Anda di halaman 1dari 7

J. Akad. Kim.

5(3): 133- 139 August 2016


ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE JIGSAW DAN NHT (Numbered Head Together ) TERHADAP HASIL
BELAJAR STOIKIOMETRI SISWA KELAS X SMAN 8 PALU

Study of Comparative of Cooperative Learning Model Jigsaw and NHT


(Numbered Head Together) Types on Learning Outcomes of Stoichiometry of
Student In Class X SMAN 8 Palu
*Nizar, Irwan Said dan Suherman
Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 13 June 2016, Revised 14July 2016, Accepted 15August 2016

Abstract
The aim of this study is to compare the learning outcomes of student in SMA Negeri 8 Palu using the
cooperative learning model between Jigsaw and NHT (Numbered Head Together) on the stoichiometry.
This research using a quasi-experimental design with factorial 2 x 2. The population of this study
is all student of class X SMA 8 Palu School with academic year 2015/2016 which consists of four
classes. The sample of this study consists of two classes, namely class XB with amount of 16 students
(experimental class) and class XC with amount of 17 students (control class) which is determined by
purposive sampling. Data was collected by using test instruments, namely an achievement test that
contains the stoichiometry material. The examination of data was conducted by using statistical analysis
t-test two sides and one side (right side) non-parametric or Mann-Whitney U test. The average score of
the learning outcomes of student by using the jigsaw type is (78.00; SD = 13.63), and by using NHT
type is (70.47; SD = 16.51). Based on statistical analysis of the hypothesis test for two sides, it was
obtained a value of 0.195 Asymp sig (2-tailed) and was obtained a value 0.204 Exact Sig (1-tailed) of
0.204, both of datas were at the rejection area of H0 which is a significance value greater than 0.05 (P>
0.05). Therefore, it can be concluded that there is a difference in learning outcomes using the cooperative
model jigsaw type with NHT type, furthermore the type of jigsaw better than the NHT on the learning
outcomes of students of stoichiometry in class X SMA Negeri 8 Palu.
Keywords: cooperative learning, jigsaw, NHT, stoichiometry
Pendahuluan
Kemajuan dan berkembangnya suatu bangsa terjadi kapan saja dan dimana saja terlepas dari
sangat ditentukan oleh sistem kualitas sumber ada yang mengajar atau tidak, proses belajar
daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya dapat terjadi karena adanya interaksi individu
manusia bergantung pada kualitas pendidikan dengan lingkungan (Uno & Lamatenggo,
yang dianut oleh bangsa tersebut (Kurniawati, 2010).
dkk., 2014). Pendidikan merupakan investasi Proses belajar mengajar merupakan
yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi kegiatan inti dalam pelestarian pendidikan, dan
bagi bangsa yang sedang berkembang. yang berperan penting dalam kegiatan tersebut
Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh ialah guru. Seorang guru tidak sekedar dituntut
manusia yang dipersiapkan untuk itu melalui memiliki kemampuan mentransformasikan
pendidikan (Nasution, 1999). Pendidikan pengetahuan dan pengalamannya, tetapi
pada hakikatnya adalah suatu proses yang juga diharapkan mampu menginspirasi
berlangsung secara berkesinambungan guna siswa agar mereka dapat mengembangkan
meningkatkan kecerdasan dan keterampilan potensi diri dan kualitas mereka. Prakteknya
melalui proses belajar. Proses belajar dapat dalam mengajar guru dituntut untuk dapat
*Korespondensi: mendesain pembelajaran guna secara langsung
Nizar dapat mengembangkan potensi siswa.
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Tujuan
email: nizarkimia@yahoo.com
© 2016 - Universitas Tadulako pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan

133
Volume 5, No. 3, 2016: 133-139 Jurnal Akademika Kimia

efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh pembelajaran yang saat ini banyak digunakan
peserta didik (Isjoni, 2009). untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar
Materi stoikiometri pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered),
kimia kelas X merupakan salah satu materi yang terutama untuk mengatasi permasalahan yang
rumit di kebanyakan kalangan siswa (Achmad ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa
& Baradja, 2014). Kimia yang bersifat abstrak (Isjoni, 2009). Pembelajaran kooperatif adalah
ditambah lagi adanya perhitungan matematis suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
yang kompleks membuat siswa bingung dan dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
susah untuk belajar. Materi stoikiometri secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang
merupakan bagian penting dan dasar dari ilmu dengan struktur kelompok heterogen, guru
kimia yang mempelajari konsep perhitungan umumnya menggunakan nilai pretest anak,
suatu unsur-unsur secara keseluruhan. atau uji kompetensi dasar sebelumnya dalam
Apabila siswa sulit untuk memahami materi penentuan kelompok (Suparmi, 2012).\
tersebut maka tentunya akan berpengaruh Dewasa ini banyak penelitian yang
pada pemahaman siswa tentang materi-materi menguji kemampuan model pembelajaran
ilmu kimia lain. Sehingga nantinya siswa kooperatif untuk mengaktifkan perhatian dan
akan kesulitan dan rentang untuk berminat kerjasama siswa khususnya pada materi konsep
mempelajari kimia. perhitungan. Ada dua model pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan kooperatif yang sering digunakan dalam hal
Warasto (2015) selaku guru mata pelajaran tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif
kimia kelas X di SMA negeri 8 Palu menyatakan tipe jigsaw yang dikembangkan oleh seorang
bahwa, pembelajaran Stoikiometri di SMA psikolog sosial bernama Elliot Aronson
Negeri 8 Palu lebih mengarah ke teacher center pada tahun 1971 (Adams, 2013) dan model
learning. Menurut guru disana untuk materi pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered
perhitungan siswa tidak perlu aktif dalam head together) yang dikembangkan oleh
pembelajaran, siswa dibiarkan mendengarkan Russ Frank pada tahun 1992 (Wang, 2007).
ceramah dari guru. Peristiwa ini adalah Model kooperatif tipe jigsaw didesain untuk
antisipasi guru untuk menghindari jika siswa meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
cenderung kebingungan ketika berhadapan terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
dengan konsep perhitungan yang sulit untuk pembelajaran orang lain, sedangkan model
dimengerti, namun untuk konsep teoritis atau kooperatif tipe NHT menitikberatkan pada
hafalan biasanya guru menerapkan metode tanggung jawab siswa dalam bekerja sama
diskusi. Kondisi ini menyebabkan minat siswa antar sesamanya untuk menyelesaikan suatu
untuk mempelajari kimia khususnya konsep permasalahan (Harahap, 2013).
perhitungan menjadi rendah yang berakibat Kedua tipe ini sangat bagus dalam
pada hasil belajar siswa. pembelajaran konsep perhitungan demi
Kasus ini dapat dilihat dari ketuntasan memperbaiki hasil belajar siswa serta untuk
belajar siswa pada materi stoikiometri yang meningkatkan nilai standar ketuntasan
hanya mencapai 21,74% atau hanya sebanyak mereka secara keseluruhan tanpa adanya
15 siswa dari 69 siswa pada tahun ajaran perbedaan dari hasil belajar mereka. Namun,
sebelumnya. Kondisi ini merupakan hasil kerap kali dalam penggunaannya kedua tipe
yang kurang memuaskan, namun menurut tersebut baik dalam penerapan dan hasilnya
Warasto (2015) ada juga beberapa dari dianggap sama, karena keduanya sama-sama
kalangan siswa yang mendapat nilai yang bagus mengandalkan siswa yang cerdas atau diberikan
dan telah melebihi nilai kriteria ketuntasan tanggung jawab lebih untuk menguasai
minimum (KKM), kebanyakan dari mereka materi tertentu dan mengajarkannya kepada
memang cepat menangkap informasi dari teman. Adapun penelitian yang dilakukan
guru tetapi cenderung bersifat individual. Yolanda, dkk. (2013) dalam perbandingan
Mereka sebagian telah belajar sendiri atau les model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
privat saat di rumah dan pada saat di sekolah NHT dalam berbagai materi ajar kesemuanya
mereka mampu menguasai pelajaran namun mengungkapkan bahwa model pembelajaran
jarang mengajari temannya. Hal ini kemudian tipe jigsaw lebih baik dibandingkan dengan tipe
menjadi permasalahan bagi guru, apalagi materi NHT. Tulisan ini bertujuan untuk menentukan
yang hendak diajarkan merupakan konsep perbedaan hasil belajar siswa menggunakan
perhitungan yang menuntut keaktifan siswa model pembelajaran tipe jigsaw dengan tipe
secara keseluruhan. NHT pada materi stoikiometri serta untuk
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model menentukan bahwa model tipe jigsaw lebih

134
Nizar Studi Perbandingan Model Pembelajaran................

baik dibandingkan model tipe NHT. Instrumen Penelitian


Instrumen pada penelitian ini merupakan
METODE tes tertulis berjumlah 32 item soal yang dibuat
Alat dan Bahan dalam bentuk objektif tes. Sebelum digunakan
Metode yang dilakukan pada penelitian sebagai tes baku terlebih dahulu diujicobakan
ini adalah Pre-Experimental Design atau mengenai tingkat kesukaran, daya pembeda
sering disebut juga eksperiman semu (Quasi dan validitas item soal serta realibilitas tes.
eksperimental design). Desain penelitian yang Pemberian skor untuk tiap item akan didasarkan
digunakan adalah Posttest only control design pada benar atau salahnya jawaban. Jawaban
dengan desain faktorial 2 x 2, rancangan desain yang benar akan memperoleh skor 1 (satu)
selengkapnya seperti dalam Tabel 1\ dan jawaban yang salah akan memperoleh
Tabel 1: Rancangan Eksperimen Faktorial 2 x skor 0 (nol). Tes tersebut digunakan untuk
mengetahui perbedaan hasil belajar kimia pada
2 kedua kelas yang menjadi sampel penelitian.
Tahapan Penelitian
Tahapan pengumpulan data penelitian ini
meliputi metode dokumentasi yang berupa hasil
nilai ujian tengah semester ganjil tahun ajaran
2015/2016, metode persiapan dan metode
perencanaan, langkah-langkah pengumpulan
data secara rinci ialah sebagai berikut:
Keterangan: 1. Observasi pada lokasi penelitian atau
(X1): Penerapan model pembelajaran kooperatif melakukan wawancara guru yang bersangkutan,
tipe Jigsaw. hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampel
(X2) : Penerapan model pembelajaran kooperatif yang akan diteliti dan untuk mengetahui
tipe (NHT) Numbered Head Together kemampuan siswa, yang nantinya digunakan
(Y1): Tes akhir model pembelajaran kooperatif sebagai acuan untuk penentuan kelas dan
tipe Jigsaw dan NHT pembagian kelompok siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah 2. Menyiapkan skenario pembelajaran yaitu
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 8 Palu pada rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) dan
semester ganjil yang terdaftar tahun pelajaran instrumen penelitian yaitu berupa materi ajar
2015/2016 dengan jumlah 65 orang yang dan lembar kegiatan siswa (LKS)
terdiri dari 4 Kelas. Penentuan kelas yang 3.. Melakukan kegiatan pembelajaran
diberi pembelajaran dengan model kooperatif (Experiment) pada materi Stoikiometri dengan
tipe jigsaw (kelas eksperimen) dan kelas yang menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw pada
diberi model kooperatif tipe NHT (kelas kelas XB dan tipe NHT pada kelas XC.
kontrol) dilakukan dengan melihat nilai hasil 4. Melakukan evaluasi pada akhir pelajaran,
ujian tengah semester sebelumnya. Berdasarkan hasil evaluasi tes dari kedua kelas merupakan
hasil tersebut maka diperoleh informasi bahwa data hasil penelitian yang selanjutnya akan
tingkat ketuntasan siswa kelas XC lebih tinggi diolah dan dianalisis (Mardia, 2012).
dibanding siswa kelas XB yang memiliki Hasil dan Pembahasan
Dekskripsi Hasil
rentang perbedaan tidak terlalu jauh. Mengkaji 1)Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas
hal tersebut, maka kelas XB ditetapkan sebagai Eksperimen \
kelas eksperimen dan kelas XC sebagai kelas Hasil perhitungan data penelitian yang
Kontrol. Adapun hasil ujian tengah semester didapat dari posttest kelas eksperimen (model
kelas X SMA Negeri 8 Palu tahun ajaran jigsaw), diperoleh nilai tertinggi sebesar 94 dan
2015/2016 dapat dilihat pada Gambar 1 nilai terendah 53, nilai rata-rata (X) 78,00 ;
standar deviasi (s) sebesar 13,63 dan varians
(s2) sebesar 185,67.
2)Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol
Hasil perhitungan data penelitian yang
didapat dari posttest kelas kontrol (model
NHT), diperoleh nilai tertinggi sebesar 94
dan nilai terendah 41, nilai rata-rata (X) 70,47
Gambar 1. Diagram Batang Nilai Rata-rata ; standar deviasi (s) sebesar 16,51 dan varians
Ujian Tengah Semester Kelas X (s2) sebesar 272,64.
135
Volume 5, No. 3, 2016: 133-139 Jurnal Akademika Kimia

Analisis Data kurang dari 0,05 (P < 0,05) maka Ho diterima


Pengujian Hipotesis I dan jika nilai probabilitas (signifikansi) lebih
Pengujian hipotesis ini untuk mengetahui besar dari 0,05 (P > 0,05) maka Ha diterima dan
perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan selain daripada itu H0 ditolak (Nurgiyantoro,
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dkk., 2002). Oleh karena digunakan uji U-tes
dengan hasil belajar siswa menggunakan model 2 pihak maka kriteria yang digunakan adalah
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan jika nilai probabilitas (signifikansi) kurang dari
uji t 2 pihak menggunakan SPSS 21, perlu 0,05 (P < 0,05) maka Ho diterima dan jika
dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu nilai probabilitas (signifikansi) lebih besar dari
seperti uji normalitas dan uji homogenitas. 0,05 (P > 0,05) maka Ha diterima dan daripada
Adapun pasangan hipotesisnya adalah : itu H0 ditolak. Untuk lebih jelasnya, data uji
H0 : µ1 = µ2 : Tidak terdapat perbedaan dua pihak menggunakan uji U-tes 2 sampel
hasil belajar dari pembelajaran kooperatif tipe independent dapat dilihat dalam Tabel 2
Jigsaw dengan tipe NHT (Numbered Head Tabel 2 : Hasil Uji Mann Whitney U SPSS 2
Together) pada materi stoikiometri siswa kelas Pihak
X SMA Negeri 8 Palu
Ha : µ1 ≠ µ2 : Terdapat perbedaan hasil
belajar dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dengan tipe NHT (Numbered Head Together)
pada materi stoikiometri siswa kelas X SMA
Negeri 8 Palu
Namun dalam aturan statistik parametrik
jika sampel (n) < 30 maka kemungkinan kecil
data yang dihasilkan tidak terdistribusi normal,
karena pada penelitian ini jumlah sampelnya
(n) < 20 tiap kelas maka untuk pengujian
pengganti uji t (t-tes) tersebut digunakan
uji nonparametrik menggunakan uji Mann- Tabel diatas menunjukan hasil uji hipotesis
Whitney U test. dengan metode U-test. Nilai pengujian dapat
Teknik uji ini biasa juga disebut U-tes, tes dilihat pada nilai Asymp sig (2-tailed) yaitu
ini berfungsi sebagai alternatif penggunaan nilai probabilitas (signifikan) menggunakan
t-tes bilamana persyaratan-persyaratan dua pihak, menghasilkan nilai 0,195 yang
parametriknya tidak terpenuhi. Hal ini berarti > 0,05 . Uji U-tes dalam software SPSS
diperkuat lagi oleh Soepono (2003) yang mengatakan jika nilai signifikan P > 0.05 maka
mengatakan bahwa dalam t-tes untuk sampel Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan
dengan jumlah n ≥ 20 memiliki asumsi hasil belajar dari pembelajaran kooperatif tipe
atau kemungkinan distribusi sampling-nya Jigsaw dengan tipe NHT (Numbered Head
mendekati distribusi normal, sementara untuk Together) pada materi stoikiometri siswa kelas
sampel kecil di mana n < 20 asumsi yang X SMA Negeri 8 Palu.
ditemukan seringkali data memiliki distribusi Pengujian Hipotesis II
sampel yang tidak normal. Maka tes signifikansi Pengujian hipotesis ini untuk mengetahui
untuk uji H0 disarankan untuk menggunakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan
U-tes dengan acuan tabel kritik U-tes. model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih
U-tes ini digunakan untuk menguji besar dibandingkan dengan hasil belajar siswa
signifikansi hipotesis komparatif dua sampel menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
independen bila datanya berbentuk ordinal. NHT sama seperti pengujian hipotesis I, hanya
Tes ini merupakan tes yang terbaik untuk saja uji yang digunakan yaitu dengan U-tes 1
menguji hipotesis komparatif dua sampel pihak (pihak kanan) menggunakan SPSS 21.
independen bila datanya ordinal. Bila data Adapun pasangan hipotesisnya adalah :
berbentuk interval dapat digunakan t-tes H0 = µ1 ≤ µ2: Hasil belajar yang
untuk pengujiannya, tetapi bila asumsi t-tes menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
tidak dipenuhi (misalnya data harus normal), Jigsaw kurang baik atau sama dengan hasil
maka t-tes ini dapat digantikan dengan U-tes belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
(Sugiyono, 2004). kooperatif tipe NH\
Kebenaran suatu hipotesis pada penelitian Ha = µ1 > µ2: Hasil belajar yang
dapat ditentukan melalui suatu pengujian menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
statistik. Pengujian statistik ini menggunakan Jigsaw lebih baik dengan hasil belajar siswa
U-tes (software SPSS 21) dengan kriteria jika yang menggunakan pembelajaran kooperatif
nilai probabilitas (signifikansi) yang dihasilkan tipe NHT
136
Nizar Studi Perbandingan Model Pembelajaran................

Oleh karena digunakan uji U-tes 1 pihak tinggi dibandingkan kelas NHT, artinya
(pihak kanan) maka kriteria yang digunakan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw
adalah jika nilai probabilitas (signifikansi) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
kurang dari 0,05 (P < 0,05) maka Ho diterima belajar siswa pada materi perhitungan terutama
dan jika nilai probabilitas (signifikansi) lebih pada pokok materi stoikiometri. Model
besar dari 0,05 (P > 0,05) maka Ha diterima pembelajaran kooperatif jigsaw menurut Tran
dan daripada itu H0 ditolak. Untuk lebih dan Lewis (2012) memungkinkan siswa dapat
jelasnya, data uji satu pihak (pihak kanan) meraih keberhasilan dalam belajar, disamping
menggunakan uji U-tes 2 sampel independen itu juga siswa memiliki kesempatan yang lebih
dapat dilihat dalam Tabel 3 besar untuk bekerjasama dengan teman yang
Tabel diatas menunjukan hasil uji hipotesis lain, saling membantu, berpikir dan berbagi
dengan metode U-test. Nilai pengujian bersama, rasa setia kawan, dapat menerima
Tabel 3 : Hasil Uji Mann-Whitney U SPSS 1 masukan dari orang lain dan siswa lebih
menikmati pembelajaran. Serta model tipe
Pihak jigsaw ini dapat meningkatkan keterampilan
baik keterampilan dalam berpikir (thinking
skill) maupun keterampilan sosial (social skill)
(Santoso, 2011).
Penelitian ini mengindikasikan bahwa hasil
belajar kelas eksperimen yang menggunakan
model kooperatif tipe jigsaw lebih baik
dari pada hasil belajar kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Adanya perbedaan ini dikarenakan
pada pembelajaran kooperatif jigsaw
terdapat kelebihan yang tidak terdapat pada
yang dilihat ditunjukan pada nilai Exact sig pembelajaran kooperatif NHT yaitu pada fase
(1-tailed) yaitu nilai probabilitas (signifikan) 3,4,5. Dimana seluruh kelompok yang ada
menggunakan satu pihak, menghasilkan nilai pada kelas dibentuk lagi suatu kelompok yang
0,204 yang berarti > 0,05 . Uji U-tes dalam dinamakan kelompok ahli. Kelompok ahli disini
software SPSS mengatakan jika nilai signifikan bertujuan untuk merangsang siswa agar dapat
P > 0.05 maka Ha diterima. Hal ini berarti saling memahami apa yang kurang dipahami
hasil belajar yang menggunakan pembelajaran oleh siswa lain yang terdapat pada kelompok
kooperatif tipe jigsaw lebih baik dengan hasil ahli dan mereka dapat berdiskusi secara leluasa
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran antar siswa yang memiliki pembagian tugas
kooperatif tipe NHT. Dengan diterimanya Ha yang sama, yang kemudian mereka dapat
menguatkan rumusan masalah 1 bahwa terdapat mencurahkan sekaligus membantu kelompok
perbedaan antara model pembelajaran tipe asal mereka agar dapat memahami materi dari
jigsaw dengan NHT pada materi stoikiometri. hasil diskusi kelompok ahli masing--masing
Hasil analisis nilai posttest siswa diketahui (Pribadi & Sugiarti, 2010).
bahwa rata-rata nilai hasil belajar kelas Keunggulan jigsaw juga terletak pada
eksperimen sebesar 78,00 dan kelas kontrol tanggung jawab yang diberikan kepada tiap
sebesar 70,47. Data nilai posttest kemudian individu lebih spesifik karena pembagian
dianalisis dengan menggunakan uji Mann- topik atau bidang dibebankan kepada masing-
Whitney U-Test, Uji ini dilakukan karena masing individu, sehingga secara keseluruhan
sampel dalam penelitian ini hanya berjumlah individu akan termotivasi untuk belajar dan
16 dan 17 orang. Berdasarkan uji Mann- memiliki ketergantungan positif. Sistem
Whitney U-Test diperoleh nilai dengan hasil pengorganisasiannya juga akan muncul, karena
analisis posttest hasil belajar diperoleh output di dalam kelas terbagi menjadi 2 kelompok
“Rank” untuk nilai mean kelas eksperimen lebih sehingga siswa akan mengalami pertemuan yang
besar dari kelas kontrol yaitu 19,22 > 14,92. saling mewakili kelompoknya (Isjoni, 2009).
Output “Test Statistic” Sig. 2-tailed (0,204) > Apalagi menyangkut materi perhitungan seperti
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai pada materi stoikiometri yang membutuhkan
posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen konsep dasar dalam memahaminya, sehingga
lebih baik dari pada kelas kontrol. pada inilah tahap yang menjadikan model
Merujuk pada hasil uji Mann-Whitney U jigsaw memiliki keunggulan yang tidak dimiliki
diketahui bahwa jika data tak terdistribusi oleh model kooperatif lainnya.
normal maka dapat dilakukan uji nonparametrik Penelitian Rosyad dan Buditjahjanto (2014)
dan diperoleh nilai pada kelas Jigsaw lebih mengatakan bahwa penerapan model jigsaw
137
Volume 5, No. 3, 2016: 133-139 Jurnal Akademika Kimia

dapat menciptakan suasana pembelajaran Kurniawati, K. R. A., Budiyono, & Saputro,


aktif sehingga suasana kelas menjadi hidup, D. R. S. (2014). Eksperimentasi model
pemahaman peserta serta didik lebih mendalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
dan hasil belajar menjadi lebih maksimal. numbered heads together pada pokok
Dibandingkan dengan model NHT yang bahasan bangun ruang sisi datar ditinjau
cenderung efisien dalam pengerjannya dan dari kecerdasan interpersonal siswa kelas
lebih mengandalkan kerja guru sehingga siswa VIII SMP Negeri di kota Madiun. JMME
cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran (Journal Mathematics and Mathematics
tetapi berpengaruh terhadap minimnya tingkat Education), 4(2), 34-44.
pemahaman siswa. Hal ini juga didukung oleh
penelitian Harahap (2013), yang mengatakan Mardia, S. N. (2012). Penerapan model
model pembelajaran tipe jigsaw cenderung pembelajaran kooperatif tipe NHT
lebih baik dibandingkan tipe NHT pada materi (Numbered Head Together) pada materi
yang membutuhkan konsep pemahaman . operasi himpunan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII A SMPN 5 Marawola.
Kesimpulan (Skripsi), Universitas Tadulako, Tidak
Berdasarkan hasil di atas diperoleh nilai diterbitkan.
untuk uji 2 pihak Asymp sig (2-tailed) sebesar
0,195 dan untuk uji 1 pihak diperoleh nilai Nasution. (1999). Teknologi pendidikan.
Exact Sig (1-tailed) sebesar 0,204 data keduanya Yogyakarta: Bumi Aksara.
berada pada daerah penolakan H0 yaitu nilai Nurgiyantoro, B., Gunawan, & Marzuki.
signifikansi lebih besar dari 0,05, sehingga (2002). Statistik terapan untuk penelitian
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan ilmu-ilmu sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
antara model pembelajaran kooperatif tipe University Press.
jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT serta hasil belajar menggunakan Pribadi, A. S., & Sugiarti, R. (2010). Perbedaan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw penerapan model pembelajaran kooperatif
lebih baik dibandingkan tipe NHT pada materi tipe numbered head together (NHT) dan
stoikiometri siswa kelas X SMAN 8 Palu. jigsaw terhadap keterampilan sosial pada
siswa kelas X SMA (studi kasus di SMA
Ucapan Terima Kasih Karangturi Semarang). Jurnal Psikologi
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Semarang, 1(1), 1-15.
Salim selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8
Palu, Warasto selaku Guru Kimia di SMA Rosyad, M. F., & Buditjahjanto, I. G. P.
Negeri 8 Palu dan siswa kelas X SMA Negeri (2014). Perbandingan hasil belajar siswa
8 Palu yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan tipe jigsaw di
Referensi SMKN Jetis Mojokerto. Jurnal Pendidikan
Achmad, H., & Baradja, L. (2014). Stoikiometri. Teknik Elektro, 1(3), 63-68.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Santoso. (2011). Proses belajar mengajar.
Adams, F. H. (2013). Using jigsaw technique as Bandung: Tarsito.
an effective way of promoting cooperative
learning among primary six pupils in Fijai. Soepono. (2003). Statistik terapan (2 ed.).
International Journal of Education and Jakarta: Rineka Cipta.
Practice, 1(6), 64-74.
Sugiyono. (2004). Statistik nonparametris.
Harahap, I. A. (2013). Perbedaan hasil belajar Bandung: Alfabeta.
dengan menggunakan model pembelajaran Suparmi. (2012). Pembelajaran kooperatif
kooperatif tipe jigsaw dan NHT pada materi dalam pendidikan multikultural. Jurnal
struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di Pembangunan Pendidikan:Fondasi dan
kelas XI SMA Negeri 2 Tebing Tinggi tahun Aplikasi, 1(1), 108-118.
pembelajaran 2012/2013. Retrieved 16
Maret, 2015, from http://digilib.unimed. Tran, V. D., & Lewis, R. (2012). The effect
ac.id of jigsaw learning on students attitudes in
a Vietnamese higher education clashroom.
Isjoni. (2009). Pembelajaran kooperatif. International Journal of Higher Education,
Bandung: Rineka Cipta. 1(2), 9-20.

138
Nizar Studi Perbandingan Model Pembelajaran................

Uno, H. B., & Lamatenggo, N. (2010). Warasto. (2015). Personal komunikasi. SMA
Teknologi komunikasi dan informasi Negeri 8 Palu.
pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yolanda, N., Pramudiyanti, & Marpaung, R. R.
Wang, T. P. (2007). The comparison of the T. (2013). Perbandingan penggunaan model
difficulties between cooperative learning jigsaw dan NHT terhadap hasil belajar pada
and traditional teaching methods in college materi ekosistem. Jurnal Pendidikan Biologi,
english teachers. The Journal of Human 4(2), 81-95.
Resource and Adult Learning, 3(2), 23-30.

139

Anda mungkin juga menyukai