Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah
mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang
kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup. Diseluruh dunia ± 500 juta
lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025
akan mencapai 1,2 milyar. Sedangkan menurut Badan kesehatan dunia WHO bahwa
penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34%
atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk
lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS)).
Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan,
menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan
hidupnya secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama
dalam masalah kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok
lansia lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan
dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi
bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam gangguan fisiologi yang bersifat
kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi, akan mengalami kemunduran
(Brunner & Suddart, 2001).
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan
tetap memelihara dan meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup secara produktif
sesuai kemampuannya. Pada lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok
lagi, lansia harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada
otot, kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) juga
sudah mengalami penurunan. Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada
lima macam diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toieting (Brunner &
Suddart, 2001). Untuk memenuhi kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan atau kognitif
dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam kemandirian pemenuhan
kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin baik
kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan ADL. Sikap
1
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab
dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab
untuk terwujudnya perilaku perlu faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan
prasarana. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama
yakni faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri
seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh karena itu perilaku manusia sangat
bersifat kompleks yang saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk perilaku
pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia. Setiap insan manusia merupakan makhluk hidup
yang unik yang tidak bisa sama atau ditiru satu sama lain, akan tetapi mempunyai satu
persamaan pada berbagai kebutuhan yang berdasarkan pada hirarki Maslow.
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan
masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini
disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan
untuk merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia. Maka
rumah jompo atau panti sosial dapat menjadi pilihan mereka. Panti sosial atau panti
werdha adalah suatu institusi hunian bersama dari para lanjut usia yang secara fisik dan
kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni biasanya
disediakan oleh pengurus panti (Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon
(2008), panti werdha adalah tempat dimana berkumpulnya orang – orang lansia yang baik
secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya.
Tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah dan ada yang dikelola oleh swasta.
Dirumah jompo para lansia akan menemukan banyak teman sehingga diantara mereka
saling membantu, saling memberikan dukungan dan juga saling memberikan perhatian
khususnya dalam pemenuhan kebutuhan ADL.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Untuk mengetahuai pengertian lansia dan problematika yang di hadapi
1.2.2 Untuk mengetahuai pengertian ADL pada kasus orang tua dan cara
mengatasinya
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia dapat dirasakan
secara fisiologis, psikologis dan sosial.
1.3.2 Memberikan referensi dalam kegiatan pelayanan kesehatan
1.3.3 Dapat digunakan sebagai informasi ilmiah dalam pembelajaran ADL pada kasus
lansia

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

3
2.1.1 Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika
manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru
dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkunganya ( Darmojo, 2004).
2.1.2 Proses Menua
Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa
proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang
terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama
cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar
tubuh.
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang
disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes
militus dan kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan
episode terminal yang dramatik seperti strok, infark miokard, koma asidosis,
metastasis kanker dan sebagainya ( Martono & Darmojo,edisi ke-3 2004).
2.1.3 Batasan Lanjut Usia
Menurut Organiai Kesehatan Dunia (WHO), Batasan lanut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun (Mubarak dkk, 2006).
2.1.4 Teori Penuaan
Para perencana dan pengambil keputusan menaruh perhatian pada aspek lanjut
usia yang sehat dan sakit-sakitan mengingat usia yang panjang, tetapi sakit-sakitan
akan menguras banyak sumber daya dan akan menggangu aktifitas sehari-hari
lansia. Dengan indeks aktifitas sehari-hari menurut Katz, dapat diprediksi berapa
usia harapan hidup aktif pada suatu masyarakat. Dari berbagai studi disimpulkan
bahwa dari status fungsional aktifitas sehari-hari terkait erat bukan hanya dengan
4
usia, tetapi juga dengan penyakit. Keterbatasan gerak merupakan penyebab utama
gangguan aktifitas hidup keseharian (activity of daily living – ADL) dan IADL
(ADL Instrumen) (Guraalnik, dkk dalam Tamher, 2009).

2.2 Langkah-Langkah Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia


2.2.1 Latihan Kepada dan Leher
a. Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri
c. Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
2.2.2 Latihan Bahu dan Lengan
a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian turunkan kembali
perlahan-lahan
b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurus dengan
bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian
angkat lengan keatas kepala.
c. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung
sejauh mungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangan kanandan kiri.
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.
2.2.3 Latihan Tangan
a. Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan ke meja
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan
untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan
menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian setelah menyentuh tiap
jari.
c. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus mungkin.

2.2.4 Latihan Punggung


a. Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi yang
lain.
b. Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat
bahu kekiri dan kekanan..
c. Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.
2.2.5 Latihan Paha
a. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang sandaran kursi
atau dengan posisi tiduran.
b. Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap lurus, dan tahan
beberapa waktu.
c. Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua lutut pada tempat
tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur.
d. Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian tarik telapak
kaki kearah kita dan regangkan kembali.
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.

5
f. Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi.
g. Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang kursi. Angkat
tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan.
2.2.6 Latihan Pernafasan
a. Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
b. Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk.
c. Tarik nafas dalam-dalam maka terasa dada mengambang. Sekarang keluarkan
nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup kembali.
2.2.7 Latihan Muka
a. Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas
b. Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
c. Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam
d. Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul

2.3 Jenis Olah Raga / Latihan pada Lansia


Beberapa contoh olah raga yang dapat dilakukan oleh usia lanjut dalam Mempertahankan
Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia, antara lain :
a. Pekerjaan Rumah dan Berkebun
Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga
kesegaran jasmani, tetapi harus dilakukan secara tepat, agar nafas sedikit lebih cepat,
denyut jantung lebih cepat dan otot menjadi lelah. Akan tetapi perlu selalu dikontrol
terhadap peningkatan denyut nadi jangan sampai melebihi batas maksimal.
b. Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila jalannya makin
lama makin cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda memilih jenis ini
sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5 – 6, dikala udara masih bersih dan
segar. Lokasi terbaik adalah daerah perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asap
kendaraan bermotor, pabrik yang menyebabkan polusi udara.
c. Berenang
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik lagi
untuk orang – orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku sendi, asalkan
dilakukan secara teratur.

2.4 Teknik dan Cara Berlatiha


Teknik dan cara berlatih yang dilakukan untuk Mempertahankan Activity Of Daily
Living (ADL) Pada Lansia terbagi dalam tiga segmen seperti yang dijelaskan di bawah
ini:
a. Pemanasan (warming up)
Gerakan umum (yang melibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) dilakukan
secara lambat dan hati-hati. Pemanasan dilakukan bersama dengan peregangan
(stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan
6
dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses metabolisme
yang meningkat.
b. Latihan inti
Latihan inti bergantung pada komponen/faktor yang dilatih. Gerakan senam
dilakukan berurutan dan dapat diiringi oleh musik yang disSesuaikan dengan
gerakannya. Untuk lansia biasanya dilatih:
1. Daya tahan (endurance)
2. Kardiopulmonal dengan latihan-latihan yang bersifat aerobic
3. Fleksibilitas dengan peregangan
4. Kekuatan otot dengan latihan beban;
5. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan latihan aerobik
kombinasi dengan latihan beban kekuatan.
c. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti perlu dilakukan gerakan
umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan
pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti
pada pemanasan,yaitu selama 8-10 menit.

2.5 Olahraga/Latihan Fisik yang Membahayakan bagi Lansia


Olahraga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tubuh, namun tidak semua
olahraga baik dilakukan oleh lansia. Ada beberapa macam gerakan yang dianggap
membahayakan saat berolahraga. Gerakan-gerakan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sit-up dengan kaki lurus
Cara-cara sit-up yang dilakukan dengan kaki lurus dan lutut dipegang dapat
menyebabkan masalah padapunggung. Oleh karena sit-up cara klasik ini
menyebabkan otot liopsoas/fleksor pada punggung (otot yang melekat pada kolumna
vertebralis dan femur) menanggung semua beban. Otot ini merupakan otot terkuat di
daerah perut. Jika fleksor punggung ini digunakan, maka pinggul terangkat ke depan
dan otot-otot kecil pada punggung akan berkontraksi, sehingga punggung kita akan
melengkung. Jadi, latihan seperti ini akan menyebabkan pemendekan otot punggung
bagian bawah dan paha. Akhirnya menyebabkan pinggul terangkat ke atas secara
permanen dan lengkung lordosis menjadi lebih banyak, sehingga menimbulkan
masalah pada pinggang.
Tetapi bila kita membengkokkan lutut pada waktu latihan sit-up, otot-otot fleksor
panggul tidak bergerak. Dengan cara demikian, semua badan bertumpu pada otot
perut dan kecil kemungkinan terjadinya trauma pada pinggang bagian bawah.
b. Meraih ibu jari kaki

7
Kadang-kadang untuk mengecilkan atau menguatkan perut diadakan latihan meraih
ibu jari kaki. Latihan-latihan ini selain tidak dapat mencaai ujuan, yaitu mengecilkan
perut, juga kurang baik karena dapat menyebabkan cedera. Sebetulnya latihan-latihan
meraih ibu jari kaki adalah latihan untuk menguatkan otot-otot punggung bagian
bawah.
Gerakan ini akan menyebabkan lutut menjadi hiperekstensi. Sebagai konsekuensinya,
tekanan yang cukup berat akan menimpa vertebra lumbalis yang akhirnya
menyebabkan keluhan-keluhan pada punggung bagian bawah. Kadang-kadang hal ini
dapat menyebabkan gangguan pada diskus invertebralis.
c. Mengangkat kaki
Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai kaki terangkat ± 15 cm dari
lantai, kemudian ditahan beberapa saat selama mungkin. Latihan ini tidak baik, karena
dapat menyebabkan rasa sakit pada punggung bagian bawah (low back pain) dan
menyebabkan terjadinya lordosis yang dapat menyebabkan gangguan pada punggung.
Bahaya yang ditimbulkan ialah otot-otot perut tidak cukup kuat untuk menahan kaki
setinggi 15 cm dari lantai dalam waktu yang cukup lama dan kaki tidak dapat
menahan punggung bagian bawah. Akibatnya terjadi rotasi pelvis ke depan. Rotasi ini
menyebabkan gangguan dari punggung bagian bawah.
d. Melengkungkan punggung
Gerakan hiperekstensi ini banyak dilakukan dengan tujuan meregangkan otot perut
agar otot perut menjadi lebih kuat. Hal ini kurang benar, karena dengan
melengkungkan punggung tidak akan menguatkan otot perut, melainkan melemahkan
persendian tulang punggung.

8
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap memelihara dan
meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai kemampuannya.
Pada lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia harus
beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot, kemampuan
melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) juga sudah mengalami
penurunan. Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam
diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toieting.
3.2 Saran
Kesegaran Jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan seseorang
dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dan dengan berolahraga seseorang dapat
meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat
melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. boedhi. 2004. Buku Ajar Geriatric, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi 3.
Jakarta : FKUI

Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan.
Depkes :Jakarta

Maryam, R. Siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

Stanlley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC

Pamungkasiwi, Endang dkk. 2006. Pengaruh Suplementasi Fe dan Zn terhadap Kadar


Hemoglobin dan Kesegaran Jasmani pada Lansia Aneia di Kabupaten Bantul. Volume 2,
No.3, Maret 2006:123-129. Jurnal Gizi Klinik

10

Anda mungkin juga menyukai