peristiwa ini
yaitu: kestabilan dan tak tercampurkan, disolusi, proses absorbs,distribusi
dan eliminasi, dan kerja obat pada tingkat molekuler obat (Martin, 1993).
Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi
berguna dalam mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti
pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik
menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita ingin
memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi,
memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya
(Syukri, 1999).
Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut
(Petrucci, 1987) :
a. Sifat dan ukuran pereaksi.
Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah
atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat
pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan
dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah
interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi
dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk
meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih
baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan.
b.Konsentrasi.
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding
dengan konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan
asam kuat encer maka akan timbul endapan putih.
c. Suhu Reaksi.
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena
kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi.
Akibatnya jumlah dan energi tumbukan bertambah besar. Pengaruh
reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak lama dengan koefisien dalam
persamaan stoikiometri reaksi. Reaksi Orde Nol. Suatu reaksi disebut
orde ke nol terhadap suatu pereaksi jika laju reaksi tidak dipengaruhi oleh
konsentrasi pereaksi tersebut. Jika [A] adalah konsentrasi dan [A] 0 adalah
konsentrasi pada saat t = 0. Reaksi Orde Satu, reaksi Orde dua
(Prayitno, 2007).
Waktu paruh(t1/2) didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan bila
separuh konsentrasi dari suatu reaktan digunakan. Waktu paruh dapat
ditentukan dengan tepat hanya jika satu jenis reaksn terlibat, tetapi jika
suatu reaksi berlangsung antara jenis reaktan yang berbeda, waktu paruh
harus ditentukan terhadap reaktan tertentu saja (Dogra, 1984).
1.1 Uraian Bahan
1. AQUADEST (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUADESTRLIATA
Nama lain : Air suling
Berat Moleku : 18,00 gr/mol
Rumus Moleku : H2O
Rumus Struktur :H O H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau, dan
tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Pelarut
2. Fe ( NO3)3 (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : FELLOROSI NITRAT
Nama lain : Ferri nitrat
Berat Molekul : 242,00 gr/mol
Rumus Molekul : Fe (No3)3
Rumus Strukrur :
Struktur Moleku : H H O H H OH
O C C C C C C O
H H H H OH
Pemerian : Serbuk sangat halus , putih, tidak berbau, dan
tidak berasap
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol
95%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
6. Na2S2O3 (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII THIOSULFAT
Nama lain : Natrium triosulfat
Berat Molekul : 428,17 gr/mol
Rumus Molekul : Na2S2O3
Struktur Molekul :
BAB III
METODE KERJA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. A1 B1 75 detik
2. A2 B2 22,35 detik
3. A3 B3 21 detik
4. A4 B4 23, 12 detik
4.2 Pembahasan
Kinetika adalah studi tentang tingkat di mana proses terjadi serta
Perubahan kimia (dekomposisi obat, pembusukan radiokimia) atau fisik
(transfer melintasi batas, seperti lapisan usus atau kulit). Studi Kinetik
berguna dalam memberikan informasi untuk memberikan wawasan
tentang mekanisme dari perubahan yang terlibat, dan memungkinkan
prediksi tingkat perubahan yang akan terjadi setelah waktu tertentu telah
berlalu. Secara umum, teori dan hukum kinetika reaksi didirikan dengan
baik dan memberikan dasar yang kuat untuk penerapan studi tersebut
untuk masalah farmasi yang melibatkan reaksi kimia, misalnya
dekomposisi senyawa medis.
Reaksi diklasifikasikan sesuai dengan nomor jenis campuran yang
bereaksi. Konsentrasi larutan tersebut yang menentukan tingkat reaksi
yaitu, berada pada orde berapa reaksi tersebut terjadi. Orde nol, dimana
tingkat kerusakan tidak bergantung pada konsentrasi salah satu reaktan.
Orde satu, dimana leju reaksi ditentukan dengan salah satu istilah
konsentrasi, dan orde dua, dimana reaksi ini ditentukan dengan
konsentrasi dua larutan yang bereaksi.
A dimasukkan KI 7,5 ml, S2 O3 5 ml, kanji 2,5 ml, dan H2O 12,5 ml dan
pada gelas larutan B dimasukkan Fe(NO3)3 7,5 ml, HNO3 10 ml, dan H2O
7,5 ml,. Selanjutnya pada gelas kimia A dituangkan kedalam gelas kimia
B sambil diaduk dan akan terjadi perubahan warna menjadi biru setelah
mencapai puncaknya atau berubah biru pekat larutan campuran tersebut
berubah kembali menjadi bening.
Pada percobaan kali ini juga kita akan menghitung berapa
kosentrasi dari setiap larutan yang ada dengan mengalikan volume
awalnya dengan kosentrasinya dibagi volume campuran serta mencari
laju reaksi pada setiap larutan dengan membagi kosentrasi dengan 2
dikalikan rataan dari setiap waktu saat mencampurkan gelas A ke gelas
B, mencari orde reaksi dengan membagi laju reaksi 1 dan laju reaksi 2
dan laju reaksi 3 dengan laju rekasi 4, mencari ketetapannya dengan
membagi setiap laju reaksi dengan kosentrasi besi(III) diakalikan iodium
dan mencari waktu paruh pada larutan..
Pada percobaan kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan yaitu
pada saat pembuatan kanji atau katalisator kelarutannya akan mudah
larut ketika menggunakan air yang mendidih namun terjadi kesalahn yaitu
dengan menggunakan pelarut air biasa, sehingga pada percobaan ini
kami tidak mendapatkan perubahan warna menjadi biru.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kinetika reaksia dalah :
1. Hasil dari praktikum ini tingkat reaksi terhadap Fe3+ yaitu 0.
2. Pada praktikum ini tingkat reaksi didapat hasil terhadap I− yaitu 0
3. Pada praktikum ini yaitu antara Fe3+ dan I- yaitu 0
4. Hasil dari praktikum ini tetapan laju reaksi didapat yaitu 0,000108 x
10-5
5. Hasil persamaan lau reaksi redok dalam praktikum ini Fe3+. I-. S2O3
yaitu 0
5.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan sebaiknya alat-alat yang akan
digunakan di cuci terlebih dahulu agar lebih steril dan juga sebelum
memasuki laboratoriom sebaiknya segala keperluan baik alat dan bahan
yang akan digunakan sudah dipersiapkan, agar praktek yang akan di
lakukan bisa dilakukan secara efisien.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. SKEMA KERJA
Skema kerja A4→ B4
A4
Dipipet larutan KI 10 mL
(kedalam Erlenmeyer)
Ditambahkan 25 mL H2O
Homogenkan
B4
Dipipet 15 mL larutan Fe(NO3)3
(Kedalam Erlenmeyer)
Ditambahkan 15 mL H2O
Dihomogenkan
A4⟶ B4
Larutan A4 dicampurkan dengan B4
(Tekan stopwatch)
Diaduk
Agar larutan tercampur rata
Ditanya : r = ... ?
t = 75 detik
2 x 75 detik
= 0,005 M
150 detik
t = 22,35 detik
2 x 22,35 detik
= 0,005 M
44,7 detik
t = 21 detik
2 x 21 detik
= 0,005 M
42 detik
t = 23,12 detik
2 x 23,12 detik
= 0,005 M
46,24 detik