Kornea Distrofi
Kornea Distrofi
PENDAHULUAN
1
Pengelolaan dystrophies kornea bervariasi dengan penyakit tertentu. Beberapa
ditangani secara medis atau dengan metode yang cukai atau mengikis jaringan
kornea yang abnormal, seperti keratoplasty endotel dalam lamelar (DLEK) dan
keratectomy phototherapeutic (PTK). Dystrophies kurang melemahkan atau
asimtomatik lainnya tidak menjamin pengobatan.
2
BAB II
ANATOMI KORNEA
3
sementara di bagian perifer serat kolagen ini bercabang. Pembentukan
kembali serat kolagen memakan waktu lama, kadang-kadang sampai 15
bulan. Di antara lamella terdapat sel keratosit yang bertanggung jawab
untuk produksi serat kolagen dan substansi dasar yakni mukopolisakarida
dan glikosaminoglikan.
4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma komea. Lapisan ini bersifat sangat elastic dan tahan terhadap
trauma dan infeksi.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, merupakan 1 lapis sel berbentuk
heksagonal dengan besar 20-40 pm. Endotel melekat pada membrane
descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden. Tidak seperti
epitel, endotel tidak dapat beregenerasi. Jika terjadi kerusakan sel endotel,
sel lain yang tersisa akan menjadi datar untuk menutupi area endotel yang
rusak namun hal ini sangat menurunkan fungsi sel endotel.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus dan saraf nasosiliar. Saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane Bowman dan
4
melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada
kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krauseuntuk sensasi dingin
ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah
limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Kejernihan dari kornea dipengaruhi oleh susunan dan keadaan hidrasi dari
serat kolagen dalam stroma. Jika air masuk ke dalam serat kolagen maka akan
terjadi pemisah antar sel sehingga mengurangi kejernihan kornea. Lapisan epitel
dan endotel mencegah masuknya cairan ke dalam stroma dengan bekerja sebagai
penghalang. Sebagai tambahan, endotel dapat mengeluarkan kelebihan air di
jaringan kornea melalui proses transport aktif (pompa endotel). Kornea
mendapatkan asupan nutrisi dan oksigen dari air mata, humor akuosus, dan
kapiler-kapiler daerah limbus.
5
BAB III
DISTROFI KORNEA
6
b. Etiologi
Seperti pada distrofi kornea lainnya, distrofi kornea superfisial
ditentukan secara genetik dan selalu diwariskan. Fenotip unik pada
distrrofi kornea ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan mutasi gen
yang spesifik. Dihasilkan dari mutasi gen yang berbeda dan perbedaan
fenotip mungkin dihasilkan dari perbedaan mutasi di dalam gen yang
sama. Adanya mutasi dalam 4 gen (KRT3, KRT12, TGFB1, dan
TACSTD2) merupakan penyebab dari kelainan genetik yang ada di kornea
superficial.
c. Manifestasi klinis,
1) Meesmann dystrophy (MECD, Stocker-Holt dystrophy)
Karakteristik distrofi Meesmann ditandai adanya gelembung kecil
yang jelas terlihat, pungtata dengan gambaran keruh berbentuk bulat
sampai oval yang terbentuk di epitel sentral kornea dan ke tingkat yang
lebih rendah arah perifer kornea pada kedua mata selama masa kanak-
kanak.
7
Gambar 3 : terlihat gambaran kornea menunjukkan
retroiluminasi dengan titik titik kecil.
8
Gambar 4 : kekeruhan retikuler di kornea superficial
9
3) Thiel-Behnke dystrophy (TBCD, corneal dystrophy of Bowman layer
type II, honeycomb corneal dystrophy, anterior limiting membrane
dystrophy type II, curly fibers corneal dystrophy, Waardenburg-
Jonker corneal dystrophy)
Distrofi kornea pada jenis ini, kekeruhan sub-epitel kornea
membentuk pola sarang lebah di kornea superfisial. Sebuah zona yang
jelas ada di limbus corneoscleral. Erosi kornea dimulai pada dekade
pertama dan kedua dan menyebabkan ketidaknyamanan okular dan
nyeri. Erosi terjadi secara berulang dan penglihatan secara bertahap
menjadi terganggu.
10
Gambar 6. Kekeruhan pada kornea dengan nodul putih multipel. Terlihat
pembuluh darah di kornea yang keruh
11
GDCD, respons terhadap LPK dan PK serta keratekromi superfisial
tidak memuaskan.
Gambar 8 : kekeruhan halus dan microkista dalam epitel kornea berbentuk pita
12
dengan kabut dan kekeruhan di subepitel, karena fibrosis atau keloid
seperti nodul yang berkembang. Kelainan morfologi khas belum
diidentifikasi di ERED. Etiologinya tidak sepenuhnya dipahami. Gen
untuk ERED masih harus dicari ke lokus kromosom tertentu.
13
Gambar 10. kekeruhan yang tidak teratur pada kornea superficial
d. Diagnosis Banding
MECD dan LECD memiliki kesamaan klinis dan perlu dibedakan satu
sama lain dan ini mudah dilakukan dengan perbedaan mutasi gen yang
diwariskan. TBCD memiliki kesamaan dengan RBCD, tapi mungkin
memiliki perjalanan klinis yang tidak terlalu berat. Tanpa pemeriksaan
jaringan atau analisis genetika molekuler TBCD umumnya misdiagnosed
sebagai RBCD. ERED perlu dibedakan dari kondisi lain yang disertai
dengan erosi epitel berulang, terutama bila mereka adalah manifestasi awal
kehidupan, seperti membran.
e. Terapi
Pasien dengan kekeruhan kornea superfisial cocok diterapi dengan
keratektomi superfisial, keratoplasty lamelar atau keratektomi
phototherapeutic. Distrofi kornea superfisial tidak perlu dilakukan
keratoplasty penetrating.
14
2. Stroma Kornea Dystrophies
Kelompok ini mencakup macular corneal dystrophy (MCD), granular
corneal dystrophy (GCD) type I, the lattice corneal dystrophies (LCD),
Schnyder corneal dystrophy (SCD), fleck corneal dystrophy (FCD), congenital
stromal corneal dystrophy (CSCD) and posterior amorphous corneal
dystrophy (PACD)[2].
a. Manifestasi klinis
1) Macular distrofi kornea (MCD, distrofi kornea Groenouw tipe II,
Fehr distrofi kornea)
Gambaran samar berbentuk kabut biasanya muncul pertama kali
dalam stroma kedua kornea selama masa remaja, tetapi kekeruhan
dapat menjadi jelas pada masa pertumbuhan atau bahkan dalam dekade
keenam.
15
Islandia dan bagian Amerika Serikat. Adanya mutasi gen CHST6
bertanggung jawab untuk kebanyakan kasus MCD.
Pada kelainan ini, penglihatan dapat dikembalikan dengan
transplantasi kornea, tapi penyakit ini dapat kambuh setelah bertahun-
tahun walaupun sudah di transplantasi. Karena kondisi ini
mempengaruhi stroma kornea secara keseluruhan, membran Descemet
dan endotel kornea maka tindakan keratoplasti tidak mencakup semua
jaringan patologis.
16
Muncul pada dekade pertama kehidupan dan terlihat jelas pada
umur 3 tahun. Awalnya terlihat seperti titik kekurahan dan dengan
seiring waktu mereka secara bertahap membesar dan menjadi lebih
banyak. Pada anak-anak terlihat permukaan kornea halus, namun pada
orang dewasa sering tidak merata. Ketajaman penglihatan kurang lebih
normal. Pada akhir dekade kedua, banyak kekeruhan terdapat di kornea
sentral dan superfisial, namun jarang di stroma bagian dalam. Terdapat
perbedaan klinis yang terlihat pada kekeruhan kornea antara 2 tipe
GCD yaitu GCD tipe 1 dan GCD tipe 2.
GCD telah dipelajari secara ekstensif di Denmark oleh Moller.
GCD1 paling umum di Eropa, tetapi GCD2 lebih umum di Jepang,
Korea dan Amerika Serikat. Kekeruhan kornea pada GCD mudah
dilihat setelah kornea dipotong.
17
3) Lattice corneal dystrophies (LCD) type I (Biber-Haab-Dimmer
dystrophy)
Sebuah jaringan filamen bercabang kekeruhan kornea
interdigitating halus dalam bentuk kelainan bawaan pada dua genetika
yang berbeda.
Gambar 15. Sebuah garis jaringan tebal kekeruhan kornea pada pasien
dengan varian LCD1 (LCD tipe III) karena mutasi homozigot Leu527Arg
pada gen TGFBI.
18
terjadi pada 2-14 tahun kemudian. Lesi kornea pada LCD2 jarang surat
perintah keratoplasty menembus, tetapi ketika melakukan cacat epitel
neurotropik persisten dapat berkembang.
Gambar 17. Kornea sentral berisi kristal dan cincin buram yang menonjol
jelas di kornea perifer.
19
berubah dari waktu ke waktu dan membentuk kekeruhan kornea sentral
berbentuk cakram padat. Penglihatan scotopic sangat baik dan
berlanjut sampai usia pertengahan, namun mereka yang terkena
dampak perlu keratoplasty penetrating sebelum dekade ketujuh.
Gambar 19. Kornea berisi bintik kecil yang keruh. Penampilan kornea
dengan biomicroscopy slit lamp (gambar kiri) dan mikroskop confocal
(gambar kanan)
Kekeruhan lain menyerupai salju atau awan dan terdiri dari warna
abu-abu kecil tanpa batas yang jelas dan terjadi terutama di tiga kornea
20
sentral. Mereka berada di anterior dan perifer stroma, terkadang lebih
padat terdapat di stroma bagian dalam dekat dengan membran
Descement. FCD mempengaruhi pria dan wanita adalah sama dan
telah diamati sepanjang hidup dan bahkan pada anak-anak usia 2
tahun. Epitel kornea, lapisan Bowman, dan membran Descemet
normal. Sensasi kornea biasanya normal. FCD disebabkan oleh mutasi
dari gen PIP5K3.
FCD adalah non-progresif, tidak mempengaruhi penglihatan dan
biasanya tanpa gejala dan tidak memerlukan pengobatan, tetapi
fotofobia ringan telah dilaporkan. Pada satu pasien yang menjalani
keratoplas penetrating, tidak ada bukti klinis rekurensi FCD pada
jaringan transplantasi setelah 10 tahun follow up.
21
dilaporkan. CSCD satu keluarga besar dikenal memiliki keturunan di
Jerman dan Perancis. Individu dipengaruhi oleh CSCD telah dipelajari
secara ekstensif dalam keluarga besar Perancis dan Norwegia.
22
PACD cenderung lambat progresif atau nonprogressive. Ketajaman
visual biasanya minimal terganggu, tetapi dapat cukup parah untuk
menjamin keratoplasty menembus.
b. Diagnosis Banding
Anggota keluarga yang terkena dengan LCD1 dapat mengembangkan
fenotipe klinis menyerupai RBCDS. Fitur klinis Kementerian telah
dilaporkan dalam keluarga dengan LCD1, tapi studi ini tidak menganalisis
gen KRT3 dan KRT12 [79]. MCD harus dibedakan pada
mucopolysaccharidoses sistemik (MASC) (seperti IH jenis
mucopolysaccharidosis dan IS) dan mucolipidosis. Berbeda dengan
deposito sistemik materi MASC abnormal antara serat-serat kolagen dalam
stroma kornea di MCD. GCD harus dibedakan dari gammopathy
monoklonal karena lesi histopatologi bisa sangat mirip. SCD harus
dibedakan dari lemak lain dan keratopathy lethithin khusus: penyakit
kolesterol acyltransferase (penyakit LCAT, penyakit Norum) dan penyakit
ikan mata disebabkan oleh mutasi yang berbeda pada gen LCAT.
c. Terapi
Karena stroma kornea dystrophies ekstensif atau sepenuhnya
memperpanjang melalui stroma kornea seluruh, sebuah keratoplasty
menembus atau keratoplasty lamelar mungkin pada akhirnya diperlukan
bila visi menjadi gangguan signifikan. Sebagai tindakan sementara ablasi
kornea dangkal dapat praktis, terutama jika jaringan donor tidak tersedia.
23
edema stroma kornea berlebihan dan merusak kejernihan kornea dan
mengurangi ketajaman visual.
a. Epidemiologi
Prevalensi FECD berbeda di berbagai belahan dunia. Hal ini umum
dan distrofi kornea yang paling umum di Amerika Serikat, mempengaruhi
sekitar 4% dari populasi lebih dari 40 tahun. Hal serupa juga terjadi di
negara-negara maju lainnya. FECD jauh lebih umum dan lebih parah pada
wanita dibandingkan pada pria. FECD biasa di Arab Saudi dan Cina di
Singapura dan FECD sangat langka di Jepang.
b. Etiologi
Sementara beberapa yang berbeda dystrophies kornea posterior ada
hubungan antara beberapa dari mereka telah disarankan berdasarkan
penelitian genetika molekuler. Heterogenitas fenotipik dan heterogenitas
alelik ada. Misalnya, Gly455Lys mutasi pada gen COL8A2, yang
mengkode rantai α2 kolagen tipe VIII, telah terdeteksi di kedua FECD dan
PPCD. Demikian pula, mutasi pada gen yang menyebabkan tipe 3 TCF8
PPCD, telah ditemukan di salah satu dari 74 pasien Cina dengan FECD
dan mutasi pada gen SLC4A11 telah terdeteksi dalam 4 individu dengan
akhir-onset FECD.
c. Manifestasi klinis
1) Fuchs corneal dystrophy (FECD, Fuchs endothelial corneal
dystrophy, endo-epithelial corneal dystrophy, late hereditary
endothelial dystrophy).
FECD merupakan kelainan endotel kornea yang progresif,
menyebabkan edema kornea dan kehilangan penglihatan. Stadium
awal penyakit FECD biasanya dimulai sejak dekade ke 5 sampai 7, dan
ditandai dengan akumulasi dari pertumbuhan jaringan lokal yang
disebut gutata, dan penebalan membran Descemet. Pada akhirnya akan
terjadi kehilangan densitas dan fungsi sel endotel sebagai pompa
24
kornea yang menyebabkan edema kornea. Walaupun gutata kornea
bukan merupakan tanda khas dari FECD, perkembangan edema stroma
semakin menegaskan kelainan ini. Edema kornea diikuti oleh erosi
kornea berulang, dan kerusakan parah pada ketajaman visual, bahkan
kebutaan pada lanjut usia.
Gambar 22. Sebuah kornea buram yang nyata disebabkan oleh edema
yang luas karena hilangnya sel endotel normal yang menjaga hidrofilik
stroma kornea.
25
Kebanyakan pasien dengan keratoplasty penetrating FECD
akhirnya membutuhkan salah satu prosedur baru untuk memperbaiki
permukaan posterior kornea, seperti di keratoplasty endotel pipih
(DLEK), keratoplasty Descemet pengupasan endotel (DSEK), atau
Descemet pengupasan endotel keratoplasty otomatis (DSAEK).
2) Posterior polymorphous corneal dystrophy (PPCD, posterior
polymorphous dystrophy)
Bentuk umum dari distrofi kornea dapat hadir pada saat lahir
(dengan kekeruhan dari kornea) atau lambat selama hidup dan ditandai
oleh lesi mempengaruhi endotelium. Kebanyakan orang tidak
mengembangkan gejala-gejala (asimtomatik). Efek pada kornea
mungkin progresif lambat. Kedua mata biasanya terkena, tetapi satu
mata mungkin lebih sangat terpengaruh dari yang lain (asimetris).
Dalam kasus yang parah, individu dengan distrofi polymorphous
posterior dapat mengembangkan pembengkakan (edema) dari stroma,
kepekaan yang abnormal terhadap cahaya (fotofobia), penurunan
penglihatan, dan perasaan (sensasi) dari bahan asing di mata. Dalam
kasus yang jarang terjadi, tekanan meningkat dengan mata (tekanan
intraokuler) dapat terjadi.
26
memakai salah satu prosedur terapipada FECD. PPCD bisa kambuh
setelah keratoplasty penetrating.
3) Congenital hereditary endothelial corneal dystrophy: congenital
hereditary endothelial dystrophy type 1 (CHED1, autosomal
dominant CHED), congenital hereditary endothelial dystrophy
type 2 (CHED2, Maumenee corneal dystrophy, autosomal
recessive CHED, infantile hereditary endothelial dystrophy)
CHED merupakan kelainan bilateralyang melibatkan degenerasi
dari lapisan endotel kornea. CHED memiliki 2 bentuk,autosomal
dominan (AD-CHED : CHED1) dan autosomal resesif (AR-CHED :
CHED2).CHED ditandai dengan penampakan kornea yang seperti
kaca dan nampak lebih tebal.CHED1 biasanya timbul pada 2 tahun
pertama setelah lahir, dengan gejala fotofobia dan keluar air mata,
namun tidak didapatkan adanya nistagmus. Pada CHED2, individu
yang terkena lahir dengan kornea yang nampak seperti gelas kaca dan
disertai dengan nistagmus.
27
untuk CHED2. Kebanyakan kasus disebabkan oleh mutasi homozigot.
Untuk CHED2 terjadi mutasi pada gen SLC4A11.
Kekeruhan kornea CHED bilateral sangat parah, keratoplasty
penetrating satu-satunya harapan untukmeningkatkan penglihatan.
Perjalanan penyakit CHED1 bergerak perlahan-lahan selama 5 sampai
10 tahun, tetapi tetap seumur hidup CHED2.
28
pasti. Kursus XECD perlahan progresif dengan kabur intermiten dan
keratopathy Band kornea subepitel berkembang pada masa dewasa
dimulai pada kornea perifer.
d. Diagnosis Banding
1) Fuchs corneal dystrophy
Guttae kornea tidak spesifik untuk FECD dan dapat timbul sebagai
bagian dari kornea penuaan atau sebagai respons terhadap keratitis
interstisial. Mereka juga fitur dari MCD. Karena katarak yang
umumnya terkait dengan FECD, diagnosis diferensial meliputi aphakic
keratopathy bulosa dan keratopathy pseudophakic bulosa.
2) Posterior polymorphous corneal dystrophy
PPCD perlu dibedakan dari kekeruhan kornea posterior uveitis
diperoleh setelah berulang dan keratitis (keratopathy polymorphous
posterior). PPCD perlu dibedakan dari gangguan lain di mana
endotelium kornea digantikan sebagian oleh epitel skuamosa berlapis,
seperti sindrom endotel iridocorneal (ICE) dan ingrowth epitel berikut
menembus luka dalam limbus corneoscleral.
3) Congenital hereditary corneal dystrophy
CHED dapat bingung dengan penyebab lain kekeruhan kornea
bawaan, seperti CSCD dan anomali Peters. Seperti disebutkan di atas
CHED juga perlu dibedakan dari PPCD tersebut.
e. Kriteria Diagnosis
Diagnosis klinis dystrophies kornea yang berbeda bervariasi dengan
entitas yang berbeda, tetapi harus dicurigai bila kehilangan transparansi
kornea atau kekeruhan kornea terjadi secara spontan, terutama pada kedua
kornea terutama dengan adanya riwayat keluarga yang positif atau
keturunan dari kerabat orang tua. Karena kemudahan memeriksa kornea,
dokter biasanya dapat menentukan tingkat keterlibatan sifat anatomi dan
morfologi kelainan dystrophi yang menentukan gejala yang terkait dengan
semua jenis penyakit.
29
f. Konseling Genetik
Individu yang terkena atau orang tua mereka biasanya dapat diberikan
dengan informasi rinci tentang mereka distrofi kornea tertentu . Hal ini
dapat sangat berharga dalam memberikan konseling genetik yang relevan
dengan perawatan yang berbeda dan prognosis yang berbeda.
30
BAB IV
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
: 2002.
2. Klintworth, dystrophies GK kornea. J Orphanet Langka Dis. 2009, 04:07
3. Szaflik JP, Oldak M, et al. Genetics of Meesmann corneal dystrophy.
2008, 27:S1-S42.
4. Meesmann A. Dominant Verterbte Dystrophia Epithelialis Corneae. Am J
Hum Genet 1998, 63:1073-1077.
5. Klintworth GK, et al. : Identification of a new keratin K12 mutations
associated with Stocker-Holt corneal dystrophy that differs from mutations
found in Meesmann corneal dystrophy. Arch Ophthalmol 1955, 53:536.
6. Haddad R, et al. Unusual superficial variant of granular dystrophy of the
cornea. Klin Monatsbl Augenheilkd 1949, 114:386-397.
7. Wittebol-Post D, Pels E. The dystrophy described by Reis and Bucklers.
Separate entity or variant of the granular dystrophy?. Ophthalmology
1983, 90:1507-1511
8. Klintworth GK, et al. Familial subepithelial corneal amyloidosis
(gelatinous drop-like corneal dystrophy): exclusion of linkage to
lactoferrin gene. Arch Ophthalmol 1980, 98:144-148.
9. Ren Z, et al. Mutations of the M1S1 gene on chromosome 1P in autosomal
recessive gelatinous drop-like corneal dystrophy. Mol Vis 1998, 4:31.
10. Lisch W, et al. A new, band-shaped and whorled microcystic dystrophy of
the corneal epithelium. Proc Internat Soc Eye Res 2000, 71:S108P.
11. Lisch W, et al. Lisch corneal dystrophy is genetically distinct from
Meesmann corneal dystrophy and maps to Xp22.3. Am J Ophthalmol
1992, 114:35-44.
12. Hammar B, et al. A new corneal disease with recurrent erosive episodes
and autosomal-dominant inheritance. Am J Ophthalmol 1994, 117:543-
544.
13. Wales HJ. A family history of corneal erosions. Acta Ophthalmol
(Copenh) 1967, 45:829-836.
14. Klintworth GK, et al : Macular corneal dystrophy. Lack of keratan sulfate
in serum and cornea. Arch Ophthalmol 1993, 111:1106-1114.
15. Klintworth GK, et al. CHST6 mutations in North American subjects with
macular corneal dystrophy: a comprehensive molecular genetic review.
Mol Vis 2000, 6:261-264.
32
16. Klintworth GK, et al. Accumulation of β ig-h3 gene product in corneas
with granular dystrophy. Acta Ophthalmol (Copenh) 1990, 68:384-389.
17. Munier FL, et al. Kerato-epithelin mutations in four 5q31-linked corneal
dystrophies. Am J Hum Genet 1998, 62:320-324.
18. Akimune C, et al. Corneal guttata associated with the corneal dystrophy
resulting from a betaig-h3 R124H mutation. Mol Vis 2007, 13:1390-1396
19. Holland EJ, et al. Avellino corneal dystrophy. Clinical manifestations and
natural history. Cornea 1999, 18:424-429
20. Weiss JS. Visual morbidity in thirty-four families with Schnyder
crystalline corneal dystrophy. Jpn J Ophthalmol 1998, 42:450-455.
21. Purcell JJ Jr, et al. Fleck corneal dystrophy. Am J Ophthalmol 1977,
83:554-60
22. Vithana EN, et al. SLC4A11 mutations in Fuchs endothelial corneal
dystrophy. Arch Ophthalmol 1978, 96:2036-2039.
23. Biswas S, et al. Missense mutations in COL8A2, the gene encoding the
alpha2 chain of type VIII collagen, cause two forms of corneal endothelial
dystrophy. Orphanet J Rare Dis 2008, 3:28.
24. Harissi-Dagher M, et al. Keratoglobus in association with posterior
polymorphous dystrophy. Albrecht von Graefes Arch Klin Exp
Ophthalmol 1916, 91:363-379.
25. Toma NMG,et al. Linkage of congenital hereditary endothelial dystrophy
to chromosome 20. Cornea 2000, 19:570-573
26. Schmid E,et al. A new, X-linked endothelial corneal dystrophy. Klin
Monatsbl Augenheilkd 1976, 169:717-727
33