PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
2
2.1.1 Membran Timpani
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga. Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1 mm.
Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring
yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 45 o dari dataran
sagital dan horizontal. Terdiri dari pars flaksid yang merupakan bagian atas. Bagian
bawah disebut dengan pars tensa. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada
membran timpani disebut umbo. Dari umbo bermuara suatu reflex cahaya ( cone of
light ), kearah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5
untuk yang kanan.2
Membran timpani secara anatomi dibagi menjadi :
1. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan
bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersili, seperti epitel mukosa saluran
napas.2
2. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri
dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di
bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. 2
3
Kavum timpani terdiri dari : 1,4,6,7,8
1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).
2. Dua otot yaitu otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan otot stapedius (
muskulus stapedius)
3. Saraf korda timpani yaitu merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum
timpani dari analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior.
Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan
dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui ganglion ubmandibular.
Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.
4. Saraf pleksus timpanikus yang berasal dari n. timpani cabang dari nervus
glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksus
simpatetik disekitar arteri karotis interna.
4
2.1.5. Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga Tuba auditory atau Tuba faringotimpani.
Merupakan saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring. Tuba ini
berfungsi untuk ventilasi, menjaga agar tekanan udara telinga tengah selalu sama
dengan tekanan udara luar. Berfungsi juga untuk drainase sekret dan menghalangi
masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Bentuknya seperti huruf S. Pada
orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari
telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :2
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Sedangkan, otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu :
1. M. tensor veli palatini
2. M. elevator veli palatini
3. M. tensor timpani
4. M. Salpingofaringeus
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan
mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga
menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran
Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah, perilimf
dala m skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (forame rotundum) terdorong
ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan
mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan
perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok,
dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan
fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran
listrik yang diteruskan ke cabang-cabang N.VIII, yang kemudian meneruskan
rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf
pusat yang ada dilobus temporalis.1,4
5
2.2.1. Gangguan Fisiologi Telinga Tengah
2.3.1. Definisi
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek.2
Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan
mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan patologis yang ireversibe.1,2,4
6
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya
pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di
mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau
perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
a. Perforasi sentral
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan
[2]
diseluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Lokasi
pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-
superior, kadang-kadang sub total.1,2,4
b. Perforasi marginal
Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan
dengan anulus atau sulkus timpanikum.[2] Terdapat pada pinggir
membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi
marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.
Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan
kolesteatom.1,2,4
c. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.1,2,4 Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi
membran timpani menetap pada OMSK : 1,2
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang
mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.
7
Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan
melalui mekanisme migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami
pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani.
Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
2.3.4. Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum prevalensi
OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi,
suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Misalnya, OMSK
lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin
Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari
90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,
daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan
sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang
jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK
pada negara yang sedang berkembang.4
2.3.5. Etiologi
Dibawah ini merupakan Penyebab OMSK, yaitu: 1,2,5
1. Lingkungan - Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain
dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat,
hygiene dan nutrisi yang jelek
2. Otitis media sebelumnya.
3. Infeksi - Bakteri yang sering ditemui pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus
4. Infeksi saluran nafas atas
5. Autoimun
6. Alergi
7. Gangguan fungsi tuba eustachius.
8
2.3.6. Patogenesis
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah
(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini
(otitis media, OM). Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam
keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini
berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan
udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang
pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan
mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke
telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya
infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah.
Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat,
seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel
mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh
darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah.
Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang
dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya
akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga tengah mengalami
hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana,
menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara
sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang
bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan
epitel sederhana. Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah
yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga
tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada
waktu bayi.4
9
Patogenesis terjadi OMA → OME → OMSK :2
sembuh / normal
↑
Gangguan tuba→ tekanan negatif telinga tengah→ efusi→ fungsi tuba tetap→ OME
↑ ↓ terganggu/ infeksi ( -)
Etiologi : fungsi tuba tetap terganggu
Perubahan tekanan udara tiba-tiba / infeksi ( + )
Alergi ↓
Infeksi OMA
Sumbatan: sekret
tampon
tumor sembuh OME OMSK
2.3.7. Patologi 7
2.3.8. Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna = tipe tumbotimpanal)
Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan
kelainan di kavum timpani. Proses peradangan pada OMSK tipe aman
terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi
10
terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteatoma.2
1. OMSK aktif
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif.[2] Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret
telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma
atau jaringan granulasi.5
2. OMSK tenang / inaktif
OMSK tenang / inaktif adalah keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau
kering.2 Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali mengeluh
gangguan pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinnitus,
atau suatu rasa penuh dalam telinga.5
2.4.1. Definisi
Yang dimaksud dengan OMSK tipe bahaya ialah OMSK yang disertai
dengan kolesteatoma. Perforasi biasanya letaknya marginal atau di atik.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal bisa timbul.2
11
menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi pada
marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari
OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat
abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga
yang berasal dari dalam telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum),
sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma), atau terlihat
bayangan kolesteatoma pada rontgen mastoid.2
2.4.4. DIAGNOSIS
Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Pada
maligna sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai
pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat
bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang
pendengaran atau telinga keluar darah.4
Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.4
2. Pemeriksaan audiologi
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas.3
3. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih
efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.4
a. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.
Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus
lateral dan tegmen.3
13
b. Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran
tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah
kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.3
c. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat.2,3
d. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan
atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom.3
e. Pemeriksaan Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada
OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.
Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella,
dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.2
14
pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini
mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.2
Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a. Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis
(1965) adalah :
1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang
temporal, umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese
nervus fasialis, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.2,8
b. Kolesteatom akuisital atau didapat
Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani.
Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars
flaksida akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya
gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik
atau pars flasida.2,8
Secondary acquired cholesteatoma.
Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat
masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran
timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa
kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori
metaplasi).
2.4.6. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi,
dimana pengobatan dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi
15
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif
dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan, biasanya diberikan antibiotik sistemik Bila terdapat abses
subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian
dilakukan mastoidektomi.2,3,6
2.4.7. Komplikasi8
Klasifikasi Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik menurut Adams dkk (1989)
A. Komplikasi di telinga tengah:
1.Perforasi membran timpani persisten
2.Erosi tulang pendengaran
3.Paresis nervus fasialis
B. Komplikasi di telinga dalam
1.Fistula labirin
2.Labirinitis supuratif
3.Tuli saraf (sensorineural)
C. Komplikasi di ekstradural
1.Abses ekstradural
2.Trombosis sinus lateralis
3.Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1.Meningitis
2.Abses otak
3.Hidrosefalus otitis
19
Abses Ekstradural
Abses ekstradural ialah terbentuknya nanah diantara duramater
dan tulang.Pada otitis otitis media supuratif kronis keadaan ini
berhubungan dengan jaringan granulasi dan kolesteatom yang
menyebabkan erosi tegmen timpani atau mastoid. Gejalanya terutama
berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan foto foto rontgent
mastoid yang baik, terutama posisi schuller dapat dilihat kerusakan di
lempeng tegmen yang menandakan tertembusnya tegmen.
Abses Subdural
Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari
abses ekstradural biasanya sebagai perluasan tromboflebitis melalui
pembuluh vena. Gejalanya dapat berupa demam, nyeri kepala dan
penurunan kesadaran sampai koma pada pasien otitis media supuratif
kronik. Gejala kelainan susunan saraf pusat bisa berupa kejang,
hemiplegia, dan pada pemeriksaan terdapat tanda kernig positif. Pungsi
lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan meningitis.
Pada abses subdural pada pemeriksaan likuor serebrospinal kadar
protein biasanya normal dan tidak ditemukan bakteri. Kalau pada abses
ekstradural nanah keluar pada waktu operasi mastoidektomi, pada abses
subdural nanah harus dikeluarkan secara bedah syaraf, sebelum
dilakukan mastoidektomi.
20
terdapat kaku kuduk waktu difleksikan dan terdapat tanda kernig
positif. Biasanya kadar gula menurun dan kadar protein meninggi di
likuor serebrospinal. Pengobatan meningitis otogenik ini ialah dengan
mengobati meningitisnya dulu dengan antibiotik yang sesuai, kemudian
infeksi di telinga ditanggulangi dengan operasi mastoidektomi.
Abses Otak
Abses otak sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis
dapat ditemukan di serebelum, fosa kranial posterior atau di lobus
temporal, di fosa kranial media. Keadaan ini sering berhubungan
dengan tromboflebitis sinus lateralis, petrositis, atau meningitis. Abses
otak biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan
mastoid atau tromboflebitis. Umumnya didahului oleh suatu abses
ekstradural. Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada abses
lobus temporal. Abses serebelum dapat ditandai dengan ataksia,
disdiadoko-kinesis, tremor intensif dan tidak tepat menunjuk suatu
objek. Afasia dapat terjadi pada abses lobus temporal.
Gejala lain yang menunjukkan adanya toksisitas berupa nyeri
kepala, demam, muntah, serta keadaan letargik. Selain itu sebagai tanda
yang nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan
kejang. Pemeriksaan likuor serebrospinal memperlihatkan kadar protein
yang meninggi serta kenaikan tekanan likuor. Mungkin dapat juga
edema papil. Lokasi abses dapat ditentukan dengan angiografi,
ventrikulografi, atau dengan tomografi komputer. Pengobatan abses
otak ialah dengan jalan operasi, dengan melakukan drainase dari lesi.
Selain itu, pengobatan dengan antibiotika harus intensif. Mastoidektomi
dilakukan untuk membuang sumber infeksi, pada waktu keadaan umum
lebih baik.
Hidrosefalus Otitis
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor
serebrospinal yang hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari likuor
tersebut. Pada pemeriksaan terdapat edema papil. Keadaan ini dapat
21
menyertai otitis media akut atau kronis. Gejala berupa nyeri kepala
yang menetap, diplopia, pandangan yang kabur, mual, dan muntah.
Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis
yang mengakibatkan kegagalan absorbsi likuor serebrospinal oleh
lapisan araknoid.
22
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) atau yang sehari-hari disebut congek
adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul, mungkin encer
atau kental, bening, atau berupa nanah.
Penyebab OMSK secara umum ialah lingkungan, otitis media sebelumnya,
infeksi saluran nafas atas, autoimun, alergi dan gangguan fungsi tuba eustachius.
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.
Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal, atau
atik. Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis
OMSK. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik. Sebagian
besar komplikasi berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna. Komplikasi
dapat terjadi di telinga tengah, telinga dalam, ekstradural dan sistem saraf pusat.
Terapi OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak langsung cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh adanya perforasi membran timpani, terdapatnya sumber infeksi,
gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, ada
cara konservatif dan operatif. Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi.
Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24