Anda di halaman 1dari 45

Gambaran Umum Wilayah

4 Perencanaan

4.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISRATIF


4.1.1. Letak Wilayah

Secara geografis, Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong


Utara berada di sisi Utara Kabupaten kayong Utara, atau berada
pada posisi 0° 55’ 41’’ LS sampai dengan 1° 18’ 53’’ LS dan 109° 13’
58’’ BT sampai dengan 1090 47’ 03’’ BT. Sedangkan secara
administratif, batas wilayah Kecamatan Pulau Maya, adalah sebagai
berikut :

Utara : Kabupaten Kubu Raya,


Selatan : Selat Karimata
Barat : Kec. Kepulauan Karimata dan Selat Karimata
Timur : Kec.Teluk Batang,Kec.Simpang Hilir,Kec.Sukadana

Kecamatan Pulau Maya merupakan salah satu Kecamatan yang


terletak di Kabupaten Kayong Utara dengan beribukota di Tanjung
Satai.

4.1.2. Luas Wilayah

Kecamatan Pulau Maya merupakan salah satu Kecamatan yang


luas di kabupaten kayong utara, dengan luas wilayah mencapai
764,60 km² setelah terjadi pemekaran dengan kecamatan kepulauan
karimata. Luas wilayah Tanjung Satai yang merupakan ibu kota dari
Kecamatan Pulau maya mencapai 168,76 km² atau 22,07 persen dari
luas wilayah Kecamatan Pulau maya. Sedangkan Desa Dusun Kecil
merupakan Desa yang memiliki wilayah terluas 192,77 km² atau
25,21 persen dari luas wilayah Kecamatan Pulau maya. Luas Desa

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 1
yang paling kecil berada di Desa Dusun Besar yaitu 125,31 km2 atau
sekitar 16,39 % luas Kecamatan Pulau Maya. Lebih jelasnya luas
wilayah Kecamatan Pulau Maya disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Pulau Maya Menurut Desa/


Kelurahan

Tabel 4.2. Jarak Kantor Camat Dengan Kantor Desa/Kelurahan

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 2
4.1.3. Jenis Tanah

Formasi Geologi Kecamatan Pulau Maya memiliki tanah kuarter


sebesar 104.215 Ha, tidak terdapatnya Intrusif dan Plutonik Basa
menengah serta Efusif Tak Dibagi dan 5.675 Ha Intrusif & Plutonik
Asam.

Tabel 4.3. Luas Wilayah Kecamatan Menurut Formasi Geologi

Kecamatan Pulau Maya menurut Kelas Lereng ( Ha ) < 2 %


sebesar 104.663 Ha, kelas Lereng 15 – 40 % 3.680 Ha, Kelas Lereng
> 40 % 1.547 Ha dengan Jumlah total sebesar 109 890 Ha.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 3
Tabel 4.4. Luas Wilayah Kecamatan Menurut Kelas Lereng

4.2. IKLIM DAN CURAH HUJAN


4.2.1. Musim
Wilayah Kabupaten Kayong Utara dan umumnya di Indonesia,
hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan
bulan September. Sedangkan musim penghujan biasa terjadi pada
bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Keadaan ini berganti
setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan
April – Mei dan Oktober – November.

4.2.2. Temperatur
Temperatur udara di suatu daerah antara lain dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dan iklim daerah tersebut.
Kabupaten Kayong Utara sebagai salah satu wilayah Indonesia yang
beriklim tropis, salah satu cirinya adalah mempunyai temperature
udara yang relatif tinggi dan panas. Letak Kabupaten Kayong Utara
yang relatif dekat dengan garis Khatulistiwa semakin memperkuat

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 4
temperature yang relatif tinggi sehingga udaranya menjadi lebih
panas.

Suhu ( Derajat Celcius ) Iklim Curah Hujan (mm)


27-31 Tropis 200.00

4.2.3 Curah Hujan


Curah Hujan di pengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
adalah iklim, keadaan geografi dan perputaran / pertemuan arus
udara. Pada tahun 2012 di Kabupaten Kayong Utara rata – rata
curah hujan berkisar 200.00 mm lebih rendah dari tahun
sebelumnya. Curah Hujan tertinggi terjadi di bulan Desember
460,23 mm dan terendah di bulan September 42,83 mm. Curah
hujan sebesar itu termasuk tinggi dengan intensitas yang cukup,
hal ini dipengaruhi oleh daerah yang memiliki hutan tropis yang
lebat dan disertai dengan kelembaban udara yang tinggi.

Rata‐rata hari hujan perbulan sepanjang tahun 2012 di


Kabupaten Kayong Utara sebesar 12 hari. Hari hujan terbanyak di
bulan November dan desember sebanyak 20 hari dan terendah di
bulan September, 3 hari selama sebulan. Adanya perubahan iklim
global pada beberapa tahun terakhir juga memberi dampak
langsung terhadap perubahan iklim di Kabupaten Kayong Utara.
Hal ini terlihat dengan adanya pergeseran pola curah hujan dan
hari hujan dicermati keterbandingannya antar waktu ke waktu dari
tahun ke tahun.

Dengan tingkat curah hujan yang cukup tinggi di Kayong


Utara, biasanya akan selalu disertai kecepatan angin yang tinggi
pula. Untuk lebih jelasnya Rata-rata Curah Hujan Bulanan dan
Rata-rata Hari Hujan Bulanan di Kabupaten Kayong Utara dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.5. Rata-rata Curah Hujan Bulanan Tahun 2012

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 5
Tabel 4.6. Rata-rata Hari Hujan Bulanan Tahun 2012

4.3. SOSIAL DAN BUDAYA


Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Minapolitan Tanjung Satai IV- 6
4.3.1. Demografi
Berdasarkan sensus penduduk 2012 Jumlah penduduk
Kecamatan Pulau Maya pada tahun 2012 sebanyak 14.716 jiwa
(6.899 jiwa berjenis kelamin laki‐laki dan 6.647 jiwa berjenis
kelamin perempuan). Jika dibandingkan dengan luas wilayah
Kecamatan Pulau Maya yaitu 674,08 km², maka kepadatan
penduduk hanya sekitar 22 jiwa per Km² terhitung masih sedikit.

Dari enam kecamatan yang ada di Kabupaten Kayong Utara,


kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan
Simpang Hilir, yaitu sekitar 30,05% dari total penduduk Kabupaten
Kayong Utara.

Tabel 4.7. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Desa di


Kecamatan Pulau Maya Tahun 2012

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 7
Tabel 4.8. Banyaknya Penduduk Menurut Desa dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Pulau Maya Tahun 2012

Tabel 4.9. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis


Kelamin di Kecamatan Pulau Maya Tahun 2012

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 8
4.3.2. Pendidikan
Keberhasilan proses pendidikan sangat tergantung oleh
tersedianya sarana, dan prasarana serta tenaga pengajar yang
memadai. Pada tahun 2012, jumlah Taman Kanak-kanak (TK)
sebanyak 2 sekolah dengan 6 orang pengajar, Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 14 sekolah dengan 158
orang pengajar, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) sebanyak 6 sekolah dengan 51 orang pengajar
dan Sekolah Menengah Umum (SMU), Madrasah Aliyah (MA) dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 2 sekolah dengan 26
orang pengajar. Sedangkan untuk Perguruan Tinggi belum tersedia
di Kecamatan Pulau Maya. Semakin baik sarana dan prasarana
pendidikan maka semakin baik pendidikan masyarakat.

Tabel 4.10. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru Tahun 2012

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 9
Tabel 4.11. Jumlah Guru Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2012

4.3.3. Kesehatan
Pelayan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok
penduduk disamping sandang, pangan dan papan. Kesehatan
menjadi salah satu tulang punggung pembangunan, masyarakat
yang sehat akan mendapatkan tenaga yang kuat, cerdas dan
mampu terlibat aktif dalam jalannya pembangunan. Sarana dan
prasarana kesehatan di Kecamatan Pulau Maya masih terbatas
kuantitas dan kualitasnya. Meskipun cukup memadai, namun ada
beberapa sarana yang perlu direhab, baik rehab sedang maupun
rehab berat, tenaga medis perlu ditambah, peralatan perlu
diperlengkap. Sarana kesehatan dan tenaga medis yang tersebar di
tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 10
Tabel 4.12. Jumlah Sarana Kesehatan Tahun 2008-2012

Tabel 4.13. Jumlah Tenaga Medis/Dukun Bayi Tahun 2008- 2012

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 11
4.3.4. Agama
Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, Indonesia menjamin kehidupan beragama dan
senantiasa mengembangkan kerukunan hidup antar pemeluk
agama dan kepercayaan. Kehidupan beragama diarahkan kepada
peningkatan akhlak dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
membangun masyarakat yang religius dan sekaligus mengatasi
berbagai masalah sosial budaya yang dapat menghambat kemajuan
bangsa. Untuk itu, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai
bagi semua umat serta peningkatan pelayanan bagi kepentingan
pelaksanaan ibadah keagamaan.

Dalam melaksanakan pembangunan di bidang agama, kondisi


yang dihadapi saat adalah masih rendahnya pendidikan dan
pemahaman agama serta peran lembaga keagamaan pada
masyarakat, sehingga pengamalannya belum optimal dan belum
mampu mengimbangi menguatnya pengaruh negatif budaya luar
sebagai akibat dari pengaruh globalisasi.

Tabel 4.14. Jumlah Rumah Ibadah Menurut Jenisnya Tahun 2008-2012

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 12
4.4. KONDISI INFRASTRUKTUR WILAYAH
4.4.1. Aksesibilitas kawasan
Kawasan pesisir Kecamatan Pulau Maya memiliki aksesibilitas
yang kurang baik. Untuk mencapai ibukota kecamatan dapat
dilakukan perjalanan darat maupun laut. Perjalanan darat dapat
ditempuh menggunakan kedaraan roda 2, itupun harus dengan
menyeberang terlebih dulu dari dermaga teluk batang menuju
dermaga pulau maya yang berada di ujung utara pulau, waktu yang
ditempuh untuk menyeberang sekitar 15 menit, Secara umum
Kondisi infrastruktur transportasi darat (jalan) menuju wilayah ini
relatif kurang baik, karena sebagian besar akses jalan masih
berupa tanah, medan yang sulit dan jauh dari jangkauan. Ketika
musim hujan, tanah menjadi licin dan banyak mengakibatkan
pengendara motor yang melewati jalur tersebut jatuh. Ketika jalan
kering diButuhkan waktu sekitar 1,5 jam menuju ibukota
kecamatan, melewati desa kemboja dan desa satai lestari. Ketika
jalan basah waktu yang dibutuhkan cukup lama, bisa 3 sampai 4
jam untuk menuju ibukota kecamatan Pulau Maya tersebut. Jalur
laut dapat ditempuh menggunakan kapal tambang khusus untuk
penumpang yang datang setiap 2 hari sekali, kapal ini beroperasi
dari dermaga tanjung satai menuju sukadana atau sebaliknya
dengan lama perjalan sekitar 2 jam.

4.4.2. Jaringan Jalan


Panjang jalan menurut Status jalan tahun 2012 yaitu jalan
kabupaten 28,0 km, jalan keamatan 1,60 km dan jalan desa 55,40
km. Panjang Jalan Menurut Status dan Permukaan Jalan Tahun
2012 di Kecamatan Pulau Maya yaitu jalan tanah 73,81 km, jalan
dengan permukaan rabal beton 9,09 km, jaan kerikil 0,50 km, jalan
aspal 1,60 km. Panjang Jalan Menurut kondisinnya yaitu terdapat
15,19 Km jalan baik, 33,60 km jalan sedang, dan 36,21 masih
dalam kondisi rusak berat. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 13
Tabel 4.15. Panjang Jalan Menurut Status dan Permukaan Jalan
Tahun 2008 – 2012 (Km)

Tabel 4.16. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Tahun 2008–2012 (Km)

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 14
4.4.3. Jaringan Listrik
Jaringan listrik saat ini sudah tersedia di Kecamatan Pulau
Maya menggunakan PLTD Tanjung Satai cabang dari Sukadana,
jaringan ini tersebar dibeberapa desa, dengan jam operasional
mulai jam 18.00 WIB sampai dengan 06.00 WIB. Jika dilihat dari
jumlah Pelanggan listrik di Kabupaten Kayong Utara tahun 2012
menunjukan peningkatannya
Tabel 4.17 Jumlah Pelanggan Dan Produksi Tenaga Listrik
No Bulan Pelanggan Produksi
1 Januari 11.584 1.853.600
2 Februari 11.586 1.807.414
3 Maret 11.766 1.933.928
4 April 11.929 1.737.541
5 Mei 12.132 1.794.537
6 Juni 12.320 1.871.509
7 Juli 12.532 1.866.645
8 Agustus 12.951 2.120.661
9 September 13.144 2.007.694
10 Oktober 13.274 2.076.618
11 November 13.300 2.008.604
12 Desember 13.415 2.017.582
Jumlah 13.415 23.096.333

4.4.4. Jaringan Telekomunikasi


Sebagai salah satu sarana komunikasi, pos dan giro punya andil
besar dalam menciptakan banyak kemudahan berkomunikasi bagi
masyarakat. Kantor pos berperan dalam pengiriman surat-surat
maupun pengiriman paket pos dan uang/wesel. Hingga saat ini
jumlah kantor pos di Kecamatan Pulau Maya sebanyak 1 buah.
Tabel 4.18 Jumlah Kantor Pos/Giro, Pos Pembantu, Pos Desa (2012)

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 15
4.4.5. Jaringan Air Bersih
Air menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan masyarakat di
Desa Tanjung Satai, Kecamatan Pulau Maya, sangat sulit untuk
mencari air bersih di desa ini, air menjadi benda yang berharga,
saat ini masyarakat hanya menfaatkan air tadah hujan untuk
aktivitas sehari-hari, jika tidak ada hujan mereka menggunakan
alat pengubah air laut menjadi air tawar sumbangan dari dari
Kementrian kelautan dan perikanan dengan dikenakan tarif
tertentu pada tiap jerigennya, air yang dihasilkan dari
pengoperasian alat ini pun tidak bekerja secara maksimal, debit air
yang kurang, untuk mengisi 1 jerigen air isi 25 liter butuh waktu 5-
10 menit.

4.4.6. Pelabuhan Kelautan Dan Perikanan


Desa Tanjung Satai sudah terdapat pelabuhan perikanan, saat
ini pelabuhan ini merupakan salah satu akses perekonomian
didaerah tersebut sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, bongkar muat barang, tempat
bongkarnya kapal nelayan, serta merupakan terminal dan tempat
berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran.

Beberapa waktu yang lalu pada tanggal 9 Agustus 2014


Pelabuhan Tangkapan Ikan Tanjung Satai Kecamatan Pulau Maya
Amruk diterpa ombak air pasang. peristiwa ini terjadi hingga
amruknya pelabuhan ini dikarenakan diterjang ombak yang cukup
dahsyat. Tingggi ombak yang diperkirakan sekitar 2,5 meter hingga
3 meter yang disertai angin kencang dan air pasang. Selain
tingginya ombak, peristiwa ini terjadi juga dikarenakan kondisi
Pelabuhan yang sudah rapuh dan belum pernah direhabilitasi
semasa Kabupaten Ketapang hingga Kabupaten Kayong Utara
terbentuk. Pelabuhan yang panjangnya 100 meter tersebut yang

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 16
ambruk sekitar sepanjang 60 meter dari ujung pelabuhan. Selain
Ambruknya pelabuhan tersebut tiang kabel listrik penerangan
rumah hunian sekitar pelabuhan juga ikut amruk dikarenakan
pondasi tiang tersebut berada pada Pelabuhan tersebut.

Gambar 4.1 Pelabuhan perikanan Tanjung Satai

Pelabuhan baru yang dibangun beberapa waktu lalu oleh


pemerintahan Kabupaten Kayong Utara hingga saat ini belum bisa
difungsikan dikarenakan panjang pelabuhan baru tersebut belum
maksimal dan juga pembangunannya secara bertahap 30 meter
pertahunnya.

Gambar 4.2 Pelabuhan Baru Perikanan Tanjung Satai belum beroperasi

4.4.7. Tempat Pelelangan Ikan


TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI
merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain sebagai
tempat pelelangan, tempat perbaikan jaring, tempat perbaikan

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 17
mesin dan lain sebagainya. Disamping itu TPI merupakan tempat
berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli
ikan dalam rangka mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan
ingin menjual hasil tangkapan ikannya dengan harga sebaik
mungkin, sedangkan pembeli ingin membeli dengan harga serendah
mungkin. Untuk mempertemukan penawaran dan permintaan itu,
diselenggarakan pelelangan ikan agar tercapai harga yang sesuai,
sehingga masing-masing pihak tidak merasa di rugikan.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI), selain merupakan pintu gerbang


bagi nelayan dalam memasarkan hasil tangkapannya, juga menjadi
tempat untuk memperbaiki jaring, motor, serta kapal dalam
persipan operasi penangkapan ikan. Tujuan utama didirikannya TPI
adalah menarik sejumlah pembeli, sehingga nelayan dapat menjual
hasil tangkapannya sesingkat mungkin dengan harga yang baik
serta dapat menciptakan pasaran yang sehat melalui lelang murni.
Disamping itu, secara fungsional, sasaran yang diharapkan dari
pengelolaan TPI adalah tersedianya ikan bagi kebutuhan penduduk
sekitarnya dengan kualitas yang baik serta harga yang wajar.
Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa pengelolaan TPI yang
baik serta professional akan memotivasi para nelayan untuk
menambah dan mengembangkan usahanya di bidang perikanan.

Tempat Pelelangan Ikan di desa tanjung satai ini berada pada


pelabuhan perikanan, TPI yang ada belum optimal dalam
pengoperasiannya, sebagian masyarkat desa tanjung satai lebih
memilih membeli ikan pada pengumpul ikan yang mengirim
ikannya ke sukadana karena harga dapat lebih murah. Kendala
yang terjadi karena belum adanya Koperasi di Tanjung Satai.

Tujuan dari sistem Pelelangan Ikan di TPI yang sesungguhnya


adalah mencari pembeli potensial sebanyak mungkin untuk
menjual hasil tangkapannya pada tingkat harga yang
menguntungkan tanpa merugikan pedagang pengumpul.
Penyelenggaraan pelelangan Ikan pada setiap TPI sebaiknya adalah

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 18
dari organisasi nelayan dalam bentuk KUD. Dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, KUD bertanggungjawab kepada Pemda
setempat melalui Dinas Perikanan Daerah.

4.4.8. Pasar Tradisional


Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting
dalam memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan
memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Keberadaan pasar
tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah
daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena
didalam pasar tradisional terdapat banyak aktor yang memiliki arti
penting dan berusaha untuk mensejahterakan kehidupannya baik
itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Mereka
semua adalah aktor yang berperan penting dalam mempertahankan
eksistensi pasar tradisional di Indonesia.

Dalam pasar tradisional terdapat banyak interaksi yang tidak


ditemukan dalam pasar modern, dimana para pedagang pasar
tradisional tidak membeli suatu barang dagangan yang akan
mereka jajakan di tokonya dalam jumlah yang besar dari agen, hal
ini disebabkan karena keterbatasan modal yang mereka miliki tidak
mencukupi untuk membeli barang-barang dalam jumlah yang
besar kemudian juga mereka tidak memiliki fasilitas yang lengkap
untuk menyimpan barang dagangan terlalu banyak karena
pedagang tidak memiliki lemari pendingin untuk menyegarkan
barang dagangannya seperti yang terlihat pada pasar modern.

Demikian pula dalam masalah pembelian barang oleh pasar


modern yang mana barang selalu di beli dalam jumlah yang besar,
disamping mereka memiliki modal yang besar juga mempunyai
perencanaan yang telah disusun terlebih dahulu dari sebelum
pasar dibangun dengan

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 19
Pasar ikan merupakan pasar yang digunakan untuk
memasarkan ikan dan produk ikan. Selain ikan, organisme akuatik
dan boga bahari lainnya juga dijual, seperti cumi dan udang. Pasar
ikan dapat ditujukan untuk menjual ikan secara grosir kepada
pedagang ikan lain atau secara eceran kepada konsumen. Pasar
ikan juga menjual aneka jajanan yang terbuat dari hasil laut, dan
restoran serta warung makan yang khusus menyajikan masakan
ikan juga berdiri di dekat pasar ikan.

Berdasarkan hasil survey lapangan, kondisi eksisting di daerah


Tanjung Satai sudah terdapat Pasar Ikan, saluran saluran irigasi
yang ada di pasar juga sudah baik, sarana umum pasar ikan sudah
ada seperti toilet, akan tetapi sampai saat ini pasar tersebut belum
dapat beroperasi, permasalahan air bersih menjadi salah satu hal
yang tidak bisa dihindarkan. Kondisi Pasar yang tidak aktif ini
dimanfaatkan penduduk untuk jemuran dan bahan coret-coretan di
dindingnya.

Gambar 4.3 Kondisi Pasar Ikan Tanjung Satai

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 20
4.5. KONDISI FISIK PERAIRAN
4.5.1. Gelombang
Gelombang yang terjadi di sekitar perairan laut Kayong Utara
pada umumnya disebabkan oleh angin, sehingga tinggi dan periode
gelombang akan bergantung dari kekuatan serta arah angin yang
bertiup di permukaan sekitar perairan tersebut. Selain itu, faktor
perairan terbuka Kayong Utara di bagian barat yang berhadapan
langsung dengan Laut Cina Selatan juga dipengaruhi oleh sistem
peredaran arus global kontinental Asia dan Lautan Pasifik serta
Samudra Hindia. Oleh karena itu, secara umum gelombang di
perairan Kalimantan Barat juga didominasi oleh perambatan
gelombang dari Selat Karimata dan Laut Cina Selatan.

Frekuensi tinggi gelombang di perairan Kayong Utara berkisar


antara 10 – 30 cm dengan arah gelombang datang dari Barat Laut.
Tinggi gelombang tersebut besarnya relatif sama antara di pinggir
pantai (0-4 mil) hingga 8-12 mil. Sedangkan tinggi gelombang pada
saat Bulan November – Awal Januari (musim barat) di tengah laut
(diatas 12 mil) dapat mencapai 60 –140 cm. Tinggi gelombang
tersebut kian bertambah di perairan selat Karimata dan Teluk
Melano pada bulan-bulan tersebut dan dapat mencapai ketinggian
120-260 cm. Pada umumnya tipe hembasan gelombang yang ada di
perairan Kabupaten Kayong Utara bertipe Surging dan sedikit
bertipe Spilling.

4.5.2. Arus
Pola arus di Laut Cina Selatan, Jawa, Laut Flores sampai dekat
Laut Banda mengalami perubahan total dua kali setahun sesuai
perkembangan musim. Pada bulan Desember - Februari, arus
musim barat mengalir menuju timur.Di Selat Karimata hingga Laut
Flores dapat dijumpai arus dengan kekuatan lebih dari 75 cm/dt.
Pada musim pancaroba, arus ke timur ini mulai melemah bahkan
mulai berbalik arah hingga di beberapa tempat terjadinya pusar
(eddies). Biasanya dalam musim pancaroba ini arus sudah

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 21
mengalir ke barat di pantai selatan Kalimantan sedangkan di lepas
pantai utara Jawa arus masih mengalir ke timur.Pada bulan Juni –
Agustus barulah berkembang arus musim timur dan arah arus
telah sepenuhnya berbalik arah menuju ke arah barat yang
akhirnya menuju L. Cina Selatan.

Arah arus di wilayah Selat Karimata pada bulan Februari


dominan menuju Utara hingga Barat Laut dengan kecepatan
berkisar 0,8 hingga 1,9 km/jam. Sedangkan pada bulan Agustus-
September arah arus dominan dari Barat Laut dan Tenggara
dengan kecepatan berkisar 0,8 hingga 1,2 m/detik. Perairan Teluk
Melano arah dominan menuju Selatan hingga Barat Daya jatuh
pada bulan November-Desember dengan kecepatan 0,08 – 0,750
km/jam.

4.5.3. Pasang Surut


Gerakan air laut selalu berubah-ubah secara periodik akibat
adanya gaya tarik dari benda-benda ruang angkasa terhadap bumi
seperti matahari dan bulan. Kondisi pasang surut perairan Kayong
Utara sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan Laut Cina Selatan.
Karakteristik arus dan pasang surut (pasut), pada beberapa
kawasan perairan laut Kayong Utara cenderung bervariasi, yaitu
pada saat Musim Utara bertipe pasut Diurnal, sedangkan pada saat
Musim Selatan bertipe pasut Semi Diurnal. Tinggi pasut pada saat
Pasang Purnama adalah 1,2 – 1,7 meter, sedangkan pada saat
Pasang Perbani, tingginya adalah 0,4 – 0,8 meter. Kecepatan Arus
rata-rata adalah 0,45 – 0,75 m/dt, sedangkan tinggi gelombang
rata-rata pada saat Musim Selatan adalah 10 – 40 cm dan saat
Musim Utara adalah lebih besar atau sama dengan 0,75 meter.
Kondisi gelombang pada saat Musim Utara dan pasang Perbani
menyebabkan pinggir pantai/kerusakan akibat kikisan ombak/air
laut dan dapat diketegorikan berat.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 22
4.5.4. Salinitas
Salinitas di perairan laut Kayong Utara berkisar antara 11,07 -
35,66 ppt. Total padatan terlarut berkisar antara 1970 - 2090 ppm.
Sedangkan suhu perairan laut Kayong Utara mempunyai
0
temperature berkisar antara 28,2 - 31, 2 C. kekeruhan perairan
berkisar antara 0,75 - 48,4 skala NTU.

Secara umum, salinitas air laut di Laut China Selatan, Laut


Natuna dan Laut Jawa relatif lebih rendah, jika dibandingkan
dengan wilayah perairan Indonesia lainnya. Hal ini terutama
disebabkan oleh banyaknya sungai besar yang bermuara ke
perairan ini.

Di wilayah perairan Kayong Utara, tingginya curah hujan pada


saat musim barat berpengaruh sangat signifikan terhadap
salinitasnya. Hal ini terjadi karena adanya limpasan air tawar dari
muara-muara sungai ke laut (coastal discharge). Akibatnya, pada
saat musim barat salinitas akan cenderung lebih rendah daripada
saat musim timur. Namun demikian, dari data yang ada, variasi
salinitas yang terjadi di wilayah perairan Kayong Utara tidak terlalu
besar. Rata-rata salinitas tertinggi tejadi pada bulan Oktober, yaitu
31,9 permil dan terendah pada bulan Desember, yaitu sebesar
31,58 permil.

4.5.5. Bathimetri
Berdasarkan hasil penelitian Bathimetri di perairan Kepulauan
Karimata – L. Jawa (Termasuk Perairan Kabupaten Kayong Utara)
oleh Pusat Pengembangan Geologi Kelautan Dirjen Geologi Dan
Sumber Daya Mineral, Deptambem , 2000, mengemukakan secara
umum di perairan Kayong Utara dan di perairan Kepulauan
Karimata dan L. Jawa bagian barat yang tercakup ke dalam daerah
perairan Kabupaten Kayong Utara mempunyai kedalaman dasar
laut yang relatif dangkal dan bertambah ke arah barat dan
baratdaya, yatu sekitar antara 10 m sampai 46 meter.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 23
Disebelah selatan kepulauan karimata dasar laut mengikuti
kontur daratan memanjang arah selatan dan mempunyai lereng
relatif landai.Di sekitar P. karimata ke arah barat dasar
memperlihatkan gradien yang agak curam mengikuti kontur ke
arah tenggara-barat laut hingga kelaut jawa membelok ke arah
timur.Gradien dapat membentuk sudut 30-45 derajat terhadap
kontur hingga kedalaman mencapai 30 meter.

4.5.6. Geologi Wilayah Pesisir


Kalimantan bagian Barat Daya (termasuk Kabupaten Kayong
Utara) menurut Margono dan Sanyoto (1996) serta menurut
Rustandi dan De Keyser (1993) , keduanya dalam Yudhicara dkk
(2000), menyebutkan bahwa wilayah ini terdiri dari beberapa
satuan batuan yang berumur Resen sampai Mesozoikum yaitu
aluvium dan endapan rawa, batu pasir Serutu, garnit Sukadana
dan batuan malihan Pinoh. Berdasarkan kajian geologi wilayah
pesisir dan lautan di perairan Nusantara, perairan laut Kalimantan
Bagian Barat termasuk kedalam lempengan benua perairan dangkal
(Paparan) yang disebut Paparan Sunda. Paparan ini merupakan
paparan benua yang terluas di dunia yang meliputi luas sekitar 1,8
juta km persegi. Paparan ini menghubungkan pulau-pulau Jawa,
Sumatra dengan daratan Asia dan mencakup Laut Cina, Teluk
Thailand, Selat Malaka dan Laut Jawa (Nontji, 1987).

Paparan Sunda ini dahulunya merupakan daratan yang utuh


dan menyatu dengan Jawa, Kalimantan, Sumatra dan daratan
Asia.Bekas-bekasnya hingga kini masih dapat ditelusuri di dasar
laut degan menggunakan echo sounder.

Di Paparan Sunda saat ini masih terdapat jejak dua sistem


aliran sungai yang kini terbenam dalam laut (downer river system)
yang masing-masing disebut Sungai Sunda Utara dan Sungai
Sunda Selatan. Kedua jenis sungai ini yang sering disebut Sistem
Sungai Molengraff sesuai dengan nama penemunya. Sungai Sunda
Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 24
dan bermuara ke Laut Cina, sedangkan Sungai Sunda Selatan
mempunyai hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dan bermuara di
Selatan Makasar. Lembah sungai yang terbenam ini sebagian
sudah tertimbun oleh endapan-endapan.

Bukti yang menarik dengan adanya Sungai Sunda ini di zaman


dahulu kala adalah adanya persamaan jenis ikan air tawar di
sungai-sungai pesisir timur Sumatra dengan yang terdapat di
pesisir barat Kalimantan sekarang ini.Padahal antara pesisir barat
dan timur Kalimantan tidak dijumpai hal yang demikian.

Paparan Sunda di Laut Cina Selatan – Laut Jawa mempunyai


dasar yang rata dengan kedalaman sekitar 40 m di sebelah dekat
pantai dan semakin ke tengah kedalamnnya bertambah hingga
kira-kira 100 m.

Berdasarkan kajian Pusat Pengembangan Geologi Kelautan


(1991), sedimen permukaan dasar laut sekitar Kalimantan Barat
Bagian Selatan terdiri dari (1). Sedimen lumpur (endapan hasil
rombakan asal darat yang berbutir halus mengandung sedikitnya
20% partikel berukuran pasir, lanau dan lempung.Arealnya berada
di sekitar pesisir Kalbar dan tengah Laut Cina Selatan/Natuna), (2)
Sedimen pasir dan lanau (sedimen yang terdiri dari partikel yag
bergaris tengah antara 2 dan 2 mm dinataranya pasir, lanau,
bintil-bintil kecil mangan, pasir koral, pasir cangkang molusca dan
gelas gunung api) penyebarannya agak ketengah laut melebar dan
luas, (3) sedimen batu keras dan kerikil (endapan yang terdiri dari
batuan atau partikel yang bergaris tengah lebih dari 2 mm) dan (4).
Koral; penyebaran sedikit tertelak di kepulauan Karimata.

Dasar laut kawasan tersebut di atas merupakan anak sungai


purba Daerah Paparan Sunda yang berpotensi membawa
sumberdaya sekunder dari intrusi granit lepas pantai dan daratan
Bangka-Belitung dengan mineral tambahannya seperti monasik,
Zirkon, senotim, ilmenit, magnetit dan pirit. Di perairan Bagian
Barat P. Kaimantan terdapat jalur batuan granit mengandung

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 25
timah. Jalur ini memanjang dari Cina Selatan melalui Myanmar,
Thailand dan Semenanjung Malaysia menembus bangka-belitung
dan membelok ke timur sampai perairan baratdaya Kalimantan
Barat.

4.6. KONDISI SUMBER DAYA HAYATI


4.6.1. Mangrove
Sumberdaya hayati ekosistem mangrove di Kabupaten Kayong
Utara tersebar sangat merata. Realitas ini merupakan dampak
derivasi dari struktur topografi pantai yang landai dengan substrat
pasir berlumpur ataupun lumpur berpasir dengan perbandingan
yang hampir merata di sepanjang pantai. Sebaran ekosistem
mangrove hampir terdapat di seluruh kecamatan pesisir dengan
jumlah dan jenis yang bervariasi sesuai dengan kondisi wilayah.

Fungsi lingkungan yang diemban oleh Hutan Mangrove antara


lain menahan gempuran ombak pasang dari laut, terjadinya abrasi
ataupun pendangkalan, tempat berkembang biaknya habitat laut,
menjaga masyarakat pantai dari ancaman bahaya bencana dari laut
rob sampai tsunami. Sedangkan fungsi ekonomi yang sudah lazim
bagi masyarakat pesisir Kayong utara yang terutama dilakukan
oleh kaum perempuan adalah untuk menangkap kepiting, udang,
kepah, kerang, siput dan bagi nelayan tradisional merupakan areal
utama sebagai wilayah tangkapan.Juga, ketika musim angin dan
badai sehingga kaum nelayan tidak bisa pergi ke laut lepas maka
wilayah hutan mangrove menjadi sumber ekonomi utama
masyarakat pesisir.

Di pesisir terbuka yang berhubungan dengan laut, komunitas


perintis umumnya di dominasi oleh perepat (Sonneratia alba) dan
api-api/bogen (Avicennia alba). Avicenia tumbuh di atas pasir
berlumpur yang kokoh, sedangkan Sonneratia berasosiasi dengan
lumpur yang lunak.Di belakang dua asosiasi tersebut di ikuti oleh
jenis pohon bakau (Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata)

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 26
dengan area penyebaran yang sangat luas.Kearah daratan lebih
jauh ditemukan beberapa jenis Tumu (Bruguiera gymnorhiza) dan
sedikit nyirih (Xylocarpus granatum&Xylocarpus moluccensis) yang
berasosiasi dengan Rhizophora apiculata.Nyirih(Xylocarpus
granatum), nyirih batu(Xylocarpus moluccensis) dan Buta-
buta(Excoecaria agallocha) sedikit ditemui di pinggiran/pematang
sungai.Selanjutnya asosiasi yang ada dan mengarah ke sumber air
tawar adalah nipah. Nipah tumbuh subur di pinggir-pinggir sungai
kearah hulu sampai batas pasang surut maksimal.

4.6.2. Terumbu Karang


Karang merupakan sebagai individu organisme dan terumbu
karang (coral reefs) sebagai suatu kumpulan karang dan ekosistem
merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar perairan
dan berupa bentukan bahan kapur (CaCO3) yang cukup kuat
menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme-organisme
yang dominan hidup di terumbu karang adalah binatang-binatang
karang yang mempunyai kerangka kapur dan algae yang banyak
diantaranya juga mengandung kapur.(Dawes, 1981).

Berdasarkan geomorfologisnya ekosisitem karang dibagi menjadi


tiga tipe, yaitu terumbu karang tepi (fringing reef) yaitu karang yang
tumbuh mulai dari tepian pantai pulau, terumbu karang
penghalang (barrier reef) terumbu yang dipisahkan dari daratan
pantai oleh goba/lagun, terumbu karang cincin/melingkar (atoll
reef) yaitu karang yang melingkar atau berbentuk oval yang
melingkari goba.

Fungsi ekologi terumbu karang sangat penting dalam


melindungi pantai dari pukulan ombak dan merupakan habitat bagi
berbagai jenis biota laut untuk berlindung, berpijah, membersarkan
anak dan tempat mencari makan. Di wilayah ini banyak terdapat
jenis-jenis ikan karang yang cukup potensial dan dapat
dikembangbiakan (ditangkar) seperti ikan kerapu, beronang, kakap,
tiram, lobster dan algae (rumput laut). Kondisi saat ini karang-

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 27
karang dekat pantai/daratan P. Kalimantan pada umumnya
mempunyai produktivitas yang rendah bahkan sudah rusak karena
tertutup sedimen.Sedangkan karang-karang yang agak jauh dari
pantai/daratan pada umumnya masih sehat dan saat ini diwilayah
ini banyak dijadikan areal mencari ikan/pemancingan dan wisata
bahari lainnya.

Sebaran terumbu karang di perairan Kepulauan Karimata


hampir seluruh pulau-pulaunya mempunyai terumbu dan karena
mempunyai luas yang besar maka kawasan ini dijadikan kawasan
konservasi dengan status cagar alam laut seluas 77.000 hektar.

4.6.3. Ekosistem Lamun


Lamun (seagrass) adalah merupakan tumbuhan berbunga
(Spermatophytae) yang tumbuh bergerombol membentuk rumpun.
Ciri-ciri lamun adalah:

1. Mempunyai daun, batang, dan akar serta bunga


2. Batang tertanam di substrat (akar rizhom)
3. Penyerbukan dalam air
Lamun merupakan salah satu produsen yang paling tinggi
produktifitasnya jika dibandingkan dengan karang, mangrove serta
ekosistem lainnya di perairan pesisir dangkal.Kelompok tumbuhan
ini merupakan kelompok berbiji tunggal (monokotil).Tumbuhan ini
diketahui pula mengandung efifit algae biru hijau yang dapat
memfiksasi nitrogen dalam air. Ekosistem ini dapat hidup dengan
baik pada perairan yang kaya akan unsur hara dan mempunyai
tingkat transparansi baik. Ekosistem ini merupakan tempat hidup,
berpijah dan berlindung ikan-ikan karang yang pada umumnya
mempunyai nilai ekonomis penting.

Lamun merupakan salah satu produsen yang paling tinggi


produktifitasnya jika dibandingkan dengan Karang, mangrove serta
ekosistem lainnya di perairan pesisir dan laut dangkal.Kelompok
tumbuhan ini, merupakan tumbuhan berbiji tunggal
(monokotil).Tumbuhan ini diketahui pula mengandung efifit algae

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 28
biru-hijau yang dapat memfiksasi nitrogen dalam air.Di sekitar
ekosistem Lamun biasanya ditumbuhi oleh hewan herbivora seperti
ikan beronang dan penyu.

Sebaran lamun diperairan Kabupaten Kayong Utara di


antaranya terdapat di perairan Kepulauan Karimata bagian utara,
Pulau Dato. Jenis lamun yang dijumpai adalah Thallasia hemprecii,
Enchalus acroides.

Selain lamun, jenis produsen lainnya yang juga cukup berperan


dan mempunyai produktifitas tinggi adalah makroalgae.Jenis
makroalgae yang terdapat di wilayah perairan Kabupaten kayong
Utara adalah Caulerpa taxipola, Sargasum spp, Padina gymnospora,
Caulerpa spp (anggur laut), Subergogia mollis.

4.6.4. Biota Pesisir


Jenis biota air yang ada di Perairan Kayong Utara dapat dibagi
menjadi 3 jenis yaitu plankton, benthos dan nekton. Plankton
adalah organisme yang melayang-layang di kolom air dan tidak
memiliki kemampuan bergerak secara aktif. Benthos adalah
organisme yang berdiam didasar perairan. Sedangan nekton adalah
organisme yang berada di kolom peraira dan memiliki kemampuan
untuk bergerak secara aktif.

A) Plankton

Organisme planktonik di kolom air terdiri dari


phytoplankton dan zooplankton. Phytoplankton adalah organisme
planktonik yang memiliki klorofil sebagaimana layaknya
tumbuhan. Zooplankton adalah organisme planktonik yang
memiliki sifat seperti hewan.

Dalam piramida makanan phytoplankton berada di dasar


piramida. Sehingga keberadaan organisme ini dapat
mengindikasikan keberadaan organisme yang berada diatasnya
dalam piramida makanan. Sehingga keberadaan konsentrasi
phytoplankton dapat menjadi indikator keberadaan ikan.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 29
Daerah yang konsentrasi phytoplanktonnya tinggi dapat
disimpulkan merupakan fishing ground yang baik. Kondisi
sebaran klorofil-a menunjukkan keberadaan phytoplankton di
wilayah perairan laut pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Kayong Utara sebagaimana yang pendugaannya dilakukan
melalui penafsiran Citra Landsat 8 ETM+.

B) Benthos

Organisme benthos banyak menempati daerah berlumpur di


sekitar hutan mangrove yang kaya akan serasah. Beberapa jenis
benthos ini merupakan pengurai serasah. Jenis benthos yang
dijumpai di kawasan hutan mangrove Ujung antara lain
Polychaeta (Euphrosine sp, Glicera sp), Gastropoda (Littorina sp,
Pyramidella sp, Policines sp, Amauropsis sp), Bivalvia (Lyonsia sp,
Thracia sp), dan Crustacea (Palicus sp, Dissodactylus sp).
Beberapa jenis dari makro fauna ini saat dewasa berkembang
menjadi kepiting bakau, udang dan kerang.

C) Nekton

Organisme yang tergolong dalam kelompok nekton


diantaranya adalah berbagai jenis ikan. Di Perairan Kayong
Utara, jenis ikan dapat dibagi menjadi jenis ikan pelagis dan jenis
ikan demersal. Jenis ikan pelagis adalah jenis ikan yang berada
di kolom air. Jenis ini biasanya memiliki daya jelajah yang tinggi.
Bahkan ada kelompok ikan pelagis yang beruaya hingga lintas
benua.

Jenis ikan pelagis yang sering tertangkap nelayan di Perairan


KKU antara lain : layang, kembung, tongkol dan tenggiri.
Sedangkan jenis ikan demersal yang sering tertangkap nelayan
di perairan KKU antara lain : kakap merah, , kakap putih, pari,
pepetek, baronang, kerapu, dan kakap putih.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 30
4.7. KONDISI PEREKONOMIAN
4.7.1. Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh
besarnya peranan/kontribusi sektor-sektor ekonomi dalam
memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai
tambah yang diciptakan, menggambarkan ketergantungan suatu
daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor
tersebut.

Daerah dengan sektor perekonomian yang di dominasi sektor


primer/pertanian dapat digolongkan masih tergolong tipe
perekonomian tradisional, sebaliknya daerah dengan tipe
perekonomian yang sudah maju struktur perekonomiannya
didominasi oleh sektor sekunder (pertambangan, industri, listrik
dan bangunan) dan sektor tersier (perdagangan / hotel / restoran,
angkutan / komunikasi, keuangan dan jasa).

4.7.2. Laju Inflasi


Inflasi adalah salah satu indikator untuk melihat stabilitas
ekonomi suatu daerah, karena dapat menggambarkan naik
turunnya harga. Keadaan ekonomi yang makin stabil ditunjukkan
oleh perkembangan laju inflasi yang kecil.

Suatu daerah dikatakan memiliki stabilitas ekonomi yang lebih


stabil jika tingkat inflasi lebih rendah dibandingkan daerah lain
dalam suatu kurun waktu tertentu. Iinflasi yang tinggi berarti
terjadi perlonjakan harga yang tajam, bisa menunjukkan
penurunan daya beli masyarakat.

Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator makro


perekonomian yang penting sehingga dalam penyusunan APBN
inflasi dijadikan salah satu variabel yang menentukan APBN.
Sebagai salah satu indikator makro stabilitas perekonomi tingkat
inflasi harus diperhatikan dan dikendalikan. Pengendalian inflasi
tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah pusat namun juga

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 31
pemerintah daerah harus berperan serta dalam mengendalikan
inflasi.

4.7.3. PDRB ADHB dan PDRB ADHK


Pembangunan ekonomi regional pada prinsipnya bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan yang salah satunya diukur
dalam indikator kenaikan PDRB atau kenaikan pendapatan regional
perkapita. Bila pendapatan riil per kapita masyarakat meningkat
maka akan terdapat peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat.

Untuk meningkatkan pendapatan ini, dibutuhkan perencanaan


ekonomi yang baik dengan memanfaatkan seluruh sumber daya
yang ada untuk suatu tujuan peningkatan ekonomi. Perencanaan
ini akan berjalan dan terlaksana dengan baik apabila didukung
oleh data yang akurat dan dapat dipercaya (reliable).

Kemajuan yang dialami oleh suatu wilayah dapat dilihat dari


besarnya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan. Angka
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari sekian banyak
perangkat indikator yang menunjukkan peningkatan taraf hidup
dan kesejahteraan penduduk sebagai hasil pembangunan.

Tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah,


tergantung dari sumber daya alam dan sumberdaya manusianya
serta ditunjang oleh faktor-faktor eksternal seperti kebijaksanaan-
kebijaksanaan pemerintah daerah yang tepat dan terarah. Dengan
demikian, kinerja antara pemerintah daerah dengan pengusaha
setempat menjadi agenda penting dalam penetapan perencanaan
pembangunan.

4.7.4. Faktor Pendukung dan Penghambat Perekonomian Di


Wilayah Pesisir
Secara historis, pembangunan di Kabupaten Kayong Utara
berawal dari wilayah pesisir ataupun sepadan sungai-sungai besar.
Sayangnya, perkembangan perekonomian pada wilayah ini tidaklah
secepat perkembangan perekonomian wilayah pesisir pada regional
Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Minapolitan Tanjung Satai IV- 32
lainnya. Adapun, terdapat beberapa faktor pendukung dan faktor
penghambat yang berpengaruh dalam perkembangan perekonomian
wilayah pesisir Kabupaten Kayong Utara terutama diwilayah
Tanjung Satai Kecamatan Pulau Maya, antara lain:

1. Faktor Pendukung
a. Ketersedian SDM. Konsentrasi penduduk Kecamatan Pulau
Maya sebagian besar tersebar di wilayah pesisir. Kondisi ini
merupakan potensi berharga untuk pengembangan
perekonomian berbasis kelautan mengingat sektor kelautan
tergolong sektor padat karya, sehingga memerlukan SDM yang
melimpah.
b. SDA yang melimpah. Selain daripada potensi perikanan, wilayah
pesisir memiliki potensi SDA yang melimpah yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan sektor pariwisata,
pertambangan, kehutanan, energi, perkebunan, dan
perkebunan.
c. Tata Pemerintahan yang mantap. Faktor kelembagaan
merupakan faktor pelengkap dalam perencanaan kebijakan dan
pengaturan.
d. Laju investasi yang cukup besar. Investasi yang tumbuh cepat
membutuhkan pelabuhan sebagai pintu keluar (outlet) dan
lokasi penjualan produk lokal.
e. Adanya kebijakan pasar bebas. Kebijakan ini secara tidak
langsung meningkatkan aktivitas kegiatan di wilayah pesisir,
khususnya aspek perdagangan SDA.

2. Faktor Penghambat
a. Keterbatasan infrastruktur. Dengan kondisi infrastruktur saat
ini, perekonomian di wilayah pesisir tetap tumbuh, namun
dengan kecepatan yang tidak seharusnya. Sebagai contoh,
buruknya kualitas infrastruktur jalan. Contoh lainnya, kualitas
Dermaga yang buruk menyebabkan pelayanan terbatas
sehingga menghambat perekonomian pesisir.
b. Kekosongan hukum dan kebijakan. Hingga saat ini belum
terdapat peraturan yang mengatur tentang Rencana Zonasi
ataupun Kebijakan pemanfaatan ruang untuk wilayah pesisir.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 33
Hal ini secara tidak langsung menghambat pelaksanaan
pembangunan pada wilayah pesisir.
c. Kualitas pendidikan masyarakat masih rendah
d. Jumlah penduduk yang melimpah, namun tidak didukung
dengan kualitas pendidikan masyarakat menyebabkan
Kecamatan Pulau Maya sulit untuk melakukan transformasi
dari negara produsen yang menyediakan bahan mentah bagi
perekonomian global menuju negara industri yang mampu
meningkatkan nilau jual sumberdaya alamnya. Transformasi ini
harus dapat tercapai guna mempercepat peningkatan
perekonomian wilayah pesisir.
Secara umum pertumbuhan perekonomian di wilayah kabupaten
Kayong Utara yaitu 6,01 sudah melebihi pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan Barat yaitu 5,83. Dari seluruh Kabupaten yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Kayong Utara menduduki
peringkat ke 5 dari 14 Kabupaten. Untuk Harga Kebutuhan pokok di
Ibukota Kecamatan Pulau Maya juga dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4.19 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota


No Kabupaten/Kota Pertumbuhan
1 Kabupaten Sambas 5,88
2 Kabupaten Bengkayang 5,74
3 Kabupaten Landak 6,01
4 Kabupaten Pontianak 3,17
5 Kabupaten Sanggau 5,92
6 Kabupaten Ketapang 5,01
7 Kabupaten Sintang 5,78
8 Kabupaten Kapuas Hulu 5,60
9 Kabupaten Sekadau 5,95
10 Kabupaten Melawi 6,48
11 Kabupaten Kayong Utara 6,01
12 Kabupaten Kubu Raya 6,69
13 Kota Pontianak 6,07
14 Kota Singkawang 6,16
Kalimantan Barat 5,83

Tabel 4.20. Rata-Rata Harga Bahan Pokok di Ibukota Kecamatan Pulau


Maya Tahun 2012

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 34
Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Minapolitan Tanjung Satai IV- 35
Sumber : Kantor Camat Pulau Maya

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 36
4.8. POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN
Kabupaten Kayong Utara yang sebagian wilayahnya terdiri dari dari
perairan baik berupa laut maupun sungai-sungai yang mengalir di
beberapa kecamatan. Keberadaan perairan ini yang merupakan suatu
potensi yang baik untuk mengembangkan sektor perikanan baik
perikanan laut, perikanan umum maupun budidaya kolam. Namun pada
kenyataannya potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Adanya keterbatasan peralatan yang ada menyebabkan belum
maksimalnya sektor perikanan ini menjadi penopang perekonomian di
Kabupaten Kayong Utara. Peralatan yang digunakan (unit dan alat
penangkapan ikan) masih bersifat tradisional. Potensi yang dimiliki di
bidang perikanan ini masih banyak yang belum digali seperti jenis
budidaya ikan darat yang masih kurang diminati oleh masyarakat. Untuk
itu perlunya penanganan yang serius dan modal memadai guna
memaksimalkan potensi perikanan yang ada.

4.8.1. Sumberdaya Ikan


Hasil perikanan Kabupaten Kayong Utara cukup besar. Pada
tahun 2012 jumlah produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara
mencapai 16.158,80 ton. Kontribusi terbesar disumbang oleh
perikanan laut, yaitu sebesar 21.435,10 ton. Produksi ikan awetan
memberikan kontribusi terbesar kedua setelah perikanan laut,
yaitu sebesar 6.442 ton. Sedangkan produksi perikanan perairan
umum dan budidaya kolam masing-masing adalah 707,90 ton dan
296,60 ton (BPS Kabupaten Kayong Utara, 2013).

Jenis-jenis perikanan yang terdapat di Kabupaten Kayong Utara


yaitu ikan dan udang basah, hasil produksi terbesarnya pada
perikanan laut (Tabel 4.1) yang mencapai 21.435,10 ton yang hasil
produksi terbesarnya terdapat di (Tabel 4.2) Kecamatan Pulau Maya
dan produksi terendahnya yaitu pada budi daya kolam yaitu
sebesar 296,60 ton yang terdapat di Kecamatan Teluk Batang
sebesar 3,60 Ton.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 37
Tabel 4.21 Produksi Perikanan Kabupaten Kayong Utara (Ton),2011
No Jenis Perikanan Produksi
Laut
1 21.435,10
(Ikan dan Udang Basah)
Perairan Umum
2 707,90
(Ikan dan Udang Basah)
3 Budidaya Kolam 296,60
Jumlah 22.439,60
Sumber: DKP Kabupaten Kayong Utara, tahun 2013

Adapun jenis-jenis ikan yang ditangkap di perairan KKU adalah


ikan ayam-ayam, alu-alu, anjang-anjang, banyar, bawal hitam,
bawal putih, belong, bilis, biji nangka, belanak, bloso, campuran,
cucut, cumi-cumi, ekor kuning, ekor merah, gulame, gronggong,
kakap merah, kakap putih, kakap hitam, kakacangan, kembung,
kerapu, kerang darah, kaben, kepiting, layaran, layur, mata besar,
manyong, ngangas, parang-parang, pari, pepetek, rajungan,
senangin kuro, sarden, Singapore, sotong, sebelah, tenggiri dan
talang (DKP Kayong Utara, 2013)

Tabel 4.22 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan 2012 (Ton)


Perairan Budidaya Ikan
No Kecamatan Laut
Umum Kolam Awetan
1 Sukadana 1.622,00 45,00 63,10 244,60
2 Simpang Hilir 1.092,30 614,70 9,20 61,00
3 Teluk Batang 954,60 10,80 3,60 252,00
4 Pulau Maya 10.420,20 5,20 188,30 1,752,00
5 Kep. Karimata 7.346,20 - 31,0 4.133,00
6 Seponti - 32,20 1,40 -
Jumlah 21.435,10 707,90 296,60 6.442,00
Sumber: DKP Kabupaten Kayong Utara, tahun 2013

Tabel 4.23 Jumlah Produksi Ikan Tahun 2008 – 2012 (Ton)


No Rincian/Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1 Perikanan Laut 9 9 779,40 10 10.420,20
160,68 073,50 212,00

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 38
9
2 Perikanan
Perairan - - - 5,20 5,20
Umum
3 Budidaya Kolam 1,75 9,10 - 158,60 188,30
4 Ikan Awetan 5 5 5
127,00 1.752,00
404,68 421,30 855.00
Sumber: DKP Kabupaten Kayong Utara, tahun 2013

4.8.2. Kegiatan Perikanan Tangkap


Ditinjau dari geografis dan potensi lahan daerah kecamatan
Tanjung satai sangat potensial untuk pengembangan sektor
kelautan dan perikanan yang meliputi bidang perikanan tangkap,
bidang perikanan budidaya dan dan bidang pengolahan hasil
perikanan.

Hasil perikanan Kabupaten Kayong Utara cukup besar. Pada


tahun 2012 jumlah produksi perikanan Kabupaten Kayong Utara
mencapai 16.158,80 ton. Kontribusi terbesar disumbang oleh
perikanan laut, yaitu sebesar 21.435,10 ton dan produksi
perikanan perairan umum sebesar 707,90 ton (BPS Kabupaten
Kayong Utara, 2013).

Ikan merupakan salah satu potensi kelautan yang memiliki


peran yang cukup besar dalam menopang ekonomi masyarakat
Kecamatan Pulau Maya. Secara umum Jenis alat tangkap ikan
tahun 2012 di dominasi oleh alat tangkap Gill net sebanyak 236
buah dan Trawler Net sebanyak 266 buah.

Tabel 4.24 Jumlah Alat Penangkap Ikan Tahun 2012


Jenis Alat
No Penangkap Ikan Jumlah
1 Gill Net 236
2 Jaring Lingkar 21
3 Purse Seine 20

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 39
4 Trawler Net 266
5 Jaring Pantai 76
6 Juluk Sungkur 33
7 Jala 74
8 Rawai 89
Jumlah 815
Sumber : DKP Kayong Utara

Tabel 4.25. Jumlah Nelayan dan Unit Penangkapan Ikan


Jumlah Nelayan /
No unit Penangkapan 2008 2009 2010 2011 2012
Ikan
1 Jumlah Nelayan 2.738 3.492 3.499 2.042 2.553
(Orang)
2 Unit Pengkapan Ikan
(Buah)
a. Tanpa Motor 222 203 208 152 147
b. Motor Tempel 260 258 285 181 185
c. Kapal Motor 317 316 323 245 248
Sumber : DKP Kayong Utara

Secara umum terlihat bahwa Kecamatan Pulau maya memiliki


Jumlah sarana Perikanan tangkap lebih banyak di bandingkan
kecamatan lain yaitu sekitar 587 Kapal, yang terdiri dari 147
perahu motor tanpa perahu, 185 perahu motor, dan 248 kapal
motor.

Tabel 4.26. Jumlah Sarana Perikanan Tangkap Kab. Kayong Utara 2012
Perahu
Perahu Kapal Alat
No. Kecamatan Tanpa
Motor Motor tangkap
Motor
1. Sukadana 70 35 23 159
2. Simpang 50 44 22 189
Hilir
3 Teluk 33 25 10 121
Batang
4 Seponti 25 11 - 36

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 40
5 Pulau Maya 147 185 248 587
6 Kep. 74 124 84 276
Karimata
Jumlah 399 424 387 1.368
Sumber : DKP Kayong Utara

TPI merupaka sebuah pasar yang biasanya terletak di dalam


pelabuhan atau pangkalan pendaratan ikan, dan di tempat tersebut
terjadi transaksi penjualan ikan dan hasil laut baik secara lelang
maupun tidak. Biasanya TPI ini dikoordinasi oleh Dinas
Perikanan, Koperasi, atau Pemerintah Daerah. Di tempat
pelalangan ikan, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:

1. tempat tetap (tidak berpindah-pindah),


2. mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan,
3. ada yang mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan,
4. mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas
Perikanan /Pemerintah Daerah)
Jumlah Pra sarana perikanan tangkap dapat ilihat pada tabel
dibawah

Tabel 4.27. Jumlah Pra Sarana Perikanan Tangkap KKU 2012


PPI TPI PPP
No. Kecamatan
(unit) (unit) (unit)
1. Sukadana 1 5 -
2. Simpang - 6 -
Hilir
3 Teluk - 6 1
Batang
4 Seponti - 2 -
5 Pulau Maya 1 9 -
6 Kep. - 5 -
Karimata

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 41
Jumlah 2 33 1
Sumber : DKP Kayong Utara

4.8.3. Kegiatan Perikanan Budidaya


Kegiatan perikanan budidaya yang dikembangkan di Kabupaten
Kayong Utara adalah tambak, kolam, keramba jaring apung dan
budidaya rumput laut. Kegiatan tambak dikembangkan di 3
kecamatan yaitu kecamatan Simpang Hilir dengan luasan 17 ha,
Teluk batang dengan luasan 39 ha dan Pulau Maya dengan luasan
56 ha. Kegiatan budidaya kolam dikembangkan di 3 kecamatan
yaitu kecamatan Sukadana dengan jumlah 150 unit, kecamatan
Simpang Hilir dengan jumlah 17 unit. Keramba jaring apung
dikembangkan di 3 kecamatan yaitu kecamatan Sukadana dengan
jumlah 8 unit, kecamatan Simpang Hilir dengan 12 unit dan
kecamatan Kepulauan Karimata dengan jumlah 15 unit. Sedangkan
Budidaya rumput laut banyak dikembangkan di kepulauan
Karimata dengan luasan 20.000 ha.

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan


Kabupaten Kayong utara, tercatat produksi perikanan dari
budidaya kolam adalah sebesar 296,60 ton. Adapun produksi
terbesar dihasilkan oleh kecamatan Pulau Maya sebesar 188,30 ton
dan kecamatan Sukadana sebesar 63,10 ton.

Rumah tangga Perikanan (KK) dengan jumlah 55, sedangkan


untuk kegiatan terendah yaitu terdapat pada kegiatan budidaya air
tawar yaitu balai benih dengan jumlah 1 kegiatan. Kecamatan yang
terbanyak kegiatan perikanan budidaya-nya yaitu Kecamatan Pulau
Maya yang terdapat kegiatan budidaya air tawar rumah tangga
perikanan dan kolam, budidaya air payau rumah tangga perikanan,
udang dan ikan, serta kegiatan budidaya laut rumah tangga
perikanan, rumput laut dan kerambang jarring apung. Sedangkan
kecamatan Teluk Batang merupakan kecamatan yang paling
rendah jumlah kegiatan budidaya perikananya.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 42
Tabel 4.28. Rumah Tangga Budidaya Perikanan Per Unit Usaha Kabupaten
Kayong Utara
Jenis Simpang Teluk Pulau Kepulauan
No Sukadana Jumlah
Budidaya Hilir Batang Maya Karimata
1 Budidaya Air tawar
Rumah
tangga 24 7 - 2 - 33
Perikanaan
Kolam (Ha) 10 5 1 2 - 18
Kolam Air
- - - - - -
Deras
Keramba
Jaring - - - - - -
Apung
Balai
1 - - - - 1
Benih
UPR 2 - - - - 2
2 Budidaya Air Payau
Rumah
Tangga - - 7 88 - 95
Perikanan
Udang (Ha) - 3 2 56 - 61
Ikan (Ha) - 3 3 35 - 41
3 Budidaya Laut
Rumah
tangga - - - 261 261 522
Perikanan
Mutiara - - - - - -
Rumput
- - - 100 100 200
Laut (Ha)
Keramba
Jaring - - - 65 65 130
Apung
Sumber: DKP kabupaten kayong Utara

4.8.4. Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran


Adanya unit pengelolaan ikan diharapkan kelak dapat
memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan
pengembangan kelautan dan perikanan khususnya dalam kegiatan
pengolahan produk hasil perikanan di Kabupaten Kayong Utara
mapun Provinsi Kalimantan barat pada umumnya. Jumlah usaha
pengolahan hasil perikanan dan RTP Pengolahan maupun RTP
Pemasaran hasil perikanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 43
Tabel 4.29 Jumlah Usaha Pengolahan Hasil Perikanan Kec. Pulau Maya
2012
No Jenis Pengolahan Jumlah
1 Kerupuk 12
2 Pengeringan 36
3 Pengasapan -
4 Pembekuan 83
Sumber : DKP Kayong Utara

Tabel 4.30. RTP Pengolahan Hasil Perikanan Perikanan Per Unit


Usaha Kabupaten Kayong Utara tahun 2012
RTP Keluarga Pengolah
No. Kecamatan (KK)
Kerupuk Kering Asap Beku
1. Sukadana 8 - 7 1 -
2. Simpang 17 11 6 - -
Hilir
3 Teluk 45 - 5 - 40
Batang
4 Seponti 0 - 0 - -
5 Pulau Maya 131 12 36 - 83
6 Kep. 116 2 114 - -
Karimata
Jumlah 317 25 168 1 123
Sumber : DKP Kayong Utara

Tabel 4.31. RTP Pemasaran Hasil Perikanan Per Unit Usaha


Kabupaten Kayong Utara tahun 2012
RTP Jenis Pemasar/Pedagang
No. Kecamatan (KK)
Keliling Meja Agen Eksportir
1. Sukadana 52 21 23 8 -
2. Simpang 36 24 7 5 -
Hilir
3 Teluk 26 17 4 4 1
Batang
4 Seponti 10 8 2 - -
5 Pulau Maya 20 4 4 11 1

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 44
6 Kep. 7 2 - 5 -
Karimata
Jumlah 151 76 40 33 2
Sumber : DKP Kayong Utara

Masterplan Rencana Induk dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah


Minapolitan Tanjung Satai IV- 45

Anda mungkin juga menyukai