Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Tujuan Rumah Sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit adalah ( UU RI NO 44, 2004)
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit, dan Rumah Sakit
B. Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
Menurut PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam
medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter
atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka
palayanan kesehatan, (Permenkes No. 269, 2008).
Menurut SK Dirjen Yanmed No. 78 tahun 1991 rekam medis yaitu berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama
dirawat di rumah sakit yang dilakukan di unit-unit rawat jalan termasuk unit gawat
darurat dan unit rawat inap. (SK Dirjen yanmed, 1991)
Sedangkan menurut Gemala Hatta, Rekam medis yaitu kumpulan fakta tentang
kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya termasuk keadaan sakit, pengobatan
saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka
memberikan pelayanan kesehatn kepada pasien. (Hatta, 2008).
2. Tujuan pelayanan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam
rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di RSUD Ambarawa Kabupaten
Seamarang. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,
tidak akan tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang diharapkan.
Sedangkan tertib adiministrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam
upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit, (DEPKES RI, 2006).
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, (Depkes RI, 2006) yaitu :
a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan
paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut
masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha
menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
c. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit.
d. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung
data/ informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang rekam medis.
e. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
data/ informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik
yang diberikan pada pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai
bahan/referensi pengajaran dibidang profesi si pemakai.
f. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut
sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.
Dengan melihat dari berbagai aspek tersebut di atas, rekam medis mempunyai
kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan
pemberi pelayanan saja.
Kegunaan rekam medis secara umum adalah :
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian
didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus diberikan
kepada pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien berkunjung/ dirawat di rumah sakit.
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
f. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitan dan
pendidikan.
g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan
pertanggungjawaban laporan.
Isi Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data
tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum isi Rekam Medis berisi
dua jenis data, yaitu :
a. Data Administratif
Data administratif mencakup data demografi dan keuangan disamping data
tentang informasi lain yang berhubungan dengan pasien, seperti data yang terdapat
pada beragam izin (consent), pada lembaran hak kuasa (otorisasi) untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan dalam penanganan informasi konfidensial pasien. Isi data
demografi bersifat permanen (kekal) dan setidaknya mencakup informasi tentang,
(Hatta, 2008):
1) Nama lengkap
2) Nomor rekam kesehatan pasien dan nomor identitas lain (asuransi)
3) Alamat lengkap pasien
4) Tanggal lahir pasien dan kota tempat kelahiran
5) Jenis kelamin
6) Status pernikahan
7) Nama dan alamat keluarga terdekat yang sewaktu-waktu dapat dihubungi
8) Tanggal dan waktu terdaftar di tempat penerimaan pasien rawat inap/rawat
jalan/gawat darurat
9) Nama rumah sakit (tertera pada kop formulir : nama, alamat, telepon, kota)
Umumnya data administratif adalah data identifikasi yang dapat dihubugkan
dengan pasien yang digunakan bagi kepentingan administratif, regulasi, operasional
pelayanan kesehatan dan penggantian biaya pengobatan. Contoh data administratif
yaitu (Indradi, 2014).
1) Lembaran pengesahan untuk melepaskan informasi
2) Formulir pengesahan (otorisasi) pelaksanaan pelayanan
3) Formulir pemberian izin (consent)
4) Lembar hak kuasa
5) Lembar pulang paksa
6) Sertifikat kelahiran atau kematian
7) Formulir pembebasan sarana pelayanan kesehatan dari tuntutan kehilangan atau
kerusakan barang pribadi pasien
8) Korespondensi yang berkaitan dengan permintaan rekaman
9) Kejadian tentang riwayat atau audit
10) Klaim yang dapat dihubungkan dengan pasien
11) Menelaah kualitas data yang dapat dihubungkan dengan pasien
12) Tanda identitas pasien
13) Protokol klinis, clinical pathway, pedoman praktik dan pengetahuan lain yang
tidak melekat dengan data pasien.
b. Data Klinis
Data klinis dapat diartikan sebagai data hasil pemeriksaan, pengobatan,
perawatan dan tindakan yang dilakukan oleh praktisi kesehatan dan penunjang medis
terhadap pasien baik pasien rawat inap, rawat jalan, maupun rawat darurat. Data
yang bersifat rahasia (confidential) tidak dapat dibuka kepada pihak ketiga tanpa izin
dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan peraturan atau
perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi tersebut.
Data atau informasi klinis yang terakumulasi dalam rekam medis sehingga
menjadi basis data seperti yang dijelaskan oleh Rhodes, Hjort & Dou gherty dalam
Jhon (2002) seperti yang dikutip oleh Hatta (2008) sebagai berikut :
1) Pendaftaran
2) Riwayat penyakit
3) Riwayat pemeriksaan fisik
4) Observasi klinis
5) Perintah dokter
6) Laporan dan hasil prosedur diagnostik dan terapeutik
7) Laporan konsultasi
8) Ringkasan riwayat pulang
9) Instruksi untuk pasien
Semua keluaran dari formulir pemeriksaan mengahsilkan data klinis. Setiap
masukan data/informasi klinis wajib mencantumkan nama lengkap tenaga kesehatan
dan penunjang medis terkait serta tanggal pemberian pelayanan kesehatan terhadap
pasien, (Hatta, 2008)
Berdasarkan Permenkes Nomor 269/ MENKES/ PER/ III/ 200 isi rekam medis
untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya
memuat :
1) Identitas pasien;
2) Tanggal dan waktu;
3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
4) Hasil Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang;
5) Diagnosis;
6) Rencana Penatalaksanaan;
7) Pengobatan dan/atau tindakan;
8) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
9) Untuk kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
10) Persetujuan tindakan (bila diperlukan).
Setiap masukan data atau informasi klinis wajib mencakup nama lengkap tenaga
kesehatan, dan penunjang medis terkait serta tanggal pemberian pelayanan kesehatan
terhadap pasien, (Hatta, 2008). Penjelasan diatas merupakan rangkaian isi dari rekam
medis rawat inap. Berdasarkan Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008, isi
rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari, sekurang-kurangnya
memuat :
1) Identitas pasien;
2) Tanggal dan waktu;
3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
4) Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang;
5) Diagnosis;
6) Rencana Penatalaksanaan;
7) Pengobatan dan/atau tindakan;
8) Persetujuan tindakan (bila diperlukan);
9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
10) Ringkasan pulang;
11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan;
12) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu;
13) Untuk kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
1. Pengertian Formulir
Pengertian Formulir Menurut Rama dan Jones (2008), formulir adalah dokumen
terpola yang berisi file kosong yang dapat diisi pengguna dengan data. Menurut
Puspitawati (2011), formulir didefinisikan sebagai secarik kertas atau media yang
memiliki ruang untuk diisi dengan berbagai informasi sebagai dasar pencatatan dalam
suatu organisasi. Secara umum dapat simpulkan bahwa formulir adalah secarik kertas
yang memiliki ruang yang terformat dan diisi oleh penggunanya.
Formulir berisi informasi yang telah tercetak, misalnya nomor urut formulir dan
nama formulir. Formulir yang dapat digunakan untuk semua pasien yaitu :
a. Lembaran Umum, diantaranya:
1) Indeks Ringkasan Diagnosa
2) Ringkasan Masuk & Keluar
3) Riwayat & Pemeriksaan Fisik
4) Instruksi Dokter
5) Catatan Perawat/Bidan
6) Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Radiologi
7) Resume/Ikhtisar waktu pulang
8) Lembaran Persetujuan, dsb
b. Lembaran Khusus, diantaranya:
1) Laporan Operasi
2) Laporan Anesthesi
3) Lembaran Kontrol Istimewa
4) Riwayat Kehamilan
5) Catatan/Laporan Persalinan
6) Identifikasi Bayi
7) Lembaran Persetujuan Operasi
8) Lembaran Permintaan & Jawaban Konsul
1) Heading (kepala)
Heading (kepala) berperan sebagai tempat pemberian judul dan
mengandung informasi tentang formulir, seperti nama dan alamat organisasi,
nama dan nomor formulir, tanggal penerbitan dan halaman. Biasanya judul
terletak pada bagian tengah atas. Hal ini untuk menunjukan jenis dan
kegunaannya. Judul dibuat sesingkat mungkin tetapi jelas. Nomor dapat
digunakan untuk meenunjukan keunikan. Dapat diletakkan di pojok kiri bawah
atau kanan bawah. Nomor formulir ini dapat juga digunakan untuk menunjukan
sumber dan jenisnya. Jika formulir terdiri lebih dari satu halaman, maka tiap-
tiap halaman harus diberi nomor dan jumlah halaman, supaya bila ada halaman
yang hilang dapat diketahui. Nomor dan jumlah halaman ini biasanya
diletakkan pada sebelah kanan atas.
2) Introduction (Pendahuluan)
Pendahuluan (introduction) memuat informasi pokok yang menjelaskan
tujuan dari penggunaan formulir yang bersangkutan. Kadang-kadang tujuan
ditunjukan oleh judul. Kalau penjelasan lebih lanjut diperlukan, pernyataan
yang jelas bias dimasukkan kedalam formulir untuk menjelaskan tujuan.
Pengantar yang menyatakan secara eksplisit tujuan pengisian form mungkin
perlu dicantumkan
3) Instruction (Perintah)
Perintah (instruction) adalah menjelaskan cara pengisian formulir.
Intruksi harus dibuat sesingkat mungkin, perintah yang dimaksud adalah
keterangan agar user dapat dengan segera mengetahui berapa lembar salinan
yang diperlukan, siapa yang harus menyerahkan/mengirimkan formulir, kepada
siapa lembar salinan dikirimkan, berapa kopiform yang harus diisi, siapa yg hrs
menandatangani dan semacamnya. Intruksi tidak boleh diletakkan diantara
ruang-ruang atau entry, karena hal ini membuat formulir terkesan berantakan
dan mempersulit pengisisan. Formulir yang baik harus bersifat self instruction,
artinya harus berisi intruksi- intruksi yang jelas bagi pengisi untuk menuliskan
data tanpa harus bertanya lagi.
4) Body (Badan)
Badan (body) merupakan bagian dari badan formulir yang disediakan
khusus untuk pekerjaan substantive formulir yang sesungguhnya dalam
menyusun urut-urutan data harus logis, sistematis, konsisten, sehingga mudah
untuk dibaca dan dipahami.
Pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam satu badan formulir
meliputi:
a) Margin
Punggung (samping kiri): 2 cm (untuk lubang)
Atas : 2,5 cm (untuk nama dan logo)
Samping : 2 cm beri warna
Bawah :1,5 – 2 cm (kode file, nomor, tahun pembuatan)
b) Spacing
1) Horizontal spacing disediakan 1/12” untuk huruf “elite”,1/10 untuk
huruf “pica”.
2) Vertical spacing terdapat enam garis vertical setiap inci pada mesin
ketik standart, elite atau pica. Berikan 1/16” atau kelipatannya, untuk
setiap baris pengetikan.
3) Untuk spasi yang dibuat dengan tulisan tangan, berikan horizontal
spacing 1/10” sampai 1/12” perkarakter verticalvertical spacing ¼” ¼”
sampai 1/3”. Spasi antar baris dan spasi antar karakter pada formulir
sampai 1/3”. Spasi antar baris dan spasi antar karakter pada formulir
harus diperhatikan, terutama bila formulir akan diisi dengan data yang
dicetak dengan mesin.
c) Rules atau garis
Rules adalah sebuah garis vertical atau horizontal. Garis ini bisa
langsung, terputus-putus atau paralel berdekatan yang melayani berbagai
tujuan.
d) Type style atau jenis huruf
Jenis huruf penting dalam hal keterbacaan dan penonjolan untuk
satu formulir yang paling baik adalah menggunakan sedikit mungkin jenis
dan ukuran huruf. Item-item dengan tingkat kepentingan yang sama
hendaknya dicetak dengan huruf yang sama disemua bagian formulir.
e) Cara pencatatan
Cara pencatatan dapat dilakukan dengan tulisan tangan, atau computer.
5) Penutup (close)
Komponen utama terakhir formulir kertas adalah ”close” atau penutup,
merupakan ruangan yang disediakan untuk tanda tangan otentikasi dan ketik
persetujuan.
b. Aspek Fisik
1) Warna
Pertimbangan harus diberikan kepada pengguna warna dan jenis tinta yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dalam merancang desain
formulir. Penggunaan warna membantu mengidentifikasi dengan cepat
formulir yang dipergunakan. Warna yang baik adalah warna yang datanya
mudah dibaca, terutama bila menggunakan karbon. Warna yang baik adalah
warna yang cerah.
2) Bahan
Yang harus diperhatikan dalam penelitian bahan adalah berat kertas dan
kualitas kertas yang berkaitan dengan permanency atau penyimpanan.
3) Ukuran
Ukuran yang digunakan adalah ukuran praktis yang disediakan dengan
kebutuhan isi formulir. Usahakan ukuran kertas yang digunakan berupa ukuran
kertas standar dan banyak dijual. Jika kertas tidak standar, sebaiknya dibuat
ukuran yang merupakan kelipatan yang tidak membuang kertas, seperti ukuran
standar dibagi 2,3,4 dst.
4) Bentuk
Menyatakan bentuk (vertikal, horizontal, dan persegi panjang). Beberapa
faktor harus dipertimbangkan di dalam pemilihan kertas yang akan digunakan,
yaitu :
a) Lama formulir akan disimpan
b) Penampilan dari formulir
c) Banyak formulir tersebut ditangan
d) Bagaimana penanganannya (halus, kasar, dilipat, atau dibawa-bawa oleh
pemakainya)
e) Kemudahan untuk digunakan
f) Tahan lamanya untuk pengisian yang lama
g) Lingkungan (minyak, kotor, panas, dingin, lembab, dll)
h) Metode untuk pengisian data di formulir (tulis tangan, mesin)
i) Keamanan terhadap pudarnya data semakin lama formulir akan disimpan,
formulir tersebut harus semakin baik. Semakin sering digunakan, kelas
kertas harus semakin baik pula.
c. Aspek Isi
Analisis berdasarkan aspek isi dilihat dari isi data pada formulir rekam medis
tersebut. Menurut Huffman (1994) bagian isi formulir terdiri dari item, istilah,
singkatan, dan simbul yang digunakan dalam formulir rekam medis tersebut. Untuk
penjelasan selanjutnya ada di bawah ini:
2) Terminologi Data
Ada tidaknya istilah bahasa medis yang tidak diketahui oleh orang awam yang
perlu diberi keterangan dalam Bahasa Indonesia dan dengan bahasa yang mudah
dimengerti.
3) Singkatan
Demikian juga dengan singkatan, penggunaan singkatan dalam desain formulir
harus meggunakan singkatan yang standar. Singkatan tersebut harus disepakati
dan dipahami oleh seluruh sumber daya di rumah sakit. Beberapa contoh
singkatan yang sering digunakan untuk membuat formulir atau ketika mengisi
formulir rekam medis adalah: Lk (Laki-Laki), Pr (Perempuan), Tgl (tanggal),
CKR (cidera Kepala ringan), dan lain-lain.
4) Simbol
Penggunaan simbol dalam formulir rekam medis harus sesuai dengan standar
yang ada, masing-masing rumah sakit memiliki stardar masing-masing untuk
simbol yang digunakan dalam formulir. Untuk menyeragamkan adanya simbol
memerlukan surat keputusan mengenai penggunaan simbol yang ada.
a. Inventarisasi Formulir
Langkah pertama dalam penerapan kontrol formulir adalah mendapatkan inventory
semua formulir. Inventarisasi ini kemudian harus dijaga supaya selalu up to date.
Sebuah inventarisasi berisi file riwayat formulir dan file subjek/judul formulir.
b. Identifikasi Formulir
Pemberian nomor pada setiap penerbitan formulir. Identifikasi formulir dapat dilihat
pada master formulir.
Selain pemberian kode identifikasi tersebut, pada kegiatan identifikasi formulir ini
dilakukan dengan pembuatan register yang berisi item:
1) Nomor Formulir
2) Judul Formulir
3) Ukuran Formulir
4) Tanggal Penerbitan Formulir
5) Tanggal Revisi Formulir
6) Unit/Instalasi yang Mengeluarkan Formulir
c. Analisis Formulir
Menurut Huffman (1994) analisis formulir terdiri dari review dan revisi
formulir, konfirmasi data, dan menantang formulir dengan membuat pengguna
memikirkan keperluan dan biaya-biaya masing-masing item. Kegatan analisis
formulir ini dapat dibuktikan dengan lembar evaluasi formulir rekam medis.
d. Pembelian
Menurut Huffman (1994) bagian pembelian dan percetakan harus bekerja
dengan prinsip yang sama yaitu bahwa tidak satupun formulir boleh dipesan, dipesan
ulang, atau diubah tanpa persetujuan pimpinan komite formulir yang sesuai atau yang
mewakilkannya.
2) Laporan ekstern rumah sakit yaitu pelaporan yang wajib dibuat oleh rumah sakit
sesuai dengan peraturan yang berlaku, ditunjukkan kepada Departemen
Kesehatan RI, Kanwil Depkes RI (sekarang , Dinkes Propinsi, Dinkes
Kabupaten/kota Pelaporan yang dibuat sesuai kebutuhan Depkes RI, meliputi :
a) Data dasar rumah sakit (RL 1)
b) Data ketenagaan rumah sakit (RL 2)
c) Data kegiatan pelayanan rumah sakit (RL 3)
d) Data morbiditas dan mortalitas pasien (RL 4)
e) Data kunjungan dan 10 besar penyakit (RL 5)
2) Formulir Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan rumah sakit (Formulir
RL 4b)
a) Formulir RL4b adalah formulir standar untuk data keadaan morbiditas
pasien rawat jalan yang merupakan formulir rekapitulasi dari jumlah
kasus baru dan jumlah kunjungan yang terdapat pada unit rawat jalan
Rumah Sakit untuk Tahunan.
b) Data dikumpulkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember
setiap tahunnya. Untuk semua kasus baru yang ada pada tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember, dibuatkan rekapitulasinya dan
dilaporkan dengan mengisi formulir RL4b.
c) Pengelompokan jenis penyakit yang terdapat pada formulir RL4b disusun
menurut pengelompokan jenis penyakit sesuai dengan Daftar Tabulasi
d) Dasar KIP/10 dan penambahan kelompok DTD pada Gabungan Sebab
Sakit. Terdapat 19
e. Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit (Formulir RL 5)
1) Formulir Pengunjung Rumah Sakit (Formulir RL 5.1)
a) Pengunjung Baru
Pengunjung Baru adalah pengunjung yang baru pertama kali datang ke
Rumah Sakit dan mendapatkan nomor rekam medis baru. Nomor rekam
medis diberikan hanya sekali seumur hidup. Pengunjung baru dapat
melakukan kunjungan di beberapa Poliklinik atau IGD sebagai
kunjungan baru dengan kasus baru.
b) Pengunjung Lama
Pengunjung Lama adalah pengunjung yang datang untuk kedua kali dan
seterusnya, yang datang ke poliklinik yang sama atau berbeda sebagai
kunjungan lama atau kunjungan baru dengan kasus lama dan kasus baru.
Pengunjung lama tidak mendapat Nomor Rekam Medis lagi.
Rumus:
a) Semakin dekat titik/ garis percentage bed occupancy dengan sumbu Y, maka
percentage bed occupancy semakin tinggi.
b) Semakin dekat garis throughput dengan perpotongan sumbu X dan Y, maka
menunjukkan bahwa discharges dan deaths per available bed (throughput)
semakin tinggi jumlahnya.
c) Jika rata-rata turn over interval tetap, tetapi length of stay berkurang, maka
percentage bed occupancy-nya akan menurun (Benjamin dan Perkins, 1961).
d) Bila mana turn over interval tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi
yang kurang baik, kurangnya permintaan (demand) akan tempat tidur atau
kebutuhan tempat tidur darurat (the level and pattern of emergency bed
requirements). Turn over interval yang tinggi dapat diturunkan dengan
mengadakan perbaikan informasi, tanpa mempengaruhi length of stay.
e) Bertambahnya length of stay disebabkan karena kelambanan administrasi
(administrative delays) di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien (patient scheduling) atau kebijaksanaan di
bidang medis ( medis policy).
f) Daerah efisien adalah daerah yang dibatasi oleh nilai:
Turn over interval antara 1 s/d 3 hari
Percentage bed occupancy minimal 75 %
Nilai-nilai dari ke empat parameter saling terkait. Sehingga apabila ada nilai yang
salah di antara keempatnya, maka akan berdampak pada visualisasi pada grafik Barber
Johnson yang janggal/keliru
2. Pembagian Statistik
Statistik secara umum dibagi menjadi dua yaitu statistic deskriptif dan statistik
inferensial.
a. Statistik Deskriptif
Kegiatan mulai dari pengumpulan data, pengolahan, sampai mendapatkan
informasi dengan jalan menyajikan dan analisis data yang telah terkumpul. Tujuan
dari statistik deskriptif adalah memberikan gambaran tentang keadaan yang
berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. Untuk data numerik informasi yang diberikan berupa perhitungan
nilai tengah (mean, median, modus), nilai variasi. Sedangkan untuk data kategori
informasinya adalah nilai proporsi/persentase.
b. Statistik Inferensial /Statistik Induktif
Tujuan dari statistik inferensial adalah untuk menarik kesimpulan cirri-ciri
populasi berdasarkan data yang diperoleh melalui sampel. Statistik inferensial
merupakan kumpulan cara atau metode yang dapat mengeneralisasikan nilai-nilai
dari sampel dikumpulkan menjadi nilai populasi. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan uji hipotesis atau teori estimasi.
F. Sistem Pengkodean
Koding ICD-10 merupakan salah satu bagian dalam unit rekam medis yang bertugas
sebagai mencatat dan meneliti kode penyakit dan tindakan menggunakan ICD 10 dan ICD 9
CM. Dokumen rekam medis yang di berikan untuk di koding adalah dokumen yang sudah
lengkap.
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka atau
kombinasi huruf dan angka yang mewakili komponen data. (DepKes, 1997)
Tugas pokok dari koding yakni mencatat dan meneliti kode penyakit dari diagnosis
yang ditulis dokter, kode operasi dari tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas
kesehatan lainnya dan kode sebab kematian dari sebab kematian yang ditetapkan dokter.
Dalam menentukan kode diagnosis petugas rekam medis menggunakn ICD 10 untuk
menentukan kode diagnosis dan ICD 9 CM untuk menentukan kode tindakan.
a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3 Alphabetical
Index (kamus). Bila pernyataan berkaitan denganistilah.
b. Penyakit atau cedera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX dan XXI (Vol.
1), gunakanlah ia sebagai “Lead Term” untuk dimanfaatkan sebagai panduan
menelusuri istilah yang dicari pada seksi I indeks (Volume 3). Bila pernyataan
berkaitan dengan penyebab luar (ExternalCause) dari cedera (bukan nama penyakit)
yang ada di bab XX (Vol. 1), lihat dan cari kodenya pada seksi II di indeks (Vol. 3).
c. “Lead term” (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya merupakan kata
benda yang memaparkan kondisi patologinya. Sebaiknya jangan menggunakan istilah
kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan sebagai panduan. Namun
terkadang ada beberapa kondisi yang diekspresikan sebagai kata sifat atau Eponim
(menggunakan nama penemunya) sebagai “Lead Term”.
d. Baca dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah istilah yang akan dipilih pada
Volume 3.
e. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah LeadTerm (kata dalam
kurung tidak akan mempengaruhi kode), demikian juga setiap istilah yang ada pada
baris indentasi di bawah Lead Term, sampai semua kata dalam diagnosis dicakup.
f. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (Cross References) dan perintah
”see”dan”see also” yang terdapat dalam indeks.
g. Rujuk ke Tabular List (Volume 1) untuk verifikasi ketepatan nomor kode yang
dipilih. Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode tambahan (Additional Code)
serta aturan cara penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit
dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
h. Ikuti pedoman/petunjuk istilah inklusi (Inclusion) dan eksklusi (Exclusion) di bawah
kode yang dipilih atau di bawah bab (Chapter), blok, kategori, atau subkategori.
i. Tentukan kode yang dipilih, kemudian cocokkan ke ICD-10 Volume 1 dengan
memperhatikan semua perintah, keterangan, Includes, Excluce, UseAdditionalCode
dan lain-lain yang menyertainya.
G. Sistem INA-CBG’s
Menurut Perpres No.12 Pasal 39 tahun 2013 mengenai Jaminan Kesehatan yaitu pola
pembayaran pada fasilitas lanjutan dengan INA-CBG’s. INA-CBG’s merupakan sistem
casemix yang diimlementasikan di Indonesia saat ini dasar pengelompokan dengan
menggunakan 14.500 kode ICD-10 untuk diagnosa dan 7.500 kode ICD-9 CM untuk
prosedur/tindakan.
Indonesia Case base groups merupakan tarifpaket, meliputi seluruh komponen biaya
rumah sakit yang berbasis pada data costing dan data coding penyakit. Besaran tarif dan
sistem secara periodic disesuaikan dam diperbaiki. Sistem ini sudah digunakan untuk pola
pembayaran program Jamkesmas dandigunakanpadaPelaksanaan JKN mulai 1 Januari 2014
meliputitarif CBGs kelas 1, II dankelas III. Sistem pembayaran pelayanan kesehatan secara
prospective dimana pembayaran/biaya ditentukan sebelum pelayanan diberikan. Tarif INA-
CBG’s merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen sumber daya rumah sakit
yang digunakan dalam pelayanan baik medis maupun non-medis. Untuk rumah sakit yang
belum memiliki kelas, maka tarif INA-CBG’s yang digunakan setara dengan tarif rumah
sakit kelas D sesuai regionalisasi masing-masing. Penghitungan tarif INA-CBG’s berbasis
pada data costing dan data koding rumah sakit. Data costing didapat dari rumah sakit terpilih
representasi dari kelas rumah sakit, jenis rumah sakit maupun kepemilikan rumah sakit
(swasta/pemerintah) meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan rumah sakit, tidak termasuk
obat yang sumber biayanya dari pemerintah (HIV, TB, dan yang lainnya). Data koding
diperoleh dari data koding rumah sakit.
Untuk mendapatkan hasil grouper yang benar diperlukan kerjasama antara dokter dan
koder. Kelengkapan rekam medis yang ditulis oleh dokter akan sangat membantu koder
dalam memberikan kode diagnosis dan tindakan/prosedur yang tepat (Kemenkes, 2014).
Dalam menjalankan sistem INA-CBG’s pihak rumah sakit harus membangun komunikasi
yang baik antara tim dokter dengan manajemen untuk mengurangi variasi pelayanan dan
pilih layanan yang paling cost efective dengan membuat dan menjalankan clinical pathway
serta mengedepankan kendali mutu dan kendali biaya, untuk menghasilkan pelayanan yang
bermutu, efisien dan cost effective (Kemenkes, 2014).
Tarif INA-CBG’s dalam program JKN berbasis pada data costing 137 RS Pemerintah
dan RS Swasta serta data coding 6 juta kasus penyakit. Ada sejumlah aspek yang
mempengaruhi besaran biaya INA-CBG’s, yaitu diagnosa utama, adanya diagnosa sekunder
berupa penyerta (comorbidity) atau penyulit (complication), tingkat keparahan, bentuk
intervensi, serta umur pasien. Tarif INA-CBG’s dibayarkan per-episode pelayanan
kesehatan, yaitu suatu rangkaian perawatan pasien sampai selesai. Dengan pola INA-CBG’s,
paket pembayaran sudah termasuk: konsultasi dokter, pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologo, dll), obat Formularium Nasional (Fornas) maupun obat bukan Fornas, bahan dan
alat medis habis pakai, akomodasi atau kamar perawatan, biaya lainnya yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan pasien. Komponen biaya yang sudah termasuk ke dalam paket
INA-CBG’s, tidak dibebankan kepada pasien.