MUSTAOFIDATUL JAMALIAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
SINTESIS ETANOL MELALUI REAKSI HIDROGENASI
HEKSIL ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI
KATALIS
Skripsi
Oleh :
MUSTAOFIDATUL JAMALIAH
106096003230
2011 M/ 1432 H
SINTESIS ETANOL MELALUI REAKSI HIDROGENASI
HEKSIL ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI
KATALIS
Skripsi
Oleh :
MUSTAOFIDATUL JAMALIAH
106096003230
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya,
sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini merupakan
tahapan akhir dan tugas utama dari serangkaian kuliah yang harus diselesaikan
dalam menempuh pendidikan strata satu pada Program Studi Kimia, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam tugas akhir ini, penulis menyajikan Sintesis Etanol Melalui Reaksi
tugas akhir ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif.
1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
2. Bapak Drs. Dede Sukandar M.Si selaku ketua program studi Kimia UIN
3. Bapak Dr. Achmad Hanafi Setiawan selaku pembimbing I yang telah banyak
6. Bapak Yan Irawan, Ibu Savitri, Bapak Ghozali dan Ibu Ijah, atas bimbingan
adik-adikku tersayang (Ayu, Upe, Mila, Egie, Nadin dan Sallu) terimakasih
penulis.
8. Dini Novalia Pratiwi atas semua bantuan, masukan, dan pengertiannya selama
masa kuliah, penelitian serta penulisan skripsi, Achmad Fauzan atas do’a,
terselesaikan.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih. Semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta semoga Allah swt selalu melimpahkan taufik dan
Mustaofidatul Jamaliah
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .............................................................................................. 54
DAFTAR GAMBAR
........................................................................................................Halaman
Gambar 13. Spektrum FTIR Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan katalis
CuO/ZnO 1% ……………………………………………………. .. 36
Gambar 15. Spektrum Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis ZSM-5
1% ……………………………………………………………… 37
Gambar 20. Kurva Laju Distilasi Campuran Etanol dan Heksanol ............ 48
DAFTAR TABEL
........................................................................................................Halaman
Lampiran 19. Data dan Grafik Penentuan Laju Alir Distilasi ....................... 84
Mustaofidatul Jamaliah. Sintesis Etanol Melalui Reaksi Hidrogenasi Heksil
Asetat dengan Menggunakan Berbagai Katalis, dibawah bimbingan Dr. Achmad
Hanafi Setiawan dan Isalmi Aziz, M.T.
ABSTRAK
Dilakukan penelitian terhadap sintesis etanol melalui reaksi hidrogenasi
heksil asetat dan pemisahan campuran etanol-heksanol dengan distilasi. Proses
hidrogenasi berlangsung pada kondisi 160 oC selama 8 jam. Pada penelitian ini,
katalis yang digunakan dalam reaksi hidrogenasi adalah CuO/ZnO, nikel, dan
ZSM-5 dengan konsentrasi 1%. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
mendapatkan alkohol (etanol dan heksanol), mengetahui katalis yang lebih baik
dalam reaksi hidrogenasi heksil asetat dan mendapatkan kurva kalibrasi distilasi
produk. Hasil analisa FTIR menunjukkan telah terbentuknya alkohol yang
ditandai dengan adanya vibrasi gugus C-O (ν = 1238,30 -1240,23 cm-1) dan O-H
(ν = 3462,22 – 3643,35 cm-1). Hasil analisa GC-MS menunjukkan terbentuknya
heksanol dengan similaritas 92% pada hasil hidrogenasi dengan katalis ZSM-5
1%.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
besar menggunakan minyak bumi dan bahan bakar fosil lainnya yang merupakan
khususnya dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui merupakan hal yang
perlu dilakukan (Fatimah, 2007). Etanol merupakan salah satu energi alternatif
digunakan. Namun yang dikerjakan dalam skala besar hanya dua metode. Metode
pertama adalah reaksi etilen (C2H4) dengan air pada tekanan 7 Mpa dan suhu 250
– 300˚C dengan katalis asam posfat (H3PO4). Proses ini sangat efisien dan
produk gas alam cair yang mulai langka keberadaannya (Kiff et al., 1983).
“Production of Ethanol from Acetic acid”, etanol dapat dibuat dari asam asetat
yang direaksikan dengan olefin yang memiliki minimal empat atom karbon. Asam
asetat direaksikan dengan olefin melalui proses esterifikasi kemudian
dihidrogenasi, dan pada tahap akhir produk etanol dipisahkan secara distilasi dari
pembuatan etanol dengan biaya produksi rendah dengan bahan baku yang dapat
diperoleh dengan mudah, yaitu dengan melalui reaksi hidrogenasi ester (heksil
asetat) yang merupakan hasil esterifikasi dari asam asetat dengan suatu olefin
Penelitian ini merupakan salah satu tahap membuat etanol dengan mereduksi ester
yang dibentuk dari asam asetat (heksil asetat) melalui reaksi hidrogenasi ester
tersebut, yang merupakan salah satu penelitian yang sedang dilakukan oleh pusat
penelitian yang dilakukan oleh Kiff et al (1983) bahwa ester dapat dihidrogenasi
sebagai salah satu katalis logam yang umum digunakan dalam proses hidrogenasi
ester (Zhang, 2010), dan katalis zeolit (ZSM-5) merupakan salah satu zeolit
sintesis yang pada saat ini banyak digunakan di industri. ZSM-5 memiliki
aktivitas dan selektivitas yang tinggi pada beberapa reaksi hidrokarbon dan tidak
heksanol?
2. Katalis manakah diantara CuO/ZnO, nikel dan zeolit (ZSM-5) yang lebih baik
etanol-heksanol?
1.3. Hipotesis
2. Katalis yang lebih baik dalam reaksi hidrogenasi heksil asetat menghasilkan
2. Mengetahui katalis yang lebih baik dalam reaksi hidrogenasi heksil asetat
masukkan mengenai proses hidrogenasi heksil asetat sebagai salah satu proses
TINJAUAN PUSTAKA
Heksil asetat merupakan suatu ester yang secara fisik tidak berwarna,
berwujud cair pada suhu kamar, mendidih pada 169°C. Senyawa ini larut dalam
alkohol dan eter, larut dalam air, digunakan sebagai pelarut untuk damar dan ester
Heksil asetat dikenal juga dengan beberapa nama, antara lain acetoxy-
hexane, 2-hexanol acetate, acetic acid n-hexyl esteracetate c-6, hexyl ethanoate,
Rumus molekul senyawa ini yaitu C8H16O2 memiliki berat molekul 144.21
2.2. Hidrogenasi
Reaksi ini terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan
rangkap dari molekul tidak jenuh sehingga dihasilkan senyawa jenuh (Welasih,
2007). Hidrogenasi juga dapat diartikan sebagai reaksi adisi, yaitu hidrogen
hidrogen ke molekul, contohnya adalah reaksi antara hidrogen dan etilen untuk
dua (alkena) atau tiga (alkuna) dalam hidrokarbon (Robinson, 2010). Sebagian
dapat berlangsung dalam kondisi temperatur yang sangat tinggi dan proses
kondisi temperatur yang tidak terlalu tinggi dan proses berlangsung cepat dengan
adanya katalis.
mengatur reaksi kimia, tetapi tidak dihasilkan sebagai bagian dari produk akhir.
molekul untuk mencapai keadaan transisi. Oleh karena itu, katalis dapat ikut
bereaksi agar proses suatu reaksi kimia dapat berlangsung lebih cepat (Robinson,
2010).
2.2.2. Proses Hidrogenasi
didasarkan pada sifat substrat dan katalis yang digunakan. Secara umum, reaksi
1. Substrat
2. Katalisator
tertentu. Katalis menciptakan ikatan kimia antara hidrogen dan substrat dan
memfasilitasi reaksinya.
3. Gas Hidrogen
hidrogen secara komersial tersedia dalam tabung gas hidrogen bertekanan. Secara
2010).
katalis, jenis katalis, kemurnian gas, sumber dan kualitas bahan baku (Dijsktra,
1997). Pengaruh dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut (Hasibuan,
a. Temperatur hidrogenasi.
b. Tekanan.
Kg/cm2
c. Pengadukan.
katalis dan digunakan untuk menghomogenkan panas atau dingin dalam reaktor.
d. Jumlah katalis.
permukaan katalis.
e. Jenis katalis.
geometris dan keaktifannya. Aktifitas katalis bergantung pada bagian yang aktif
pada proses hidrogenasi, dimana bagian yang aktif tersebut ditempatkan pada
permukaan katalis.
f. Pengotor katalis.
Termasuk alkohol rantai tunggal (alifatik) dengan rumus kimia C2H5OH dan
rumus empiris C2H6O, merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol
sering disingkat menjadi EtOH dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil
(C2H5).
sebagai bahan bakar transportasi, terutama sebagai biofuel aditif untuk bensin.
Larutan jernih dan tidak berwarna yang memiliki titik didih sekitar 78 oC dengan
densitas 0,789 g/mL pada suhu 25 oC dan berat molekulnya 46,07 g/mol (Aldrich,
2011). Sifat kimia etanol yang tidak beracun, dapat digunakan sebagai pelarut
dalam industri kimia dan farmasi, campuran bahan bakar bensin, kosmetik, dan
etilen dengan air ataupun fermentasi karbohidrat. Selain itu, etanol dapat juga
dibuat dari asam asetat dimana ini merupakan proses hilir dari pengolahan
tahapan, yaitu :
1) Reaksi antara asam asetat dengan olefin (hidrokarbon tidak jenuh) yang
alkohol yang besar yang terdiri dari sejumlah atom karbon yang sama
6) Penggunaan kembali olefin dari tahap 5 dengan asam asetat murni dan
2.4. 1-heksanol
karbon. CH3(CH2)5OH
HO
1-hexanol
Larutan jernih dan tidak berwarna yang memiliki titik didih sekitar 156-
157oC dengan densitas 0,814 g/mL pada suhu 25 oC. Nama lain senyawa ini
adalah hexyl alcohol, capryl alcohol, dan hydroxyhexane dan berat molekulnya
Gugus atom tertentu dalam molekul senyawa organik dapat ditentukan dari
sifat fisika dan kimianya. Gugus tersebut dinyatakan sebagai gugus fungsi
(Nurbayti, 2007). Adanya gugus –OH atau hidroksil adalah ciri khas alkohol dan
fenol. Tergantung pada sifat atom karbon tempat gugus –OH melekat. Alkohol
digolongkan menjadi 3 kelas, yaitu alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
dapat dilakukan dengan uji Lucas, reaksi esterifikasi, reaksi iodoform, reaksi
oksidasi kalium dikromat (K2Cr2O7), dan dengan tes ferri klorida (Nurbayti,
2007). Adapun identifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji sifat
Tes ini dapat digunakan untuk mengetahui adanya alkohol primer dan
sekunder pada suatu senyawa dan membedakan alkohol primer dan alkohol
alkohol primer dioksidasi menjadi aldehida (dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi
tersier tidak dioksidasi. Jika terjadi oksidasi, warna jingga dari kalium dikromat
3R CH 2 OH + K 2 Cr 2 O 7 + 4 H 2 SO 4 3R C H + Cr 2 (SO 4 ) 3 + K 2 SO 4 + 7 H 2 O
dibandingkan dengan daerah sinar tampak (400 nm hingga 800 nm), tetapi terletak
pada panjang gelombang yang lebih pendek daripada gelombang mikro, yang
getaran atom-atom yang terikat satu sama lain. Molekul ini berada dalam keadaan
vibrasi tereksitasi. Energi yang diserap akan dilepaskan kembali dalam bentuk
panas apabila molekul tersebut kembali pada keadaan dasar (Fessenden, 2006).
Hanya frekuensi energi tertentu dari radiasi inframerah yang diserap oleh molekul
(Sastrohamidjojo, 1990).
macam getaran dari ikatan tersebut. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan
(C-H, C-C, O-H dan sebagainya) akan menyerap radiasi inframerah pada panjang
gelombang karakteristik yang berlainan. Suatu ikatan dalam sebuah molekul dapat
menyerap energi pada lebih dari satu panjang gelombang (Fessenden, 2006).
perubahan dalam momen ikatan seperti vibrasi atom-atom yang saling berikatan
meskipun frekuensi radiasi tetap sesuai dengan gerakan ikatan. Hal ini disebabkan
karena hanya ikatan yang mempunyai momen dipol yang dapat menyerap radiasi
ada perubahan momen ikatan apabila atom-atom saling berosilasi. Ikatan nonpolar
relatif (ikatan C-C dan C-H dalam molekul organik) menyebabkan absorpsi yang
lemah. Pada ikatan polar (seperti C=O) menunjukkan absorpsi yang kuat
(Fessenden, 2006).
c. Ragam Vibrasi Rentangan dan Bengkokan
molekul. Contoh ragam vibrasi untuk gugus metilen ditunjukkan oleh Gambar 5.
yang lebih tinggi (panjang gelombang yang lebih rendah) bila dibandingkan
mengubah sampel menjadi ion-ion gas-nya dan massa dari ion-ion tersebut diukur
menghasilkan suatu alat yang merupakan gabungan dua sistem dengan prinsip
dasar yang berbeda satu sama lain tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan antara
syarat, diantaranya :
kolom tertentu dan melibatkan dua fase, yaitu fase diam (adsorben polar/nonpolar)
dan fase gerak (gas pembawa seperti He atau H2 dengan tingkat kemurnian
99,99%). Pemisahan terjadi karena adanya perbedaan kecepatan alir akibat
b. Instrumentasi GC-MS
Panjang kolom berkisar antara 30-60 meter dengan ketebalan 0,1-3 mikron.
dalam mass analyzer. Ada 3 macam ionisasi yang dapat dilakukan, yaitu :
a) EI (Electron Impact)
tinggi (70 eV) sehingga elektron dari molekul akan terlempar keluar
(reagent gas). Gas yang dapat digunakan antara lain gas metana, isobutana
dan amoniak.
c) NCI ( Negative Chemical Ionization)
Sama dengan PCI. Namun terdapat perbedaan pada ion gas yang
luar. Sistem ini diperlukan agar ion-ion tidak mengalami reaksi dengan
Terdiri dari empat batang logam yang bermuatan baik positif (+)
maupun negatif (-) yang memiliki dungsi selektivitas untuk molekul nerion
8. Detektor
9. Sistem pengolah data
2.6. Katalis
Katalis ditemukan oleh J.J. Berzelius pada tahun 1836 sebagai komponen
yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia, namun tidak ikut bereaksi. Katalisator
adalah suatu substansi yang dapat meningkatkan kecepatan, sehingga reaksi kimia
(Satterfield, 1991). Dengan demikian pada akhir reaksi katalis tidak tergabung
dengan senyawa produk reaksi. Katalis adalah zat yang meningkatkan kecepatan
reaksi untuk mencapai kesetimbangan pada reaksi kimia tetapi tidak habis
kompleks teraktifkan. Berbagai katalis dapat digunakan dalam reaksi, namun tidak
spontan karena energi aktivasi yang sangat tinggi. Pemanasan tidak dapat
mensuplai energi yang cukup untuk membawa molekul pada keadaan transisi,
namun reaksi akan berjalan secara efisien bila ditambahkan suatu katalis. Logam
yang dipilih sebagai katalis sangat bergantung pada senyawa yang akan direduksi
Platina, paladium, nikel, dan tembaga merupakan jenis katalis yang sesuai
berikut:
Perubahan energi reaksi (∆H) tidak diubah oleh kerja katalitik, hanya energi
heterogen.
a. Katalis Enzim
homogen dan heterogen. Enzim merupakan driving force untuk reaksi biokimia,
b. Katalis Homogen
Katalis homogen berada pada fasa yang sama seperti reaktan dan produk.
Reaksi sangat spesifik dengan yield produk yang diinginkan yang tinggi.
dilakukan secara komersial, operasi pada fase cair dibatasi kondisi suhu dan
tekanan, sehingga peralatan menjadi lebih kompleks dan perlu pemisahan antara
produk dengan katalis. Oleh karena itu, katalis homogen dibatasi pada industri
c. Katalis Heterogen
Katalis heterogen secara umum berbentuk padat dan banyak digunakan pada
reaktan berwujud cair atau gas. Katalis heterogen paling luas digunakan dalam
ditingkatkan dengan adanya pori yang terdapat pada katalis heterogen, dapat
digunakan pada suhu tinggi sehingga dapat dioperasikan pada berbagai kondisi,
aktivitas intrinsik dari active site dapat dimodifikasi oleh struktur padat,
dari produk dengan penyaringan dan dapat digunakan kembali, mudah digunakan
karena tidak memerlukan tahap yang panjang untuk memisahkan dari sistem yang
kation, air, serta molekul lain pada porinya. Banyak terdapat di alam dan tambang.
minimum dari 0,3 sampai 1 nm. Ukuran ini tergantung tipe zeolit dan kation yang
terdapat serta perlakuan seperti kalsinasi, leaching dan perlakuan kimia tertentu
(Widyawati, 2007).
ZSM-5 adalah jenis zeolit sintetis bersilika tinggi. Zeolit ini pertama kali
ditemukan tahun 1973 oleh Argauer dan Landolt (Shirazy, 2008). ZSM-5 adalah
material berkadar silika tinggi yang terdiri dari 96 tetrahedral dalam satu unit
inti asam dan struktur jaringan pori yang luas serta homogen. Struktur kerangka
jenis bahan aluminosilikat tersebut terbentuk dari bahan dasar pembangun berupa
yang dapat dikontrol dengan rasio Si/Al. Namun beragamnya variasi Si/Al ini
2009).
berikut :
silikaalumina tetrahedron. Tiap tetrahedron terdiri dari empat anion oksigen dan
kation alumina atau silika ditengahnya. Zeolit memiliki selektivitas yang lebih
tinggi dibanding dengan silika alumina, karena zeolit memilliki sisi asam yang
lebih besar dan kemampuan mengadsorpsi reaktan pada permukaan katalis yang
lebih kuat. karenanya zeolit memberikan yield produk yang lebih baik
(Widyawati, 2007)
2.6.3. Nikel
Nikel terdapat dalam kombinasi dengan arsen, antimony dan sulfur seperti
dalam millerite, NiS, dan garnierite (suatu silikat magnesium nikel dalam
berbagai komposisi). Nikel juga banyak ditemukan beraliasi dengan besi dalam
meteor. Secara umum, bijih nikel dibakar menghasilkan nikel oksida (NiO) yang
tereduksi oleh karbon membentuk Ni. Nikel biasanya dimurnikan dengan proses
karbonil.
katalis, karena logam transisi kaya akan elektron, telah mengisi orbital 3d dan
memiliki elektron tidak berpasangan sehingga mudah berikatan dengan atom lain.
Salah satunya adalah logam Ni yang mempunyai konfigurasi elektron [Ar] 3d84s2
yang banyak digunakan sebagai katalis hidrogenasi alkena (Bakri, et al., 2008).
Nikel mudah larut dalam mineral encer. Dapat menyerap hidrogen dalam bentuk
khusus Ni sehingga dapat digunakan dalam reaksi reduksi katalitik (Cotton dan
Wilkinson, 1989).
a. Nikel Sebagai Katalis
Katalis nikel sangat dikenal dalam proses produksi. Nikel banyak digunakan
katalis nikel tergantung pada reaksi yang terjadi. Katalis nikel umumnya memiliki
aktivitas yang tinggi. Nikel digunakan dalam industri sebagai katalis untuk reaksi
kristal ZnO yang kristalnya berbentuk heksagonal. Cu berperan sebagai inti aktif
kehilangan permukaan aktif katalis atau sintering (Lassi, 2003) sehingga akan
logam Cu yang berperan sebagai inti aktif katalis memiliki titik didih sebesar
1083 oC, maka akan bersifat mobile pada suhu 325 oC. Oleh karena itu dalam
katalis ini, Zn oksida (ZnO) yang mempunyai titik leleh > 1800oC berperan sebagi
tersebut adalah membentuk larutan homogen dan mudah menguap, selain itu
komponen. Karena adanya perbedaan tekanan uap, maka dapat dikatakan pula
distilasi biasa. Distilasi biasa adalah metode pemisahan cair ke fase gas untuk dua
atau lebih senyawa berdasarkan beda titik didih dan tekanan uapnya. Proses
bila campuran cair berada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi
uap dan cairan berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang
komponen yang mudah menguap. Uap tersebut dipisahkan dari cairan, kemudian
dikondensasikan, maka akan didapatkan cairan yang berbeda dari cairan yang
dengan cairan yang tidak teruapkan. Apabila kemudian cairan dari kondensasi uap
tersebut diuapkan lagi sebagian, maka akan didapatkan uap dengan kadar
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama lima bulan, dari bulan Mei - Oktober
dalam mengidentifikasi alkohol antara lain aquadest, NaOH 5%, HCl 5%, dan
H2SO4 (Merck).
3.3. Cara Kerja
adanya alkohol dengan uji oksidasi dengan kalium dikromat (K2Cr2O7). Hal yang
dipanaskan di atas penangas listrik hingga suhu 100 oC dan dibiarkan mendidih
b. Penentuan Densitas
ditimbang dan dicatat nilainya sebagai W1. Selanjutnya piknometer diisi dengan
aquades hingga penuh dan ditimbang sebagai W2. Piknometer yang sudah berisi
aquades dibilas kembali dengan etanol dan dikeringkan pada suhu 55˚C.
Piknometer yang sudah kering diletakkan ke dalam neraca analitik, kemudian diisi
dengan sampel produk hingga terisi penuh dan dicatat sebagai W3.
c. Penentuan Viskositas
kering, dimasukkan sampel yang akan di uji ke dalam viskometer. Sampel yang
viskometer, dekat “A”. Sampel dipompa hingga larutan berada di posisi melewati
“C”. Rubber bulb dilepaskan, dihitung waktu yang dibutuhkan larutan dalam
a) Uji Fisik
Diamati bentuk, bau, warna, viskositas, dan densitas heksil asetat, etanol,
warna dari jingga ke hijau. Dilakukan pula analisa untuk hasil hidrogenasi dengan
Proses hidrogenasi asam asetat dilakukan pada suhu 160oC dan tekanan
10-15 Kgcm-2. Heksil asetat bereaksi dengan gas hidrogen membentuk etanol
O OH
H
H H
OH
Reaksi hidrogenasi ini terjadi pada dua tahapan adisi hidrogen pada molekul
kemudian ikatan sigma H2 terputus dan membentuk ikatan logam-H, heksil asetat
juga teradsorpsi pada permukaan katalis, molekul hidrogen mengadisi gugus C=O
karbonil, dimana ikatan pi (π) pada gugus C=O terputus dan pasangan elektronnya
digunakan untuk membentuk dua ikatan sigma (σ) baru dengan orbital kosong
terhadap ikatan C-O sehingga menghasilkan etanol dan 1-heksanol. Senyawa yang
memiliki ikatan pi biasanya berenergi lebih tinggi daripada senyawa yang sepadan
yang mengandung hanya ikatan sigma sehingga suatu reaksi adisi biasanya
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji fisik, antara lain
diamati warna, ditentukan viskositas dan densitas dari heksil asetat, 1-heksanol,
etanol dan hasil hidrogenasi heksil asetat dengan menggunakan katalis CuO/ZnO,
analisa dengan menggunakan FTIR dan GC-MS. Adapun heksil asetat, etanol, 1-
yang merupakan alkohol primer pada hasil hidrogenasi heksil asetat. Hasil positif
dengan uji oksidasi K2Cr2O7 ditunjukkan oleh hasil hidrogenasi dengan katalis
ZSM-5 1% dan hasil hidrogenasi dengan katalis nikel 1%. Larutan berubah warna
dari jingga menjadi hijau kebiruan. Sedangkan hasil hidrogenasi heksil asetat
warna pada hasil pengujian. Dengan demikian, larutan hasil hidrogenasi heksil
etanol dan 1-heksanol yang merupakan alkohol primer, atom O dari K2Cr2O7 akan
menyerang atom H yang terikat pada atom C yang memiliki gugus –OH sehingga
membentuk asam karboksilat. Hal ini terjadi karena setelah dipanaskan dalam
kondisi asam dengan larutan K2Cr2O7 awalnya berwarna jingga, kemudian setelah
bereaksi, larutan yang mengandung alkohol primer dan sekunder berubah menjadi
hijau kebiruan karena ion Cr2O72- yang berwarna jingga telah tereduksi menjadi
tidak menunjukkan adanya alkohol pada uji oksidasi K2Cr2O7. Hal ini terlihat dari
lanjut terhadap hasil hidrogenasi heksil asetat dengan berbagai katalis ini.
heksil asetat diperlukan analisa lebih lanjut, dalam penelitian ini analisa yang
dilakukan pada hasil hidrogenasi dengan katalis CuO/ZnO, katalis nikel maupun
bilangan gelombang 4000 hingga 500 cm-1. Analisa ini dilakukan untuk
senyawa ditandai dengan adanya gugus hidroksil (-OH) dan gugus C-O dalam
adanya ikatan hidrogen ataupun tidak (bebas) (Silverstein, 2005). Pada fenol
ataupun alkohol bebas yang tidak dipengaruhi oleh ikatan hidrogen ditandai
Hasil uji FTIR menunjukkan bahwa heksil asetat dan hasil hidrogenasinya
yang khas bagi senyawa ester (1750-1735 cm-1). Juga disertai kemunculan puncak
1238,30 cm-1 (Gambar 12) dan 1240,23 cm-1 (Gambar 13-15) yang merupakan
khas suatu pita C-O dan dapat digunakan untuk membedakan antara ester dengan
keton (Fessenden, 2006). Pita serapan pada bilangan gelombang 3184,48 cm-1
Gambar 13. Spektrum FTIR Heksil Asetat dengan menggunakan Katalis CuO/ZnO 1%
Gambar 14. Spektrum FTIR Heksil Asetat dengan Menggunakan Katalis Nikel 1%
Gambar 15. Spektrum FTIR Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis ZSM-5 1%
Interpretasi spektrum-spektrum FTIR di atas dapat dilihat pada Tabel 4.
mengandung gugus O-H bebas (3700-3584 cm-1). Alkohol primer, sekunder dan
tersier masing-masing muncul dekat 3640, 3630 dan 3620 cm-1 (Sastrohamidjojo,
3635,82 cm-1 muncul pada heksil asetat yang merupakan bahan baku (Gambar
12).
3462,22 cm-1 (Gambar 12), 3464,15 cm-1 (Gambar 13-15) puncak serapan yang
terjadi menunjukkan adanya vibrasi O-H bending. Terlihat bahwa terjadi
Vibrasi ikatan tunggal C-O stretching yang kuat muncul pada kisaran
1250-1000 cm-1. Serapan C-O bergabung dengan vibrasi C-C stretching yang
bilangan gelombang 1039,63 cm-1 (Gambar 12 dan 15), 1033,85 cm-1 (Gambar 13
dan 14). Pada alkohol primer, vibrasinya digambarkan dengan baik sebagai
Alkohol dan fenol menghasilkan karakteristik puncak yang tajam hasil dari
Spektrum FTIR heksil asetat dan ketiga spektrum hasil hidrogenasi heksil
masih mengandung senyawa ester. Hal ini terjadi karena senyawa yang dianalisa
yang memiliki panjang 30 m dan berdiameter 0,25 mm. Gas pembawa yang
asetat dengan katalis CuO/ZnO 1 %, dengan katalis nikel 1 % dan dengan katalis
ZSM-5 1%.
dapat dilihat pada Gambar 16. Pada gambar tersebut terlihat adanya satu puncak
asetat dengan katalis CuO/ZnO 1 %. Puncak tersebut muncul pada waktu retensi
Spektrum massa pada sampel di atas memiliki base peak sebesar 43,10.
yang terbentuk adalah heksil asetat dengan similaritas sebesar 98%. Kemungkinan
tersebut dilihat dari kemiripan pola fragmentasi spektrum massa sampel dengan
pustaka fragmen yang tersedia pada MS. Adapun pola fragmentasi heksil asetat
O O
+
O
O
m/z = 43 m/z = 101
m/z = 144
- 60
O
+ O
m/z = 84 m/z = 43
m/z = 101
penataan ulang
+
H
m/z = 42 m/z = 42
CH3
m/z = 84
Analisa hasil GS-MS terhadap hasil hidrogenasi dengan menggunakan
Gambar 17. Kromatogram hasil hidrogenasi heksil asetat dengan katalis nikel 1%
puncak yang terbentuk juga dengan satu puncak paling tinggi dan paling luas
puncak areanya. Puncak tersebut muncul pada waktu retensi 5,301 dengan luas
dan tabel 7. Reaksi hidrogenasi ini menghasilkan dua senyawa, hal tersebut dapat
dilihat dari puncak kromatogram pada Gambar 18. Pada kromatogram tersebut
muncul satu puncak dengan waktu retensi 2,604 dan luas area sebesar 820297
juga muncul puncak dengan waktu retensi 5,344 serta luas area sebesar 26446269.
Gambar 18. Kromatogram Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis ZSM-5
1%
Heksil
3 5,344 26446269 43,05 asetat 114 98
(C8H16O2)
Spektrum massa hasil hidrogenasi dengan katalis ZSM-5 1% memiliki
base peak sebesar 56,10 untuk puncak 2 dan 43,05 untuk puncak 3. Senyawa
dengan similaritas sebesar 92% dan senyawa yang disarankan untuk puncak 3
adalah heksil asetat dengan similaritas 98%. Pola fragmentasi heksil asetat adalah
sebagai berikut :
156-157 oC dan heksil asetat 163 oC). Dan tidik didih etanol lebih rendah dari 1-
heksanol (etanol 78oC, 1-heksanol 156-157 oC). Semakin rendah titik didih suatu
temperatur tertentu zat tersebut sudah menjadi fasa uap sehingga bisa bergerak
lebih cepat sebagai fasa gerak dalam kolom kapiler sedangkan komponen lainnya
masih dalam fasa cairan. Sehingga 1-heksanol yang terlebih dahulu menjadi uap
dengan Mr heksil asetat (Mr 1-heksanol 102 g/mol sedangkan heksil asetat 144,21
g/mol). Semakin kecil ukuran sebuah komponen dan semakin kecil nilai Mr maka
sebuah komponen akan lebih dapat bergerak lebih cepat keluar dari kolom. Jadi
semakin kecil ukuran komponen dan semakin kecil Mr komponen maka waktu
retensinya akan semakin kecil pula. Oleh karena itulah 1-heksanol memiliki waktu
retensi yang lebih kecil dibandingkan dengan heksil asetat. Heksanol yang
kembali.
ZSM-5 merupakan katalis yang lebih baik mengkatalisis hidrogenasi heksil asetat
menjadi 1-heksanol dan etanol dalam konsentrasi 1% katalis. Adapun etanol tidak
memerlukan kondisi dan perlakuan yang berbeda dari analisa yang dilakukan
Dari berbagai analisa yang dilakukan (uji oksidasi, FTIR dan GC-MS),
katalis ZSM-5 merupakan katalis yang lebih baik dalam mengkatalisis reaksi
hidrogenasi heksil asetat menjadi alkohol, bila dibandingkan dengan katalis nikel
maupun CuO/ZnO dengan konsentrasi yang sama (1% b/b). Ketiga jenis katalis
ini merupakan katalis yang berumur panjang, dapat diperoleh kembali setelah
digunakan dalam reaksi. Dari segi ekonomi, katalis ZSM-5 juga lebih ekonomis
optimum pada suhu 160 oC, sehingga kemampuannya dalam mengkatalisis reaksi
hidrogenasi rendah. Dalam hal ini, Zhang (2010) mengatakan bahwa katalis
berbasis Cu memiliki aktivitas dan selektivitas yang tinggi pada kondisi suhu 250-
menentukan kurva kalibrasi hasil hidrogenasi heksil asetat, disajikan oleh Gambar
19.
Gambar 19. Kurva Kalibrasi Viskositas dan Densitas Campuran Etanol dengan
Heksanol
berbagai rasio tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini terjadi
karena densitas heksanol dan etanol tidak terlalu jauh perbedaannya (densitas
heksanol adalah 0,814 g/cm3, etanol 0,787 g/cm3). Adapun nilai viskositas
masing komposisi. Dengan demikian, kurva ini dapat dijadikan grafik acuan
sebagai prediksi kadar etanol melalui pengukuran viskositas campuran dari hasil
campuran dengan komposisi etanol yang lebih banyak dari heksanol (9:1). Namun
masih terdapat kemungkinan adanya heksil asetat yang belum bereaksi, karena
etanol (viskositas heksil asetat 1,0870 dan etanol 1,0513) oleh karena itu, perlu
Laju alir merupakan salah satu variabel yang terlibat dalam operasi suatu
pabrik kimia selain temperatur, tekanan dan konsentrasi. Variabel yang menandai
efek lingkungan dari proses kimia yang dituju dan nilainya dapat diatur dengan
bebas oleh operator. Laju alir digunakan untuk mengatur pengendalian ketinggian
cairan dalam reaktor, tangki atau kolom distilasi (Sitompul J., 2011). Dalam
dalam produk tersebut, laju alir distilasi semakin berkurang. Kurva laju distilasi
ini diperlukan dalam optimasi proses pemisahan campuran etanol dan 1-heksanol
dari produk yang dihasilkan dari proses hidrogenasi heksil asetat dengan asumsi
bahwa campuran ini telah dipisahkan sebelumnya dari bahan baku hidrogenasi
dalam memisahkan etanol dari campuran cukup beragam, tergantung dari berapa
banyak fraksi etanol dalam campuran. Semakin banyak kandungan etanol, maka
perbandingan etanol : 1-heksanol 9:1; 4:1; 7:3; 3:2; 1:1; 2:3; 3:7; 1:4; dan 1:9
tidak mudah menguap, maka suhu yang dibutuhkan untuk memisahkan campuran
5.1. Kesimpulan
2. Katalis yang lebih baik dalam reaksi hidrogenasi heksil asetat adalah ZSM-5
1%
viskositas campuran.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut terhadap optimasi katalis ZSM-5 dalam
katalis
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta :
Gramedia.
Badan Standar Nasional. 2008. SNI 0936-2008 : Pulp Cara Uji Viskositas
Cuprietilendiamin (Viskometer Kapiler). Jakarta : Author.
Bakri, Ridla, Tresye Utari, Indra Puspitasari. 2008. Kaolin Sebagai Sumber SiO2
untuk Pembuatan Katalis Ni/ SiO2: Karakterisasi dan Uji Katalis pada
Hidrogenasi Benzena menjadi Sikloheksana. J. MAKARA SAINS. VOL 12
No. 1, April 2008 : 37-43.
Dijkstra, A.J. 1997. Hydrogenation Revisited. J. INFORM. Vol. 8(11). Pp. 1150-
1158.
Fessenden & Fessenden. Jilid 1 dan 2. 2006. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Hasibuan, Hasrul Abdi. 2009. Perolehan Kembali Nikel dari Katalis Nikel
Terpakai (spent catalyst) Pasca Proses Hidrogenasi Minyak Kelapa Sawit
dengan Proses Pelindian (Leaching) Asam Sulfat. Tesis Prodi Ilmu Kimia
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hermanto, Sandra. 2008. Mengenal Lebih Jauh Teknik Analisa Kromatografi dan
Spektrofotometri. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Kiff, et all. 1983. Production of Ethanol from Acetic acid. United States Patent.
(11) 4,421,939.
Nurbayti, Siti. 2007. Penunun Praktikum Kimia Organik. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.
Rahmi, Silvia, Adelina. 2011. Pembuatan Etanol dari Sorgum (Shorgum Bicolor
L. Moench) Melalui Hidrolisis Enzimatik Diikuti oleh Fermentasi
Menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Karya Tulis : Laboratorium
Biokimia.
Setiadi, Praswati PDK Wulan, Hadi Suprayitno. 2008. Pemanfaatan Zeolit Alam
sebagai Komponen Penyangga Katalis untuk Reaksi Hidrogenasi CO2 &
Perengkahan Minyak Sawit. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Shirazy, L. E. Jamshidi, M.R. Ghasemi. 2008. The Effect of Si/Al Ratio Of ZSM-
5 Zeolite on its Morphology, Acidity and Crystal Size. J. Crist Rest
Technologies 43. No. 12, 1300-1306.
Zahrina, Ida. 2008. Sintesis ZSM-5 Tanpa Templat dari Zeolit Alam dan Abu
Kelapa Sawit. J. Teknologi Proses ISSN 1412-7814.
Zhang, Bexiao. Et al. 2010. Hydrogenation of Ethyl Acetate to Ethanol over Ni-
based Catalysts Obtained From Ni/Al Hydrotalcite-Like Coumpound. J.
Molecules ISSN 1420-3049.
Lampiran 1. Diagram Proses Produksi Etanol
Lampiran 2. Reaktor Hidrogenasi (vinci - Technologies – ruel 92)
Barometer
Gas keluar
Termometer Knop untuk
Knop gas keluar sampling
Gas masuk
Saluran untuk
hotplate sampling
jacket
Spesifikasi alat :
Kapasitas 0.2 L, dilengkapi dengan barometer, jacket logam dengan temperatur yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan, dengan saluran masuk dan keluar gas yang dapat dibuka-
tutup sehingga dapat dilakukan hidrogenasi dengan metode batch ataupun continue, tekanan
maksimum hingga 160 bar.
Lampiran 3. Katalis yang Digunakan dan Hasil Uji Oksidasi K2Cr2O7
a b c
d e f
Keterangan :
a. Katalis ZSM-5
b. Katalis CuO/ZnO
c. Ktalis nikel
d. Sampel hasil hidrogenasi heksil asetat (ki-ka: dengan katalis ZSM-5 1%, nikel 1%,
CuO/ZnO 1%):
e. Sampel hasil uji oksidasi K2Cr2O7 setelah ± 30 menit (ki-ka: dengan katalis ZSM-5 1%,
nikel 1%, CuO/ZnO 1%)
f. Sampel hasil uji oksidasi K2Cr2O7 setelah 24 jam (dengan katalis nikel 1%)
Lampiran 4. Skema Kerja Hidrogenasi Heksil Asetat
Heksil
gas H2
asetat
katalis
suhu 160oC selama 8 jam
tekanan 15 Kg/cm2
Disaring
Produk
Identifikasi
Produk
Distilasi campuran
Spesifikasi Keterangan
Nama kolom DB5 MS
Panjang kolom 30 m
Diameter kolom 0,25 mm
Ketebalan kolom 0,25µm df
Jenis kolom Non polar
Suhu kolom oven 60 oC
Suhu injeksi 300 oC
Cara injeksi Split
Cara kontrol aliran Kecepatan linear
Tekanan 100 kPa
Total aliran 19,9 mL/menit
Aliran kolom 1,6 mL/menit
Kecepatan linear 46,4 cm/detik
Jumlah sampel 5 µl
Fase diam Sampel hasil hidrogenasi
Fase gerak Gas nitrogen
Lampiran 7. Hasil Analisa FTIR pada Senyawa Heksil Asetat
Lampiran 8. Hasil Analisa FTIR terhadap Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat
dengan Katalis CuO/ZnO 1% pada Frekuensi 4000-500 nm
Lampiran 9. Hasil Analisa FTIR terhadap Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat
dengan Katalis Nikel 1% pada Frekuensi 4000-500 nm
Lampiran 10. Hasil Analisa FTIR terhadap Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat
dengan Katalis ZSM-5 1% pada Frekuensi 4000-500 nm
Lampiran 11. Hasil Analisa GC Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis
CuO/ZnO 1%
Lampiran 12. Hasil Analisa MS Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis
CuO/ZnO 1%
Lampiran 13. Hasil Analisa GC Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis
Nikel 1%
Lampiran 14. Hasil Analisa MS Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis
Nikel 1%
Lampiran 15. Hasil Analisa GC Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis
ZSM-5 1%
Lampiran 16. Hasil Analisa MS Hasil Hidrogenasi Heksil Asetat dengan Katalis
ZSM-5 1%
Lampiran 17. Tabel Viskositas dan Densitas Etanol, Heksanol dan Perbandingan
Keduanya dalam Pembuatan Kurva Kalibrasi
No sampilng (9:1)
viskositas Densitas
menit ke-40 1.2108 0.7908
1
menit ke-80 3.4402 0.8165
Distilat 0.7871
sampilng (4:1)
menit ke-40 1.8161 0.8158
2 menit ke-80 3.5263 0.8169
Residu 3.5726 0.8165
Distilat 1.108 0.7863
sampling (7:3)
menit ke-40 2.1923 0.8053
3 menit ke-80 3.3684 0.8063
Residu 4.1599 0.9367
Distilat 1.1179 0.7864
sampling (3:2)
menit ke-40 2.0809 0.8059
menit ke-70 3.2536 0.8057
4
menit ke-100 3.6376 0.8171
Residu 4.1333 0.9759
Distilat 1.0869 0.7869
sampling (1:1)
menit ke-40 2.8697 0.8121
5 menit ke-80 3.5191 0.8185
Residu 3.5549 0.8173
Distilat 1.1153 0.788
sampling (2:3)
menit ke-30 2.765 0.8078
menit ke-70 3.0147 0.8161
6
menit ke-100 3.6956 0.8136
Residu 3.6154 0.8153
Distilat 1.0442 0.7925
sampling (3:7)
menit ke-40 2.7084 0.8098
7
Residu 3.5261 0.816
Distilat 1.1183 0.7911
sampling (1:4)
8 menit ke-50 3.3337 0.8145
Residu 3.5343 0.8164
sampling (1:9)
9 Residu 3.5752 0.8161
Distilat 1.1216 0.7882
Lampitran 19. Data dan Grafik Penentuan Laju Alir Destilasi