Anda di halaman 1dari 19

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

NASIONAL DAN HUBUNGANNYA


DENGAN IDEOLOGI AGAMA ISLAM
FILSAFAT PANCASILA

II
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah merupakan ucapan pertama yang kami ucapkan kepada
sang Pencipta atas semua rahmat, taufiq dan hidayah serta inayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan dengan baik tanpa adanya halangan yang melanda. Tak lupa sholawat dan
salam tetap tercurahkan limpakan kepada Rasulullah S.A.W yang telah menyelamatkan kita
dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang, yaitu Addinul islam wal iman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisafat Pancasila.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang judul. Pancasila sebagai ideologi nasional dan
hubungannya dengan ideologi agama islam Makalah ini diharapkan untuk dibaca oleh
semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang
beberapa konsep awal pengajaran.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada para pembaca, penulis mengharapkan saran dan
kritik demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa dan para penyaji khususnya.
Amin yaa Robbal ‘alamin.

Palangka Raya, 16 Oktober 2017

KELOMPOK

II
Table of Contents
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................I
KATA PENGANTAR ........................................................................................ II
DAFTAR ISI ...................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 2
1.4 Pembatasan Masalah ............................................................................................................ 3

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian ideology ............................................................................................................. 4


2.2 Butir-butir Penghayatan Pancasila ....................................................................................... 4
2.3 Alasan-alasan Ideologi Pancasila Sesuai Dengan Ideologi Agama Islam ........................... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 12


3.2 Implikasi ............................................................................................................................ 12
3.3 Saran .................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

II
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perlu kita sadari bahwa negara dimana kita berpijak ini bagaikan secuil tanah surga yang
terhempas kedunia fana, bukan hanya karena lukisan alamnya yang memikat mata, tapi juga
keaneka ragaman suku,bahasa,budaya,tradisi,kepercayaan, membuat indonesia seperti surga
yang didiami oleh orang-orang yang datang dari segala bangsa.

Banyak Filosof-filosof modern dieropa begitu bingungnya menilai Indonesia, negara ini
didiami oleh 1.128 suku, 726 ragam bahasa,dipecah dalam 17.504 pulau yang terbentang
lebih luas dibanding daratan eropa, namun yang mencengangkannya, 1.128 suku yang
terpecah dalam 17.504 pulau tersebut dalam era modern justru menjadi sebuah negara,
bahkan yang lebih mengejutkannya negara tersebut bukanlah sebuah negara federal, namun
merupakan sebuah negara kesatuan yang terotonom, dengan kata lain Indonesia telah berhasil
mempersatukan sebuah wilayah yang memiliki kompleksifitas tinggi untuk disatukan.

Yang luar biasanya lagi para pendiri negara ini telah mampu membangun sebuah ideologi,
ideologi yang menyatukan kearifan lokal dari seluruh suku, kebijaksanaan dari seluruh agama
dan kepercayaan, dikolaborasikan dan saling bertoleransi dalam satu wadah bernama
PANCASILA.

Negara ini menjadikan PANCASILA sebagai ideologi dasar negara. Menjadi pedoman dasar
pembentukan suatu kebijakan konstitusional, berbeda dengan negara lain yang
mengembangkan sistem politik, keuangan, dan agama sebagai ideologi mereka, justru
Indonesia menciptakan suatu ideologi baru yang mempersatukan perbedaan, para pendiri
negara ini tidak menghendaki sistem politik menjadi sebuah ideologi karena akan berakibat
pada feodalisme, mereka juga tidak menghendaki sistem pasar dan keuangan menjadi
ideologi karena akan hanya menguntungkan para pemodal kuat, mereka juga menolak agama
menjadi ideologi karena begitu beragamnya agama yang dimiliki. Drs.S.Z.S. Pangeran Alhaj
pernah bercerita, ketika dia sedang dimalaysia seorang mahasiswa asal iran bertanya pada
dirinya, kenapa Indonesia tidak menjadi negara Islam?, padahal dengan 80% dari jumlah
populasi dengan sangat mudah Indonesia meloloskan Islam sebagai Ideologi negara seperti

II
halnya Iran. Namun beliau hanya menjawab, kami ingin ideologi negara kami dihayati oleh
seluruh rakyat kami, kami tidak ingin memakai dua ideologi dalam satu konstitusi, ideologi
islam untuk penduduk muslim, dan ideologi lain untuk penduduk non muslim, lagi pula
ajaran-ajaran agama telah terkandung dalam butir-butir penghayatan PANCASILA, yaitu
dalam butir-butir sila pertama KETUHANAN YANG MAHA ESA, yang menegaskan
kembali ajaran tauhid Islam yang monotheis. Bahkan hal ini tidak dimiliki oleh Rukun
Negara yang merupakan Ideologi Malaysia yang menetapkan islam sebagai agama negara.
Sila pertama Rukun Negara hanya menyatakan Taat Kepada Tuhan, tanpa membedakan
apakah polytheis atau monotheis. Bagi para filosof hingga saat ini PANCASILA masih
merupakan ideologi yang paling kompleks dari sisi struktur bangunnya namun paling mudah

dari sisi pengamalannya, PANCASILA menetapkan keabaikan bukan sebagai aturan yang
wajib diikuti, namun merupakan sebuah keharusan yang dikarenakan kebutuhan manusiawi.
Sekali lagi pada dasarnya PANCASILA terbentuk dari seluruh kearifan yang ada diseluruh
bumi pertiwi termasuk kearifan-kearifan yang terkandung dalam agama, termasuk ISLAM,
dengan kata lain butir-butir PANCASILA merupakan penghayatan intisari ajaran Islam,
pelanggaran terhadap PANCASILA, maka sama dengan pelanggaran terhadap Syariat Islam.

1. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

Apakah Pancasila masih cocok menjadi ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia yang
terdapat beragam kepercayaan (agama) kusus nya agama islam ?

Apakah dengan terus menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dapat menuju
negara yang aman dan stabil.

Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah

Tujuan Penulisan Makalah

Untuk mengetahui sejauh mana Pancasila cocok dengan agama islam

Untuk mengetahui arti penting dari adanya Pancasila di negara Indonesia.

Kegunaan Penulisan Makalah

II
1. Bagi Penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata
kuliah filsafat Pancasila.

1. Bagi pihak lain

Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan antara
Pancasila dengan Agama islam

1. Pembatasan Masalah
2. Penulisan makalah ini dibatasi permasalahannya yaitu hanya membahas sangkut paut
agama islam dengan Pancasila.
3. Agama yang menjadi objek utama dalam penulisan makalah ini adalah salah satu
Agama yang ada di Indonesia (Islam).

II
BAB II

KAJIAN TEORI

1. A. Pengertian Ideologi

Kata ideologo berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta sebagai hasil kesadaran manusia
dan logos; ilmu). Istilah in diperkenalkan oleh filsuf perancis A. Destut lde Tracy (1801)
yang mempelajari berbagai gagasan (idea) manusia serta kadar kebenarannya. Pengertian ini
kemudian meluas sebagai keseluruhan pemikiran, cita rasa, serta segala upaya, terutama di
bidang politik . Ideologi juga diartikan sebagai filsafah hidupdan pandangan dunia (dalam
bahasa Jerman disebut Weltanschauung).

Biasanya, ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik dan kenegaraan sebagai
satu kehidupan nasional yang berarti kepemimpinan, kekuasaan, dan kelembegaan dengan
tujuan kesejahteraan.

1. B. Butir-Butir Penghayatan Pancasila


2. Ketuhanan Yang Maha Esa

(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.

II
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

II
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

II
Sekarang apakah ada salah satu butir dalam PANCASILA yang melanggar Syariat Islam
ataupun ajaran agama lain?. Lagi pula Penghayatan Islam diIndonesia begitu beragam, karena
begitu banyaknya sekte-sekte serta paham pemikiran yang berkembang di Indonesia, ada
sunni, syiah, salafi, suffi, lalu jika islam sebagai ideologi negara pandangan yang mana harus
diikuti, bukankah itu sama saja menjerumuskan Islam kedalam perang saudara
memperebutkan kekuasaan?.

Bukankah sejarah telah membuktikan bahwa ketika Islam dicampur adukan dengan
kekuasaan yang terjadi justru perpecahan, jangan samakan keadaan sekarang seperti saat
Baginda Rasulullah SAW masih ada, saat ini sudah tidak ada lagi sosok yang mampu
mempersatukan golongan-golongan yang berbeda pemahaman dan pemikiran, bahkan pada
saat kekhalifahan Islam masih berdiripun (Paska kepemimpinan Khulafaur Rasyidin), mereka
saling menyerang dan menghancurkan kekhalifahan lawan demi mendapat eksistensi sebagai
Amirul Mukminin, walaupun cara yang ditempuhnya justru berlawanan dengan sikap seorang
mukmin.

1. C. Alasan-alasan Ideologi Pancasila Sesuai Dengan IdeologiAagama Islam

Alasan Pertama : Alasan Al Qu’ran

INNALLADZIINA AMANUU WALLADZIINA HAADUU WANNASHOOROO WASH-


SHOBI-IINA MAN AMANA BILLAHI WAL YAUMAL AKHIR WA AMALAN
SHOLIHAN FALAHUM AJRUHUM ‘INDAROBBIHIM WALAA KHOUFUN ‘ALAIHIM
WALAHUM YAHZANUNA..(QS:AlBaqoroh:62)

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin (Islam) dan orang-orang Yahudi, dan orang-
orang Nashrani dan orang-orang Shobi-in, siapa saja diantaranya yang benar-benar beriman
kepada Alloh dan hari kemudian dan amal sholeh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati..

Dalamayat ini Alloh Ta’ala menerangkan:


(1). Orang-orang Islam
(2). Orang-orang Yahudi
(3). Orang-orang Nasrani.
(4). Orang-orang Shobi-in.

II
Siapa saja diantara orang-orang ini, apabila:

(1). Beriman kepada Alloh,

(2). Beriman kepada Hari Akhirat,

(3). Beramal Sholih,

semuanya itu akan menerima pahala dari Alloh Ta’ala, dan akan menerima jaminan selamat
di akhirat.

Maka jelaslah dalam ayat ini yang dipentingkan bukan nama. Apakah nama Islam, Yahudi,
Nasrani, Shobi-in, bukan nama-nama inilah yang menjadi jaminan akan menerima pahala dan
keselamatan melainkan hanya TIGA PERKARA lah yang menjadi jaminan keselamatan dan
menerima pahala, yaitu:
1- AAMANNA BILLAH
2- AAMANNA BILYAUMIL AKHIR
3- AMALAN SHOLIHAN.

Alasan ke dua : Alasan Hadhis

QOLA ROSULULLOH SHOLLALLOHU ALAIHI WASALLAM:


SAYA’LII ROMAAHUN LAA YABQO MINAL ISLAAMI ILLA ISMUHU (alhadits, an Ali
rodiyallohu anhu – Alhikam, jilid II/halaman 52).

Artinya:
Akan datang suatu zaman, di dalam zaman itu tiadalah yang tetap dari Islam kecuali namanya
saja.

Menurut hadits ini Rosulullah S.A.W telah menerangkan bahwa di akhir-akhir zaman,
manusia hanya gemar namanya saja yang Islam akan tetapi imannya dan amalnya bukan amal
Islam. Dikira kalau namanya Islam, sudah jadi orang Islam meskipun tidak amal sholih

Alasan ke Tiga

PANCASILA itu sendiri tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dari sila yang pertama
sampai sila yang ke lima, satupun tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam.

II
(1). Sila Ke-Satu: KETUHANAN YANG MAHA ESA.
Sesuai dengan ayat Al-Qur’an:
WA ILAHUKUM ILAAHU WAHIDUN (QS.Al Baqoroh 163)
Artinya: Dan Tuhanmu itu, Tuhan Yang Maha Esa.

(2). Sila Ke-Dua: KEMANUSIAN YANG ADIL DAN BERADAB.


Sesuai dengan ayat Al-Qur’an:
FALA TATTABIUL HAWAA – ANTA’DILUU (QS.An Nisaa 135).
Artinya:
Maka janganlah kamu mengikuti hawa, hendaklah kamu jadi manusia yang adil.

(3). Sila Ke-Tiga: PERSATUAN INDONESIA


Sesuai dengan ayat Al-Qur’an:
WAJA ALNAAKUM SYU-‘UUBA WA QOBAILA LITA’AROFU
(QS.Alhujrot:13)
Artinya:
Dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal.

(4). Sila Ke-Empat: KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT


KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN.
Sesuai dengan ayat Al-Qur’an:
WA AFROHUM SYUU ROO BAINAHUM (QS. Asy Syuraa 38)
Artinya: Dan perkara mereka dimusyawaratan antara mereka

(5) Sila Kelima: KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Ayat yang sesuai adalah:
INNALLOOHA YA’MURUKUM BIL’ADLI WA IKHSAN (QS.An Nahl 90).
Artinya: Sesungguhnya Alloh Ta’ala itu menyuruh kamu dengan adil dan baik

Alasan ke empat

Di dalam pancasila itu terisi enam kalimat dari Islam, yaitu:


(1). Kalimat Pertama “ADIL”
(2). Kalimat Ke-Duan “RAKYAT”

II
Qola Roasululloh SAW: KULLUKUM ROO’IN WAKYLLUKUM MAS-UULA
‘AN RO’YATIHI” (‘an ibnu ‘umar, …../kaf/236).
Artinya: Kamu semuanya itu penggembala dan kamu semuanya akan ditanya dari
soalgembalaanmu”.
(3). Kalimat “HIKMAH”
WAMAN YU-TII-IL HIKMATAN FAQOD UUTIYA KHOIRON KATSIRON
(QS.2. Albaqoroh :269).
Artinya: Barangsiapa yang didatangkan satu hikmah maka benar-benar didatangkan
kebaikan yang banyak.
(4). Kalimat “WAKIL”
WA KAAA BILLAHI WAKIILAA (QS.4. An Nisaa 81).
Artinya: Dan cukuplah dengan Alloh penyerahan itu.
(5). Kalimat “MUSYAWARAH”
WASYAAWIR HUM FIIL AMRI (QS. Ali Imron” 159).
Artinya: Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
(6). Kalimat “ADAB”
Qola rosululloh SAW: AKRIMU AULADAKUM WA ‘AHSINUU ADABAHUM
(An Anas – Jamiush-Shoghir/ Alif/49).
Artinya: Mulyakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab-adabnya.

Alasan ke lima

Yang menyusun Pancasila adalah orang-orang Islam, Pemimpin Islam Indonesia yang
pilihan, yaitu:
• Ir. Soekarno
• Drs. Mohammad Hatta
• Abi Kusno Tjokrosuyoso
• Kyai Abdul Kohar Mudzakir
• Kyai Abdul Wachid Hasyim
• Kyai Agus Salim
• Achmad Subardjo
• Mr. Mohammad Yamin.

Hanya satu yang Kristen, yaitu Mr. Maramis.

II
Alasan ke enam

Susunannya sesuai dengan kalimat-kalimat adalam Al-Qur’an:


ROBBIN NAAS MAALIKIN NAAS ILAAHIN NAAS
KETUHANAN YANG MAHA ESA ROBBI MAALIKI ILAAHI
MANUSIA AN NAAS AN NAAS AN NAAS

Alasan ke tujuh

Orang-orang beragama Islam.


Dan inti ajaran Islam adalah LAA ILAAHA ILLALLOH.
Sebagaimana tersebut dalam hadits:
QOLA ROSULULLOH SAW:
AFDLOLU MAQULTU ANA WANABIYYUUNA MIN QOBLII LAA ILAAHA ILLALLOH
Artinya:
Seutama-utama apa yang aku ucapkan dan yang diucapkan para Nabi sebelum aku ialah LAA
ILAAHA ILLALLOH.

Tauhid itu ialah Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka bagi orang Islam Sila Pertama: Ketuhanan
Yang Maha Esa itu ialah “AT TAUHID”, karena sebagai orang Islam tidak ada tuhan lainnya
ALLOH. Tidak akan ber’itikad: Ketuhanan lainnya Tauhid.

Ummat Islam ber-I’tikad bahwa Yang Maha Esa itu adalah Tauhid. Dijamin oleh Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, BAB : XI pasal 29 ayat nomor 1 dan 2.
(1). Negara Berdasarkan Atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2). Negara Menjamin Tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Alasan kedelapan

Ulama Islam jaman kemerdekaan merasa bahagia, merasa bangga, merasa gembira, merasa
syukur sampai meneteskan air mata, bahwa di Indonesia ini, I’tikad Tauhid, kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan hanya menjadi soal I’tikad individu, bukan menjadi
soal rakyat Indonesia, akan tetapi sudah menjadi soal Negara.

II
Perhatikanlah:
(1). Pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia merdeka. Di waktu rakyat Indonesia
merdeka itu, masalah Ketuhanan Yang Maha Esa masih jadi soal rakyat Indonesia.
“Atas Berkat Rahmat Alloh Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya.”
Dalam alinea ke-III ini rakyat Indonesia menyatakan kepada seluruh dunia, bahwa
kemerdekaannya itu adalah atas berkat rahmat Alloh.

(2). Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Hari Sabtu Pahing, Bulan Romadlon, tanggal
10 Negara Republik Indonesia berdiri. Maka berdirinya Negara Republik Indonesia itu
didirikan di atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Dalam alinea IV (Pembukaan UUD 1945) disebutkan: Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Dalam batang tubuhnya Undang-undang Dasar 1945, Bab XI- Agama – pasal 29 ayat (1):
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Maka jelaslah soal “Ketuhanan Yang Maha Esa” sudah bukan soal I’tikadnya rakyat saja:
artinya bukan hanya rakyat Indonesia yang ber Tuhan, bukan hanya bangsa Indonesia yang
ber Tuhan, akan tetapi Negara Republik Indonesia juga ber Ketuhanan Yang Maha Esa.

Adapun fakta-fakta yang tidak terbantahkan oleh siapapun, bahwa Negara Republik
Indonesia ber KETUHANAN YANG MAHA ESA, perhatikanlah dibawah ini:

Fakta Pertama: Adalah fakta konstitusionil, dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-IV yang
berbunyi: Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XI pasal 29 ayat (1):
Negara Berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

Fakta Kedua: Negara yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa itu mempunyai kewajiban-
kewajiban, tersebut dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XI pasal 29 ayat (2). Negara
menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama nya masing-masing dan untuk beribadah
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Kewajiban Negara ber Tuhan ditentukan kewajibannya, yaitu:
(1). Kewajiban menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing.

II
(2). Kewajiban menjamin tiap-tiap penduduk untuk beribadah menurut agamanya.
(3). Kewajiban menjamin tiap-tiap penduduk untuk beribadah menurut kepercayaannya.

Fakta Ketiga: Adanya departemen agama Republik Indonesia yang berkewajiban melayani
kehidupan beragama.

Fakta Ke-empat: Masjid-masjid, Musholla-musholla, Pesantren-pesantren, Madrasah


Madarasah tumbuh subur di Nusantara Indonesia dan mendapat bantuan-bantuan dari
Pemerintah. Di bangun musholla-musholla di kantor-kantor, di tempat-tempat umum seperti
terminal-terminal dan pelabuhan-pelabuhan

Fakta Kelima: Sekolah Umum mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi diwajibkan
Pelajaran Agama.

Fakta Keenam: Berpuluh-puluh ribu guru agama negeri yang mengajarkan ajaran Islam.

Fakta Ketujuh: Pelayanan Ibadah Haji, asrama-asrama haji di Indonesia maupun di Saudi
Arabia di bangun.

Fakta ke Delapan: Diadakan musabaqoh Tilawatil Qur’an, Musabaqoh Hifdzil Qur’an,


Musabaqoh Cerdas Cermat Al-Qur’an dari tingkat kecamatan, Kabupaten, Propinsi, sampai
tingkat Nasional dengan biaya yang banyak.

Fakta Kesembilan: Iedul Fitri, Iedul Adh-ha, Nuzulul Qur’an, Isro Mi’roj, Maulid Nabi dan
Tahun Baru hijriyah diadakan peringatan secara Nasional.

Fakta Kesepuluh: Da’wah agama tidak memakai izin, Al-Qur’an dicetak sebanyak mungkin.

Fakta Kesebelas: Negara membangun Masjid Negara yang terbesar dan megah dengan biaya
yang bermilyard-milyard yang didalamnya ditempatkan Kantor Majelis Ulama Pusat.

Alasan ke sembilan

Adalah wajib syukur kepada pemimpin-pemimpin kita yang menyusun Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 yang begitu hebat. Karena syukur kepada manusia itu adalah
perintah Alloh dan melaksanakan perintah Alloh adalah ibadah.
QOLA ROSULULLOH SAW.: MAN LAM YASY-KURINNAAS LAM YASY-KURILLAH (Al-

II
hadits).
Artinya: Barangsiapa tidak syukur kepada sesama manusia, berarti tidak syukur kepada
Alloh.

Alasan ke sepuluh

Bagi keyakinan kami belum ada Undang-undang di Negara-negara lain yang indah, bagus,
laksana Undang-undang Negara kita Republik Indonesia ini. Sebab di dalam Undang-undang
Negara kita ini, bisalah bertemu manjadi satu, Tiga Teori Kedaulatan:
1. Kedaulatan Tuhan 2. Kedaulatan Rakyat dan 3. Kedaulatan Hukum.

(1). Kedaulatan Tuhan:


Disebutkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, Alinea ke-III, Yang Maha Kuasa,
Maha Daulat adalah Tuhan, Atas Berkat Rahmat Alloh Yang Maha Kuasa.
(2). Kedaulatan Rakyat:
– Disebutkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, alinea ke-IV bunyinya: Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
– Dalam batang tubuh Undang-undang Dasar 1945, Bab I, judul Bentuk dan Kedaulatan,
pasal 1 ayat 2, bunyinya: Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(3). Kedaulatan Hukum:
Dalam Penjelasan resmi Undang-Undang Dasar 1945, Bab : Sistem Pemerintahan Negara.
“Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechstat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(mechstat).
– Kalau manusia-manusia itu dalam Al-qur’an disebutkan, KHOLIFATULLAH (wakil Alloh
Ta’ala) di bumi, yang di beri kekuasaan mengelola isi alam ini.
– Maka kedaulatan rakyat adalah mencerminkan kedaulatan Tuhan, atau pantulan dari
Kedaulatan Tuhan yang putusannya harus di TA’ATI.

Meskipun masih banyak alasan-alasan lain, akan tetapi SEPULUH MACAM ALASAN
inilah, bagi kami sudah cukup.

II
BAB III

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

 KESIMPULAN

Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara Indonesia yang terdiri
dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa. Sehingga jika ideologi Pancasila diganti
oleh ideologi yang berlatar belakang agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang
memeluk agama di luar agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.

Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika melaksanakannya


dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang aman dan sejahtera pasti akan
terwujud.

 IMPLIKASI

Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap Pancasila, maka perlu adanya
peningkatan pengamalan butir-butir Pancasila khususnya sila ke-1. Salah satunya dengan
saling menghargai antar umat beragama.

Untuk menjadi sebuah negara Pancasila yang nyaman bagi rakyatnya, diperlukan adanya
jaminan keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang ada di dalamnya. Khususnya
jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan beribadah.

 SARAN

Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan agama, diperlukan


usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara
Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang berada di dalamnya.

II
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Agama. Jakarta: PT. Gramedia.

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.

Drs.SZS Pangeran alhaj.1984. Pendidikan Pancasila, Cet. 1. Jakarta: Depdikbut Uneversitas


Terbuka

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

Al Hikmah, 2007. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro

SumberLain:http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htmhttp://
www.google.co.idhttp://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htmhttp://
www.teoma.comhttp:// www.kumpulblogger.com

II

Anda mungkin juga menyukai