Anda di halaman 1dari 1

Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Atha'illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke

Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi
individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan
pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya
untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan
populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para
murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai
hubungan satu dengan yang lain.

Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-
Syadzili kepada murid-muridnya: "Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada
Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali". Perkataan yang lainnya: "Kitab Ihya'
Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki,
mewarisi anda cahaya." Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya
Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi
'Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah'illah.

Anda mungkin juga menyukai