PENDAHULUAN
Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan karena setiap orang yang
membuat kontrak terikat untuk memenuhi kontrak tersebut. Era reformasi adalah era
perubahan. Perubahan disegala bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik.
Salah satunya adalah dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada pembentukan
Seperti kita ketahui bahwa banyak peraturan perundang-undangan kita yang masih berasal dari
Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan
diakui oleh Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang
menyatakan bahwa peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada pemerintahan
Hindia Belanda (Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan para pelaku bisnis eropa/ Belanda
Dan seiring berjalannya waktu maka pelaku bisnis lokal pun harus pula mengerti isi
peraturan dari KUHPerdata terutama Buku III yang masih merupakan acuan umum bagi
1
1.2 Rumusan Masalah
2) Apa akibat hukumnya apabila kontrak tidak memenuhi syarat sahnya kontrak
tersebut ?
3) Bagaimana kasus yang terjadi antara PT.GPU (Gorby Putra Utama) dengan
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui kapan suatu kontrak bisa dikatakan sah menurut Burgerlijk
Wetboek.
2) Untuk mengetahui apa akibat hukumnya apabila kontrak tidak memenuhi syarat
sahnya kontrak.
3) Untuk mengetahui dan membahas kasus yang terjadi antara PT.GPU (Gorby Putra
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar Hukum Kontrak terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata atau bisa disebut buku
Burgerlijk Wetboek (BW). Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini,
timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan yang di
Perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum yang di lakukan oleh dua orang atau lebih
yang memiliki akibat hukum atas hak dan kewajiban bagi para pembuatnya. Dalam suatu
3) Tidak melakukan sesuatu, misalnya hari Minggu adalah hari libur, maka pekerja boleh
tidak bekerja.
Dalam kejadian sehari-hari. Setiap peristiwa hukum yang terjadi entah dengan jual beli,
sewa menyewa, perjanjian tukar menukar dan perjanjian utang piutang. Untuk sementara,
selalu dikatakan bahwa perjanjian itu sudah sah, jika telah tercapai kesepakatan. Namun masih
ada hal pokok yang harus diperhatikan sehingga sahnya perjanjian itu. Untuk mengetahui
apakah suatu perjanjian adalah sah atau tidak sah, maka perjanjian tersebut harus diuji dengan
beberapa syarat. Terdapat 4 syarat keabsahan kontrak yang diatur dalam pasal 1320 KUH
Perdata, yang merupakan syarat pada umumnya yang terdiri dari syarat subyektif dan syarat
objektif.
3
a) Syarat sah yang subyekif berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata
Konsekuensi apabila tidak terpenuhinya salah satu dari syarat subyektif ini adalah
bahwa kontrak tersebut dapat “dapat dibatalkan” atau “dimintakan batal” oleh salah
satu pihak yang berkepentingan. Apabila tindakan pembatalan tersebut tidak dilakukan,
maka kontrak tetap terjadi dan harus dilaksanakan seperti suatu kontrak yang sah.
Supaya perjanjian menjadi sah maka para pihak harus sepakat terhadap
berikut "Atas apa yang disebutkan diatas, Para Pihak setuju dan sepakat hal-
perjanjian. Tanpa ada kata-kata ini (atau kata-kata lain yang bermaksud
memberikan ikatan atau setuju saja atau sepakat saja), maka perjanjian tidak
memiliki ikatan bagi para pembuatanya. Setuju dan sepakat dilakukan dengan
penuh kesadaran di antara para pembuatnya, yang bisa diberikan secara lisan
dan tertulis. Suatu perjanjian dianggap cacat atau dianggap tidak ada apabila:
intimidasi mental.
tersembunyi.
4
c) Mengandung kekhilafan/kesesatan/kekeliruan (dwaling), bahwa salah
satu pihak memiliki persepsi yang salah terhadap subyek dan obyek
kekeliruan pada benda, misal membeli batu akik, ketika sudah dibeli,
perjanjian itu harus bersepakat, setuju mengenai hal-hal yang pokok dari
perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga
dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu yang sama
Jika seorang sebagai subjek hukum dianggap cakap berarti ia memiliki hak dan
oleh undang-undang.
tidak cakap. Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang yang
5
a) Orang yang belum dewasa (dibawah 21 tahun, kecuali yang ditentukan
lain).
or conservatorship).
atau izin suaminya. Akibatnya dari perjanjian yang dibuat oleh pihak
yang tidak cakap adalah batal demi hukum (Pasal 1446 BW).
dia telah berusia 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi telah menikah.
bawah kekuasaan orang tua atau wali sampai dia berusia 18 tahun. Berkaitan
dengan perempuan yang telah menikah, pasal 31 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974
perbuatan hukum.
Disebut dengan syarat objektif karena berkenaan dengan obyek perjanjian. Konsekuensi
hukum apabila tidak terpenuhinya salah satu objektif akibatnya adalah kontrak yang
dibuat batal demi hukum. Jadi sejak kontrak tersebut dibuat, kontrak tersebut telah batal.
6
3) Hal tertentu (Pasal 1332 - 1334 KUHPerdata)
haruslah berkenaan dengan hal yang tertentu, jelas dan dibenarkan oleh hukum.
Mengenai hal ini dapat kita temukan dalam pasal 1332 ddan1333 KUH Perdata.
perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit
yang halal. Jika objek dalam perjanjian itu illegal, atau bertentangan dengan
tujuan yang illegal, maka kontrak ini tidak sah. Maksudnya adalah bahwa suatu
kontrak haruslah dibuat dengan maksud / alasan yang sesuai hukum yang
berlaku. Jadi tidak boleh dibuat kontrak untuk melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan hukum. Dan isi perjanjian tidak dilarang oleh undang-
1337 KUH Perdata). Selain itu pasal 1335 KUH Perdata juga menentukan
bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab
7
undang yang berlaku. Untuk menentukan apakah suatu kausa perjanjian
karena istilah kesusilaan tersebut sangat abstrak, yang isinya bisa berbeda-beda
antara daerah yang satu dan daerah yang lainnya atau antara kelompok
masyarakat yang satu dan lainnya. Selain itu penilaian orang terhadap
Ada pula agar suatu kontrak dapat dianggap sah oleh hukum, haruslah memenuhi
beberapa persyaratan yuridis tertentu. Terdapat 4 persyaratan yuridis agar suatu kontrak
b) Wenang berbuat
8
d) Syarat izin dari pejabat yang berwenang untuk kontrak-kontrak tertentu
Akibat hukum tidak dipenuhinya syarat sahnya perjanjian diatur dalam pasal 1320 KUH
Perdata adalah tergantung syarat mana yang tidak dipenuhi. Apabila perjanjian dibuat tidak
memenuhi syarat subjektif (Tidak ada kesepakatan dan dibuat oleh mereka yang tidak cakap
atau tidak punya kewenangan), maka akibatnya perjanjian itu tidak sah, dalam arti perjanjian
itu dapat dibatalkan (vernietig baar, canceling). Perjanjian yang tidak memenuhi syarat
subjektif dapat dibatalkan melalui pengadilan, baik pembatalan secara aktif maupun secara
pasif.
Apabila perjanjian yang dibuat tidak memenuhi syarat objektif (tidak ada objek tertentu,
objeknya tidak diperbolehkan), maka akibatnya perjanjian itu tidak sah, dalam arti perjanjian
itu batal demi hukum (nietig,null and void). Artinya perjanjian yang tidak memenuhi syarat
objektif sejak semula dianggap tidak pernah ada, jadi tidak perlu dilakukan pembatalan.
Berikut penjelasannya.
1) Dapat dibatalkan
a) Asas Konsensualisme
Ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata
kesepakatan antara kedua belah pihak. ‘Sepakat kedua belah pihak’ merupakan
Pasal 1329 s/d 1331 KUH Perdata: “Setiap orang adalah cakap untuk
tersebut adalah tidak cakap. Orang-orang yang tidak cakap membuat perjanjian
9
adalah orang-orang yang belum dewasa dan mereka yang berada di bawah
“pengampuan”.
a) Perihal tertentu
dapat ditentukan (Pasal 1332 s/d 1335 KUH Perdata: “Benda-benda itu dapat
berupa benda yang sekarang ada dan nanti akan ada di kemudian hari”).
Yang dimaksud dengan kausa bukan hubungan sebab akibat, tetapi isi atau
maksud dari perjanjian (Pasal 1335 s/d 1337 KUH Perdata: “Untuk sahnya
Kontrak yang tidak begitu saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan, melainkan masih
mempunyai status hukum tertentu. Contohnya, yang seharusnya dibuat secara tertulis,
tetapi dibuat secara lisan, kemudian kontrak tersebut ditulis oleh para pihak.
4) Sanksi administratif
Bila persyaratan tidak dipenuhi, maka hanya mengakibatkan sanksi administratif saja
terhadap salah satu pihak atau kedua pihak dalam kontak tersebut. Misalnya, suatu
kontrak memerlukan izin atau pelaporan terhadap instansi tertentu, seperti izin atau
pelaporan kepada Bank Indonesia untuk suatu kontrak off shore loan.
Selain itu, menurut Pasal 1338 KUH Perdata,akibat hukum sahnya suatu perjanjian yaitu:
10
3. Perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikad baik,artinya bahwa cara menjalankan
2.3 Kasus
Kasus antara PT.GPU (Gorby Putra Utama) dengan PT.SKE (Sentosa Kurnia Energy)
perkebunan tersandung masalah dengan PT.KSE. Kasus ini muncul saat keduanya menjalin
kerjasama pada bulab maret 2012. Kala itu, PT.KSE memesan peralatan mesin traktor dan
peralatan kebun lainnya dari PT.GPU, kemudian pada bulan mei tahun 2012 peralatan mesin
perkebunan itu datang secara bertahap dan pada bulan juni 2012 pemesan peralatan mesin
Tak berselang lama dari itu, tepatnya tanggal 23 september 2012 peralatan mesin
perkebunan itu telah rusak setelah dipakai beberapa bulan. PT.KSE menuding perusahaan
PT.GPU ini mengingkari kontrak perbaikan mesin perkebunan mereka yang menurut
perjanjian memiliki garansi perbaikan hingga 1 tahun. Saat itu PT.KSE meminta mesin tersebut
diservis kembali lantaran baru dipakai selama 3 bulan, akan tetapi PT.GPU menolak.
Alasannya, kerusakan itu di luar yang diperjanjikan. Dalam kontrak, garansi diberikan jika
kerusakan karena kesalahan pengerjaan. Ini yang membuat pihak PT.KSE naik pitam. Pada
bulan desember 2012 PT.KSE pun menggugat ke PT.GPU dengan ganti rugi sebesar US$ 5
juta atau sekitar Rp 76 miliar ke Pengadilan Negeri Tangerang. Mediasi memang sempat
Dengan dasar itu, pada maret 2013 PT.KSE mengalihkan gugatannya ke Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Tapi ternyata gugatan itu ditolak oleh pengadilan.
Padahal di sisi lain, PT.GPU memiliki hutang perawatan mesin perkebunan milik PT.KSE
11
sejak Agustus 2011, dan tiba-tiba di tengah transaksi perjanjian tersebut PT.GPU memutuskan
secara sepihak beberapa kontrak perjanjian perbaikan dan pembelian peralatan perkebunan,
padahal peralatatan perkebunan itu sudah siap untuk diserahkan sehingga kerugian di pihak
PT.KSE mencapai ratusan juta rupiah disebabkan pengingkaran atas perjanjian secara sepihak
tersebut dan atas ini yang kemudian masuk hutangnya, dan sudah jatuh tempo sejak awal 2012.
Tapi tak kunjung dilunasi oleh PT.GPU hingga pertengahan tahun 2012.
Pada mulanya pihak PT.KSE tidak ingin memperkeruh permasalahan ini mengingat
hubungan antara PT.KSE dan PT.GPU sangat baik, namun setelah dilakukan melalui cara
kekeluargaan oleh pihak PT.KSE dengan cara mendatangi pihak PT.GPU di kantor PT.KSE,
tetap saja tidak ada respon timbal-balik dari PT.GPU. Padahal jika dilihat dari perlakuan yang
dilakukan oleh PT.KSE dengan membawa perkara peralatan mesin perkebunan itu ke
pengadilan bisa berbanding terbalik dengan perlakuan PT.GPU yang ingin menyelesaikan
perkara hutang PT.KSE dengan cara kekeluargaan tanpa di bawa ke pengadilan. Setelah pihak
PT.KSE bertenggang rasa selama tiga bulan, akhirnya permasalahan ini diserahkan kepada
Menurut Sugeng “PT.GPU sebagai salah satu perusahaan yang menyediakan peralatan
perkebunan, telah melakukan transaksi hutang yang semena-mena dengan didasarkan i’tikad
buruk, tidak pernah memikirkan kondisi dan kepentingan klien yang diajak bekerjasama
bahkan tiga somasi yang telah dilayangkan oleh pihak PT.KSE terhadap PT.GPU pun masih
tidak ada konfirmasi balik kepada pihak PT.KSE”, dengan dasar ini pula Sugeng selaku kuasa
12
Pembahasan Kasus
Perseteruan yang terjadi antara PT.GPU milik perusahaan ternama di bidang peralatan
perkebunan dengan PT.KSE tidak kunjung usai, hal ini disebabkan karena:
1) Kerjasama yang dilakukan oleh pihak PT.GPU dengan PT.KSE dilakukan dengan
2) Pihak PT.GPU tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, dalam hal ini PT.GPU
mesin perkebunan, padahal peralatan perkebunan sudah selesai dikerjakan dan siap
untuk diserahkan, hal ini menyebabkan kerugian ratusan juta (tak terhingga) oleh
PT.KSE.
4) Pembayaran hutang perawatan oleh pihak PT.GPU yang melampaui tempo yang
diperjanjikan.
Pada poin pertama di atas disebutkan bahwa, Kerjasama yang dilakukan oleh pihak
PT.GPU dengan PT.KSE dilakukan dengan transaksi bisnis berlandaskan i’tikad buruk. Pada
perjanjian untuk mengetahui dengan seksama akan pentingnya asas-asas perjanjian, yang mana
hal ini dapat mencegah adanya permasalahan yang akan terjadi diantara kedua belah pihak.
3) Asas Konsesualisme
Dari uraian diatas tampaklah hubungan antara perjanjian dan perikatan yang dilakukan
oleh PT.GPU dan PT.KSE yang mana hubungan diantara keduanya berawal dari PT.KSE
13
membeli peralatan mesin perkebunan dari PT.GPU. Selanjutnya PT.GPU memiliki hutang
perawatan dan pembelian peralatan mesin perkebunan yang kala itu penyerahannya sudah siap
seratus persen sehari sebelumnya, akan tetapi ada batas berakhir menjadi suatu permasalahan
Di sisi lain debitor melakukan kesalahan dengan tidak melaksanakan apa yang
diperjanjikan maka dikatakan wanprestasi ”ingkar janji”. Dan kreditur dapat menunutut debitor
yang telah melakukan ini (wanprestasi) melalui mekanisme, yakni somasi dengan bertujuan
meninggalkannya.
14
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Untuk mengetahui apakah suatu perjanjian adalah sah atau tidak sah, maka perjanjian
tersebut harus diuji dengan beberapa syarat. Terdapat 4 syarat keabsahan kontrak yang
diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yang merupakan syarat pada umumnya yang
Selain itu juga terdapat 4 persyaratan yuridis agar suatu kontrak dianggap sah, sebagai
berikut:
2. Akibat hukum tidak dipenuhinya syarat sahnya perjanjian diatur dalam pasal 1320
KUH Perdata adalah tergantung syarat mana yang tidak dipenuhi. Apabila perjanjian
dibuat tidak memenuhi syarat subjektif (Tidak ada kesepakatan dan dibuat oleh mereka
yang tidak cakap atau tidak punya kewenangan), maka akibatnya perjanjian itu tidak
sah, dalam arti perjanjian itu dapat dibatalkan (vernietig baar, canceling). Perjanjian
15
yang tidak memenuhi syarat subjektif dapat dibatalkan melalui pengadilan, baik
Apabila perjanjian yang dibuat tidak memenuhi syarat objektif (tidak ada objek
tertentu, objeknya tidak diperbolehkan), maka akibatnya perjanjian itu tidak sah, dalam
arti perjanjian itu batal demi hukum (nietig,null and void). Artinya perjanjian yang tidak
memenuhi syarat objektif sejak semula dianggap tidak pernah ada, jadi tidak perlu
3. Hubungan antara perjanjian dan perikatan yang dilakukan oleh PT.GPU dan PT.KSE
yang mana hubungan diantara keduanya berawal dari PT.KSE membeli peralatan mesin
pembelian peralatan mesin perkebunan yang kala itu penyerahannya sudah siap seratus
persen sehari sebelumnya, akan tetapi ada batas berakhir menjadi suatu permasalahan
16
DAFTAR PUSTAKA
Buku Hukum Perikatan; Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak, Kerja sama, dan Bisnis;
http://rechthan.blogspot.com/2015/10/4-syarat-sahnya-perjanjiankontrak.html
http://www.sindikat.co.id/blog/syarat-sahnya-perjanjian
https://butew.com/2018/05/07/syarat-syarat-sahnya-suatu-perjanjian-dan-akibatnya-menurut-
hukum-perdata/
https://contohmakalah5.blogspot.com/2014/12/makalah-hukum-kontrak.html
17
18