Kelas : A/2016
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan
dan kesehatan sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Ruang Lingkup Profesi Pustakawan, Pranata Laboratorium, Teknisi
Sumber Belajar”. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan di program studi Pendidikan Ekonomi dan Kewirausahaan di Ikip
Budi Utomo Malang. Selanjutnya kami sebagai penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Melisa Wahyu Fandyansari, S,Pd, M.Pd
selaku dosen pembimbing mata kuliah Statistik yang telah memberikan
bimbingan serta arahan di mata kuliah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA
2
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Perpustakaan merupakan sebuah organisasi yang dikelola oleh
pustakawan. Peranan pustawakan sangat penting dalam perkembangan
pepustakaan yang dikelola. Definisi pustakawan menurut UU No. 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaaan dan pelayanan
perpustakaan.
Sedangkan ikatan pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organiasi yang
menghimpun para pustakawan bahwa “Pustakawan” adalah sesorang yang
melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan tugas lembaga berdasarkan ilmu pengetahuan,
dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. Pustakawan
adalah seorang yang berkarya secara profesional dibidang perpustakaan dan
informasi.
Berdasarkan definisi di atas pustakawan adalah seseorang yang
berkompetensi dalam bidang perpustakaan dan informasi yang diperoleh melalui
pendidikan kepustawakan serta bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola
dan melayani masyarakat sesuai dengan tugas lembaga yang menaunginya.
Beberapa definisi tentang pustakawan di atas menjelaskan bahwa
pekerjaan pustakawan merupakan sebuah profesi. Sejak tahun 1988 pemerintah
Indonesia mengakui profesi pustakawan sebagai jabatan fungsional. Sebagai
profesi yang memiliki tugas dan tanggung jawab, pustakawan memiliki etika
dalam menjalan profesinya. Berkaitan dengan etika, Ikatan Pustawakan Indonesia
(IPI) menyusun kode etik profesi pustakawan.
5
tuntutan zaman. Kode etik disusun oleh organisasi profesi, dalam hal ini adalah
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) yang merupakan organisasi profesi bagi
pustakawan. Tentang pelaksanaan kode etik pustakawan juga disebutkan dalam
UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, pasal 36b dan 37.
Kode etik berasal dari dua kata yaitu kode dan etik, dari segi bahasa kode
berasal dari bahasa inggris “code” diantaranya: tingkah laku, perilaku (behaviour),
yaitu sejumlah aturan yang mengantakan bagaimana orang berperilaku dalam
hidupnya atau dalam situasi tertentu; peraturan atau undang-undang (rules/laws),
tertulis yang harus diikuti. Sedangkan etik (ethic) dalam bentuk tunggal memiliki
makna sebagai suatu gagasan umum atau kepercyaan yang mempengaruhi
perilaku dan sikap masyarakat (people’s behaviour and attitudes).
Kata etik dalam bentuk jamak bermakna sejumlah aturan moral atau
prinsip perilaku untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah (for
deciding what is right or wrong) Menurut Suwarno (2012:92) kode etik adalah
sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan
apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Ada beberapa definisi kode etik yang di kutip oleh Hermawan (2006:81-
83) yaitu:
a. Frans Magnis Suseno (1989) mendefinisikan bahwa kode etik adalah
pedoman atau pegangan yang ditaati dan diperlukan oleh para anggota
profesi agar kepercayaan para klien pasien tidak disalahgunakan. Kode
etik merupakan kumpulan kewajiban yang mengikat para pelaku profesi
itu dalam mempraktekannya.
6
b. Dalam Harrods Librarians’Glossary and Referensce Books 9Harrod,
1995) dikemukakan bahwa kode etik adalah “A document setting out the
norms of professional conduct and behaviour required of memebers of a
professional association” berdasarkan definisi tersebut di atas berarti
bahwa kode etik adalah dokument yang berisi norma moral dan perilaku
profesional yang dituntut dari anggota asosiasi yang professional.
c. Sedangkan dalam ALA Glosseary of Libaray and Information
Scinece (1983) disebutkan bawa kode etik adalah pernyataan standar
profesi yang ideal yang dianut oleh kelompok profesional atau organisasi
profesi untuk menuntn anggotannya dalam mengemban tanggung jawab
profesionalnya.
d. Undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian,
pasal 28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik
sebagai pedoman sikap, tingkah lau dan perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan”.
e. Selanjutnya dalam penjelasan undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
dengan adanya kode etik pegawai negeri sipil sebagai aparatr negara, abdi
negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup
sehari-hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
Undang-Undang nomor 8 tahun 1974 kode adalah pedoman sikap, tingkah
laku dan perbuatan pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugasnya dan
dalam pergaulan hidupnya sehari-hari.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut Hermawan (2006:63)
menyimpulkan bahwa kode etik adalah seperagkat standar aturan tingkah laku,
yang berupa norma-norma yang dibuat oleh organisasi profesi yang diharapkan
dapat menuntun anggotanya dalam menjalankan peranan dan tugas profesinya
dalam masyarakat. Kode etik profesi dibuat secara tertulis, sistematis, tegas dan
jelas sehingga mudah dipahami oleh setiap anggota. Kode etik pustakawan
merupakan standar tingkah laku dan norma yang seharusnya dapat menuntun para
pustakawan dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
7
Menurut Lasa HS (2009:174) Kode Etik pustakawan adalah norma atau
aturan yang harus dipaui pustakawan untuk menjaga kehormatan, martabat, citra,
dan profesionalisme. Kode etik pustakawan Indonesia tercantum dalam AD ART
Pustakawan Indonesia.
Kode Etik Pustakawan Indonesia Tahun 2006 menyatakan bahwa kode etik
pustakawan Indonesia sebagai panduan perilaku dan kinerja semua anggota Ikatan
Pustakwan Indonesia dalam melaksanakan tugasnya di bidang kepustakwan.
Setiap anggota Ikatan Pustakawan Indonesia memiliki tanggng jawab untuk
melaksankan kode etik ni dalam standar yang setinggi-tingginya untuk
kepentingan pengguna, profesi, perpustakaan, organisasi profesi, dan masyarakat.
Sedangkan pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1-3 menjelaskan bahwa
kode etika pustakakan indonesia merupakan:
a. Aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap pustakawan dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pustakawan.
b. Etika Profesi Pustakawan yang menjadi landasan moral yang dijunjung
tinggi, di amalkan dan diamankan oleh setiap pustakawan.
c. Ketentuan yang mengatur psutakawan dalam melaksankan tugas kepada
diri sendiri, sesama pustakawan, pengguna, masyarakat dan Negara.
Tujuan kode etik menurut Hermawan (2006:84) menyatakan ada beberapa tujuan
kode etik suatu organisasi profesi adalah untuk:
a. Menjaga Martabat dan Moral Profesi
b. Memelihara hubungan anggota profesi
c. Menigkatkan pengabdian anggota profesi
d. Meningkatkan Mutu Profesi
e. Melindungan Masyarakat pemakai
Sedangkan menurut Kode Etik Pustakawan Indonesia pada BAB II pasal 2
menyatakan, kode etik pustakawan mempunyai tujuan:
a. Membina dan membentuk karakter pustakawan
b. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial
c. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antara sesama anggota
dan antara anggota dengan masyarakat.
8
d. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan
mengangkat citra pustakawan.
9
2.3. PENGEMBANGAN PROFESI PUSTAKAWAN
Kegiatan pengembangan profesi meliputi:
10
5. Menghimpun dan menyusun naskah-naskah kumpulan tulisan untuk
dipublikasikan
Menghimpun dan menyusun naskah-naskah kumpulan tulisan untuk
dipublikasikan adalah kegiatan-kegiatan mengumpulkan dan menyeleksi,
menyusun naskah-naskah tulisan dalam topic atau lingkup tertentu untuk
disusun, disunting dan dipublikasikan dalam bentuk terbitan baru.
6. Memberi konsultasi kepustakawanan yang bersifat konsep
Memberi konsultasi kepustakawanan yang bersifat konsep adalah member
saran/pertimbangan kepada instansi/perorangan yang meminta konsultasi
berupa pemecahan masalah/gagasan-gagasan di bidang kepustakawanan.
11
dalam menyediakan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan praktikum (praktek
kerja) dan penelitian serta mengembalikan peralatan tersebut ke tempat semula,
merapikan dan membersihkan area kerja setelah kegiatan selesai dilakukan.
Laboran juga mencakup:
a. Teknisi yaitu orang yang berperan untuk beroperasinya peralatan
laboratorium misalnya
listrik, air, komputer dan perbengkelan, disamping pemeliharaan/
perawatannya.
b. Analisis yaitu orang yang mempunyai keahlian untuk melakukan analisis
pada bidang
tertentu. Laboran, Teknisi maupun Analisis yang handalsangat diperlukan,
mereka mempunyai keahlian/kompetensi di bidangnya. Misalnya untuk
Laboran di laboratorium Kimia diperlukan sumber daya manusia yang
mempunyai kompetensi dan pemahaman dalam bidang kimia dengan
kualifikasi minimum D-3 dibidang kimia.
12
b. Mampu mengoperasikan dan merawat/memelihara sepenuhnya alat-
alat laboratorium dan tidak sepenuhnya diserahkan kepada pengguna
laboratorium. Hal ini diperlukan untuk menjaga keamanan pengguna
(alat-alat berat) atau menghindari kerusakan alat.
c. Mampu memotivasi pengguna laboratorium melahirkan hasil karya
yang mempunyai nilai jual. Hasil karya laboratorium yang
mempunyainilai jual ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
keberlanjutan laboratorium.
d. Mampu menjaga keberlanjutan(sustainability) laboratorium serta dapat
citra laboratorium perguruan tinggi sehingga menempatkan perguruan
tinggi tersebut pada kedudukan yang lebih baik.
e. Mempunyai daya kreativitas tinggi untuk mengembangkan
Laboraturium tempat bekerja sesuai atau melebihi standar nasional
pendidikan.Sistem Pemberian Gaji laboran Sistem penggajian laboran
saat ini adalah Pegawai yang diberikan gaji dan ditambah tunjangan
kepada Pegawai yang melaksanakan pekerjaan tertentu yang sifatnya
terus menerus.
13
9. Mendata dan menyusun daftar inventarisasi alat dan bahan laboratorium
10. Menginventarisasi dan menyusun jadwal penggunaan laboratorium guru
bidang studi
11. Mempersiapkan alat dan atau bahan pratikum yang diperlukan dalam
pembelajaran.
12. Mendampingi guru selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
laboratorium/praktikum maupun eksperimen.
13. Merawat maupun memelihara alat serta merapikannya setelah digunakan
14. Mencatat dan mendata alat yang rusak atau habis setelah digunakan
15. Mengajukan daftar pengadaan alat dan bahan beserta rencana belanja
laboratorium kepada kepala urusan sarana dan prasarana.
16. Menyusun hasil pembelajaran/kegiatan serta mengatur penempatan secara
baik untuk disimpan, dirawat, dan digunakan dalam kegiatan berikutnya.
17. Mengemasi, membersihkan dan menata peralatan praktikum setelah
praktikum selesai
18. Memberikan laporan administrasi pemakaian laboratorium ke Waka
Kurukulum, Waka Sarana dan Kepala Sekolah. Pembinaan Laboran
Pembinaan atau pengembangan tenaga laboran merupakan usaha
mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja
setiap tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen
organisasi dan jenjang pendidikan. Tujuan dari kegiatan pembianaan ini
adalah tumbuhnya kemampuan setiap tenaga kependidikan yang meliputi
pertumbuhan keilmuan, wawasan berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan
keterampilan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga produktivitas
kerja dapat ditingkatkan.
14
menengah atas teori dan teknik tingkat tinggi umumnya dikuasai oleh teknisi
untuk menjadi ahli dalam hal peralatan tertentu. Ini bisa menjadi bagian proses
(manufaktur) yang lebih besar. Misalnya teknisi audio, walupun tidak terlatih di
bidang akustik sebagai fisikawan maupun teknisi akustik, umumnya tahu lebih
banyak daripada personel studio lainnya, termasuk pelakon, dan bisa
mengoperasikan peralatan suara dengan lebih baik. Teknisi bila dikelompokkan
menjadi dua yaitu sebagai pekerja terlatih maupun pekerja setengah terlatih.
15
Pasal 19
Untuk dapat diangkat sebagai tenaga kependidikan yang bukan tenaga pendidik,
yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri,
Menteri lain, atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Pasal 20
Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai
pengelola satuan pendidikan dan pengawas pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah dipilih dari kalangan guru.
Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai
pengelola satuan pendidikan dan penilik di jalur pendidikan luar sekolah dipilih
dari kalangan tenaga pendidik.
Calon tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipersiapkan
melalui pendidikan khusus.
Pasal 21
Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai
pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar dipersiapkan melalui pendidikan
khusus.
Pelaksanaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
olch Menteri, Menteri lain, atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Pasal 22
Pengangkatan dan penempatan tenaga kependidikan yang bukan tenaga
pendidik pada satuan pendidikan yang disclenggarakan oleh Pemerintah dilakukan
oleh Menteri, Menteri lain, atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen
dengan memperhatikan keseimbangan antara penempatan dan kebutuhan serta
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai negeri.
Pengangkatan dan penempatan tenaga kependidikan yang bukan tenaga
pcndidik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan olch masyarakat dilakukan
oleh penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan dengan memperhatikan
persyaratan yang ditetapkan oleh penyelenggara dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
16
17
BAB III
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Perpustakaan merupakan sebuah organisasi yang dikelola oleh
pustakawan. Peranan pustawakan sangat penting dalam perkembangan
pepustakaan yang dikelola. Definisi pustakawan menurut UU No. 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas
dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaaan dan pelayanan
perpustakaan. Dari definisi tentang pustakawan menjelaskan bahwa pekerjaan
pustakawan merupakan sebuah profesi. Sejak tahun 1988 pemerintah Indonesia
mengakui profesi pustakawan sebagai jabatan fungsional. Sebagai profesi yang
memiliki tugas dan tanggung jawab, pustakawan memiliki etika dalam menjalan
profesinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://azizbudiarto.blogspot.co.id/2012/12/bab-i-pendahuluan-a.html
http://bl09ku.blogspot.co.id/2014/10/makalah-laboran.html
http://perpusunikdas.blogspot.co.id/2016/10/profesi-pustakawan-dan-asosiasi-
pusat.html
http://miaalifah.blogspot.com/2012/11/makalah-etika-profesi-pustakawan.html
http://laboratoriumstag.blogspot.com/2010/03/ peran-dan-tugas-laboran.html
19