Anda di halaman 1dari 61

PANDUAN

ASUHAN PASIEN YANG SERAGAM


DI RSUD BANYUASIN

RSUD BANYUASIN
TAHUN 2018
PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ACHMAD DARWIS
Jln. Tan malaka No. 1 Kecamatan Suliki. Kode Pos. 26255,
Telepon/Faks. (0752) 97718
E-Mail : rsudsuliki@rocket.com, Website :………..

KEPUTUSAN DIREKTUR
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ACHMAD DARWIS
NOMOR : / /PAP-AKRE/RSUD/2018

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN ASUHAN PASIEN YANG SERAGAM


DI BLUD RSUD DR. ACHMAD DARWIS

DIREKTUR BLUD RSUD DR. ACHMAD DARWIS


Menimbang : a. Bahwa dalam meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit,
maka diperlukan penyelenggaraan asuhan pasien yang
seragam yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit dapat terlaksana
dengan baik, maka diperlukan Panduan Asuhan Pasien yang
Seragam di Rumah Sakit sebagai landasan bagi
penyelenggaraan seluruh pelayanan di Rumah Sakit;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam poin (a) dan (b) di atas, maka perlu ditetapkan dan
diberlakukan Panduan Asuhan Pasien yang Seragam di
BLUD RSUD DR. ACHMAD DARWIS
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
4. Kepmenkes 1333 Tahun 1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
5. Permenkes No. 169 Tahun 2008 tentang Rekam Medis;
6. Permenkes No. 290 Tahun 2008 tentang Informed Consent;
7. Permenkes No. 1691 Tahun 2010 tentang Keselamatan
Pasien;
8. Permenkes No. 1438 Tahun 2008 tentang Pelayanan Pasien.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR BLUD RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH DR. ACHMAD DARWIS TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN ASUHAN PASIEN YANG
SERAGAM DI BLUD RSUD DR. ACHMAD DARWIS
Kesatu : Memberlakukan Panduan Asuhan Pasien yang seragam di
RSUD Banyuasin.
Kedua : Panduan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD Banyuasin
yang dimaksud diktum kesatu adalah sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : Kabupaten Banyuasin


Pada Tanggal : 02/01/2018
Direktur RSUD Banyuasin

dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si.


Pembina/IV.a
NIP. 19730313 200604 2 009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kami haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha
kuasa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan
“Panduan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD Banyuasin” dengan lancar dan
tanpa hambatan yang berarti.
Panduan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD Banyuasin ini disusun dalam
rangka memberikan acuan kepada semua tenaga Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
dan tenaga terkait lainnya dalam memberikan pelayanan yang seragam pada pasien
tanpa melihat kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan panduan ini. Semoga
keinginan untuk dapat lebih meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat
tercapai seiring dengan pemberdayaan para pelaksananya.
Panduan ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur asuhan
pasien yang seragam yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu dan referensi yang
ada pada kami. Oleh karena itu, permohonan maaf perlu kami haturkan apabila
dalam penyusunan panduan ini masih banyak kekurangan di sana-sini dan masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan, demi perbaikan panduan ini untuk kedepannya.

Banyuasin, Januari 2018

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI ........................................................... 1


BAB II RUANG LINGKUP ........................................................... 22
BAB III TATALAKSANA .......................................................... 23
BAB IV DOKUMENTASI ........................................................... 25
BAB V PENUTUP ........................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN

1. SPO Asuhan Pasien yang Seragam


2. SPO Skrining pada Kontak Pertama
3. SPO Pendaftaran Pasien Rawat Jalan / Poliklinik
4. SPO Triase
5. SPO Observasi Pasien Instalasi Gawat Darurat
6. SPO Konsultasi Pasien oleh Dokter Jaga ke Dokter Spesialis
7. SPO Administrasi Pasien Rawat Inap
8. SPO Transfer Pasien Antar Ruangan
9. SPO Serah Terima Pasien Antar Ruangan
10. SPO Penanganan Pasien bila Tidak Tersedia Tempat Tidur
11. SPO Penundaan Pelayanan (Terkendala Fasilitas Rumah Sakit)
12. SPO Penundaan Pelayanan (oleh Pasien / yang Sah Mewakili)
13. SPO Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
14. SPO Merujuk Pasien
15. SPO Pelayanan Pemeriksaan Penunjang yang Dirujuk ke Rumah Sakit Lain
16. SPO Identifikasi Hambatan Pemberian Pelayanan Pasien
17. SPO Mengatasi Hambatan Dalam Pelayanan Pasien
18. SPO Menerima Rujukan Pasien
19. SPO Pemulangan Pasien Rawat Inap
20. SPO Pasien Pulang Paksa
21. SPO Pasien Meninggalkan Rumah Sakit untuk Sementara
22. SPO Sedasi Sedang dan Dalam + Skoring Ramsay
23. Kuisioner Survey Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan di RSUD
Banyuasin
BAB I
DEFINISI

1.1 Definisi
Asuhan pasien yang seragam adalah asuhan yang menghormati dan
responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien, serta
memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan bagi semua keputusan
klinis yang memadai, tidak bergantung atas kemampuan pasien untuk
membayar atau sumber pembiayaan.
Asuhan pasien yang seragam merupakan proses kegiatan pemberian,
asuhan yang diberikan kepada pasien dilakukan oleh profesional pemberian
asuhan, yang mana setiap pemberi asuhan pada pasien memperlakukan semua
pasiennya sama dan seragam tidak membeda-bedakan atas dasar identitas
sosial, budaya, agama, ras dan sebagainya. Pelayanan pasien yang seragam
berlaku pada semua instalasi dan unit pemberian pelayanan kepada pasien.
Asuhan pasien yang seragam terefleksi sebagai berikut dalam:
a) Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh PPA
yang kompeten, dapat dilakukan setiap hari, setiap minggu atau setiap
waktu;
b) Penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan
pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada populasi
yang sama;
c) Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua unit
pelayanan di rumah sakit;
d) Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima
asuhan keperawatan yang setara di seluruh rumah sakit;
e) Penerapan serta penggunaan regulasi dan form dalam bidang klinis antara
lain metode asesmen IAR (Informasi, Analisis, Rencana), form asesmen
awal dan asesmen ulang, Panduan Praktik Klinis (PPK), Alur Klinis
Terintegrasi (Clinical Pathway), pedoman manajemen nyeri dan regulasi
untuk berbagai tindakan yang berlaku sama atau seragam dalam asuhan
klinis pasien.

1.2 Pelayanan Berfokus pada Pasien


Asuhan atau pelayanan pasien seragam yang dimaksud bahwa semua
pelayanan yang diberikan berfokus pada pasien. Berikut ini adalah konsep
dasar pelayanan berfokus pasien antara lain:

1
a) Martabat dan rasa hormat
1) pemberi pelayanan kesehatan mendengarkan dan menghormati
pandangan dan pilihan pasien dan keluarga.
2) pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien
dan keluarga dimasukan dalam perencanaan dan pemberian pelayanan
kesehatan.
b) Berbagi informasi
1) Pemberi pelayanan kesehatan mengkomunikasikan dan berbagi
informasi secara lengkap pasien dan keluarga.
2) Pasien dan keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap dan
akurat.
c) Partisipasi
Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpatisipasi dalam
asauhan dan pengambilan keputusan / pilihan mereka.
d) Kolaborasi atau kerjasama
Pimpinan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan pasien dan keluarga
dalam pengembangan, implementasi dan evaluasi kebijakan dan program.

1.3 Asesmen
1.3.1 Asesmen Awal
Tujuan utama pembuatan asesmen awal pasien adalah untuk
memahami kebutuhan pelayanan medis dan pelayanan keperawatan
sehingga pelayanan dan pengobatan dapat dimulai. Untuk mencapai
ini, rumah sakit menetapkan isi minimal dari asesmen awal medis dan
keperawatan serta asesmen lain. Juga ditetapkan kerangka waktu yang
disyaratkan untuk menyelesaikan asesmen dan pendokumentasi
asesmen awal tersebut. Selain asesmen medis dan keperawatan adalah
penting untuk inisiasi pelayanan, kemungkinan diperlukan asesmen
tambahan dari pratiksi pelayanan kesehatan lain termasuk asesmen
khusus dan asesmen individual. Semua asesmen ini harus terintegrasi
dan kebutuhan pelayanan yang paling urgen harus di identifikasi/
ditetapkan. Rencana asuhan pasien harus dibuat berdasarkan data
asesmen awal ini.
Pada keadaan gawat darurat, asesmen awal medis dan
keperawatan, dapat dibatasi pada kebutuhan dan kondisi yang nyata.
Juga apabila tidak ada waktu untuk mencatat riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik yang lengkap dari seseorang pasien gawat darurat

2
yang perlu di operasi, di buat catatan pada diagnosis praoperatif
sebelum tindakan dilaksanakan.

1.3.2 Asesmen Lanjut (Ulang)


Asesmen ulang atau asesmen lanjut atau bisa disebut dengan
follow up perjalanan pasien adalah asesmen yang di lakukan sepanjang
proses pelayanan pasien untuk mengevaluasi kemajuan pasien dan
untuk memahami kebutuhan akan perencanaan asuhan selanjutnya
atau memodifikasi asuhan sesuai dengan respons yang diberikan oleh
pasien. Asesmen ulang oleh para pratiksi pelayanan kesehatan adalah
kunci untuk memahami apakah keputusan pelayanan sudah tepat dan
efektif.
Oleh karena itu, sangat perlu bahwa asesmen ulang ini baik
medis, keperawatan dan asesmen lain yang berarti, didokumentasikan
dengan baik dan dapat dengan cepat dan mudah ditemukan kembali
dalam rekam medis. Berdasarkan asesmen ulang pasien oleh praktisi
pelayanan kesehatan, maka rencana diperbaharui sesuai dengan
perubahan kondisi pasien. Hasil asesmen ulang dicatat dalam rekam
medis pasien untuk informasi dan digunakan oleh semua staf yang
memberi pelayanan. Tempat di rekam medis untuk mencatat asesmen
ulang ini adalah pada Catatan Perkembangan Terintegrasi.
Pasien dilakukan asesmen ulang selama proses pelayanan
interval tertentu berdasarkan kebutuhan dan rencana pelayanan atau
sesuai kebijakan dan prosedur rumah sakit.
Asesmen ulang oleh dokter terintegrasi dalam proses asuhan
pasien yang sedang berlangsung. Dokter melakukan asesmen pasien
gawat darurat setiap hari, termasuk akhir minggu, dan bila sudah ada
perubahan yang signifikan pada kondisi pasien.
Asesmen ulang dilaksanakan dan hasilnya dicatat dalam rekam
medis pasien:
a. Pada interval yang reguler selama pelayanan (contoh, secara
periodik perawat mencatat tanda-tanda vital sesuai kebutuhan
berdasarkan kondisi pasien).
b. Setiap hari oleh dokter pada pasien akut atau lebih jarang sesuai
kebijakan rumah sakit.
c. Sebagai respons terhadap perubahan kondisi pasien yang
signifikan.

3
d. Bila diagnosis pasien telah berubah dan kebutuhan asuhan
memerlukan perubahan rencana.
e. Untuk menetapkan apakah obat-obatan dan pengobatan lain telah
berhasil dan pasien dapat dipindahkan atau dipulangkan.

1.3.3 Asesmen Lanjut Lainnya


Informasi yang didapat pada asesmen awal medis dan
keperawatan, melalui penerapan kriteria skrining/penyaringan, dapat
memberi indikasi bahwa pasien membutuhkan asesmen lebih lanjut /
lebih mendalam tentang status gizi atau status fungsional, termasuk
asesmen risiko jatuh. Asesmen lebih mendalam ini mungkin penting
untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan intervensi
nutrisional, dan pasien yang membutuhkan pelayanan rehabilitasi
medis atau pelayanan lain terkait dengan kemampuan fungsional yang
independen atau pada kondisi potensial yang terbaik.
Cara yang paling efektif untuk mengidentifikasi pasien dengan
kebutuhan gizi atau fungsional adalah melalui kriteria skrining,
dimana formulir asesmen awal keperawatan dapat memuat kriteria ini.
Pada setiap kasus kriteria skrining dikembangkan oleh staf yang
kompeten yang mampu melakukan asesmen lanjutan, dan bila perlu,
membuat persyaratan pengobatan pasien. Contoh, kriteria skrining
untuk risiko nutrisional dapat dikembangkan oleh perawat yang akan
menerapkan kriteria tersebut, ahli gizi yang akan menyediakan
intervensi diet yang direkomendasikan dan nutrisionis yang mampu
mengintegrasikan kebutuhan nutrisi dengan kebutuhan lain dari pasien,
sedangkan skrining status fungsional dikembangkan kriterianya oleh
staf medis rehab medis.

1.3.4 Asesmen Nyeri


Pada saat asesmen awal dan asesmen ulang, prosedur skrining
dilakukan u tuk mengindentifikasi pasien dengan rasa sakit, pasien
dapat diobati di rumah sakit atau dirujuk untuk pengobatan. Lingkup
pengobatan berdasarkan pelayanan yang tersedia di rumah sakit.
Bila pasien di obati di rumah sakit, dilaksanakan asesmen yang
lebih komprehensif. Asesmen disesuaikan dengan umur pasien dan
mengukur intensitas dan kualitas rasa nyeri, seperti karakter rasa nyeri,
frekuensi, lokasi dan durasi. Asesmen ini dicatat sedemikian rupa agar

4
memfasilitasi / memudahkan asesmen ulang yang reguler dan follow
up sesuai kriteria yang di kembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan
pasien.

1.3.5 Asesmen Tambahan


Asesmen awal dari tipe-tipe pasien atau populasi pasien tertentu
memerlukan modifikasi proses asesmen. Modifikasi ini didasarkan
atas karakteristik yang unik atau menentukan setiap populasi pasien.
Rumah sakit mengindentifikasi kelompok pasien khusus dan
memodifikasi proses asesmen untuk memenuhi kebutuhan khusus ini.
Secara khusus, apabila rumah sakit, melayani satu atau lebih pasien
atau populasi dengan kebutuhan khusus seperti daftar di bawah ini,
maka rumah sakit melakukan asesmen individual untuk:
a. Anak-anak
b. Dewasa muda
c. Lanjut usia yang mudah
d. Sakit terminal
e. Pasien dengan rasa nyeri yang kronis dan intens
f. Wanita dalam proses melahirkan
g. Wanita dalam proses terminasi kehamilan
h. Pasien dengan kelainan emosional atau gangguan jiwa
i. Pasien di duga ketergantungan obat atau alkohol
j. Korban kekerasan atau terlantar
k. Pasien dengan infeksi atau penyakit menular
l. Pasien yang mendapatkan kemotrapi atau radiasi
m. Pasien yang daya imunya direndahkan
Asesmen yang di duga ketergantungan obat dan atau alkohol dan
asesmen pasien korban kekerasan dan yang terlantar, dipengaruhi oleh
budaya dari populasi dimana pasien berada. Asesmen disini tidak
dimaksudkan untuk pemuasan kasus secara proaktif. Tetapi asesmen
pasien tersebut merupakan respons terhadap kebutuhan dan kondisi
yang dapat diterima oleh budaya dan diperlakukan konfidensial.
Proses asesmen dimodifikasi agar konsisten dengan undang-
undang dan peraturan serta standar profesi terkait dengan populasi dn
situasi demikian dengan melibatkan keluarga bila perlu.

1.3.6 Asesmen Pasien Di Akhir Kehidupan / Hayat

5
Kepada pasien yang akan meninggal dan keluarganya, dilakukan
asesmen dan asesmen ulang sesuai kebutuhan individu mereka.
Asesmen tambahan dan asesmen ulang perlu dilaksanakan secara
individual untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga apabila
pasien mendekati kematian. Asesmen dan asesmen ulang, sesuai
kondisi pasien, harus mengevaluasi:
a. Gejala seperti mau muntah dari kesulitan pernafasan
b. Faktor-faktor yang meningkatkan dan membangkitkan gejala fisik
c. Manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
d. Orientasi spiritual pasien dan kalau perlu ketrerelibatan kelompok
agama
e. Urusan dan kebutuhan spiritual pasien dan keluarga, seperti putus
asa, penderitaan, rasa bersalah atau pengampunan
f. Status psikososial pasien dan keluarga seperti hubungan keluarga,
lingkungan rumah yang menandai apabila diperlukan keperawatan
di rumah, cara mengatasi dan reaksi pasien dan keluarga atas
penyakit pasien
g. Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan (respite
services) bagi pasien, keluarga dan pemberi pelayanan lain
h. Kebutuhan akan alternatif atau tingkat pelayanan lain
i. Faktor resiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan
potensi reaksi patologis atas kesedihan.

1.4 Asuhan Pasien Diakhir Kehidupan yang Diberikan RS


a) Pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan pasien
dan keluarga;
b) Menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ;
c) Menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya;
d) Mengikutsertakan pasien da keluarganya dalam semua aspek pelayanan;
e) Memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual
dan budaya dari pasien dan keluarganya.
Untuk mencapai tujuan ini semua staf harus menyadari akan kebutuhan
pasien yang unik pada akhir hidupnya. Rumah sakit mengevaluasi mutu
asuhan akhir-kehidupannya, berdasarkan evaluasi (serta persepsi) keluarga
dan staf, terhadap asuhan yang diberikan.
Rumah sakit perlu mengupayakan:

6
1. Semua staf harus diupayakan memahami kebutuhan pasien yang unik
menjelang akhir kehidupan.
2. Asuhan akhir kehidupan dengan memperhatikan, setidaknya termasuk
elemen a) s/d e) tersebut diatas.
3. Kualitas asuhan akhir kehidupan dievaluasi oleh staf dan keluarga pasien.

1.5 Tindakan Sedasi, Anestesi dan Pembedahan pada Pasien


1.5.1 Sedasi
Sedasi baik sedasi yang moderat maupun dalam, menghadapkan
resiko kepada pasien, karenanya perlu dilengkapi dengan definisi,
kebijakan serta prosedur yang jelas. Derajat sedasi terjadi dalam suatu
kontinuum, seorang pasien dapat bergerak dari satu derajat tertentu
menuju derajat yang lain, berdasarkan medikasi yang diberikan, rute
dan dosisnya. Pertimbangan penting mencakup kemampuan pasien
untuk mempertahankan refleks protektif; seluruh pernafasan yang
paten-independen-berkesinambungan; dan mampu berespon terhadap
stimulasi fisik atau intruksi lisan.
Kebijakan dan prosedur sedasi adalah sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara
populasi dewasa dan anak atau pertimbangan khusus lainnya;
b) Dokumentasi yang diperlukan tim pelayanan untuk dapat
bekerja dan berkomunikasi dengan efektif;
c) Persyaratan persetujuan (consent) khusus, bila diperlukan;
d) Frekuensi dan jenis monotoring pasien yang diperlukan;
e) Kualifikasi atau keterampilan khusus pra staf yang terlibat
dalam proses sedasi; dan
f) Ketersediaan dan penggunaan peralatan spesifikasi.
Hal yang juga penting adalah kualitas petugas yang terlibat
dengan kegiatan sedasi (para dokter, dokter gigi dan perawat anestesi)
yang bertanggung jawab atas pasien yang menerima sedasi moderat
maupun dalam harus kompeten dalam:
a) Teknik berbagi modus sedasi;
b) Monitoring yang tepat;
c) Respons terhadap komplikasi;
d) Penggunaan zat-zat reversal; dan
e) Sekurang-kurangnya bantuan hidup dasar.

7
Petugas yang kompeten bertanggung jawab melakukan asesmen
prasedasi terhadap pasien untuk memastikan perencanaan sedasi dan
tingkatannya adalah tepat dan aman bagi pasien. Sebagai tambahan,
seorang petugas yang kompeten lain dibutuhkan untuk bertanggung
jawab atas pelaksanaan monitoring berkesinambungan atas parameter
fisiologis pasien, dsn membantu tindakan suportif atau resusitasi.
Kualifikasi petugas yang melaksanakan monotoring, dan monitoring
peralatan serta suplai nya adalah sama seperti pada pemberian sedasi
di unit/ tempat yang lain di rumah sakit, misalnya dalam kamar operasi
dan dalam klinik rawat jalan (perawat anestesi). Sehingga terpelihara
tingkatan mutu pelayanan yang sama.

1.5.2 Anestesi
Seluruh pelayanan anestesi di rumah sakit dikelola oleh dokter
spesialis anestesi.
Pelayanan anestesi direncanakan secara seksama dan
didokumentasikan dalam catatan anestesi. Perencanaan
mempertimbangkan informasi dari asesmen pasien dan
mengidentifikasi anestesi yang akan digunakan, termasuk metode
pemberiannya, pemberian medikasi dan cairan lain, serta prosedur
monitoring dalam mengantisipasi pelayanan pasca anestesi.
Berhubung anestesi membawa risiko tinggi, maka pemberiannya
harus direncanakan dengan seksama. Asesmen pra anestesi merupakan
basis untuk perencanaan tersebut dan untuk penggunaan anlgesia pasca
operatif. Asesmen pra anestesi memberikan informasi yang diperlukan
bagi:
a) Pemilihan pelayanan anestesi dan merencanakan anestesi;
b) Pemberian layanan anestesi yang aman dan dan tepat; dan
c) Penafsiran temuan pada monitoring pasien.
Seorang dokter spesialis anestesi atau petugas lain yang
kompeten (perawat anestesi) menjalankan asesmen pra anestesi.
Proses perencanaan anestesi mencakup mengedukasi pasien,
keluarganya, atau pembuat keputusan atas risiko, manfaat dan
alternatif yang behubungan dengan perencanaan anestesia dan
analgesia pasca operatif. Diskusi ini terjadi sebagai bagian dari proses
untuk memperoleh persetujuan anastesi (termasuk sedasi moderat dan
dalam) sebagaimana disyaratkan dalam hak-hak pasien (informed

8
consent). Seorang anestesiolog atau petugas yang kompeten (perawat
anestesi) memberikan edukasi ini.
Proses asesmen pra anestesi dijalankan beberapa waktu sebelum
rawat inap atau sebelum tindakan pembedahan atau sesaat sebelum
operasi (khusus pada pasien emergensi atau obstretri).
Sedangkan asesmen pra induksi terpisah dari asesmen pra
anestesi, karena fokusnya pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien
untuk anestesi dan terjadi sesaat sebelum induksi anestesi.
Bila tindakan anestesi harus dilakukan secara darurat, asesmen
pra anestesi dan asesmen pra induksi dapat segera dilaksanakan secara
berurutan atau secara serempak, tetapi masing-masing
didokumentasikan sendiri.
Jadi pada pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi harus
dilakukan:
a) Asesmen pra anestesi dikerjakan pada setiap pasien.
b) Asesmen pra induksi dilaksanakan untuk re-evaluasi pasien segera
sebelum induksi anestesi, sesaat sebelum diberikan induksi
anestesi.
c) Kedua asesmen dikerjakan oleh staf yang kompeten untuk
melakukannya.
d) Kedua asesmen didokumentasikan dalam rekam medis.

1.5.3 Monitoring Selama Tindakan Anestesi


Selama pemberian anestesi, status fisiologis setiap pasien terus-
menerus dimonitor dan dituliskan dalam rekam medis pasien.
Monitoring fisiologis memberikan informasi yang dapat
diandalkan tentang status pasien selama pemberian anestesi (umum,
spinal dan regional) dan periode pemulihan. Metode monitoring
tergantung pada status pra anestesi pasien, anestesi yang dipilih dan
kompleksitas dari pembedahan atau prosedur lain yang dikerjakan
selama anestesi. Namun demikian, dalam semua kasus, proses
monitoring dilakukan terus- menerus dan hasilnya dituliskan ke dalam
rekam medis pasien.

1.5.4 Masa Pemulihan Pasca Anestesi

9
Setiap pasien pasca anestesi dimonitor dan didokumentasikan
dan pasien dipindahkan dari ruang pemulihan oleh staf yang
kompeten atau dengan menggunakan kriteria baku.
Monitoring selama anestesi adalah dasar dari monitoring selama
periode pemulihan pasca anestesi. Pengumpulan data secara sistematik
dan analisis data yang berlangsung terhadap kondisi pasien yang
dalam pemulihan, mendukung keputusan untuk memindahkan pasien
ke setting pelayanan lain dengan pelayanan yang kurang intensif.
Pencatatan pada monitor merupakan dokumentasi untuk mendukung
keputusan dokter spesialis anestesi untuk memindahkan pasien.

1.5.5 Tindakan Pembedahan


Karena pembedahan membawa resiko dengan tingkatan yang
tinggi, maka penggunaannya haruslah direncanakan secara saksama.
Asesmen pasien adalah dasar untuk memilih prosedur pembedahan
yang tepat. Asesmen memberikan informasi penting terhadap:
a) Pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang optimal;
b) Melaksanakan prosedur secara aman;
c) Menginterpretasi temuan dalam monitoring pasien.
Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status fisik,
dan data diagnostik termasuk resiko dan manfaat prosedur bagi pasien.
Pemilihan prosedur mempertimbangkan informasi dari asesmen saat
masuk rawat inap, tes diagnostik, dan sumber lain yang tersedia.
Proses asesmen dijalankan dalam kerangka waktu dipersingkat
bilamana pasien secara darurat membutuhkan pembedahan.
Asuhan bedah yang direncanakan bagi pasien didokumentasikan
dalam status pasien, termasuk diagnosis pra operatif. Nama dari
prosedur bedah saja tidak bisa untuk menegakkan suatu diagnosis.

1.5.6 Laporan Operasi


Pada setiap pasien yang dioperasikan ada laporan operasi yang
berisi catatan operasi dalam rekam medis pasien untuk keperluan
pelayanan berkesinambungan.
Pelayanan pasca bedah tergantung pada kejadian dan temuan
dalam tindakan bedah. Jadi, status pasien termasuk diagnosis pasca
bedah, deskripsi dari prosedur bedah dan temuan-temuan (termasuk
spesimen bedah yang dikirim untuk pemeriksaan) dan nama ahli bedah

10
dan asisten bedah. Guna mendukung suatu kontinuum dari pelayanan
suportif pasca bedah, catatan laporan operasi tersedia sebelum pasien
meninggalkan ruang pulih pasca anestesi.
Sebelum pasien meninggalkan lokasi pemulihan pasca anestesi,
suatu catatan singkat tindakan bedah bisa digunakan sebagai pengganti
laporan tertulis tindakan bedah. Laporan tertulis tindakan bedah atau
catatan singkat operasi tersebut minimum memuat:
a) Diagnosa pasca operasi;
b) Nama dokter bedah dan asisten-asistennya;
c) Nama prosedur;
d) Spesimen bedah untuk pemeriksaan;
e) Catatan spesifik komplikasi atau tidak adanya komplikasi selama
operasi, termasuk jumlah kehilangan darah; dan
f) Tanggal, waktu, dan tandatangan dokter yang bertanggung jawab.

1.5.7 Penatalaksanaan Pasca Bedah


Pada setiap pasien yang dilakukan pembedahan, asuhan pasien
pasca pembedahan direncanakan dan didokumentasikan.
Asuhan medis dan perawatan pasca bedah setiap pasien perlu
dibedakan. Oleh karenanya, penting untuk merencanakan asuhan
tersebut, termasuk tingkatan asuhan, serta tempat (setting) asuhan,
pemantauan tindak lanjut atau pengobatan atau kebutuhan obat.
Perencanaan asuhan pasca bedah dapat dimulai sebelum pembedahan
berdasarkan asesmen kondisi dan kebutuhan pasien. Asuhan yang
direncanakan didokumentasikan dalam status pasien untuk memastikan
kelanjutan pelayanan selama periode pemulihan atau rehabilitasi.

1.6 Persetujuan Tindakan (Informed Consent)


Manfaat, resiko, dan alternatif didiskusikan dengan pasien dan
keluarganya atau orang yang berwenang membuat keputusan bagi pasien.
Pasien dan keluarganya atau para pembuat keputusan menerima
informasi yang adekuat untuk berpartisipasi dalam keputusan pemberian
asuhan dan memberikan persetujuan (informed consent) yang diperlikan
dalam pemenuhan hak pasien. Informasi termasuk:
a) Risiko dari prosedur yang direncanakan;
b) Manfaat prosedur yang direncanakan;
c) Komplikasi yang potensial terjadi; dan

11
d) Alternatif tindakan bedah dan nonbedah yang tersedia untuk
mengobati pasien.
Sebagai Tambahan, bila darah atau produk darah mungkin dibutuhkan,
informasi tentang risiko alternatif didiskusikan. Dokter bedah yang
bersangkutan atau petugas yang kompeten lain memberikan informasi ini.

1.7 Pelayanan Pasien Risiko Tinggi dan Pelayanan Risiko Tinggi


Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai variasi pasien dengan
berbagai variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang
digolongkan risiko-tinggi karena umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat
krisis.anak dan lanjut usia umumnya dimasukan dalam kelompok ini karena
mereka sering tidak dapat menyampaikan pendapatnya, demikian pula, pasien
yang ketakutan, bingung atau koma tidak mampu memahami proses asuhan
bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien.
Rumah sakit juga menyediakan berbagai variasi pelayanan, sebagian
termasuk yang berisiko tinggi karena memerlukan peralatan yang kompleks,
yang diperlukan untuk pegobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien
dialisis), sifat pengobatan (penggunaan darah atau produk darah), potensi
yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat berisiko tinggi
(misalkan kemoterapi).
Kebijakan dan prosedur merupakan alat yang sangat penting bagi staf untuk
untuk memahami pasien tersebut dan pelayanannya dan memberi respon yang
cermat, kompeten dan dengan cara yang seragam. Pimpinan bertanggung
jawab untuk:
a) Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi
dirumah sakit;
b) Menggunakan proses kerjasama (kolaborasi) untuk mengembangkan
kebijakan dan prosedur yang sesuai;
c) Melaksanakan pelatihan staf dalam mengimplementasikan kebujakan dan
prosedur.
Pasien dan pelayanan yang diidentifikasikan sebagai kelompok pasien
risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi, apabila ada didalam rumah sakit
maka dimasukkan dalam daftar prosedur.
Rumah sakit dapat pula melakukan identifikasi risiko sampingan
sebagai akibat dari suatu prosedur atau rencana asuhan (contoh, perlunya
pencegahan trombosis vena dalam, ulkus dekubitus dan jatuh). Bila ada risiko

12
tersebut, maka dapat dicegah dengan cara melakukan pelatihan staf dan
mengembangkan kebijakan dan prosedur yang sesuai.
Yang termasuk pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi:
a) Pasien gawat darurat;
b) Pelayanan resusitasi di seluruh unit rumah sakit;
c) Pemberian darah dan produk darah;
d) Pasien yang menggunakan peralatan bantu hidup dasar atau yang koma;
e) Pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya
menurun;
f) Pasien dialisis (cuci darah);
g) Penggunaan alat pengekang (restraint) dan pasien yang diberi
pengekang/penghalang;
h) Pasien lanjut usia, mereka yang cacat, anak-anak dan populasi yang
berisiko diperlakukan kasar/kejam;
i) Pasien yang mendapat kemoterapi atau terapilain yang berisiko tinggi.

1.8 Pelayanan Gizi bagi Pasien di Rumah Sakit


Makanan dan nutrisi yang memadai penting bagi kondisi kesehatan dan
proses pemulihan pasien. Makanan yang sesuai dengan umur pasien, budaya
pasien dan preferensi diet, rencana pelayanan, harus tersedia secara rutin.
Pasien berpartisipasi dalam perencanaan dan seleksi makanan, dan keluarga
pasien dapat, bila sesuai, berpartisipasi dalam menyediakan makanan,
konsisten dengan budaya, agama, dan tradisi dan praktik lain. Berdasarkan
asesmen kebutuhan pasien dan rencana asuhan, DPJP atau pemberi pelayanan
lainnya yang kompeten memesan makanan atau nutrien lain yang sesuai bagi
pasien. Bila keluarga pasien atau pihak lain menyediakan makanan pasien,
mereka diberikan edukasi tentang makanan yang dilarang/ kontra indikasi
dengan kebutuhan dengan rencana pelayanan, termasuk informasi tentang
interaksi obat dengan makanan. Bila mungkin, pasien ditawarkan berbagai
macam makanan yang konsisten dengan status gizinya.
Pada asesmen awal, pasien diperiksa/ ditapis untuk mengidentifikasi
adanya resiko nutrisional. Pasien ini akan dikonsulkan ke nutrisionis untuk
asesmen lebih lanjut. Bila ternyata ada risiko nutrisional, dibuat rencana terapi
gizi. Tingkat kemajuan pasien dimonitor dan dicatat dalam rekam medisnya.
Dokter, perawat dan ahli diet dan kalau perlu keluarga pasien, bekerjasama
merencanakan dan memberi terapi gizi.
Hal yang harus dipenuhi oleh rumah sakit terkait nutrisi pasien adalah:

13
a) Makanan atau nutrisi yang sesuai untuk pasien, trsedia secara regular;
b) Sebelum memberi makan pasien, semua pasien rawat inap telah memesan
makanan dan dicatat;
c) Pesanan didasarkan atas status gizi, latar belakang agama dan budaya serta
kebutuhan pasien;
d) Ada bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien konsisten dengan
kondisi dan pelayanannya;
e) Bila keluarga menyediakan makanan, mereka diberikan edukasi tentang
pembatasan diet pasien;
f) Makanan disiapkan dengan cara mengurangi risisko kontaminasi dan
pembusukan;
g) Makan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan;
h) Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik;
i) Distribusi makanan dilakukan tepat wqaktu, dan memenuhi sesuai
permintaan khusus pasien terkait waktu;
j) Praktik penanganan memenuhi peraturan dan perundangan yang berlaku;
k) Pasien, terrmasuk pasien anak dan baita yang pada asesmen berada pada
risiko nutrisional, mendapat terapi gizi.
l) Suatu proses kerjasama dipakai untuk merencanakan, memberikan dan
memonitor terapi gizi.
m) Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
n) Respon pasien terhadap terapi gizi dicatat dalam rekam medisnya.

1.9 Pelayanan Obat untuk Pasien di Rumah Sakit


Rumah sakit mengidentifikasi petugas yang kompeten yang diijinkan
untuk menuliskan resep atau memesan obat-obatan.
Seleksi obat untuk mengobati pasien membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman yang spesifik. Setiap rumah sakit bertanggung tawab untuk
mengidentifikasi petugas yang berpengetahuan dan berpengalaman yang
disyaratkan dan yang juga diijinkan dengan lisensi, sertifikasi, hukum, atau
peraturan untuk menulis resep atau memesan obat-obatan. Suatu rumah sakit
dapat menentukan batas-batas untuk penulisan resep maupun pemesanan oleh
perseorangan, misalnya untuk bahan yang dikendalikan, bahan-bahan
kemoterapi, atau radioaktif serta obat investigatif. Petugas-petugas yang
diperkenankan untuk penulisan resep dan pemesan obat dikenal oleh bagian
pelayanan farmasi atau orang-orang lain yang mengeluarkan obat. Dalam

14
situasi emergensi, rumah sakit mengidentifikasikan setiap petugas tambahan
yang diijinkan untuk penulisan resep atau pemesanan obat.
Hal yang harus dipatuhi terkait obat:
1. Hanya orang yang diijinkan oleh rumah sakit dan peraturan perundangan
yang dapat menuliskan resep atau memesan obat;
2. Ada proses untuk menetapkan batas bagi petugas, bila perlu, untuk
praktek penuisan resep atau pemesanan obat.
3. Petugas-petugas yang diijinkan untuk menuliskan resep dan memesan obat
dikenal oleh unit pelayanan farmasi atau orang lain yang mengeluarkan
obat-obatan.

1.9.1 Pendokumentasian Obat


Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan dicatat dalam rekam
medis pasien.
Pencatatan setiap pasien yang menerima obat, rekam medisnya
berisi daftar obat yang diresepkan atau dipesan untuk pasien beerta
dosis dan berapa kali obat diberikan. Termasuk pula obat yang
diberikan “bila perlu”. Bila informasi ini dicatat pada lembran obat
yang terpisah, maka lembaran tersebut diselipkan dalam rekam medis
pasien dipulangkan atau dipindahkan.
Rumah sakit menyalurkan obat melalui pengisian formulir yang
paling sederhana untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pendistribusian dan pemberian. Ketika suatu obat
dikeluarkan dalam dari kemasannya yang asli atau disiapkan dqan
disalurkan dalam bentuk / wadah (container) yang berbeda- dan tidak
segera diberikan- obat harus diberi lebel dengan nama obat, dosis /
konsentrasi obat, taggal penyiapan dan tanggal kadaluwarsa. Farmasi
sentral dan titik distribusi obat yang lain di seluruh rumah sakit
menggunakan sistem yang sama. Sistem menunjang pengeluaran obat
secara akurat dan tepat waktu.
Dalam kaitan ini maka rumah sakit harus menetapkan sistem
yang baku berupa:
a) Ada sistem yang seragam di rumah sakit dalam penyaluran dan
pendistribusian obat.
b) Setelah disiapkan, obat diberi label secara tepat, dengan nama
obat, dosis/konsentrasi, tanggal penyiapan, tanggal kadaluwarsa,
dan nama pasien.

15
c) Obat disalurkan dengan bentuk yang-paling-siap-diberikan
d) Sistem mendukung penyaluran obat secara akurat
e) Sistem mendukung penyaluran obat tepat waktu.

1.9.2 Siapa yang Berhak Memberikan Obat


Pemberian obat untuk mengobati seorang pasien membutuhkan
pengetahuan dan pengalaman yang spesifik. Setiap rumah sakit
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi petugas dengan
pengetahuan dan pengalaman sesuai persyaratan dan yang juga
diijinkan berdasarkan lisensi, sertifikasi, undang-undang atau praturan
untuk pemberian obat. Suatu rumah sakit bisa membuat batasan bagi
petugas dalam pemberian obat, seperti bahan yang diawasi atau
radioaktif dan obat investigatif. Dalam situasi emergensi, rumah sakit
mengidentifikasi setiap petugas tambahan yang diijinkan untuk
memberikan obat.
Apa yang harus dilakukan rumah sakit adalah:
a) Rumah Sakit Mengidentifikasi petugas, melalui uraian jabatannya
atau proses pemberian kewenangan, mendapatkan otorisasi untuk
memberi obat
b) Hanya mereka yang mempunyai ijin dari rumah sakit dan pemberi
lisensi yang terkait, undang-undang dan peraturan bisa
memberikan obat
c) Ada proses untuk menetapkan batasan, bila perlu, terhadap
pemberian obat oleh petugas.

1.9.3 Obat yang Dibawa Pasien dari Rumah


Kebijakan dan prosedur mengatur obat yang dibawa ke dalam
rumah sakit oleh pasien yang menggunakan obat sendiri (self-
administration).
Mengawasi penggunaan Obat Dirumah Sakit Memerlukan suatu
pemahaman terhadap sumber dan penggunaan obat yang tidak
diresepkan atau dipesan di rumah sakit. Obat yang dibawa ke dalam
rumah sakit oleh pasien atau keluarganya harus diketahui oleh DPJP
dan dicatat direkam medis pasien. Penggunaan obat tersebut
dikendalikan oleh staf rumah sakit.

16
1.9.4 Monitoring Efek Obat dan Efek Samping Obat
Pasien, dokter, perawat dan praktisi pelayanan kesehatan lainnya
bekerja bersama untuk memantau pasien yang mendapt obat. Tujuan
monitoring adalah untuk mengevaluasi efek pengobatan terhadap
KTD. Berdasarkan monitoring, dosis atau jenis obat dapat disesuaikan,
bila perlu. Monitoring demikian dimaksudkan untuk mengidentifikasi
respons terapetik yang diantisipasi maupun reaksi alergik, interaksi
obat yang tidak diantisipasi, adanya perubahan dalam keseimbangan
pasien yang akan meningkatkan risiko jatuh dan lain-lain.
Memonitor efek obat termasuk mengobservasi dan
mendokumentasikan setiap KTD. Rumah sakit mempunyai kebijakan
yang mengidentifikasi semua KTD yang harus dicatat dan harus
dilaporkan. Rumah sakit membangun suatu mekanisme pelaporan dari
KTD dan bila perlu dan kerangka waktu untuk pelaporan.
Hal yang perlu diperhatikan:
a) Efek pengobatan terhadap pasien dimonitor, termasuk efek yang
tidak diharapkan (adverse effect).
b) Proses monitoring dilakukan secara kolaboratif.
c) Rumah sakit mempunya kebijakan yang mempunyai kebijakan
yang harus dicatat dalam status pasien dan yang harus dilaporkan
ke rumah sakit.

17
BAB II
RUANG LINGKUP

Pelaksanaan asuhan pasien yang seragam meliputi semua unit terkait yang ada
di rumah sakit disesuaikan dengan kondisi pasien tersebut, antara lain:
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Unit Gawat Darurat (UGD)
3. Instalasi Rawat Inap
4. High Care Unit (HCU) / Intensive Care Unit (ICU)
5. Kamar Operasi
6. Anestesi
7. Instalasi Gizi
8. Instalasi Farmasi
9. Fisioterapi
10. Laboratorium
11. Radiologi
12. Bank Darah
13. Dan lain-lain

BAB III
TATALAKSANA

18
a. Semua pasien yang akan berobat atau periksa di RSUD Banyuasin harus
mendaftar di admin atau di temat pendaftaran pasien dan teregistrasi.
b. Setiap pasien yang Masuk Rumah Sakit (MRS) atau yang membutuhkan
pelayanan rawat inap harus mendaftar di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap
(TPPRI) dan petugas TPPRI mengentry data pasien sesuai prosedur.
c. Setiap pasien akan dilakukan pengumpulan informasi oleh pemberi asuhan
(dokter/perawat/bidan kesehatan lain) yaitu dengan anamnesis, pemeriksaan
fisisk, pemeriksaan penunjang dan sebagainya.
d. Pemberi asuhan akan melakukan analisis informasi dan selanjutnya menyusun
rencana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara terintegrasi.
e. Setiap pasien yang dirawat berhak mendapatkan asuhan pelayanan sesuai dengan
standar pelayanan.
f. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi Masuk Rawat Inap (MRI) dalam
dokumentasi dalam format yang sudah disediakan.
g. Pemeriksaan pasien rawat inap oleh dokter (visite) dilaksanakan mulai jam 08.00-
14.00 WIB.
h. Pada kondisi emergensi, di mana pasien memerlukan pemeriksaan segera maka
visite dokter bisa dilakukan di luar jam yang tersebut di atas.
i. Rencana asuhan pasien harus individual dan berdasarkan data assesmen awal
pasien.
j. Setiap pasien tanpa terkecuali berhak mendapatkan asuhan medis, asuhan
keperawatan dan asuhan gizi sesuai prosedur.
k. Rencana asuhan pasien dicatat dalam rekam medis pasien dalam CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi) dalam bentuk kemajuan terukur oleh pemberi
pelayanan sesuai format SOAP (Subjective Objective Assessment Planning).
l. Setiap pemberian asuhan oleh PPA (Profesional Pemberi Asuhan) harus tertulis
atau ada validasi dalam rekam medis jika perintah diberikan melalui telepon.
m. Jika DPJP tidak ada di tempat/ berhalangan maka wewenangnya bisa
didelegasikan ke dokter jaga.
n. Semua permintaan pemeriksaan diagnostik imaging (radiologi) dan pemeriksaan
laboraturium klinik harus di tulis dalam formulir yang sudah ada termasuk
indikasi klinisnya oleh dokter.
o. Semua tindakan yang sudah dilakukan kepada pasien harus dicatat dalam rekam
medis dan dientrikan dalam SIMRS.

19
p. Setiap pasien dan keluarga berhak mendapatkan informasi tentang hasil asuhan
dan pengobatan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan sesuai
dengan prosedur.

BAB IV
DOKUMENTASI

1. Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam


2. Standar Prosedur Operasional (SPO)
3. Rekam Medis
4. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
5. Panduan Praktik Klinis (PPK)
6. Alur Klinis Terintegrasi (Clinical Pathway)
7. Survey kepuasan pelanggan
8. Formulir pengaduan pelanggan

20
BAB V
PENUTUP

Demikian Panduan Asuhan Pasien yang Seragam di Rumah Sakit Umum


Daerah Banyuasin, disusun agar dapat dipergunakan sebagai acuan dalam
memberikan asuhan pelayanan pasien yang seragam di RSUD Banyuasin dan
senantiasa akan dilakukan revisi sebagai bentuk penyesuaian dengan perkembangan
yang ada.

Direktur
RSUD Banyuasin

21
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si.
NIP. 19730313 200604 2 009

RSUD
BANYUASIN ASUHAN PASIEN YANG SERAGAM
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/2
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Setiap pasien dijamin akan menerima pelayanan medis dengan kualitas asuhan

22
yang sama dan sesuai dengan tata kelola klinis yang berlaku di Rumah Sakit
tanpa membeda-bedakan status ekonomi, sosial dan budaya, agama maupun
waktu pelayanan.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk terlaksananya asuhan medis dan
asuhan keperawatan yang seragam sesuai dengan standar dan bermutu tinggi.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Proses pelayanan medis dan keperawatan di RSUD Banyuasin harus selalu
berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien serta seragam tanpa
membeda-bedakan status sosial pasien.
2. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
berhak mendapat kualitas asuhan yang sama.
3. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, yang diberikan tidak
tergantung hari-hari tertentu atau waktu tertentu.
4. Setiap pasien harus dapat ditentukan diaganosisnya secara tepat berdasarkan
standar yang dimiliki Rumah Sakit, bila dalam waktu tertentu belum dapat
ditegakkan harus dilakukan asesmen yang melibatkan berbagai disiplin ilmu
terkait.
5. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien seperti pelayanan anestesi,
pembedahan, nutrisi, penanganan nyeri dan lain-lain harus sama di seluruh
PROSEDUR Rumah Sakit.
6. Pasien dengan kebutuhan asuhan medis dan keperawatan menerima asuhan
tersebut sama di seluruh rumah sakit.
7. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etiket dan menghormati hak pasien di
seluruh Rumah Sakit.
8. Setiap poliklinik, ruangan dan instalasi di RSUD Banyuasin mengaplikasikan
pelayanan yang seragam sesuai dengan situasi dan kondisi serta
kemampuannya. Keseragaman pelayanan diterjemahkan ke dalam SPO dan
pedoman pelayanan.
9. Koordinasi pelayanan kesehatan diintegrasikan dalam berbagai kegiatan dan
dibicarakan dalam laporan terpadu setiap hari sesuai dengan SPO laporan
terpadu dan terintegrasi.
10. Pasien yang bermasalah dalam prosedur pelayanan, teknis medis, pelayanan
farmasi dan penyediaan sarana dan prasarana yang dipandang pelu akan
dibicarakan dalam rapat khusus komite medik, dalam pembicaraan kasus sulit
maupun dalam laporan kematian.
11. Untuk menjamin keseragaman kualitas pelayanan di luar jam kerja maupun
pada hari libur berlaku pedoman pelayanan medis di luar jam dinas.
12. Pedoman pelaksanaan DPJP di RSUD Banyuasin harus menjamin proses
pelayanan yang seragam di seluruh Rumah Sakit.
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Bedah Sentral dan Anestesi
5. Instalasi penunjang (Laboraturium, Radiologi)

23
RSUD
BANYUASIN SKRINING PADA KONTAK PERTAMA
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Kegiatan yang dilakukan pada saat kontak pertama dengan pasien di dalam atau
di luar rumah sakit untuk mengetahui keadaan dan kebutuhan pasien.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui keadaan dan
TUJUAN
kebutuhan pasien sehingga dapat diputuskan untuk menerima sebagai pasien
rawat inap, pasien rawat jalan atau merujuk pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
PROSEDUR 1. Staf yang menerima pasien pertama kali melakukan penilaian terhadap pasien

24
(baik di dalam rumah sakit maupun sebelum pasien tiba di rumah sakit).
2. Penilaian dilakukan melalui evaluasi visual, triage, pemeriksaan fisik,
psikologis, laboratorium klinik atau diagnosis imaging sebelumnya.
3. Setelah penilaian dilakukan, dipilih jenis pelayanan atau unit pelayanan
sesuai kebutuhan pasien.
4. Bila jenis pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak dimiliki oleh rumah sakit
maka pasien tersebut akan dikirim atau dirujuk ke rumah sakit yang memiliki
pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien tersebut.
5. Pasien hanya diterima, dipindahkan atau dirujuk setelah melengkapi tes
diagnosis sebagai dasar pengambil keputusan.
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi penunjang (Laboraturium, Radiologi)

RSUD
BANYUASIN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN / POLIKLINIK
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik
TUJUAN Sebagai acuan dalam menerima pasien jalan / poliklinik agar dapat belajar
teratur, tertib dan aman.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Pasien datang dan mengambil nomor urut/ antrian pendaftaran.
PROSEDUR
2. Pasien menuju tempat pendaftaran
 Untuk pasien dengan fasilitas JKN (BPJS) ke loket khusus untuk
verifikasi persyaratan administrasinya terlebih dahulu.
 Pasien umum ke loket kasir untuk membayar retribusi dan mendapatkan
karcis.
3. Pasien melakukan registasi ke loket pendaftaran.
4. Petugas loket pendaftaran memasukkan data / identitas diri pasien ke dalam

25
SIMRS.
5. Petugas loket pendaftaran mempersilahkan pasien untuk menunggu di
poliklinik yang dituju sedangkan berkas rekam medis akan diantar oleh
petugas.
6. Pasien menuju poliklinik sesuai kasus penyakitnya untuk mendapatkan
pemeriksaan.
7. Pasien boleh pulang
8. Pasien dirujuk ke rawat inap.
9. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain (bagi pasien umum sebelum pulang atau
dirujuk ke rumah sakit lain agar menyelesaikan administrasi terlebih dahulu)
UNIT TERKAIT Instalasi Rawat Inap, Rawat Jalan, Loket BPJS, lokat kasir, poliklinik

26
RSUD
BANYUASIN TRIASE
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
Adalah prosedur dalam melakukan pemilahan pasien yang datang ke RSUD
PENGERTIAN
Banyuasin sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan dengan cara memberi kode
warna (label) pada pasien.
TUJUAN
Sebagai acuan dalam melakukan prosedur triage di IGD RSUD Banyuasin.

Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Semua pasien yang masuk ke IGD RSUD Banyuasin harus melalui Triage
Officer.
2. Triage dilakukan oleh seorang dokter yang telah di latih untuk menyeleksi
pasien sesuai dengan proritas kegawatdaruratannya.
3. Pembagian pasien
A. Proritas I
Pasien gawat darurat yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
PROSEDUR
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
B. Prioritas II
Pasien gawat tidak darurat yaitu pasien yang berada dalam keadaan gawat
tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
C. Prioritas III
Pasien darurat tidak gawat yaitu pasien akibat musibah yang datang tiba-
tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Pasien gawat
darurat semu (false emergency) yang tidak memerlukan pemeriksaan dan
perawatan segera.
D. Prioritas IV
Pasien yang datang dalam kondisi meninggal.
1. Rekam Medik
UNIT TERKAIT 2. Administrasi
3. Rawat Inap / Rawat Jalan

27
RSUD
BANYUASIN OBSERVASI PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Melakukan penilaian dan pengawasan kepada pasien yang sudah diatasi
kegawatdaruratannya.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan observasi terhadap pasien gawat darurat di
instalasi gawat darurat.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Dokter jaga instalasi gawat darurat memutuskan pasien yang memerlukan
PROSEDUR observasi.
2. Observasi dilakukan oleh perawat dan dokter jaga IGD.
3. Apabila dalam masa observasi keadaan pasien memburuk maka perawat yang
melakukan observasi akan melaporkan kepada dokter jaga IGD.
4. Dokter jaga melakukan re-assesment terhadap kondisi pasien.
5. Observasi kepada pasien di ruang emergensi masksimal dilakukan dalam
waktu 6 jam, untuk kemudian dipastikan apakah penderita boleh pulang atau
dialihkan ke ruang rawat/ kamar operasi/ruang intensif/rumah sakit lain.
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Bedah Sentral
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Bagian Rekam Medik

RSUD
BANYUASIN KONSULTASI PASIEN OLEH DOKTER JAGA

28
Alamat : Jln. KE DOKTER SPESIALIS
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
Kegiatan yang dilakukan oleh dokter jaga IGD untuk menanyakan diagnosis atau
PENGERTIAN
terapi (renacana tindakan) terhadap pasien yang memerlukan konsultasi ke dokter
spesialis.
Sebagai acuan bagi dokter jaga IGD dalam melakukan konsultasi tentang
TUJUAN
diagnosis atau terapi (rencana tindakan) terhadap pasien yang memerlukan
konsultasi.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Setiap pasien yang berobat ke Instalasi Gawat Darurat langsung ditangani
oleh dokter jaga IGD.
2. Untuk kasus umum yang dapat diatasi oleh dokter jaga IGD, maka pasien
diberikan terapi dan diobservasi oleh dokter jaga IGD. Apabila kondisi pasien
telah membaik, pasien dapat dirawat jalan.
3. Untuk kasus yang memiliki masalah spesifik dan memerlukan konsultasi
PROSEDUR
kepada dokter spesialis maka dokter jaga IGD menghubungi dokter konsulen
dengan menelpon ke nomor handpone/telepon rumah/nomor telepon lain
yang dapat dihubungi.
4. Dokter jaga IGD melaporkan:
a. Kondisi pasien saat datang ke IGD
b. Kondisi pasien setelah dilakukan penatalaksaan kegawatdaruratan
c. Hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan (laboraturium,
rontgen, EKG dan lain-lain)
5. Apabila dokter spesialis tidak bisa dihubungi lewat telepon maka konsultasi
bisa dilakukan lewat SMS.
6. Dokter jaga IGD menuliskan advice terapi dari dokter spesialis dalam status
rekam medis pasien.
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi
UNIT TERKAIT
Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi
RSUD
BANYUASIN ADMINISTRASI PASIEN RAWAT INAP
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman

29
Banyuasin Kode Revisi 1/2
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Adalah proses penerimaan pasien yang akan didaftarkan ke ruang rawat inap.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan administrasi pasien rawat inap.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Pasien dari poliklinik maupun IGD yang memerlukan perawatan baik pagi
maupun sore harus melalui administrasi.
2. Pasien/keluarga pasien yang akan dirawat dipersilahkan mendaftar ke
administasi dengan membawa surat pengantar dari poliklinik / IGD.
3. Petugas administrasi memberikan informasi secara lengkap mengenai fasilitas
ruang perawatan termasuk biaya perawatan, hak dan kewajiban pasien, dokter
yang merawat serta tata tertib rawat inap.
4. Petugas administrasi/informasi memberikan penjelasan kepada
pasien/keluarga/pengantar pasien mengenai hak dan kewajiban pasien.
General consent, edukasi pangurus jaminan kesehatan, serta pemesanan ruang
rawat.
5. Penanggungjawab pasien/keluarga diwajibkan melengkapi administrasi rawat
PROSEDUR inap dengan:
 Mengisi surat permohonan perawatan sesuai dengan kelas yang
diinginkan.
 Pernyataan tanggung jawab biaya pelayanan kesehatan
 Petugas adminitrasi mempersiapkan dan melengkapi layanan
administrasi secara benar dan lengkap (file RM, Fotokopi KTP/SIM,
fotokopi jaminan asuransi dan lain-lain)
6. Petugas administrasi menghubungi perawat ruangan untuk memberitahukan
pesien yang akan dirawat dengan menginformasikan:
 Nama
 Jenis kelamin
 Umur
 Diagnosis
 Kelas yang diminta
 Doker yang merawat
 Petugas administrasi memberi informasi ke IGD bahwa
ruangan telah siap
7. Petugas IGD mengantar pasien ke ruang rawat inap
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat

30
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Bedah Sentral
5. Bagian Rekam Medik
6. ICU

RSUD
BANYUASIN TRANSFER PASIEN ANTAR RUANGAN
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/2
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit DISAHKAN OLEH DIREKTUR
OPERASIONAL 02 Januari 2018 RSUD BANYUASIN

31
(SPO)

dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si


NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Transfer pasien antar ruangan adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke
ruang perawatan/ruangan tindakan lain di dalam rumah sakit.
Sebagai acuan dalam melakukan transfer/pemindahan pasien antar ruangan di
RSUD Banyuasin
TUJUAN 1. Agar proses transfer / pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaannya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
2. Supaya pelayanan keperawatan dan pelayanan medis pasien tidak terputus
dan tetap berkesinambungan.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
A. Pesiapan
1. Status rekam medis pasien
2. Hasil pemeriksaan penunjang
3. Formulir transfer/serah terima
4. Peralatan medis yang digunakan selama transfer sesuai dengan kondisi
pasien
B. Pelaksanaan
1. Periksa kelayakan kondisi pasien untuk ditransfer oleh DPJP / Dokter
Anatesi/ Dokter IGD / Dokter Ruangan, perlu stabilisasi.
2. Perawat menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang rencana
transfer yang akan dilakukan.
3. Lakukan koordinasi dengan perawat/ petugas unit yang dituju dan
PROSEDUR komunikasikan tentang rencana pemindahan pasien yang meliputi:
 Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
 Diagnosis kerja / diagnosis dan rawat penyakit )
4. Tentukan SDM yang akan mendampingi pasien selama transfer dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Pasien level 0 : didampingi oleh porter dengan kompetensi BLS.
- Pasien level 1 : didampingi oleh porter dengan kompetensi BLS dan
perawat dengan kompetensi BLS/ perawat PK 1
- Pasien level 2 : didampingi perawat dengan kompetensi
PPGD/BTCLS/ALS / Perawat PK II
- Pasien level 3 : didampingi perawat dengan kompetensi
BTCLS/ACLS/ALS/perawat PK II dan PK III
5. Siapkan peralatan yang harus disertakan saat transfer pasien, sesuai
dengan kondisi pasien berdasarkan level yaitu:
o Pasien level 0 : status rekam medis pasien, hasil pemeriksaan
penunjang (foto rongent dan lain-lain), formulir transfer /serah
terima yang sudah diisi dengan lengkap, kursi roda / tempat tidur.
o Pasien level 1 : semua peralatan yang disertakan di level 0
ditambah dengan tabung oksigen dan kanul, standar infus.

32
o Pasien level 2 : peralatan yang disertakan pada level 1 ditambah
dengan monitor EKG bila memungkinkan.
o Pasien level 3 : peralatan yang disertakan pada level 2 ditambah
dengan alat bantu pernafasan bila diperlukan.
6. Isi formulir pemindahan antar ruangan dengan lengkap.
7. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, sebelum pasien
ditransfer oleh perawat pendamping.
8. Catatan hasil observasi pada catatan keperawatan.
9. Informasikan pada pasien dan keluarga saat pasien akan ditransfer.
10. Antar pasien ke unit yang dituju.
11. Monitor kondisi pasien (keadaan umum, kesadaran) selama transfer.
12. Lakukan serah terima dengan perawat unit yang dituju dengan mengacu
pada form catatan transfer pasien antar ruangan.
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
3. Instalasi Rawat Inap (IRNA)
UNIT TERKAIT
4. Intensive Care Unit (ICU)
5. Kamar Operasi
6. Unit Penunjang

RSUD
BANYUASIN SERAH TERIMA PASIEN ANTAR RUANGAN
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/2
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Kegiatan serah terima pasien dari satu ruangan ke ruangan yang lain untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan pasien.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan serah terima pasien antar ruangan di dalam
rumah sakit.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
PROSEDUR 1. Pasien yang akan dipindahkan dirapikan dan disiapkan alat-alat bantunya.

33
2. Informasikan ke ruang tujuan untuk bersiap-siap menerima pasien melalui
telepon.
3. Antar pasien ke ruang tujuan minimal dengan 1 (satu) orang perawat, dengan
mengunakan kursi roda atau tempat tidur pasien, disesuaikan dengan kondisi
pasien.
4. Serah terima dilakukan oleh perawat yang memindahkan kepada penanggung
jawab yang dituju.
5. Informasikan serah terima untuk ke ruang rawat inap biasa meliputi:
 Identitas pasien minimal nama lengkap dan rekam medik pasien
 Diagnosis masuk yang dibuat dokter IGD/DPJP
 Kondisi terakhir (tanda vital dan kesadaran)
 Rencana/ instruksi penanganan yang diberikan oleh DPJP pasien
termasuk rencana diet
 Tindakan dan atau obat yang telah diberikan
 Obat-obat apa yang ada/dibawa oleh pasien maupun obat-obat yang telah
diambil dari tempat pengambilan obat apotek untuk pasien
 Hasil pemeriksaan pengunjung seperti laboraturium, USG,EKG dan lain-
lain
 Riwayat alergi pasien
6. Informasi serah terima untuk ke ruang rawat intensif sesuai dengan SPO,
tentang serah terima pasien dari dan ke ruang khusus.
7. Informasi serah terima untuk ke instalasi penunjang meliputi:
- Identitas pasien minimal untuk ke instalasi rekam medik pasien
- Diagnosa masuk yang dibuat oleh dokter IGD/DPJP
- Kondisi terakhir (tanda vital dan kesadaran)
- Riwayat alergi pasien
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Farmasi
4. Instalasi Laboratorium
5. Instalasi Radiologi

34
RSUD
BANYUASIN PENANGANAN PASIEN BILA TIDAK TERSEDIA TEMPAT TIDUR
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
Suatu proses bagaimana mengelolah pasien bila fasilitas rawat inap terbatas atau
PENGERTIAN
sama sekali tidak ada tempat tidur yang tersedia untuk merawat pasien di unit
yang tepat.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pengelolahan pasien bila
fasilitas rawat inap tidak tersedia.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
PROSEDUR 1. Jelaskan pada pasien atau keluarga bahwa tempat untuk perawatan penuh.
2. Jelaskan pada pasien atau keluarga bahwa pasien harus tetap mendapatkan
perawatan rawat inap, sehingga perlu dirawat.
3. Tanyakan ke bagian administrasi kemungknan ada rencana pasien pulang.
4. Bila memungkinkan pasien menunggu, sampai kemungkinan pasien rawat
inap rencana pulang, untuk mendapatkan tempat.
5. Untuk pasien dari instalasi gawat darurat harus distabilasikan dahulu.

35
6. Bila pasien sudah stabil, pasien di rujuk ke rumah sakit yang masih tersedia
tempat tidur sesuai kebutuhan pasien yang sebelumnya telah dihubungi lewat
telepon.
7. Bila rumah sakit yang dituju juga penuh maka pasien tersebut akan dirawat
inap dahulu di ruang observasi IGD sampai ruang rawat inap tersedia atau
dititipkan di ruang perawatan lain yang masih mempunyai tempat tidur
1. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Jalan

RSUD
BANYUASIN PENUNDAAN PELAYANAN
Alamat : Jln. (TERKENDALA FASILITAS RUMAH SAKIT)
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
Pelayanan medis yang ditunda pelaksanaannya oleh pasien atau yang sah
PENGERTIAN
mewakili pasien dalam memberikan persetujuan dengan berbagai alasan atau
ditunda karena terkendala fasilitas rumah sakit.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam memberikan informasi dan
panduan mengenai penundaan pelayanan.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Petugas kesehatan (DPJP/dokter jaga/perawat) memperkenalkan diri kepada
pasien atau yang sah mewakili pasien.
PROSEDUR 2. Petugas menjelaskan rencana penundaan pelayanan dan alasan penundaan
pelayanan.
3. Petugas menjelaskan waktu tunggu penundaan pelayanan.
4. Petugas menjelaskan apabila ada alternatif lain untuk kelanjutan pemberian
pelayanan.
5. Petugas mendokumentasikan dengan menulis semua informasi yang telah
diberikan kepada pasien / yang sah mewakili pasien di lembaran penundaan
pelayanan dan ditandatangani oleh pemberi informasi dan penerima
informasi.

36
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Kamar Operasi
UNIT TERKAIT 5. Instalasi Rawat Intensif
6. Instalasi Farmasi
7. Instalasi Rehabilitasi Medik
8. Instalasi Gizi
9. Instalasi Penunjang (Laboraturium dan Radiologi)

RSUD
BANYUASIN PENUNDAAN PELAYANAN
Alamat : Jln. (OLEH PASIEN/YANG SAH MEWAKILI)
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Pelayanan medis yang ditunda pelaksanaannya oleh pasien atau yang sah
mewakili pasien dalam memberikan persetujuan dengan berbagai alasan.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam memberikan informasi dan
panduan mengenai penundaan pelayanan.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Petugas kesehatan (DPJP/dokter jaga/perawat) memperkenalkan diri kepada
pasien atau yang sah mewakili pasien.
PROSEDUR
2. Petugas menjelaskan pelayanan yang akan diberikan serta alasan mengapa
pelayanan tersebut harus dilakukan.
3. Petugas menjelaskan kemungkinan yang bisa terjadi bila pelayanan yang
diberikan terlambat.
4. Keputusan pasien atau yang sah mewakili pasien untuk menunda pelayanan
didokumentasikan dalam lembaran integrasi serta ditandatangani oleh pasien
atau yang mewakili pasien dan petugas yang memberikan informasi beserta
saksi dari kedua belah pihak.
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT
4. Instalasi Kamar Operasi
5. Instalasi Rawat Intensif
6. Instalasi Farmasi

37
7. Instalasi Rehabilitasi Medik
8. Instalasi Gizi
9. Instalasi Penunjang (Laboraturium dan Radiologi)

RSUD
BANYUASIN TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT
Alamat : Jln.
Raya Palembang- No. Dokumen No. Halaman
Betung Km. 48 Revisi 1/2
Pangkalan Balai /PAP-AKRE/RSUD/2018
Banyuasin Kode
Pos 30753
DISAHKAN OLEH DIREKTUR
RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
Transfer pasien antar rumah sakit adalah memindahkan pasien dari RSUD
PENGERTIAN
Banyuasin ke RS lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan pasien.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan transfer/pemindahan pasien dari RSUD
Banyuasin ke rumah sakit lain.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
A. Persiapan
1. Resume perawatan pasien
2. Hasil pemeriksaan
3. Formulir transfer/serah terima
4. Formulir monitor pasien
5. Peralatan medis yang digunakan selama transfer sesuai kondisi pasien
B. Pelaksanaan
PROSEDUR 1. Periksa kelayakan kondisi pasien untuk ditransfer oleh DPJP/ Dokter
Anastesi / Dokter UGD/ Dokter ruangan, perlu stabilisasi
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan maskud
transfer yang akan dilakukan.
3. Pastikan adanya tempat dan pelayanan yang dibutuhkan pasien.
4. Lakukan koordinasi dengan petugas (dokter) rumah sakit yang akan dituju
dan dikomunikasikan tentang rencana pemindahan pasien yang meliputi
 Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
 Diagnosis medis dan riwayat penyakit
 Keadaan umum pasien
 Dokter yang merawat
 Alasan pasien dipindahkan
 Jaminan yang digunakan

38
5. Pastikan siapa yang akan menerima saat transfer dilakukan.
6. Tentukan SDM yang akan mendampingi pasien selama transfer dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Pasien level 0 : didampingi oleh perawat yang memiliki kompetensi
minimal kemampuan BLS/ perawat PK I
- Pasien level 1 : didampingi oleh perawat yang memiliki kompetensi
BLS/PPGD/Perawat PK I
- Pasien level 2 : didampingi oleh perawat yang memiliki kompetensi
PPGD/BCLS/BTCLS/ perawat PK II
- Pasien level 3 : didampingi oleh petugas yang memilki kompetensi
seperti pada level 2 ditambah dengan dokter yang memiliki kompetensi
BCLS/BTCLS/ACLS/ perawat PK II/ PK III
7. Siapkan peralatan yang harus disertakan saat transfer pasien sesuai
dengan kondisi pasien berdasarkan level yaitu:
- Pasien level 0 : status rekam medis, hasil pemeriksaan penunjang
(foto rontgen dan lain-lain) formulir transfer / serah terima yang telah
diisi dengan lengkap, kursi roda/ tempat tidur.
- Pasien level 1 : semua peralatan yang disertakan di level 0 ditambah
dengan tabung oksigen dan kanul, standar infus.
- Pasien level 2 : peralatan yang disertakan pada level 1 ditambah
dengan monitor EKG bila memungkinkan.
- Pasien level 3 : peralatan yang disertakan pada level 2 ditambah
dengan alat bantu pernafasan bila diperlukan.
8. Hubungi petugas ambulan dan informasikan tentang rencana transfer
pasien
9. Isi formulir transfer/ serah terima dengan lengkap.
10. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, sebelum pasien
ditransfer oleh perawat pendamping.
11. Informasikan pada pasien dan keluarga saat pasien akan ditransfer.
12. Antar pasien ke RS yang dituju.
13. Monitor kondisi pasien (keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital)
selama transfer.
14. Catat hasil monitor kondisi pada format monitor pasien.
15. Lakukan serah terima dengan patugas (Dokter/perawat) rumah sakit yang
dituju.
16. Tandatangani formulir serah terima.
17. Kembalikan peralatan yang telah selesai dipakai saat tansfer ke tempat
semula.
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
3. Instalasi Rawat Inap (IRNA)
UNIT TERKAIT
4. Intensive Care Unit (ICU)
5. Petugas Ambulance
6. Rumah Sakit Rujukan
RSUD
BANYUASIN MERUJUK PASIEN
Alamat : Jln.

39
Raya Palembang-
Betung Km. 48 No. Dokumen No. Halaman
Pangkalan Balai Revisi 1/2
Banyuasin Kode /PAP-AKRE/RSUD/2018
Pos 30753

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Kegiatan merujuk pasien dari satu ruangan ke ruangan yang lain untuk
mendapatkan perawatan yang lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan pasien.
TUJUAN
Sebagai acuan dalam merujuk pasien antar rumah sakit.

Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Petugas melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding.
2. Petugas mengisi rekam medis pasien sesuai dengan hasil asesmen yang
dilakukan.
3. Petugas menstabilkan kondisi pasien sehingga transportabe.
4. Petugas memutuskan dilakukannya rujukan dan memberikan informed
consent (persetujuan/ penolakan rujukan).
5. Jika kondisi pasien tidak transportable, maka petugas memberikan informasi
jika tidak mungkin dilakukan rujukan.
PROSEDUR
6. Petugas membuat surat rujukan pasien rangkap dua (lembar pertama dikirim
ke tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan, lembar kedua dismpan
sebagai arsip).
7. Petugas menghubungi rumah sakit tujuan rujukan dan memastikan rumah
sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pasien.
8. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
9. Jika seluruh rumah sakit yang dihubungI penuh, maka pasien akan tetap
dirawat di RSUD Banyuasin dengan segala risikonya.
10. Menyiapkan sarana tranportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi
dengan tempat tujuan rujukan.
11. Petugas pendamping pasien sesuai dengan kriteria pasien yang dirujuk.
12. Proses transfer pasien ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai dengan SPO
transfer eksternal.
13. Petugas pendamping pasien melakukan serah terima dengan petugas rumah
sakit tujuan rujukan.
1. Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT
3. Rawat Jalan
4. Instalasi Laboratorium

40
5. Instalasi Radiologi

41
RSUD
BANYUASIN PELAYANAN PEMERIKASAAN PENUNJANG YANG DIRUJUK
Alamat : Jln. KE RUMAH SAKIT LAIN
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/2
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Pemeriksaan penunjang terhadap pasien di RSUD Banyuasin yang dapat
dilakukan di RSUD Banyuasin dirujuk ke rumah sakit lain.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah agar terlaksana pelayanan
pemeriksaan penunjang yang prima dan bermutu
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
Laboratarium:
1. Order dokter.
2. Petugas mengambil sample/spesimen.
3. Sample/spesimen diserahkan ke laboratorium.
4. Jika pemeriksaan tidak dapat dilakukan di laboratorium RSUD Banyuasin
maka akan melakukan proses rujukan.
5. Proses transfer sample/spesimen ke rumah sakit tujuan rujukan sesuai dengan
SPO rujukan laboratorium.
UTDRS:
PROSEDUR 1. Order dokter.
2. Petugas mengambil sample darah.
3. Sample darah dan surat permintaan darah diserahkan ke UTDRS
4. Petugas UTDRS melakukan pemeriksaan sample sesuai dengan SPO.
5. Apabila ditemukan hasil pemeriksaan inkompetibel (tidak cocok antara darah
pendonor dan darah pasien) maka UTDRS akan mengkonfirmasi hasil
tersebut ke ruang rawat inap untuk dilakukan proses rujukan.
6. Jika diputuskan untuk dilakukan pengambilan darah ke UTD PMI yang dituju
maka ruang rawat menghubungi UTD PMI yang dituju untuk
mengkomfirmasi ketersediaan stok darah yang dibutuhkan.
7. Jika darah yang dibutuhkan tersedia di UTD PMI yang dituju maka petugas
ruang rawat mengambil sample darah dan mengisi blangko pemeriksaan.
8. Sample darah dan blanko permintaan diserahkan ke UTDRS untuk diperiksa.
9. Keluarga pasien membawa sample darah dan blanko pemeriksaan ke UTD
PMI yang dituju.
Radiologi:

42
1. Order dokter.
2. Order diantar ke ruang radiologi untuk diregistrasi.
Pasien umum: diregistasi di radiologi order dikembalikan ke ruangan.
Pasien BPJS/ Jamsoskes: diregistrasi dan dikoordinasikan ke ketua
remunerasi dan kasir.
3. Order dokter dikembalikan ke ruangan.
4. Persiapkan untuk mengantar pasien ke rumah sakit lain dilakukan di ruangan.
5. Hasil pemeriksaan dilaporkan ke ruangan radiologi.
1. Ruang Rawat Jalan
2. Ruang Rawat Inap
3. Laboratorium
UNIT TERKAIT
4. UTDRS
5. Radiologi
6. Kasir

RSUD
BANYUASIN IDENTIFIKASI HAMBATAN
Alamat : Jln. PEMBERIAN PELAYANAN PASIEN
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit DISAHKAN OLEH DIREKTUR
OPERASIONAL 02 Januari 2018 RSUD BANYUASIN

43
(SPO)

dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si


NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilakukan rumah sakit untuk mengatasi dan membatasi
hambatan pada proses pemberian dan penerimaan pelayanan pasien.
TUJUAN Sebagai acuan dalam mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien
mencari pelayanan.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Rumah sakit mengidentifikasi kesulitan dalam pemberian pelayanan pasien.
2. Data diperoleh dari data rekam medis satu tahun sebelumya.
3. Hambatan yang didapatkan dalam populasi pasien berupa pasien tua, cacat
PROSEDUR
fisik (gangguan mobilisasi), bicara dengan berbagai bahasa daerah.
4. Hambatan yang paling sering didapatkan di RSUD Banyuasin adalah pasien
tua dan dengan kesulitan mobilisasi.
5. Semua pasien tua atau dengan kesulitan mobilisasi akan disediaan kursi roda
atau brankar.
6. Semua pasien dengan kendala bisu dan tuli, bila membutuhkan pertolongan
komunikasi akan di fasilitasi RS.
7. Pasien-pasien dengan kendala bahasa yang tidak dimengerti akan difasilitasi
oleh RS untuk mencari petugas yang mengerti bahasa tersebut.
1. IGD
2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
UNIT TERKAIT 4. Rekam Medis
5. Bagian Pendaftran
6. Security
7. Rehabilitas Medik

44
RSUD MENGATASI HAMBATAN
BANYUASIN DALAM PELAYANAN PASIEN
Alamat : Jln.
Raya Palembang- No. Dokumen No. Halaman
Betung Km. 48 Revisi 1/1
Pangkalan Balai /PAP-AKRE/RSUD/2018
Banyuasin Kode
Pos 30753
DISAHKAN OLEH DIREKTUR
RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilakukan rumah sakit untuk mengatasi dan membatasi
hambatan pada proses pemberian dan penerimaan pelayanan pasien.
TUJUAN Sebagai acuan dalam mengatasi atau mebatasi hambatan pada waktu pasien
mencari pelayanan.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Pasien melakukan pendaftaran di ruang pendaftran.
2. Petugas mengidentifikasi pasien yang mempunyai hanbatan dan kendala pada
saat pendaftaran (lansia, cacat, bicara dengan berbagai bahsa dan dialek,
budaya yang berada atau penghalang lain).
3. Apabila ada hambatan dalam bahasa tertentu, maka petugas
PROSEDUR menginformasikan ke bagian informasi untuk menghubungi petugas yang
memahami bahasa tersebut.
4. Apabila kendala budaya, dialek dan usia, petugas meminta kepada keluarga
pasien untuk ikut serta dalam pelayanan yang dibutuhkan pasien.
5. Untuk pasien keterbatasan fisik, petugas berkoordinasi dengan security atau
petugas medis lainnya untuk mengambil peralatan fasiliitas, seperti kursi
roda, stretcher/brankar.
6. Untuk pasien yang mengalami kebingungan atau kesalahan arah tempat
tujuan, petugas menunjukkan dan jika diperlukan petugas mengantarkan
pasien ke tempat yang dituju.
7. Petugas membantu pasien tersebut dalam proses pendaftaran sampai dengan
pelayanan terakhir.
1. IGD
2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
UNIT TERKAIT 4. Rekam Medis
5. Bagian Pendaftaran
6. Security
7. Rehabilitasi medik

45
RSUD
BANYUASIN MENERIMA RUJUKAN PASIEN
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN
Kegiatan menerima pasien yang dirujuk ke RSUD Banyuasin.

TUJUAN
Sebagai acuan dalam menerima pasien yang dirujuk ke rumah sakit.

Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah
diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.
2. Melakukan stabilitasi pasien rujukan sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO).
PROSEDUR
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu
catatan medis/paramedis.
4. Setelah stabil, segera berikan informasi tentang keputusan
tindakan/perawatan yang akan diakukan kepada pasien/keluarga apakah
pasien akan dirawat inap, rawat jalan atau dirujuk.
5. Membuat surat rujukan rangkap 2, kemudian surat rujukan yang asli dibawa
bersama pasien, prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
6. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap
atau pulang paksa)
7. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
1. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT
2. Rawat Jalan

46
RSUD
BANYUASIN PEMULANGAN PASIEN RAWAT INAP
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/2
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Pemulangan pasien dalam suatu kondisi dimana pasien sudah menjalani
perawatan di rumah sakit dan telah diizinkan pulang oleh dokter.
TUJUAN Sebagai acuan dalam merencanakan pemulangan pasien.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Dokter menginformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien boleh
pulang.
2. Dokter menginstruksikan kepada perawat bahwa pasien boleh pulang dan
menglengkapi:
a. Resume medik
b. Resume keperawatan
c. Surat pulang
d. Resep obat yang dibawa pulang
3. Perawat membuat discharge planning dan menjelaskan kepada pasien dan
atau keluarga pasien.
PROSEDUR
4. Perawat melakukan pengecekan ulang mengenai tindakan-tindakan pelayanan
yang telah dilakukan.
5. Perawat menginformasikan pelayanan yang telah dilakukan kepada petugas
administrasi.
6. Pihak administrasi verifikasi data dan jaminan pasien.
Jaminan umum:
 Petugas administrasi menginformasikan total biaya rawat inap kepada
pasien dan keluarga pasien.
 Keluarga pasien mengurus pembayaran di kasir.
 Keluarga pasien menyerahkan bukti pembayaran kepada perawat yang
bertugas.
Jaminan BPJS:
 Petugas administrasi menginformasikan kelengkapan persyaratan kartu
jaminan (kartu BPJS) dan sudah di sahkan ke bagian BPJS.
 Dan jika terdapat selisih tarif pembayaran, keluarga mengurus
pembayaran di kasir dan menyerahkan bukti pembayaran kepada perawat

47
yang bertugas.
Jaminan Jamsoskes:
 Petugas administrasi menginformasikan kelengkapan persyaratan kartu
jaminan (KK, KTP dan Surat Keterangan dari Lurah setempat yang
menjelaskan bahwa pasien bukan peserta BPJS) dan sudah disahkan ke
bagian administrasi.
7. Perawat memberikan surat pulang, obat dan surat rujuk balik kepada pasien
untuk kontrol ulang.
8. Perawat mengantar pasien sampai ke tempat jemputan.
1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 3. Kasir
4. PPATK
5. Farmasi

48
RSUD
BANYUASIN PASIEN PULANG PAKSA
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Pasien pulang paksa adalah pasien yang mendapatkan perawatan dan pengobatan
yang dinyatakan belum sembuh oleh dokter dan pulang atas kemauan sendiri.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memulangkan pasien dari
TUJUAN
rumah sakit dalam kondisi seoptimal mungikin.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Keluarga menyatakan ketidaksanggupan untuk melanjutkan perawatan dan
pengobatan dan meminta pulang paksa atas dasar ketidaksanggupan niaya
maupun alasan lain.
PROSEDUR
2. Dokter atau perawat memberikan penjelasan dan informasi tentang keadaan
penyakitnya.
3. Setelah keputusan pulang paksa diambil, keluarga mengisi format pulang
paksa dan ditandatangani oleh keluarga, dokter dan saksi.
4. Pihak keluarga berkewajiban menyelesaikan dan melunasi administrasi serta
menyiapkan alat transportasi yang akan digunakan untuk membawa pasien
pulang.
5. Perawat memberikan penjelasan tentang perawatan selanjutnya di rumah dan
menyerahkan surat-surat yang diperlukan pasien.
1. Rawat Inap
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. IGD

49
RSUD
BANYUASIN PASIEN MENINGGALKAN RUMAH SAKIT
Alamat : Jln. UNTUK SEMENTARA
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman
Banyuasin Kode Revisi 1/1
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Pasien pulang ke rumah untuk sementara waktu dalam masa perawatan di rumah
sakit karena alasan penting yang diajukan oleh pasien atau keluarga pasien.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan izin kepada pasien
TUJUAN
yang meminta pulang sementara waktu pada saat masa perawatan.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) /dokter jaga yang diberi
kewenangan mendengarkan alasan yang diberikan pasien atau keluarga
pasien.
2. DPJP/dokter jaga yang diberi kewenagan mempertimbangkan alasan yang
PROSEDUR diberikan dengan kondisi pasien saat ini.
3. DPJP/dokter jaga yang diberi kewenagan menjelaskan kondisi pasien saat ini
dan kemungkinan-kemungkinan yang biasa terjadi apabila pasien dibawa
pulang.
4. Apabila pasien atau keluarga pasien tetap ingin membawa pasien pulang
sementara waktu, pasien atau keluarga pasien membuat pernyataan tertulis
yang ditandatangani oleh pasien dan keluarga pasien yang mewakili dan
saksi.
5. DPJP/dokter jaga yang diberi kewenangan mencatat alasan permintaan
pulang, kondisi pasien saat dibawa pulang dan penjelesan yang telah
diberikan pada lemabaran terintergrasi dalam rekam medis pasien.
1. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rekam Medis

RSUD
BANYUASIN SEDASI SEDANG DAN DALAM
Alamat : Jln.
Raya Palembang-
Betung Km. 48
Pangkalan Balai No. Dokumen No. Halaman

50
Banyuasin Kode Revisi 1/2
Pos 30753 /PAP-AKRE/RSUD/2018

DISAHKAN OLEH DIREKTUR


RSUD BANYUASIN
STANDAR
PROSEDUR
Tanggal Terbit
OPERASIONAL
02 Januari 2018
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
 Sedasi sedang: pemberian obat-obatan untuk mendepresi kesadaran pasien, di
mana pasien dapat merespon terhadap pemerintah (baik dengan kemauan
sendiri maupun dibantu dengan rangsangan teknis) di mana diperlukan upaya
untuk menjaga potensi jalan nafas, nafas spontan adekuat dan sistem
kordiovaskuler terjaga.
PENGERTIAN
 Sedasi dengan mempunyai target nilai skor ramsay 3 dan 4.
 Sedasi dalam : pemberian obat-obatan untuk mendepresi kesadaran pasien, di
mana pasien sulit dibangunkan , terdapat gangguan nafas di mana pasien
mungkin memerlukan bantuan untuk menjaga potensi jalan nafas. Nafas
spontan bisa kurang adekuat dan sistem kardiovaskuler dapat berubah.
 Sedasi dalam mempunyai target nilai skor ramsay 5.
TUJUAN Memberikan pelayanan sedasi sedang dan dalam yang seragam sesuai dengan
standar mutu pelayanan di RSUD Banyuasin.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin nomor 445/ /PAP-
KEBIJAKAN
AKRE/RSUD/2018 tentang Kebijakan Asuhan Pasien yang Seragam di RSUD
Banyuasin.
1. Pasien atau keluarganya diberikan edukuasi atau informasi tentang
pemberian sedasi sedang dan dokumentasi dalam form
persetujuan/penolakan tindakan kedokteran.
2. Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan sedasi (dewasa) atau 5 jam sebelum
tindakan sedasi (anak).
PROSEDUR
3. Pada kondisi kegawatdaruratan prosedur 1 dan 2 bisa tidak dilakukan, namun
hal ini terdokumentasi dalam rekam medis di lembar harian/ tambahan
pasien.
4. Lakukan pengkajian pra sedasi dan dokumentasikan menggunakan lembar
harian pasien.
5. Dilakukan pemberian obat untuk sedasi sedang dan dalam sesuai dengan
perencanaan tindakan sedasi.
6. Pantau kondisi umum dan tanda vital pasien selama pemberian sedasi setiap
15 menit. Dokumentasikan dalam lembar harian pasien.
7. Apabila skor ramsay pasien melebihi target level sedasi (sedasi sedang > 5),
berikan antidotum yang sesuai (terlampir).
1. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 2. ICU
3. Instalasi Radiologi

Lampiran

51
Skoring Ramsay untuk penilaian tingkat kedalaman sedasi
di RSUD Banyuasin

Skoring Ramsay

Nilai Pemeriksaan Fisik


1 Anxious, aglitated, restless
Gelisah, cemas, tidak dapat beristirahat
2 Cooperatif, tranquil, oriented
Kooperatif, orientasi baik, tenang
3 Drowsy, response to verbal command
Mengantuk, masih respon terhadap pemerintah
4 Asleep. Briks respons to light glaballar tap and loud auditary
stimulus
Tertidur, tetapi merespon cepat terhadap ketukan ringan di dahi
(glabella) dan rangsang suara yang keras
5 Asleep, sluggish response to light glabellar tap and loud auditory
stimulus
Tertidur, tetapi merespon lambat terhadap ketukan ringan di dahi
(glabella) dan rangsang suara yang keras
6 Coma
Koma
Interpretasi:
Sedasi ringan : 2
Sedasi sedang : 3 -4
Sedasi dalam : 5
KUISIONER
SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT
TERHADAP PELAYANAN RSUD BANYUASIN

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat,


RSUD Banyuasin sangat membutuhkan informasi mengenai kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan secara rutin. Untuk itu Direktur
berupaya meneliti Indeks Kepuasan Masyarakat yang diharapkan mampu
memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan RSUD Banyuasin kepada
masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakaT, yang

52
1. Bagaimana pendapat Anda tentang kemampuan petugas memberikan pelayanan

dikumpulkan melalui Survey Kepuasan Masyarakat terhadap unit pelayanan RSUD


Banyuasin.
Survey ini menanyakan bagaimana pendapat masyarakat, mengenai
pengalaman dalam memperoleh pelayanan di RSUD Banyuasin atas penyelenggaraan
pelayanan.
Pertanyaan ini dirancang sesederhana mungkin, sehingga Bapak/Ibu
Saudara/Saudari mudah mengerti isi pertanyaannya. Pendapat Bapak/Ibu
Saudara/Saudari akan sangat membantu keberhasilan survey ini sebagai dasar
penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
RSUD Banyuasin Kepada masyarakat.
Atas perhatian dan partisipasinya diucapkan terimakasih.
Catatan :
1. Tujuan Survey ini adalah untuk memperoleh gambaran secara obyektif tentang
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di RSUD Banyuasin.
2. Jawaban kuesioner ini hanya dipergunakan untuk kepentingan survey.
3. Hasil survey ini akan digunakan untuk bahan penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat terhadap pelayanan di RSUD Banyuasin yang sangat bermanfaat bagi
pemerintah maupun masyarakat.
4. Nilai yang diberikan oleh masyarakat diharapkan sebagai koreksi yang
membangun bagi RSUD Banyuasin.
5. Ketentuan nilai yang diberikan bersifat terbuka dan tidak dirahasiakan.

53
di RSUD Banyuasin?
a. Tidak Mampu 1
b. Kurang Mampu 2
c. Mampu 3
d. Sangat Mampu 4
2. Bagaimana pendapat Anda tentang kesopanan/keramahan petugas di RSUD
Banyuasin?
a. Tidak sopan dan tidak ramah 1
b. Kurang Sopan dan kurang ramah 2
c. Sopan dan ramah 3
d. Sangat sopan dan ramah 4
3. Bagaimana pendapat Anda tentang kerapihan Petugas di RSUD Banyuasin?
a. Tidak Rapih 1
b. Agak Rapih 2
c. Rapih 3
d. Sangat Rapih 4
4. Bagaimana pendapat Anda tentang keadilan (tidak pilih kasih) pada pelayanan
di RSUD Banyuasin?
a. Tidak Adil 1
b. Kurang Adil 2
c. Adil 3
d. Sangat Adil 4
5. Bagaimana pendapat Anda tentang besarnya biaya pelayanan di RSUD
Banyuasin?
a. Tidak Terjangkau 1
b. Kurang Terjangkau 2
c. Terjangkau 3
d. Sangat Terjangkau 4
6. Bagaimana pendapat Anda tentang kesesuaian antara biaya yang dibayarkan ke
RSUD dengan pelayanan yang diberikan oleh RSUD Banyuasin ?
a. Selalu tidak sesuai 1
b. Kadang -kadang sesuai 2
c. Banyak sesuainya 3
d. Selalu sesuai 4
7. Bagaimana pendapat Anda tentang kebersihan di lingkungan RSUD Banyuasin?
a. Tidak bersih
b. Agak bersih 1
c. Bersih 2
d. Sangat bersih 3
4
8. Bagaimana pendapat Anda tentang kenyamanan di lingkungan unit pelayanan
RSUD Banyuasin?
a. Tidak Nyaman 1
b. Kurang Nyaman 2
c. Nyaman 3
d. Sangat Nyaman 4
9. Bagaimana pendapat Anda tentang keamanan pelayanan di RSUD Banyuasin?

54
a. Tidak Aman
b. Kurang Aman 1
c. Aman 2
d. Sangat Aman 3
4

Kritik dan saran untuk RSUD Banyuasin


.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
...............................................

55

Anda mungkin juga menyukai