Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang
Yang disebut sebagai penyakit trofoblas adalah penyakit yang mengenai
sel – sel trofoblas. Di dalam tubuh wanita, sel trofoblas hanya ditemukan bila
wanita itu hamil. Seringkali perkembangan kehamilan mendapat gangguan
yang dapat terjadi pada berbagai tahap, tergantung pada tahap gangguan mana
itu terjadi, maka hasil kehamilan dapat berupa keguguran, kehamilan ektopik,
prematuritas, kematian janin dalam rahim atau kelainan kongenital.
Kesemuanya merupakan kegagalan fungsi reproduksi. Demikian pula dengan
penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi.

Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna


melainkan menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu – minggu
pertama kehamilan berupa degenerasi hidropik dari jonjot jorion sehingga
menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada umumnya
penderita akan menjadi baik kembali, tetapi diantaranya yang kemudian
mengalami degenerasi keganasan berupa koriokarsinoma.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari penyakit trofoblas ganas?

1.2.2 Apakah etiologi dari penyakit trofoblas ganas?

1.2.3 Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit trofoblas ganas?

1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari penyakit trofoblas ganas?

1.2.5 Bagaimana deteksi dini dari penyakit trofoblas ganas?

1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit trofoblas ganas?

1.2.7 Apakah definisi dari kemotrapi?

1.2.8 Apakah tujuan dari kemotrapi?

1.2.9 Apa saja macam macam kemotrapi?

1.2.10 Apa saja syarat keomotrapi?

1.2.11 bagaimana efek samping kempotrapi?

1.2.12 bagaimana cara pemberian kemotrapi?

1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tentang penyakit Trofoblas ganas

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui tentang penyakit trofoblas ganas

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Penyakit trofoblas ganas adalah suatu tumor ganas yang berasal dari sito
dan sinsiotrofoblas yang menginvasi myometrium, merusak jaringan di
sekitarnya dan pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan.

Tumor ganas yang berasal dari jaringan yang mengandung trofoblas,


seperti: lapisan trofoblas ovum yang sedang tumbuh, vili dari plasenta,
gelembung mola, dan emboli sel-sel trofoblas dimanapun di dalam tubuh.

Keganasan yang terjadi paskakehamilan mola atau non mola, ditandai


dengan adanya sel sito dan sel sinsitiotrofoblas yang atipik, tanpa vili korialis
di uterus atau jaringan lain.

2.2 Etiologi
Etiologi terjadinya penyakit trofoblas ganas belum jelas diketahui, namun
bentuk keganasan tumor ini merupakan karsinoma epitel korion meskipun
pertumbuhan dan metastasenya menyerrupai sarcoma.
Namun ada beberapa factor resiko yang berpotensi sebagai etiologi mola
hidatidosa parsial dan komplit telah dievaluasi. Dua factor resiko yang telah
di tetapkan adalah usia maternal yang ekstrim dan kehamilan mola sebelum
nya. Usia maternal yang lanjut atau sangat muda berkolerasi dengan
peningkatan kejadian mola hidatidosa. Di bandingkan dengan wanita usia 21-
35 tahun, risiko mola komplit 1,9 kali lebih tinggi pada wanita usia >35 tahun
dan <21 tahun serta 7,5 kali lebih tinggi pada wanita usia >40 tahun.
Kehamilan mola sebelumnya merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
kehamilan mola berikutnya. Risiko pengulangan kehamilan mola setelah satu
kali mola adalah 1%, atau sekitar 10-20 kali pada populasi umum.

2.3 Tanda dan Gejala


1) Perdarahan yang tidak teratur setelah berakhirnya suatu kehamilan
2) Terdapat subinvolosio uteri yang dapat juga perdarahan terus menerus
3) Ditemukan uterus membesar dan lembek
4) Kista Teka lutein bilateral

3
5) Lesi metastase di vagina atau organ lain.
6) Nyeri perut
7) Batuk darah
8) Melena
9) Peninggian tekanan intracranial berupa sakit kepala, kejang, hemiplegia

2.4 Patofisiologi
Kehamilan mola dan neoplasma trofoblastik gestasional semuanya
berasal dari trofoblas plasenta. Trofoblas normal tersusun dari
sitotrofoblas, sinsitiotrofoblas, dan trofoblas intermediet. Sinsitiotrofoblas
menginvasi stroma endometrium dengan implantasi dari blastokista dan
merupakan sebuah tipe sel yang memproduksi human chorionic
gonadotropin (hCG). Fungsi sitotrofoblas adalah untuk menyuplai
sinsitium dengan sel-sel sebagai tambahan untuk pembentukan kantong
luar yang menjadi vili korion sebagai pelindung kantung korion. Vili
korion berbatasan dengan endometrium dan lamina basalis dari
endometrium membentuk plasenta fungsional untuk nutrisi fetal-maternal
dan membuang sisa-sisa metabolisme. Trofoblas intermediet terletak di
dalam vili, tempat implantasi, dan kantong korion. Semua tipe dari
trofoblas dapat mengakibatkan penyakit trofoblas gestasional ketika
mereka berproliferasi.

Koriokarsinoma

Koriokarsinoma adalah suatu penyakit keganasan yang ditandai dengan


hiperplasia trofoblastik abnormal dan anaplasia, ketidakadaan vili korion,
perdarahan, dan nekrosis, dengan invasi langsung ke miometrium dan invasi
vaskular yang mengakibatkan penyebaran ke tempat-tempat yang jauh,
paling sering ke paru, otak, hati, pelvis dan vagina, ginjal, usus, dan limpa.
Koriokarsinoma telah dilaporkan berhubungan dengan setiap kejadian
kehamilan, Sekitar 25% dari kasus diikuti aborsi atau kehamilan tuba. 25%
berhubungan dengan kehamilan preterm atau aterm, dan 50% lainnya timbul

4
dari mola hidatidosa, meskipun hanya 2-3% dari mola hidatidosa yang
berkembang menjadi koriokarsinoma.

2.5 Klasifikasi
1) Gestasional choriocarcinoma

Adalah karsinoma yang terjadi dari sel sel trofoblas dengan


melibatkan sitotrofoblas dan sinsitotrofoblas. Hal ini terjadi dari hasil
konsepsi yang berakhir dengan lahir hidup, lahir mati, abortus,kehamilan
ektopik, molahidatidosa atau mungkin juga oleh sebab yang tidak
diketahui.

2) Non Gestasional choricarsinoma

Suatu tumor ganas trofoblas yang terjadi tanpa di dahului oleh suatu
fertilisasi, tetapi berasal dari germ sell ovarium.

2.6 Penatalaksanaan

1) Operatif
Operasi bukanlah terapi utama koriokarsinoma, melainkan hanya
sebagai tindakan adjuvant. Pada prinsipnya, fungsi reproduksi haruslah
dipertahankan. Namun bila bersifat life saving, maka operasi tidak bisa
dihindari.

a. Histerektomi
Dibagi oleh Soper menjadi histerektomi primer (bila dilakukan sebelum
pemberian kemoterapi) dan histerektomi sekunder (bila kemoterapi
pertama dianggap gagal).
a) Histerektomi dilakukan berdasarkan:
1. indikasi absolut
a. perdarahan per vagina yang tidak terkontrol dengan obat
b. perforasi uterus, terutama jika disertai acute abdomen.

2. indikasi relative
a. kegagalan kemoterapi
b. ancaman perforasi uterus, berdasarkan gambaran USG
c. uterus lebih besar dari 14 minggu
d. jumlah anak cukup

b) Reseksi parsial uterus

5
Dilakukan jika massa tumor di uterus tidak terlalu besar, soliter,
jelas berkapsul dan penderita masih menginginkan fungsi
reproduksinya.

c. Ekstirpasi pada metastasis vulva atau vagina


Teknik yang umum dilakukan adalah dengan membuat pullstring
ligation pada dasar tangkai, lalu memotong tangkai di atas ikatan
tadi. Teknik ini efektif pada tangkai yang tidak terlalu besar namun
sukar dilakukan pada metastasis vagina yang berdasar lebar.

d. Lobektomi atau kraniotomi


dilakukan jika telah bermetastasis ke paru-paru dan otak yang
resisten terhadap kemoterapi.

2) Kemotrapi

Adapun indikasi dari dilakukanya kemotrapi :


a. Meningkatnya kadar βhCG setelah evakuasi
b. Titer βhCG sangat tinggi setelah evakuasi
c. βhCG tidak turun selama 4 bulan setelah evakuasi
d. Meningginya βhCG setelah 6 bulan setelah evakuasi atau turun
tetapi lambat
e. Metastase ke paru paru, vulva,vagina kecuali jika kadar βhCG
nya turun
f. Metastase kebagian organ lainya (hepar,otak)
g. Perdarahan vaginal yang berat atau adanya perdarahan
gastrointestinal
h. Gambaran histology koriokarsinoma
i. besar uterus di bawah 14 minggu
j. tidak ada tanda-tanda perforasi atau ancaman perforasi.
k. wanita muda dengan paritas (kelahiran) rendah, atau yang masih
menginginkan anak
l. protokol terapi disesuaikan menurut skor faktor risiko FIGO

3) Radiasi

Setelah diagnosis ditegakkan, whole brain irradiation dengan dosis


3000 cGy haruslah segera diberikan, dalam 10 kali fraksi.

2.7 Definisi Kemotrapi


salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker
dengan cara mengganggu fungsi reproduksi sel. dan Kemoterapi
merupakan cara pengobatan kanker dengan cara memberikan sesuatu zat
atau obat yang berfungsi dan mempunyai khasiat untuk membunuh sel-sel
kanker.

6
Kemoterapi adalah suatu metode pengobatan yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker dengan obat kanker dengan cara menghambat
proliferasi sel. (Munir, 2005). Kemoterapi merupakan pengobatan kanker
dengan menggunakan obat sitostatika (zat-zat yang dapat menghambat
proliferasi sel-sel kanker. Obat-obatan kemoterapi biasanya diberikan
melalui suntikan atau infus. Kemoterapi lebih sering diberikan setelah
operasi untuk menghilangkan kanker atau menurunkan kemungkinan
munculnya kanker kembali.

2.8 Tujuan Kemotrapi


1) Sebagai pengobatan kanker

2) Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.

3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hiduppasien.

4) Mengurangi komplikasi akibat metastase.

2.9 Macam macam Kemotrapi


1) Kemoterapi Induksi

Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah


sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass
Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut
juga dengan pengobatan penyelamatan.

2) Kemoterapi Adjuvan

Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan


atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang
masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).

3) Kemoterapi Primer

Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan


pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu
sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.

4) Kemoterapi Neo-Adjuvan

Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti


pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi
lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar
sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
7
2.10 Syarat Kemotrapi
1) Keadaan umum harus cukup baik, Usia <70 tahun

2) Memahami tujuan dan efek samping yang terjadi

3) Semua hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang


normal
4) Mendapat persetujuan baik dari pasien maupun dari keluarga.
Hal ini sangat penting, karena kemoterapi merupakan salah satu
pengobatan pada kanker yang membutuhkan biaya yang mahal,
memiliki efek samping yang sangat besar pada kondisi pasien
nantinya, dan termasuk obat yang berbahaya.

2.11 Efek samping


2.11.1 Mual Muntah.

Penyebab mual dan muntah yang diakibatkan dan juga merupakan


efek dari pemberian kemoterapi ini adalah karena pengaruh obat
kemoterapi yang digunakan tersebut terhadap dinding lambung dan
juga bagian otak yang mengontrol muntah.
Cara perawatan kanker atau cara mengatasi efek samping dari
mual muntah ini bisa dilakukan dengan :
1. Makan dalam porsi kecil (namun sering).
2. Menghindari makanan yang berlemak dan juga berbau tajam.
3. Minum air yang banyak agar tubuh tidak kekurangan cairan.
4. Jika keadaan bertambah berat, mintalah dokter untukmemberikan
obat untuk mengatasi mual dan muntah tersebut.

2.11.2 Mencret (Diare) dan Sulit BAB.

Tanda gejala penyakit kanker atau lebih tepatnya diare atau


mencret akibat kemoterapi ini disebabkan oleh karena pengaruh
kemoterapi terhadap sel pelapis usus. Tips mengatasi efek samping
kemo ini adalah sebagai berikut:
a. Bila terjadi diare :
Minum banyak air dan juga makan makanan yang lunak seperti
halnya pisang, bubur atau pun roti.
b. Bila sulit BAB (sembelit) :
Cara mengatasi sembelit adalah dengan mengkonsumsi makanan
tinggi serat seperti sayur dan buah-buahan.

8
2.11.3 Rambut Rontok.

Akibat kemoterapi yang mudah dan sering kali kita jumpai


pada pasien tekait kanker yang sedang menjalani metode pengobatan
kemoterapi ini adalah rambut yang rontok dan mudah rontok. Karena
memang kemo bisa menyebabkan terjadinya kerontokan rambut. Dan
ini pada umumnya akan bisa tumbuh lagi rambutnya setelah selesai
menjalani terapi kemoterapi itu sendiri.
Cara mengatasi rambut rontok adalah dengan :
a. Memilih model rambut yang pendek sehingga kerontokannya tidak
terlalu mencolok.
b. Bila pada pasien penyakit kanker wanita bisa juga dengan
menggunakan kerudung, selendang. Pada laki-laki bisa dengan
memakai topi, sorban atau juga alternatif lainnya dengan memakai
rambut palsu untuk dalam rangka menutupi kerontokan rambut
tersebut.

2.11.4 Sariawan

Obat kemo bisa juga merusak sel-sel pelapis rongga mulut


sehingga menimbulkan sariawan. Cara mengatasi sariawan karena
kemo adalah bisa dengan kita melakukan hal-hal seperti :
a. Gosok gigi setiap selesai makan menggunakan sikat gigi berbulu
halus.
b. Setelah menggosok gigi berkumurlah dengan 1/2 sendok teh soda
kue atau garam yang dicampur dengan satu gelas air.
c. Jangan menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol.
d. Memilih makanan lunak atau lembek yang tidak terlalu
merangsang mulut.

2.11.5 Kekurangan Darah


Pengobatan kanker juga bisa mengurangi sel darah merah (sel
darah yang mempunyai tugas dan fungsi menghantarkan oksigen
keseluruh tubuh). Sehingga efek samping yang dirasakan oleh para
pasien yang menjalani pengobatan dan perawatan kanker adalah letih,
lesu, lemah, berkunang-kunang sesak dan tanda gejala lainnya. Untuk
mengatasinya bisa dilakukan dengan cara cukup istirahat (karena
manfaa tidur adalah besar bagi tubuh manusia), dan juga
mengkonsumsi makanan yang bergizi agar mampu melawan keletihan
dan kelemahan akibat dari kekurangan darah.

2.11.6 Mudah Terserang Infeksi.

9
Karena pengaruh dalam terapi kemo ini akan bisa
mengakibatkan penurunan sel darah putih sehingga tubuh akan lebih
mudah untuk terserang infeksi dan juga kuman penyakit. Berikut
beberapa cara tips mencegah infeksi adalah dengan :
a. Cuci tangan sesering mungkin.
b. Menghindari mereka yang sedang sakit agar tidak tertular.
c. Memakai masker untuk menghindari tertular penyakit pernafasan.

2.11.7 Kelelahan

Perasaan letih akan terjadi karena beberapa sebab diantaranya


yaitu karena penyakit kanker itu sendiri, penanganan penyakit, aspek
emosional yang terkait dengan kanker dan nyeri kanker, serta
karenaanemia (kurang darah). Mengatasi rasa letih tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
a. Lakukan istirahat di kursi yang nyaman
b. Lakukan olahraga ringan seperti berjalan
c. Cobalah melakukan aktifitas ringan yang menyenangkan Mintalah
teman atau keluarga untuk membantu melakukan pekerjaan yang
berat
d. Hemat tenaga yang dimiliki

2.11.8 Perubahan pada Kulit dan Kuku


Beberapa jenis obat kemoterapi dapat menyebabkan perubahan
pada kulit dan kuku. Kulit mungkin akan berubah menjadi lecet,
kering, kemerahan atau adanya rasa nyeri yang tidak nyaman dan
mengakibatkan hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi adalah berubahnya
warna kulit menjadi lebih gelap daripada sebelumnya. Hal tersebut
biasanya terjadi setelah tiga minggu dimulainya pengobatan.
Hiperpigmentasi ini akan berkurang setelah 10-12 minggu obat
dihentikan. Kuku mungkin akan berubah menjadi kehitaman, kuning
atau pecah-pecah.

a. Masalah ringan pada kulit dapat diatasi dengan :


a) Gunakan sabun yang lembut untuk kulit
b) Gunakan lotion atau krim kulit yang lembut
c) Hindari penggunaan produk untuk kulit yang mengandung
alcohol atau parfum
d) Hindari terkena sinar matahari dalam waktu yang lama
e) Jika berada di luar, gunakan pelembab bibir, krim pencegah
sinar matahari (sunblock), pakaian yang panjang dan penutup
kepala.
f) Mandi dengan air hangat.
10
b. Masalah pada kuku akibat efek samping kemoterapi dapat
dikurangi dengan :
a) Kuku dalam keadaan bersih dan pendek
b) Gunakan sarung tangan untuk mencuci, berkebun atau
membersihkan rumah
c) Jika masalah kulitdan kuku terus berkembang, konsultasikan
dengan dokter

2.11.9 Bengkak

Bengkak dapat disebabkan oleh kemoterapi. Beberapa jenis


kanker atau akibat adanya perubahan hormon dapat menyebabkan
bengkak baik pada wajah, lengan, tangan, kaki atau perut. Hal-hal
yang dapat mengurangi bengkak yaitu :
1) Gunakan stocking atau kaus kaki khusus dapat didiskusikan dengan
dokter atau perawat
2) Gunakan pakaian yang tidak ketat
3) Hindari pemakaian alas kaki dengan hak tinggi
4) Tinggikan kaki dengan bantal atau ganjalan lainnya saat duduk atau
berbaring Tidak berdiri atau berjalan terlalu lama
5) Hindari makanan dengan kandungan garam tinggi
6) Cek label makanan, jika makanan tersebut mengandung sodium
lebih baik dihindari.

2.11.10 Gangguan pada Saraf

Beberapa pasien yang mendapatkan kemoterapi kemungkinan


pernah mengalami mati rasa atau lemas pada tangan atau kaki. Gejala
yang berhubungan dengan adanya masalah dengan persarafan,
diantaranya :
1) Kesulitan fokus terhadap objek, misalnya kesulitan mengancingkan
baju
2) Gangguan keseimbangan pada tubuh
3) Kesulitan berjalan
4) Nyeri pada rahang
5) Kehilangan pendengaran
6) Segera konsultasi ke dokter apabila mengalami gangguan tersebut.

2.12 Cara Pemberian kemotrapi

11
1) Intra vena (IV)

Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV


pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120
menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump
upaya lebih akurat tetesannya.

2) Intra tekal (IT)

Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor


dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.

3) Radiosensitizer
yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk
memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain
Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.

4) Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®,
Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®,
Gleevec®.

5) Subkutan dan intramuscular


Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-
Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.
Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian
Bleomycin.

6) Topikal

7) intra arterial

8) Intracavity

9) Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang
banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin.
Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk
memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk
mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak ,
contohnya Bleocin.

2.13 Konsep Teori

Teori manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan masalah-


masalah ibu dan anak serta keluarga berencana yang khususnya diberikan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan baik secara individu, keluarga

12
maupun masyarakat. Dimana didalam melaksanakan asuhan kebidanan
menggunakan 7 langkah Varney (Varney, 2007)
Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney, Penerapan manajemen
kebidanan pada gangguan reproduksi dengan 7 langkah Varney meliputi: a.
Langkah I (Tahap Pengumpulan Data Dasar)
Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh
untuk mengevaluasi ibu. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik dan pelviks sesuai indikasi, meninjau kembali proses
perkembangan perawatan saat ini atau dengan meninjau catatan rumah
sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan
laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan
adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan
dengan kondisi ibu (Varney, 2007). Data yang terkumpul bisa berupa data
subyektif dan data obyektif
1) Data Subyektif
Data subjektif adalah data yang diperoleh melalui tanya jawab
dengan klien atau anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk
mendapatkan biodata, alasan dirawat, data kebidanan, data
kebiasaan sehari-hari, bio-psiko-sosio-spiritual, serta pengetahuan
klien (Soepardan, 2008).

a) Identitas (biodata)
Nama : nama pasien harus jelas dan lengkap untuk
menghindari kesalahan dalam pemberian terapi.
Umur : sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang ditanyakan
untuk mengantisipasi diagnosis masalah kesehatan
dan tindakan yang dilakukan.
Suku atau bangsa: Merupakan kemungkinan adanya adat dan
kebiasaan yang berpengaruh dalam kesehatan.
Agama : berisi mengenai kayakinan ibu yang digunakan untuk
mempermudah dalam memberi support mental kepada
ibu dan keluarga.
Nama suami : harus ditulis dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama
yang sama.
Pendidikan dan pekerjaan : selain sebagai tambahan identitas,
informasi tentang pendidikan dan pekerjaan, baik istri
maupun suami, dapat menggambarkan keakuratan
data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola
pendekatan dalam anamnesis.
Alamat : tempat tinggal pasien harus ditulis dengan lengkap
dan jelas. Kejelasan alamat ini diperlukan agar
sewaktu-waktu dapat dihubungi.

b) Keluhan Utama
ibu mengeluh nyeri perut yang hebat disertai pusing kepala
dan keluar darah.

13
Keluhan yang dirasakan klien diperlukan untuk
menentukan tindak lanjut dalam memberikan asuhan
kebidanan. Keluhan yang biasanya muncul dalam kasus
perdarahan uterus disfungsional dapat berupa perdarahan akut
dan banyak, perdarahan irreguler dan menoragia (Robe, 2002).

c) Data Kebidanan
1) Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi
menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang
keluar, gangguan sewaktu menstruasi.
2) Status perkawinan ditanyakan untuk mengetahui ibu kawin
atau tidak kawin, usia menikah pertama, sudah berapa
lama ibu menikah dan berapa kali ibu menikah.
3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu disajikan
dalam bentuk table yang berisi tentang berapa kali ibu
hamil, umur kehamilan selama hamil, tanggal lahir bayi,
jenis persalinan, tempat persalinan, penolong persalinan
dan penyulit. Keadaan anak dan nifas yang lalu berisi
mengenai jenis kelamin putra putri ibu, berat badan waktu
lahir, panjang badan waktu lahir, keadaan anak sekarang,
riwayat laktasi, perdarahan dan lamanya ibu nifas.
4) Riwayat keluarga berencana yang perlu ditanyakan adalah
jenis kontrasepsi apa yang pernah dipakai ibu, alasan
pemberhentian, lama dan keluhan. Hal tersebut untuk
mengetahui apakah perdarahan yang diderita pasien
sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi hormonal atau
bukan (Hestiantoro, 2007).

d) Data Kesehatan
1). Data kesehatan sekarang adalah keadaan yang dirasakan
ibu sekarang dan riwayat penyakit kronis yang sedang
diderita ibu, misalnya ibu sedang menderita asma, DM,
hipertensi, TBC, hepatitis dan lain-lain.
2). Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui penyakit
yang pernah diderita pasien sebelumnya, misalnya DM,
hipertensi, jantung, asma, TBC, hepatitis dan lain-lain.
3). Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui
penyakit yang ada di keluarga pasien khususnya penyakit
menular.
4). Riwayat penyakit keturunan dikaji untuk mengetahui
apakah ibu memiliki riwayat penyakit menurun atau
memiliki keturunan kembar baik dari keluarga ibu maupun
suami.

e) Data Kebiasaan Sehari – hari


1). Nutrisi dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum
dan selama sakit apakah mengalami perubahan, frekuensi
makan dan minum, jenis makanan dan minuman, apakah

14
punya makanan pantangan, apakah ibu alergi terhadap
suatu makanan.
2). Eliminasi yang meliputi kebiasaan BAB, BAK, frekuensi,
warna urin, bau urin, konsistensi feses dan keluhan
misalnya obstipasi.
3). Istirahat dan tidur perlu ditanyakan frekuensi tidur dalam
sehari apakah ada keluhan atau tidak.
4). Personal hygiene ditanyakan untuk mengetahui kebersihan
tubuh yang meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, ganti
baju atau pakaian dalam, keramas, dan cara membersihkan
alat genetalianya.
5). Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu
melakukan hubungan seksual dalam seminggu dan ada
atau tidaknya keluhan.

2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi,
pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masyarakat dan
lingkungan (Syahlan JH, 2006). Data yang dikaji pada ibu dengan
Perdarahan Uterus Disfungsional adalah :
a. Keadaan umum
Pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan umum seperti
pemeriksaan status kesadaran dan keadaan umum ibu meliputi
pemeriksaan vital sign (Nadi, Suhu, Respirasi dan Tekanan
Darah) dan tinggi badan ibu, berat badan ibu serta lingkar
lengan atas ibu.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dengan melihat, meraba dan mendengar dimulai
dari ujung rambut sampai kaki.
a) Rambut : pola rambut, kerontokan, ada tidaknya infeksi
kulit kepala, ketombe, kutu rambut, lesi, bagian yang
botak dan karakter umum (misal : kering, berminyak).
b) Muka : bentuk, kontur, kesimetrisan, kondisi (pucat, lesu,
segar), ada tidaknya ruam atau lesi dan kelengkapan
organ.
c) Mata : ukuran, bentuk dan kesamaan ukuran pupil, warna
konjungtiva merah jika tidak anemi dan putih jika anemi,
warna sklera putih pada batas normal.
d) Hidung : ada tidaknya sumbatan pada hidung atau polip
(kesulitan nafas), perdarahan melalui hidung,
kesimetrisan bentuk, dan cedera.
e) Mulut dan gigi : ada tidaknya perdarahan gusi, lesi, nyeri,
kesimetrisan bibir, kelengkapan bibir, caries gigi, dan
posisi lidah.
f) Telinga : evaluasi pasien tentang ketajaman
pendengarannya dan perubahan terbaru terhadap
pendengaran, bentuk, kesimetrisan telinga,benjolan dan
kebersihan telinga.

15
g). Leher : ada tidaknya nyeri atau kekakuan pada leher,
pembesaran atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening,
pemebesaran tyroid.
h).Dada : pemeriksaan payudara mengenai bentuk,
kesimetrisan, ada tidaknya benjolan, nyeri tekan,
menonjol atau tidaknya putting dan hiperpigmentasi
areola.
i). Abdomen : kesimetrisan, ukuran, kontur, ada tidaknya
lesi, pigmentasi, memar, bekas luka, massa, nyeri tekan,
pembesaran organ dalam, kekakuan, dan aktivitas
peristaltik.
j). Genetalia : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau,
jumlah dan karakter) dan ada tidaknya lesi. Pemeriksaan
dalam (vagina toucher dan inspekulo) dikaji untuk
mengetahui kondisi vagina urethra, dinding vagina,
portio, Orifisium urethra eksterna, korpus uteri,
pengeluaran,dan discharge. Pemeriksaan panggul dan
kemaluan dengan spekulum, digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya trauma atau benda
asing (Rayburn, 2001).

c. Data Penunjang
1). Pap Smear, biopsi endometrium, quantitative beta human
chorionic gonadotropin (QBHCG), hitung darah lengkap,
uji koagulasi, TSH, dan DHEAS bila ada maskulinisasi
2). Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ultrasonografi pelvis
dapat menemukan adanya pembesaran satu atau kedua
ovarium.
3). Tes Kehamilan terhadap HCG Suatu tes negativ membantu
dalam menyingkirkan kemungkinan kehamilan.

b. Langkah II (Tahap Interpretasi Data)


Interpretasi data menjadi masalah atau diagnosa yang teridentifikasi
secara spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnose tetapi dibutuhkan
sebagai pertimbangan dalam mengembangkan rencana perawatan yang
komprehensif kepada pasien (Varney, 2007).

1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan (Salmah, 2006). Ditulis secara lengkap
berdasarkan anamnesa, data subyektif, pemeriksaan fisik dan diagnosa
penunjang.
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis
(Salmah, 2006)

16
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data (Salmah, 2006). Kebutuhan muncul setelah
dilakukan pengkajian (Varney, 2007).

c. Langkah III (Tahap Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah


Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya) Mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial lain berdasarkan seperangkat masalah dan
diagnosa terbaru adalah suatu hal untuk antisipasi, pencegahan jika
mungkin, pengawasan penuh dan persiapan untuk kejadian apapun.
Langkah ini vital untuk perawatan apapun (Varney, 2007).

d. Langkah IV (Tahap Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)


Langkah keempat menggambarkan sifat berkelanjutan dari manajemen
proses tidak hanya selama perawatan primer tetapi selama para bidan
terus-menerus bersama pasien tersebut. Beberapa data mengindikasikan
situasi darurat dimana bidan harus bertindak secepatnya untuk
keselamatan ibu, data lain mengindikasikan situasi yang membutuhkan
tindakan segera sambil menunggu bantuan dokter, situasi lain tidaklah
darurat tapi mungkin membutuhkan konsultasi atau manajemen
kolaborasi dengan dokter (Varney, 2007).

e. Langkah V (Tahap Menyusun Rencana Tindakan)


Langkah kelima mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif
yang ditentukan oleh langkah sebelumnya. Suatu rencana perawatan yang
komprehensif meliputi hal-hal yang diindikasikan oleh kondisi pasien
dan masalah lain yang berkaitan. Apapun yang berkaitan dengan aspek
apapun dari perawatan harus disetujui oleh kedua pihak baik oleh bidan
atau wanita tersebut agar bersifat efektif (Varney, 2007).

f. Langkah VI (Tahap Implementasi)


Langkah keenam adalah pelaksanaan perawatan yang komprehensif. Hal
ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atauwanita yang bersangkutan,
bidan atau anggota tim kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, dia bertanggung jawab atas pengarahan pelaksanaannya. Pada
keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi kontribusi
terhadap penatalaksanaan perawatan ibu dengan komplikasi, bidan dapat
mengambil tanggung jawab mengimplementasikan rencana perawatan
kolaborasi yang menyeluruh. Implementasi yang efisien akan
meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan
kesehatan. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah
pendokumentasian secara berkala, akurat, dan menyeluruh (Varney,
2007).

g. Langkah VII (Tahap Evaluasi)


Langkah terakhir evaluasi adalah salah satu langkah pemeriksaan dari
rencana perawatan, apakah kebutuhan ”butuh-bantuan” yang

17
teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Rencana dianggap efektif
jika terlaksana dan tidak efektif jika tidak terlaksana (Varney, 2007).

Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Pasien


Dari hasil evaluasi sebelumnya dapat dilakukan asuhan kebidanan
menggunakan langkah SOAP. 7 langkah Varney disarikan menjadi 4
langkah, yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planing).
SOAP disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan
sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan klien. Menurut
KepMenKes RI No:936/MenKes/SK/VII/2007 adalah sebagai berikut:
a. S: Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien,
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
b. O: Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. A: Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
1) Diagnosa atau masalah.
2) Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.
3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan rujukan sebagai langkah 2,3 dan 4 Varney.
d. P: Planing
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi
perencanan berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6 dan 7
Varney.

18
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan Gestational Trophoblastic


Neoplasia High Risk dalam Kemoterapi EMACO II

Nomor Register : 12413454


MRS (Ruang Kandungan) : 27 Mei 2015 jam 11.00 WIB
Tanggal pengkajian : 28 Mei 2015 jam 09.00 WIB
Tempat : Ruang Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Oleh : Maulidha Faiqotul Azizah

I. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata/Identitas
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. A
Umur : 30 tahun Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Takerharjo Solokuro Lamongan

2. keluhan utama
Keluhan utama : Saat ini ibu mengatakan tidak ada keluhan.

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 30 hari
Banyaknya : sedikit, 2-3x ganti softek tidak penuh
Lamanya : 6-7 hari
Sifat darah : encer
Warna : merah kehitaman
Dismenorhea : sebelum menstruasi

19
Fluor albus :-
4. Riwayat perkawinan
Berapa kali menikah : 1x
Usia pertama menikah : 25 tahun
Lamanya pernikahan : 6 tahun

5. Riwayat Obstetri :
1. Hamil anggur, kuret 2x
2. Aterm, normal, rumah sakit, 2800, perempuan, 16 bulan.

6. Riwayat Kesehatan Ibu


Riwayat Kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan tidak mempunyai sakit
Hipertensi, Jantung, DM, Hepatitis, Asma,
TBC, dan tidak pernah sakit tumor. Ibu
mengaku tidak pernah sakit parah hingga
harus MRS sebelum hamil anggurnya ini.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tahun 2011 ibu merasa hamil muda lalu mengeluh keluar darah dari
kemaluan, ibu di periksa ke bidan lalu disarankan untuk ke Dokter
kandungan, di dapatkan ibu hamil anggur, dilakukan kuretase pertama,
seminggu setelah itu dilakukan kuretase lagi karena dari hasil usg masih ada
sisa. Setelah di lakukan kuret kedua ibu sudah dinyatakan bersih dan dapat
merencanakan kehamilan lagi setelah satu tahun kemudian.
Bulan april 2015 ibu merasakan nyeri perut yang berkelanjutan, akhirnya
ibu memeriksakan diri ke bidan di dapatkan gejala usus buntu, lalu beberapa
hari kemudian ibu memeriksakan diri ke klinik di lamongan di dapatkan
gejala usus buntu, karna di tambah dengan nyeri kepala juga akhirnya ibu
memeriksakan diri ke rumah sakit muhammadiyah lamongan di dapatkan
bahwa penyakit yang dulu pernah di alami ibu tumbuh kembali dan menjadi
ganas. Akhir nya ibu di rujuk k Poli Rs dr. Soetomo Surabaya ibu disarankan
untuk melakukan kemotrapi. Kemotrapi pertama tanggal 3 – 4 – 2015

20
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang sakit TBC, HT, Jantung, Asma,
Hepatitis, DM, serta tidak ada keturunan gemelli, tidak ada di keluarga ibu
yang pernah hamil anggur.

8. Pola Kehidupan sehari-hari


Pola Di Rumah Di Rumah Sakit Nafsu makan ibu
Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan menurun, mual (+), muntah (-). Ibu
porsi sedang, menu sayur, makan dengan diet TKTP 3 x/sehari
lauk, nasi dan buah. Minum kadang makan makanan selain porsi dari
air putih 6-8 gelas/hari . luar RS. Ibu menghabiskan porsi yang
dihidangkan kadang hanya ¾ porsi,
minum ± 5-6 gelas sehari.
Aktivitas Ibu tidak bekerja, ibu rumah Ibu beristirahat di tempat tidur.
tangga mengurus pekerjaan
rumah dan anak. Ibu tidak
pernah bekerja berat.
Istirahat Ibu jarang tidur siang, tidur Sejak masuk Rumah Sakit Ibu bisa tidur
malam selama 7- 8 jam. siang, tidur malam selama 7-8 jam.

Eliminasi Ibu BAB 1x/hari lancar, BAB 1x/hari lancar, konsistensi lembek,
konsistensi lembek, warna warna kuning
kuning BAK 3-4x/hari, lancar, warna jernih
BAK 4-5x/hari, lancar, tidak ada keluhan
warna jernih tidak ada
keluhan
Personal Ibu mandi 2x/hari, Ibu mandi 2x/hari, menggosok
Hygiene menggosok gigi tiap kali gigi tiap kali mandi, ganti baju tiap kali
mandi, keramas 2 hari sekali, kotor.
ganti baju tiap kali kotor .

9. Perilaku yang dapat Mempengaruhi Kesehatan


Ibu mengatakan tidak memiliki binatang peliharaan di rumah, ibu tidak suka
minum jamu tradisional dan tidak ada yang merokok di rumah ibu.

10. Psikologis
Ibu mengaku saat ini sudah bisa menerima kondisinya, ibu hanya berharap,
dirinya cepat sembuh setelah menjalani kemoterapi.

DATA OBYEKTIF

21
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran: Composmentis
Berat Badan : 43,5 kg
Tinggi Badan : 147 cm
Luas Permukaan Tubuh (BSA) : 1,333 m2
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,4 o C

2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe


o Kepala
Kulit kepala cukup bersih, rambut tipis/rontok, warna hitam, kebersihan
cukup.
o Wajah
Wajah tidak oedem dan tidak pucat, kelopak mata tidak cekung,
conjungtiva merah muda, sklera putih.
o Mulut dan gigi
Keadaan mulut bersih, bibir tidak pucat dan tidak kering, tidak ada tanda-
tanda infeksi, gigi tidak terdapat caries.
o Leher
Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe,
dan tidak ada pembesaran kelenjer tiroid.
o Dada
Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, wheezing (-), ronchi (-), tidak
ada retraksi dinding dada, jantung S1/S2 normal, tunggal, murmur (-),
gallop (-).
o Abdomen
Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada kembung, tidak ada teraba massa
dan tidak ada rasa nyeri di bagian bawah perut di atas shymphisis..
o Genitalia

22
Vulva dan vagina berwarna kemerahan, kebersihan cukup, tidak ada
varises, tidak ada oedem, fluxus (±), fluor (-), tidak ada condiloma
lata/acuminate, serta tidak tampak adanya metastase ke vagina.
o Anus
Tidak ada hemoroid
o Ekstrimitas
Atas : Tidak oedem, sudah terpasang fenflon sebelah kanan.
Bawah : Tidak oedem, tidak ada varises.

3. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pada tanggal 26 Mei 2015, Hasil Terlampir
4. Advice Dokter :
- EMACO II hari 1
- Etoposid 133,23 mg
- MTX bolus 133,29 mg
- MTX iv drip 266,55 mg
- ACT D 0,5 mg
- Diet TKTP

ANALISA DATA
Ny ’’N’’ P10011 GTN HR dalam kemotrapi EMACO II hari 1

PENATALAKSANAAN
Tanggal 28 Mei 2015
JAM TINDAKAN DAN EVALUASI
09.30 Menginformasikan pada ibu tentang asuhan yang diberikan,
ibu mengerti
09.35 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu diet TKTP, 1 porsi habis
09.40 Menjelaskan kepada ibu bahwa kemotrapi ibu kan diberikan
siang nanti pukul 10.40 wib. Ibu mengerti

Catatan Perkembangan
Tanggal 29 Mei 2015 Jam : 21.30 wib

23
S : Ibu tidak ada keluhan
O: KU : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital : Tensi : 110/70 mmHg Suhu : 36,6°C
RR : 20 x/menit Nadi : 82x/menit
Konjungtiva merah muda
Mual muntah tidak ada
Advis dokter : EMACO II hri-2
- Etoposide 133,28 mg
- ACT D 0,5 mg
- Pro Injeksi Leucovurin 30/5 jam (02.00)
A : P10011 GTN HR dalam kemotrapi EMACO II hari ke 2
P :
JAM TINDAKAN DAN EVALUASI
22.00 Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa
kondisi pasien baik, ibu memahami
22.05 Memfasilitasi kebutuhan istirahat ibu, ibu istirahat
30 – 05 -2015 Memberikan ibu injeksi leucovurin , injeksi telah diberikan
02.00

Tanggal 30 mei 2015


S : ibu mengatakan tidak ada keluhan
O : ku : baik
TTV : T : 110/80 mmHg N : 84x/menit
S : 37°C RR : 21x/menit
Konjungtiva merah muda
Mual Muntah tidak ada
Advice Dokter :
EMACO II hari 3
Injeksi leucovurin 15 mg
A : P10011 GTN HR dalam EMACO II hari 3
P :
Jam Tindakan dan Evaluasi
13.30 Menginformasikan pada ibu tentang aasuhan yang diberikan, ibu

24
mengerti.
13. 35 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi pasien diet TKTP, 1 porsi habis.
13.45 Memberikan kemotrapi leucovurin 15 mg secara IM, reaksi tidak
ada

Tanggal : 31 mei 2015


S : ibu mengatakan tidak ada keluhan
O : ku : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg S : 36,6 °C
Nadi : 82x/menit RR : 21x/menit
Konjungtiva merah muda
Mual muntah tidak ada
Advice dokter :
EMACO I hari 4
Injeksi leucovusin
A : P10011 GTN HR dalam kemotapi EMACO hari ke 4
P:
Jam Tindakan dan Evaluasi
13.45 Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik, ibu
mengerti
13. 50 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu diet TKTP , 1 porsi habis
14.0 Memberikan kemotrapi Leucovusin 15 mg secara IM, tidak ada
reaksi

Tanggal 01 juni 2015


S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
O : ku : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70mmHg S : 37 °C
Nadi : 84x/menit RR : 21x/menit
Konjungtiva merah muda
Advice dokter :
EMACO I hari 5 istirahat

25
Diet TKTP
A : P10011 GTN HR dalam kemotrapi EMACO I hari 5 istirahat
P :
Jam Tindakan dan Evaluasi
17.00 Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu
baik, ibu mengerti
17.05 Memfasilitasi kebutuhan nutrisi ibu diet TKTP, 3/4 porsi habis
17.10 Menjelaskan kepada ibu bahwa kemotrapi hari ini di istirahatkan, ibu
mengerti
17.15 Menjelaskan kepada ibu pentingnya nutrisi yang tinggi kalori dan
tinggi protein untuk ibu, ibu mengerti

26
HASIL LABORATURIUM

β HCG : 6,70

27
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan Penyakit Trofoblas Gestasional


High Risk dalam Kemoterapi EAMACO II

Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing praktik dan

pembimbing akademik di Ruang Kandungan RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, Juni 2015


Mahasiswa

Maulidha F.A
NIM. 1202300006

Mengetahui,

Pembimbing Akademik/ Pembimbing Klinik/


RSUD dr. Soetomo Surabaya

28

Anda mungkin juga menyukai