Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN KOLAM RETENSI PADA PERUMAHAN MUTIARA

WITAYU KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

Rio Novi Awan1), Imam Suprayogi2), Jecky Asmura3)


1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan,2)Dosen Jurusan Teknik Sipil,
3)
Dosen Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
Email : noviawanrio17@gmail.com

ABSTRACT

Flooding in Mutiara Witayu Recidence caused a big problem for the local
communities. This situation led the government taking an action to relocate and
plan a construction of retention pond as a settlement of the flood in the region.
The purpose of this study was to get a sufficient retention pond capacity to
accommodate the flood discharge at the sites. During it’s planning, hydrological
analysis was conducted with rainfall data from the Office of Hydrology station for
20 years. Log Person III probability distribution and 5 year retense were used for
the analysis. EPA SWMM program was used to analyze the flow of runoff existing
in this study. The flooding problem was due to the runoff water which could not
flow out into the outfall caused by the operation of the sluice. So it was necessary
to accommodate the construction of retention pond during the discharge of the
runoff of rainwater. The retention pond with a capacity of 23,000 m3 with a
maximum depth of 1 m and ponded area of 23,000 m2, was planned in the study
site. Based on the running program, it was found that the addition of a retention
pond with that capacity could effectively accommodate the flood discharge at the
sites. The cost required to build retention pond was Rp. 7,810,000,700.00 (Seven
Billion Eight Hundred and Ten Million Seven Hundred Rupiahs).

Keywords : Mutiara Witayu Recident, Flood, EPA SWMM, Retention Pond,


Engineering Estimate

PENDAHULUAN
Perumahan Mutiara Witayu menjadi outfall dari sistem drainase
merupakan salah satu wilayah yang ada di Perumahan Mutiara
permukiman di Kelurahan Sri Meranti Witayu. Sungai Umban Sari
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. terpengaruh oleh pasang surut air dari
Wilayah tersebut secara geografis Sungai Siak, sehingga pada bagian
terletak pada 0o 33ꞌ Lintang Utara dan hulu drainase Perumahan Mutiara
101o 24ꞌ Bujur Timur. Sungai Umban Witayu dioperasikan pintu air.
Sari merupakan salah satu anak Sungai Berdasarkan Detail Engineering
Siak yang berada cukup dekat dengan Design (DED) drainase Kota
wilayah permukiman tersebut. Sungai Pekanbaru (2015), Perumahan Mutiara
ini Witayu merupakan daerah dengan

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 1


karakteristik jenis tanah gambut dalam. studi, dengan mempertahankan
Pembangunan pondasi pada daerah kedalaman air (max depth) sebesar 1
yang memiliki karakteristik tanah m.
gambut dalam akan menyebabkan Tujuan dari penelitian ini yaitu
tingginya biaya investasi (Tinambunan, untuk :
2006). Permasalahan yang cukup 1. Menganalisa kondisi eksisting pola
kompleks serta daya dukung aliran air drainase di daerah kajian
lingkungan yang rendah akan studi.
menyebabkan pembangunan pondasi 2. Menentukan kapasitas kolam
untuk pompa akan berdampak pada retensi serta pola aliran rencana
biaya pembangunan dan pemeliharaan sebagai upaya pengendalian banjir.
yang relatif mahal. Selain itu bangunan 3. Menghitung rencana anggaran
yang didirikan pada tanah gambut biaya untuk pembangunan kolam
dalam akan berpotensi terjadinya retensi.
peristiwa settlement atau penurunan Batasan masalah dalam penelitian
tanah. ini adalah :
Bersumber dari pemangku a. Data curah hujan yang di gunakan
kebijakan, dalam hal ini Pemerintah berasal dari kantor Balai Wilayah
Kota Pekanbaru, Perumahan Mutiara Sungai Sumatera Kota Pekanbaru,
Witayu tidak layak untuk berupa data curah hujan dari tahun
dipertahankan menjadi komplek 1996 – 2015 dengan panjang data
perumahan. Sebagai upaya pemecahan 20 tahun.
masalah banjir, Pemerintah mengambil b. Luas lokasi penelitian dibatasi
kebijakan dengan melakukan relokasi pada daerah tangkapan air
warga Perumahan Mutiara Witayu ke (catchment area) yang
daerah yang tidak rawan banjir. Selain mempengaruhi banjir di wilayah
itu, Pemerintah berencana menjadikan studi.
wilayah tersebut sebagai daerah c. Analisa hidrologi yang dilakukan
tampungan air (kolam retensi) dan menggunakan program bantu EPA
pengembangan ekowisata di Kota SWMM.
Pekanbaru. d. Pola analisa hanya meninjau dari
Berdasarkan hal-hal tersebut aspek hidrologi dan hidrolika.
peneliti akan melakukan perencanaan e. Penentuan Rencana Anggaran
kolam retensi dengan pendekatan Biaya (RAB) hanya pada kontruksi
ecodrain di wilayah Perumahan Kolam Retensi.
Mutiara Witayu. Perencanaan kolam
retensi harus dilakukan dengan tepat TINJAUAN PUSTAKA
agar dapat menampung debit banjir di Gambaran Umum
lokasi studi. Penelitian yang akan Lokasi penelitian berada di
dilakukan menggunakan program bantu Perumahan Mutiara Witayu Kelurahan
SWMM (Storm Water Management Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota
Model). Pekanbaru. Perumahan ini terdiri dari 7
Perumusan masalah dalam rukun tetangga yang memiliki 598 unit
penelitian ini adalah Luasan kolam rumah serta jumlah penduduk 987 jiwa.
retensi (ponded area) yang tepat untuk Secara administratif batas-batas
menampung potensi banjir di wilayah

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 2


wilayah Perumahan Mutiara Witayu Tabel 1. Parameter Statistik Untuk
adalah sebagai berikut : Menentukan Jenis Distribusi
No. Distribusi Persyaratan
a) Utara : Berbatasan dengan Jalan 1. Log Normal
Cs ≈ 0,0
Ck ≈ 3,0
Rambah Sari Cs = Cv3 + 3 Cv
b) Selatan : Berbatasan dengan Jalan 2. Normal Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15 Cv4 +
16 Cv2 +3
Nelayan 3. Gumbel
Cs ≈ 1,396
Ck ≈ 5,4002
c) Barat : Berbatasan dengan Jalan Jika tidak menunjukkan sifat
4. Log Person III
Siak II dari ketiga distribusi diatas
Sumber : Triatmodjo, 2008
d) Timur : Berbatasan dengan Sungai
Umban Sari Kala ulang (return period)
merupakan waktu hipotetik dimana
hujan dengan suatu besaran tertentu
akan disamai atau dilampaui. Dalam
hal ini tidak terkandung pengertian
bahwa kejadian tersebut akan berulang
secara teratur setiap kala ulang tersebut
(Suripin, 2004).
Tabel 2. Kala Ulang Berdasarkan Tipologi
kota dan Luas Daerah Pengaliran
Tipologi Catchment Area (Ha)
Kota < 10 10 - 100 100 - 500 > 500
Metropolitan 2 th 2 – 5 th 5 – 10 th 10 – 25 th
Besar 2 th 2 – 5 th 2 – 5 th 5 – 20 th
Gambar 1. Lokasi Penelitian Sedang / 2 th 2 – 5 th 2 – 5 th 5 – 10 th
Sumber : google earth, 2016 Kecil
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, 2010

Analisis Frekuensi
Intensitas Hujan
Analisis frekuensi ini didasarkan
Intensitas hujan merupakan jumlah
pada sifat statistik data kejadian yang
hujan yang dinyatakan dalam tinggi
telah lalu untuk memperoleh
hujan atau volume hujan tiap satuan
probabilitas besaran hujan dimasa yang
waktu (Wesli, 2008). Menurut Suripin
akan datang. Dengan anggapan bahwa
(2004), intensitas hujan merupakan
sifat statistik kejadian hujan yang akan
salah satu karakteristik hujan yang
datang masih sama dengan sifat
perlu ditinjau dalam analisis dan
statistik kejadian hujan masa lalu.
perencanaan hidrologi.
Dalam analisis frekuensi, hasil Intensitas hujan (mm/jam) dapat
yang diperoleh tergantung pada diturunkan dari data curah hujan harian
kualitas dan panjang data. Makin (mm) empiris menggunakan metode
pendek data yang tersedia, makin besar Mononobe. Penggunaan rumus
penyimpangan yang terjadi. Dalam Mononobe dilakukan karena data hujan
ilmu statistik dikenal beberapa macam jangka pendek tidak tersedia dan yang
distribusi frekuensi dan empat jenis ada hanya data hujan harian.
distribusi yang banyak digunakan
dalam bidang hidrologi (Suripin, 2004) ( )
adalah : Normal, Log Normal, Log Keterangan :
Person III, dan Gumbel. I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 3


R24 = Curah hujan maksimum harian dengan : Permodelan curah hujan,
selama 24 jam (mm) permodelan permukaan tanah,
permodelan air tanah dan permodelan
Kolam Retensi jaringan transportasi air.
Kolam retensi adalah prasarana
drainase yang berfungsi untuk 1. Hidrologi
menampung dan meresapkan air hujan a. Rain Gage
di suatu wilayah. Kolam Retensi dapat Rain gage Merupakan pemodelan
dirancang untuk mempertahankan level yang mewakili curah hujan yang akan
muka air tanah dan sebagai ruang mensuplai area studi. format curah
sosial, tempat wisata atau tempat hujan dapat digunakan dalam simulasi
berekreasi dan olahraga bagi penghuni ini adalah intensitas curah hujan dan
kawasan dan masyarakat sekitar (Cipta volume curah hujan.
Karya, 2013). b. Subcatchment
Salah satu tipe kolam retensi Subcatchment Merupakan salah satu
menurut Cipta Karya (2010) adalah unit hidrologi di permukaan tanah yang
kolam retensi tipe di samping badan mempunyai topografi dan elemen
sungai. Tipe ini memiliki bagian- sistem drainase internal yang
bagian berupa kolam retensi, pintu mengalirkan limpasan permukaan ke
inlet, bangunan pelimpah samping, satu titik outlet.
pintu outlet, jalan akses menuju kolam 2. Hidrolika
retensi, ambang rendah di depan pintu a. Junction Nodes
outlet, saringan sampah, kolam Junction merupakan titik pertemuan
penangkap sedimen. aliran. Dalam keadaan sebenarnya
junction dapat menggambarkan
pertemuan antara saluran, manholes
pada sewer system, ataupun pada pipa
saluran tertutup.
b. Outfall Nodes
Outfalls nodes adalah terminal
terakhir dari rangkaian aliran sistem
drainase, menggambarkan titik akhir
Gambar 2 . Kolam Retensi T ipe di Samping berupa muara ataupun keluaran
B adan S ungai
Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2010 lainnya.
c. Flow Divider Nodes
EPA SWMM Flow divider nodes adalah suatu
Menurut Rossman dan Huber titik yang membagi sebagian aliran ke
(2016), Storm Water Management saluran yang lain. Suatu divider hanya
Model (SWMM) merupakan model dapat membagi aliran menjadi dua.
simulasi hujan aliran (rainfall-runoff) d. Strage Units
yang digunakan untuk simulasi Storage units merupakan suatu titik
kuantitas maupun kualitas limpasan dimana dapat menyediakan tampungan
permukaan dari daerah perkotaan. air dengan volume tetentu.
Konsep dari SWMM adalah e. Conduits
pemodelan dari siklus hidrologi yang Conduits adalah penghubung yang
ada di bumi, pemodelan ini berisikan mengalirkan air dari suatu node ke

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 4


node lainnya dalam sistem pengaliran, Mulai

f. Flow Regulator Studi Literatur

Flow regulators merupakan struktur Pengumpulan Data

atau sarana yang digunakan untuk Primer :


Pola Aliran Eksisting, Sekunder :
Dimensi Saluran Drainase, Data Curah Hujan, dan
mengeontrol atau mengalihkan aliran. Tata Guna Lahan, dan
Peta Topografi.
Data Pasang Surut

Jenis dari flow regulators dalam


SWMM adalah orifices, weirs dan Analisis dan Pengolahan Data

outlets. 1. Analisis Data Curah Hujan


2. Analisis Pola Aliran
3. Analisis Daerah Tangkapan Air (DTA)
4. Analisis Tata Guna Lahan

METODOLOGI PENELITIAN
Umum Input data Program Bantu EPA SWMM 5.0
1. Rain Gage
2. Subcatchment

Lokasi perencanaan kolam retensi 3. Junction


4. Conduit
5. Outfall
dari penelitian ini dapat dilihat pada 6. Storage Unit

Gambar 3 berikut. Simulasi Program


EPA SWMM

Q Aliran Tanpa
Storage (Kolam
Retensi)

flooding

Perencanaan Kolam Retensi


Input : - Max Depth =1m
- Poonded Area = variasi
(15.000 -25.000) m3

Redesign :
Simulasi Program
Ponded Area Storage
EPA SWMM
(Kolam Retensi)

flooding Ya

Tidak
Gambar 3. Lokasi Perencanaan Kolam Retensi
Desain Kolam Retensi
Berdasarkan Topografi
Sumber : google earth, 2016 Rencana Anggaran Biaya

Metode Penelitian Selesai

Proses pelaksanaan studi penelitian Gambar 4. Bagan Alir Penelitian


ini pada dasarnya memiliki 5 tahapan
utama, yaitu studi literatur, HASIL PEMBAHASAN
pengumpulan data, analisis data, Intensitas Hujan
pengolahan data mengunakan model Perhitungan intensitas hujan
EPA SWMM serta menentukan dilakukan dengan menggunakan rumus
rencana anggaran biaya (RAB), seperti Mononobe. Hasil perhitungan
pada Gambar 4. intensitas hujan dengan durasi tertentu
Pengolahan data dilakukan dengan dapat dilihat pada Tabel 3.
menggunakan program bantu EPA
Tabel 3. Perhitungan Intensitas Hujan
SWMM 5.0. Pengolahan data
Intensitas Hujan (mm/jam)
dilakukan dengan melakukan Durasi (t) 2 5 10 25 50
percobaan permodelan yang terbagi tahun tahun tahun tahun tahun
kedalam 3 jenis skematisasi. menit jam 98,76 122,34 134,86 148,13 156,51
1. Skematisasi kondisi eksisting 5 0,08 179,46 222,31 245,06 269,17 284,40
10 0,17 113,05 140,04 154,38 169,57 179,16
dipengaruhi pasang surut, 15 0,25 86,27 106,87 117,81 129,40 136,72
2. Skematisasi kondisi eksisting 30 0,50 54,35 67,33 74,22 81,52 86,13
45 0,75 41,48 51,38 56,64 62,21 65,73
tanpa dipengaruhi pasang surut, 60 1,00 34,24 42,41 46,75 51,35 54,26
dan 120 2,00 21,57 26,72 29,45 32,35 34,18
180 3,00 16,46 20,39 22,48 24,69 26,09
3. Skematisasi penanggulangan banjir 360 6,00 10,37 12,84 14,16 15,55 16,43
dengan penambahan kolam retensi. 720 12,00 6,53 8,09 8,92 9,80 10,35

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 5


Berdasarkan nilai intensitas hujan
pada masing-masing tahun kala ulang
tersebut, akan digunakan kala ulang 5
tahun. Hal tersebut didasarkan pada
kriteria penentuan kala ulang
berdasarkan tipologi kota dan luas
daerah pengaliran yang tercantum
dalam Direktorat Jendral Cipta Karya
tahun 2010. Wilayah studi memiliki Gambar 5. Model SWMM pada Lokasi
Penelitian
tipologi Kota Sedang atau Kecil karena
berada di pinggiran kota dan memiliki Adapun nilai dari masing-masing
luas daerah pengaliran sebesar 113,714 parameter iinput EPA SWMM adalah
Ha dan masuk dalam kisaran 100 – 500 sebagai berikut.
Ha.
Tabel 4. Data Junction dan Outfall
Penyusunan Parameter Program Node
Invert Max
(m) Depth (m)
EPA SWMM J1 8,32 1,3
1. Skematisasi Eksisting dengan J2
J3
7,39
6,90
1,2
1,0
Pasang Surut J4 5,43 1,3
J5 6,00 0,6
Berdasarkan hasil analisa, J6 5,60 0,6
penelitian ini akan membagi catchment J7
J8
5,38
4,20
0,8
0,8
area sebanyak 12 subcatchment, 15 J9 4,00 0,8
J10 5,00 0,7
junction, 1 outfall dan 15 conduit. J11 4,63 0,8
Model SWMM pada lokasi penelitian J12
J13
4,60
4,00
0,7
0,8
ditampilkan pada gambar 5. J14 3,90 1,0
J15 3,80 1,0
Out1 3,50 -

Tabel 5. Data input Subcatchment


Subcatchment
Data
1 2 3 4 5 6
Outlet J1 J2 J3 J4 J5 J6
Area (ha) 8,571 26,193 17,707 7,635 5,210 2,608
Width (m) 310,55 359,683 293,163 225,75 202,563 215,903
% Slope 0,395 0,086 0,211 0,128 0,161 0,184
% Impervious 44,54 19,45 12,47 2,47 21,33 10,31
N-Impervious 0,040 0,040 0,040 0,019 0,040 0,040
N-Pervious 0,090 0,090 0,090 0,090 0,120 0,120
D-Store Imp (mm) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
D- Store Perv (mm) 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2
% Zero Impervious 25 25 25 25 25 25
Method Infiltration HORTON HORTON HORTON HORTON HORTON HORTON

Lanjutan Tabel 6. Data input Subcatchment


Subcatchment
Data
7 8 9 10 11 12
Outlet J7 J8 J9 J11 J10 J12
Area (ha) 7,094 6,380 12,372 7,530 9,111 3,303
Width (m) 272,863 249,06 304,767 180,15 385,387 123,610
% Slope 0,213 0,342 0,129 0,336 0,013 0,036
% Impervious 3,44 4,39 15,97 69,54 24,06 20,01
N-Impervious 0,090 0,040 0,040 0,040 0,040 0,040
N-Pervious 0,014 0,090 0,090 0,075 0,090 0,090
D-Store Imp (mm) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
D- Store Perv (mm) 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2
% Zero Impervious 25 25 25 25 25 25
Method Infiltration HORTON HORTON HORTON HORTON HORTON HORTON

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 6


Tabel 7. Data Conduit
Max Bottom
Length Left Rigth Conduit
Conduit Shape Dept Width
(m) Slope Slope Raughness
(m) (m)
C1 230,06 Travezoidal 1,3 0,6 0,3 0,3 0,035
C2 572,40 Travezoidal 1,2 1,4 0,2 0,2 0,070
C3 695,99 Travezoidal 1,0 1,4 0,3 0,3 0,070
C4 580,35 Travezoidal 1,3 1,4 0,3 0,3 0,070
C5 247,79 Rect_Open 0,6 0,5 - - 0,011
C6 125,27 Rect_Open 0,6 0,5 - - 0,011
C7 243,76 Travezoidal 0,8 1,2 0,3 0,3 0,030
C8 200,74 Travezoidal 0,8 1,2 0,3 0,3 0,035
C9 80,00 Travezoidal 0,8 1,2 0,3 0,3 0,035
C10 310,31 Travezoidal 0,7 0,6 0,2 0,2 0,033
C11 178,32 Travezoidal 0,8 0,8 0,1 0,1 0,011
C12 233,32 Travezoidal 0,7 0,8 0,2 0,2 0,033
C13 278,70 Travezoidal 0,8 1,3 0,3 0,3 0,025
C14 20,90 Rect_Open 1 1,5 - - 0,014
C15 20,00 Rect_Open 1 1,5 - - 0,014

Skematisasi ini menggunakan mempertimbangkan pasang surut di


outfall jenis tidal, dimana ini bagian hulu drainase.
menandakan dioperasikan pintu air
untuk menghindari terjadinya 3. Skematisasi Penanggulangan
peristiwa backwater. Banjir dengan Kolam Retensi
Nilai Parameter input pada
2. Skematisasi Eksisting Tanpa skematisasi ini memiliki nilai yang
Pasang Surut sama dengan parameter input pada
Skematisasi ini memiiliki niai kondisi eksisting yang terpengaruh
parameter input sama seperti kondisi oleh pasang surut serta dilakukan
eksisting dengan pintu air. Perbedaan pengoperasian pintu air. Perbedaan
terletak pada jenis outfall yang terletak pada penambahan saluran
digunakan yaitu jenis free. Outfall (conduit) dan parameter storage unit.
jenis ini tidak menggunakan pintu air, Adapun data penambahan tersebut
sehingga menjadikan air tetap dapat dilihat pada tabel berikut.
mengalir ke bagian outfall tanpa
Tabel 8. Nilai Conduit Skematisasi dengan Kolam Retensi
Max Bottom
Condu Length Left Right Conduit
Shape Depth Width
it (m) Slope Slope Roughness
(m) (m)
C13 200 Travezoidal 1,0 1,3 0,3 0,3 0,025
C16 20 Travezoidal 1 1 0,3 0,3 0,014
C17 20 Travezoidal 1 1 0,3 0,3 0,014

Tabel 9. Nilai Input Conduit Skematisasi dengan Kolam Retensi


Conduit Inlet Node Outlet Node
C13 J13 J9
C16 J14 SU1
C17 SU1 J15

Tabel 10. Nilai Storage Unit


Invert
Storage Max Depth Ponded
elevation
Unit (m) Area
(m)
SU1 3,7 1 Variasi

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 7


Hasil Simulasi maksimum terjadi pada jam 01.15
1. Skematisasi Eksisting dengan dengan tinggi 0,47 m. Junction J13
Pasang Surut ketinggian maksimum terjadi pada jam
Hasil running simulasi model 02.15 dengan tinggi 0,58 m. Junction
SWMM untuk skematisasi kondisi J15 ketinggian maksimum terjadi pada
eksisting ini dapat dilihat pada Gambar jam 02.00 dengan tinggi 0,44 m.
berikut.

Gambar 8. Water Elevation Profile Node J5-


J6-J7-J8-J9-J14-J15-Out1
Gambar 6. Hasil Running Skematisasi Kondisi
Eksisting dengan Pasang Surut

Berdasarkan hasil simulasi EPA


SWMM pada kondisi eksisting ini
menunjukkan bahwa terjadi banjir pada
beberapa saluran drainase di lokasi
penelitian. Saluran drainase yang
melimpah yaitu pada conduit C9, C13,
C14 dan C15. Gambar 9. Water Elevation Profile Node
J10-J12-J13-J14

Kondisi banjir yang ditunjukkan


oleh hasil simulasi kondisi eksisting
menunjukkan terjadinya banjir di
beberapa saluran yang berada pada
elevasi terendah dari sistem drainase.

2. Skematisasi Eksisting Tanpa


Gambar 7. Water Elevation Profile Node J1- Pasang Surut
J2-J3-J4-J14 Berdasarkan hasil simulasi EPA
SWMM pada kondisi eksisting tanpa
Flooding mulai terjadi pada 1 jam pasang surut menunjukkan bahwa tidak
pertama terjadinya hujan pada junction terjadi banjir pada seluruh saluran di
J9, J13 dan J15 dengan tinggi flooding lokasi penelitian. Hal ini menunjukkan
masing-masing junction adalah 0,46 m, bahwa banjir tidak akan terjadi di
0,41 m dan 0,29 m. Ketinggian wilayah penelitian jika bagian outfall
flooding mencapai maksimum pada tidak dipengaruh oleh pasang surut.
masing-masing junction dengan waktu
yang berbeda. Junction J9 ketinggian

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 8


Gambar 10. Hasil Running Skematisasi Gambar 11. Skematisasi Penanggulangan
Kondisi Eksisting Tanpa Banjir dengan Penambahan
Pasang Surut Kolam Retensi

Pengoperasian pintu air sebagai menghasilkan kapasitas yang


upaya untuk menghindari proses mampumenampung debit banjir akibat
backwater menyebabkan air limpasan limpasan air hujan di lokasi penelitian.
hujan tidak dapat mengalir Hal tersebut ditandai dengan tidak
sebagaimana semestinya. Sehingga terjadinya flooding pada storage unit
didapat bahwa, permasalahan banjir di hingga akhir periode running.
lokasi penelitian tidak berasal dari
kurangnya kapasitas serta daya Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Running Storage
Unit
tampung saluran, melainkan limpasan Max Ponded
air dari wilayah tangkapan hujan di Running Volume Flooding
Depth Area
ke- (m3) (106 ltr)
lokasi penelitan yang tidak dapat (m) (m2)
1 1 15.000 15.000 7,237
mengalir keluar menuju outfall. 2 1 16.000 16.000 6,237
3 1 17.000 17.000 5,235
4 1 18.000 18.000 4,234
3. Skematisasi Penanggulangan 5 1 19.000 19.000 3,231
Banjir dengan Kolam Retensi 6 1 20.000 20.000 2,227
7 1 21.000 21.000 1,219
Skematisasi dengan penambahan 8 1 22.000 22.000 0,206
kolam retensi dilakukan sebanyak 11 9 1 23.000 23.000 0
10 1 24.000 24.000 0
kali dan dapat dilihat bahwa setiap 11 1 25.000 25.000 0
saluran drainase tidak mengalami
flooding, walaupun pada outfall Persentase penanggulangan dengan
drainase dioperasikan pintu air. Hal ini menggunakan kolam retensi adalah
dikarenakan air limpasan pada drainase sebesar 100 % terhadap kondisi
dialirkan sementara ke storage unit eksisting. Penanggulangan dengan
(kolam retensi). menambahkan kolam retensi terbukti
Perbedaan dari setiap running yang sangat efektif untuk menyelesaikan
dilakukan dengan memvariasikan nilai permasalahan banjir di lokasi
ponded area ini menghasilkan beragam penelitian.
nilai flooding pada bagian storage unit,
hal ini disebabkan oleh kapasitas Rencana Anggaran Biaya
tampung storage unit yang tidak Rekapitulasi anggaran biaya
mampu menampung debit banjir di pembangunan perencanaan kolam
lokasi penelitian. retensi pada Perumahan Mutiara
Running ke-9 dengan max depth 1 Witayu Kecamatan Rumbai Kota
m serta luas ponded area 23.000 m2 Pekanbaru adalah anggaran biaya total
dari perencanaan pembangunan.

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 9


Tabel 12. Rekapitulasi Anggaran Biaya
No Uraian Pekerjaan Jumlah Biaya
1 Pekerjaan Persiapan Rp 46.017.597,92
2 Pekerjaan Tanah Rp 2.612.923.841,99
3 Pekerjaan Pondasi Kolam Retensi Rp 995.404.464,72
4 Pekerjaan Mattras Beton Rp 2.621.519.803,45
Pekerjaan Bangunan Inlet dan Outlet (4
5 Rp 24.134.844,07
Unit)
6 Pekerjaan Saluran Inlet dan Outlet Rp 251.921.163,04
Jumlah Rp 7.100.000.552,15
PPN 10 % Rp 710.000.055,21
Jumlah Total Rp 7.810.000.607,36
Di bulatkan Rp 7.810.000.700,00

PENUTUP hujan dialirkan menuju kolam


Kesimpulan retensi.
Berdasarkan hasil analisa dan b. Kondisi musim kemarau.
pembahasan tentang perencanaan Pintu air pada outfall tidak
kolam retensi ini didapat beberapa beroperasi sehingga air tidak
kesimpulan sebagai berikut : dialirkan ke kolam retensi,
1. Hasil simulasi EPA SWMM namun langsung menuju ke
dengan menggunakan kondisi badan sungai.
eksisting menunjukkan bahwa 3. Rencana anggaran biaya (RAB)
permasalahan banjir di lokasi yang dibutuhkan untuk
penelitian adalah murni pembangunan kolam retensi di
disebabkan oleh air limpasan yang Perumahan Mutiara Witayu
tidak dapat keluar menuju outfall Kecamatan Rumbai Kota
dikarenakan pengoperasian pintu Pekanbaru adalah sebesar Rp.
air. 7.810.000.700,00 (Tujuh Milyar
2. Berdasarkan simulasi EPA Delapan Ratus Sepuluh Juta Tujuh
SWMM dengan penambahan Ratus Rupiah).
kolam retensi yang memiliki
dimensi max depth 1 m dan Saran
ponded area seluas 23.000 m2, Saran yang dapat diberikan pada
menunjukkan bahwa flooding tidak penelitian selanjutnya :
terjadi di wilayah studi. Hal ini 1. Dalam pengimplementasian kolam
menunjukkan bahwa kapasitas retensi ini, perlu dilakukan
tersebut mampu menampung air penyelidikan tanah untuk
limpasan maksimum yang memperkirakan nilai daya dukung
berpotensi terjadi. pola aliran tanah (soil bearing capasity
dengan penambahan kolam retensi estimation) serta menentukan letak
direncanakan seperti kondisi muka air tanah (ground water
berikut : level) pada wilayah studi. hal ini
a. Kondisi musim penghujan. bertujuan untuk menentukan jenis
Pada kondisi ini pada bagian pondasi yang tepat dan kedalaman
outfall berpotensi dilakukan dasar penggalian kolam retensi.
pengoperasian pintu air, 2. Diperlukan penelitian selanjutnya
sehingga air drainase yang dengan mengkaji lebih lanjut
didominasi oleh air limpasan kondisi infiltrasi pada lokasi

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 10


penelitian, agar nantinya dapat Rossman, L. A. & Huber, W. C.
memasukkan nilai infiltrasi yang (2016). Storm Water
sesuai dengan kondisi lapangan Management Model Reference
pada program bantu EPA SWMM. Manual Volume I- Hydrology
3. Penelitian mengenai pengaruh (Revised).Cincinnati, OH : U.S.
perubahan % impervious dari tata Environmental Protection
guna lahan daerah tangkapan air Agency, National Risk
hujan perlu dilakukan untuk Management Research
mengantisipasi perkembangan Laboratory.
wilayah menjadi kategori kota Suripin. (2004). Sistem Drainase
metropolitan serta menentukan Perkotaan yang Berkelanjutan.
kapasitas kolam retensi. Yogyakarta : Andi Offset.
Tinambunan, R. S. (2006). Analisis
DAFTAR PUSTAKA Kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau Di Kota Pekanbaru.
Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Tesis, Jurusan Pengelolaan
Departemen Pekerjaan Umum.
Sumber Daya Alam dan
(2010). Tata Cara Pembuatan
Lingkungan Institut Pertanian
Kolam Retensi dan Polder
Bogor, Bogor.
dengan Saluran-Saluran
Triatmodjo, B. (2008). Hidrologi
Utama. Jakarta : Direktorat
Terapan. Yogyakarta, Beta
Jenderal Cipta Karya
Offset.
Departemen Pekerjaan Umum.
Wesli, 2008. Drainase Perkotaan
Direktorat Jenderal Cipta Karya,
(Edisi 1). Yogyakarta : Graha
Kementerian Pekerjaan Umum.
Ilmu.
(2013). Bidang Drainase I
Bahan Ajar Diseminasi Dan
Sosialisasi Keteknikan Bidang
Plp Sektor Drainase. Jakarta :
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum.
Google Earth. (2016).
www.googleearthpro.com.
Diakses pada 3 Mei 2016, Pkl.
18.25 WIB.
Kamiana, I. M. (2011). Teknik
Perhitungan Debit Rencana
Bangunan Air (Edisi 1).
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Laporan Akhir DED Drainase Kota
Pekanbaru. (2015). ”Laporan
Akhir DED Drainase Kota
Pekanbaru”. Pekanbaru : PT.
Riau Multi Cipta Dimensi, PT.
Multi Sarana Konsultan (KSO).

JOM FTEKNIK Vol 4 No. 1 Februari 2017 11

Anda mungkin juga menyukai