Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PENGUKURAN POROSITAS

2.1. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengertian porositas
2. Menentukan besarnya porositas dengan metode menimbang
3. Menentukan besarnya porositas efektif dengan mercury injection
pump
4. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi besarnya suatu
porositas
5. Mengetahui ukuran porositas yang dimiliki oleh suatu formasi

2.2. Teori Dasar


2.2.1. Pengertian Porositas
Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukan besar
rongga didalam batuan (menggambarkan presentase dari total
ruang yang ditempati oleh fluida). Akan tetapi porositas juga
dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori
– pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume
tertentu. Porositas dari suatu batuan reservoir dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
 Sudut kemiringan batuan
Semakin miring bentuk butiran batuannya akan mempunyai
porositas yang buruk. Sudut yang seharusnya 90 menjadi
45 karena dipengaruhi oleh kemiringan butiran batuan
tersebut.
 Bentuk butiran
Bentuk butir didasarkan pada bentuk penyudutan
(ketajaman) dari pinggir butir. Sebagai standar dipakai
bentuk bola, jika bentuk butiran mendekati bola maka

13
14

porositas batuan akan lebih meningkat dibandingkan bentuk


yang menyudut.

 Distribusi (penyusunan) batuan


Distribusi maksudnya penyebaran dari berbagai macam
besar butir yang tergantung pada proses sedimentasi dari
batuan. Umumnya, jika batuan tersebut diendapkan oleh
arus kuat maka besar butir akan sama besar. Sedangkan
susunan adalah pengaturan butir saat batuan diendapkan.

Gambar 2.1. Pengaruh Susunan Butir Terhadap Porositas

 Ukuran Butiran Batuan


Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari
seluruh batuan, tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-
pori antar butir.
 Derajat Sementasi dan Kompaksi
Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya
pori batuan akibat adanya penekanan susunan batuan
menjadi rapat. Sedangkan sementasi pada batuan akan
menutup pori-pori batuan tersebut. Adapun gambaran dari
15

berbagai faktor tersebut di atas dapat dibuktikan dari hasil


penelitian yang dilakukan oleh Nanz dengan alat sieve
analysis sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2. Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke


a). Shely sand b). SandStone

Semakin banyak material pengotor, seperti silt dan clay


yang terdapat dalam batuan akan menyebabkan mengecilnya
ukuran pori-pori batuan.

 Pemilahan
Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga
porositasnya akan baik pula. Pemilahan yang jelek
menyebabkan butiran yang berukuran kecil akan menempati
rongga diantara butiran yang lebih besar akibatnya
porositasnya rendah.

2.2.2. Klasifikasi Porositas


Berdasarkan proses terbentuknya porositas suatu batuan
reservoir, dibagi menjadi dua yaitu:
16

1. Porositas Primer
Porositas primer adalah porositas yang terjadi atau
terbentuk bersamaan saat proses sedimentasi atau
pengendapan berlangsung.
Contohbatuannya :Batuan konglomerat. Batupasir, dan
batukarbonat.
2. Porositas Sekunder
Porositas sekunder adalah porositas yang terjadi atau
terbentuk setelah proses sedimentasi berlangsung. Porositas
sekunder terbentuk bisa karena pelarutan air tanah atau
akibat rekahan (hydraulic fracturing).
Porositas sekunder terbagi lagi menjadi tiga, yaitu:
 Porositas larutan yaitu ruang pori – pori yang terbentuk
karena adanya proses pelarutan batuan.
 Porositas akibat rekahan, celah atau kekar yaitu ruang
pori – pori yang terbentuk karena adanya kerusakan
atau perubahan struktur batuan sebagai akibat dari
variasi beban seperti lipatan, patahan atau sesar.
 Dolomitasi yaitu proses berubahnya batu gamping
(CaCO3) menjadi dolomite (CaMg(CO3)2).
Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
2CaCO3 + MgCl2 → CaMg(CO3)2 + CaCl2

Didalam sudut teknik reservoir, porositas dibagi menjadi dua


yaitu:
1. Porositas Absolut (Øabs)
Porositas absolut ialah perbandingan antara volume
seluruh pori – pori dengan volume total batuan (bulk
volume) atau dapat ditulis dalam persamaan:
Vp Vp Vb-Vg
∅abs= ×100%= ×100%= 𝑥 100%
Vb Vg + Vp Vb
17

Dimana:
∅abs : Porositas Absolut (%)
Vp : Volume pori – pori batuan (cc)

Vb : Volume total batuan (cc)

Vg : Volume butiran (cc)

2. Porositas Effektif (Øeff)


Porositas effektif adalah perbandingan antara
volume pori – pori yang berhubungan terhadap volume total
batuan dan dinyatakan dalam fraksi (persen) dalam
persamaannya adalah:

Vp yang berhubungan  g  b
∅eff = ×100%  x100%
Vb g   f

Dimana:
∅eff =Porositas Effektif (%)
Vp =Volume pori – pori batuan yang berhubungan, cc
Vb =Volume total batuan, cc
 g =Densitas butiran, gr/cc

 b =Densitas total, gr/cc


 f = Densitas formasi, gr/cc
18

Gambar 2.3. Perbandingan Porositas

Berdasarkan struktur pori:


 Porositas antar butiran (intergranular dan
intragranular porosity)
 Porositas rekahan (fracture porosity)
Selain menggunakan rumus diatas, porositas effektif
juga dapat diukur dengan metode:
1. Ekspansi Gas

Volume total batuan sample – Volume butir effektif sample


∅eff = ×100%
Volume total batuan sample

2. Metode Saturation

Volume pori yang effektif


∅eff = ×100%
Volume total batuan
19

Volume pori yang efektif dapat ditentukan dengan


metode resaturation :

 Berat air dalam ruang pori-pori.


Berat sample yang dijenuhi di udara – Berat sample
kering di udara.
 Volume air dalam ruang pori-pori.

Berat air dalam ruang pori - pori


B.J air

Volume pori yang effektif = Volume air dalam pori

3. Metode Mercury Injection Pump


 Penentuan Volume Picnometer:
Vol Picnometer kosong = vol awal skala – vol
akhir skala
Vol Picnometer + core = vol awal skala – vol
akhir skala terisi core
 Penentuan Volume Bulk Batuan:
Vol bulk batuan = (vol picnometer + core) – (vol
picnometer kosong)
 Penentuan Volume Pori:
Vol pori = vol awal skala – vol akhir skala

4. Metode Menimbang
W3  W2
 Volume total batuan (Vb) =
B.J kerosin
W1  W2
 Volume butiran (Vg) =
B.J kerosin
20

W3  W1
 Volume pori (Vp) =
B.J kerosin

Volume pori
Porositas efektif ( eff ) = x 100%
Volume total batuan
W3  W1
B.J kerosin x 100%
W3  W2
B.J kerosin

Dalam usaha mencari batasan atau kisaran harga


porositas batuan, Slitcher&Graton serta Fraser mencoba
menghitung porositas batuan pada berbagai bidang bulatan
dengan susunan batuan yang seragam. Unit cell batuan yang
distudi terdiri atas 2 pack dalam bentuk kubus dan jajaran
genjang (rombohedral). Porositas dengan bentuk kubus
ternyatamempunyai porositas =47,6%, sedangkan porositas
pada bidang jajaran genjang (rombohedral) yang tidak
teratur mempunyai harga porositas =25,96%.

90 o
o
90
90 o

a. Cubic (porosity = 47,6 %)

o 90 o
90
o
90

b. Rhombohedral (porosity = 25,96 %)

Gambar 2.4. Bentuk Butiran Batuan


21

a) Cubic Packing b) Rhombohedral Packing

Unit cell kubus mempunyai 2 sisi yang sama yaitu 2r,


dimana r adalah jari-jari lingkaran, sehingga:
Volume total (bulk) = (2r)3 = 8r3
4r 3
Volume butiran =
3
Vb  Vg
Porositas = x 100%
Vb
8r 3  4
= 3r 3 x100%
3
8r
84
3 x100%
= 8

= 1 x100%
2(3)
= 47,6%

Unit cellrhombohedral mempunyai 2 sisi yang sama


yaitu 2r, dan kemiringannya membentuk sudut 45°, dimana r
adalah jari-jari lingkaran, sehingga:

Volume total (bulk) = alas x tinggi x lebar


= 2r x 2r sin 450 x 2r
= 4·(2)1/2 · r3
4r 3
Volume butiran =
3
Vb  Vg
Porositas = x 100%
Vb
=(4·(2)1/2 · r3 – (4/3)·π· r3)/ 4·(2)1/2 · r3
= 0.2596 x 100%
=25.96%
22

Untuk pegangan secara praktis dilapangan, ukuran porositas


dan kualitas:
Tabel 2.1. Ukuran porositas dan kualitas
Porositas (%) Kualitas
0–5 Jelek sekali
5 – 10 Jelek
10 – 15 Sedang
15 – 20 Baik
> 20 Sangat bagus

Grafik 2.1. Grafik Skewness vs % porositas

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara,


yaitu:
1. Di laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan
hukum Boyle: Gas digunakan sebagai pengganti cairan
untuk menentukan volume pori tersebut.
2. Dari log listrik, sonic dan radioaktifitas.
3. Dari log kecepatan pemboran.
4. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopis.
5. Dari hilangnya inti pemboran.
23

2.3. Peralatan dan Bahan


2.3.1. Peralatan
1. Timbangan & Anak timbangan
2. Vacum pump & Vacum desikator
3. Beaker glass ceper
4. Porometer
Gambar Alat :

Gambar 2.5. Timbangan Digital

Gambar 2.6. Vacum Pump dan Vacum Desikator


24

Gambar 2.7. Beaker Glass Ceper

Gambar 2.8. Rangkaian Porometer


25

2.3.2. Bahan
1. Inti Batuan (Core)
2. Kerosin
Gambar Bahan :

Gambar 2.9. Core

Gambar 2.10. kerosene


26

2.4. Waktu dan Tempat Praktikum


Hari : Sabtu
Tanggal : 15 Oktober 2016
Waktu : 16.00 - Selesai
Tempat : Gedung C STT Migas Balikpapan

2.5. Prosedur Percobaan


2.5.1. Metode Pengukuran dengan cara Menimbang
1. Core (inti batuan) yang telah diekstrasi selama 3 jam
dengansoxlet dan didiamkan selama 24 jam, dikeluarkan dari
tabung ekstraksi dan didinginkan beberapa menit, kemudian
dikeringkan dalam oven pada temperatur 105-115 oC.
2. Ditimbang Core kering dalam mangkuk, misal berat Core
kering = W1 gram.
3. Dimasukkan Core kering tersebut kedalam vacum desikator
untuk dihampakan udara  1 jam dan saturasikan dengan
kerosin.
4. Diambil Core yang telah dijenuhi kerosin kemudian
ditimbang dalam kerosin, misal beratnya = W2 gram.
5. Diambil Core tersebut (yang masih jenuh dengan kerosin),
kemudian timbang di udara, misal beratnya = W3 gram.
6. Perhitungan :

W3  W2
Volume total batuan (Vb) =
B.J kerosin

W1  W2
Volume grain (Vg) =
B.J kerosin
27

W3  W1
Volume pori (Vp) =
B.J kerosin

Volume pori
Porositas efektif ( eff )= x 100%
Volume total batuan

Atau

W3  W1
=
B.J kerosin x 100%
W3  W2
B.J kerosin

2.5.2. Metode Pengukuran dengan Mercury Injection Pump


2.5.2.1.Ketentuan Penggunaan Porometer
1. Plungger / cylinder dihampakan diudara sebelum
memulakan pekerjaan.
2. Diputar handwheel berlawanan dengan arah jarum jam
sejauh mungkin.
3. Dipastikan penutup dan valve picnometer dalam keadaan
tertutup, dan fill valve dalam keadaan terbuka.
4. Dihidupkan pompa vacuum dan lakukan sampai ruang
cylinder sampai habis, selanjutnya tutup fill valve dan
terakhir matikan pompa vacuum.
5. Jika langkah 4 terpenuhi, dimasukkan Hg dalam flask ke
dalam cylinder sampai habis, selanjutnya tutup valve dan
terakhir matikan vakum.
6. Diputar lagi handwheel searah dengan arah jarum jam,
sampai pressure gauge menunjukkan harga suatu tertentu.
7. Diputar lagi handwheel berlawanan dengan arah jarum jam,
sampai jarum jam pada pressure gauge menunjukkan angka
nol pertama kali.
28

8. Dibuka valve dan penutup picnometer, lihat kedudukan


mercury, jika kedudukan mercury ada pada cylinder maka
ulangi lagi langkah 2 sampai langkah ke 8.
Jika kedudukan mercury ada pada ruang picnometer,
turunkan permukaan mercury sampai pada batas bawah
picnometer (jika ada yang menempel pada dinding harus
dibersihkan) dengan memutar handwheel berlawanan
dengan arah jarum jam.

2.5.2.1.Prosedur Penentuan Porositas


1. Dipastikan permukaan Hg pada posisi bagian bawah dari
picnometer.
2. Diutup penutup picnometer dan buka valve picnometer.
3. Diatur volume scale pada harga tertentu, misalnya = 50 cc.
4. Diputar handwheel searah jarum jam sampai mercury
pertama kali muncul pada picnometer.
5. Dihentikan pemutaran handwheel dan baca volumscale dan
dial handwheel (miring kanan), misalnya = 30,8 cc.
6. Dihitung volume picnometer = (50 – 30,8) = a cc.
7. Dikembalikan kedudukan mercury pada keadaan semula
dengan memutar handwheel berlawanan dengan arah jarum
jam (pada volumscale = 50 cc)
8. Dibuka bagian penutup picnometer dan masukkan core
sampel. Kemudian tutup lagi picnometer (valve picnometer
tetap terbuka).
9. Diputar handwheel sampai mercury untuk pertama kali
muncul pada valve picnometer. Catat volumscale dan dial
handwheel (miring kanan), misalnya = 38,2 cc.
10. Dihitung volumpicnometer yang terisi sampel = (50 – 38,2)
cc = b cc.
11. Dihitung volume bulk dari core sampel = (b – a) cc = d cc
29

12. Dilanjutkan percobaan untuk menentukan volume pori (Vp),


yaitu dengan menutup valve picnometer. Kemudian atur
pore space scale pada angka nol. Untuk langkah 12 ini, pada
saat meletakkan pore space scale pada angka nol,
kedudukan dial handwheel tidak harus pada angka nol. Akan
tetapi perlu dicatat esarnya angka yang ditunjukan dial
handwheel (miring kiri) setelah pengukuran Vb. harga
tersebut harus diperhitunhkan saat mengukur Vp.
13. Diputar handwheel searah jarum jam sampai tekanan pada
pressure gauge menunjukkan angka 750 Psig.
14. Dicatat perubahan volum pada pore space scale dan
handwheel dial (miring kiri) sebagai volum pori (Vp).
15. Dihitung besar porositas.

2.6. Hasil Analisa dan Perhitungan


2.6.1. Penentuan porositas dengan menimbang
1. Berat Core kering di udara (W1) = 31 gr
2. Berat Core jenuh di kerosin (W2) = 16 gr
3. Berat Core jenuh di udara (W3) = 40,6 gr
4. Densitas kerosin = 0.8 gr/cc

W3  W2
5. Volume bulk (Vb) =
B.J kerosin
40,6 gr  16 gr
=
0.8 gr / cc
= 30,75 cc
30

W1  W2
6. Volume grain (Vg) =
B.J kerosin
31gr  16 gr
=
0.8 gr / cc

= 18,75 cc
W3  W1
7. Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
40,6 gr  31gr
=
0.8 gr / cc
= 12 cc
W3  W1
 eff = x 100%
W3 _ W2

40,6 gr  31gr
= x 100%
40,6 gr  16 gr
= 39,02 %

2.6.2. Penentuan porositas dengan Mercury Injection Pump


1. Penentuan skala picnometer
 Skala awal = 51,8 cc
 Skala akhir = 4,8 cc
 Volume picnometer kosong =( skala awal – skala akhir )
=( 51,8 cc – 4,8 cc )
= 47 cc
2. Penentuan volume bulk
 Skala awal = 60,4 cc
 Skala akhir = 34,5 cc
 Volume picnometer + core =( skala awal – skala akhir )
=(60,4 cc – 34,5 cc )
= 25,9 cc
31

 Volume bulk batuan =│((vol.pikno+core) –


(vol pikno kosong))│
=|(25,9 𝑐𝑐 − 47 𝑐𝑐)|
= 21,1 cc

3. Penentuan volume pori


 Skala awal = 5,2 cc
 Skala akhir = 0,4 cc
 Volume pori = ( skala awal - skala akhir )

=|(5,2 𝑐𝑐 − 0,4 𝑐𝑐)|


= 4,8 cc

Vp
x100%
4. Ø eff = Vb
4,8cc
= × 100%
21,1 𝑐𝑐
= 22, 75 %
32

2.7. Pembahasan
Pada percobaan untuk menentukan porositas sampel core ada dua
cara yaitu dengan cara menimbang dan dengan cara mercury injection
pump. Penentuan porositas dengan menimbang dilakukan dengan,
menimbang core kering di udara setelah didapatkan hasil, core di
jenuhkan dengan kerosene kemudian ditimbang didalam kerosene
selanjutnya core yang masih dijenuhi kerosene ditimbang di udara. Dari
hasil penimbangan tadi didapatkan volume bulk 30,75 cc pada volume
grain didapatkan hasil 18,75 cc dan pada volume pori didapat hasil 12 cc,
dan didapatkan harga porositas effektif dengan cara menimbang adalah
39,02 %
Penentuan porositas dengan cara mercury injection pump diawali
dengan penentuan skala awal dan skala akhir picnometer, skala awal yaitu
volume picnometer ketika belum di injeksi mercury dan skala akhir setelah
di injeksi dengan mercury. Baca skala volume pada keadaan awal dan
akhir pada picnometer yang kosong, didapatkan volume picnometer
kosong adalah 47 cc. Selanjutnya ditentukan volume picnometer kosong
dengan cara skala awal dikurang skala awal. Dilanjutkan dengan
menentukan volume picnometer + core, yaitu menentukan skala awal dan
skala akhir picnometer yang terisi core, baca skala awal dan akhir pada
picnometer. Di dapatkan volume picnometer + core adalah 25,9 cc.
Dari perhitungan volume picnometer kosong dan volume picnometer
terisi samprl core dapat ditentukan volume bulk yaitu volume picnometer
terisi core dikurang volume picnometer kosong didapatkan hasil [-25,9 cc
– 47 cc] = 21,1 cc ( karena perhitungan merupakan selisih volume skala
awal dan akhir maka hasil dalam tanda mutlak dan bernilai positif ).
Kemudian dilanjutkan dengan penentuan volume pori dapat menggunaka
cara yang sama dengan penentuan volume picnometer kosong dan volume
picnometer yang terisi core, yaitu dengan menghitung selisih awal dan
akhir pada picnometer. Didapatkan volume pori yaitu 4,8 cc ( karena
perhitungan merupakan selisih volume skala awal dan akhir maka hasil
33

dalam tanda mutlak dan bernilai positif). Kemudian ditentukan harga


porositas effektif yaitu dengan membagi volume pori dengan volume bulk.
Didapatkan harga porositas effektif adalah 22,75 %.
Jika kita mengklasifikasikan nilai porositas tersebut pada tabel 2.1.
nilai porositas dengan menimbang tergolong baik, sedangkan nilai
porositas dengan menggunakan Mercury Injection Pump tergolong baik.
Nilai porositas ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan sumur untuk
berproduksi, karena semakin besar harga porositas effektif maka akan
membuat permeabilitasnya pun besar sehingga indeks produksinya pun
meningkat.
Hubungan antara porositas dengan dunia perminyakan adalah
dengan porositas seorang engineermampu mengetahui keterdapatan
minyak dan gas bumi dalam suatu reservoir.
34

2.8. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan
sebagai berikut:
1. Porositas adalah perbandingan antara volume total pori batuan (Vp)
batuan dengan volume total batuan (Vb) persatuan volume tertentu.
2. Dengan metode menimbang didapat porositasnya baik, yaitu
39,02%.
3. Dengan mercury injection pump didapat porositasnya baik, yaitu
22,75 %.
4. Porositas dipengaruhi bentuk butiran, ukuran butiran, susunan antar
butir dan sudut kemiringan batuan.
5. Dengan cara menimbang dan dengan menggunakan mercury
injection kita dapat menentukan harga porositas.

Anda mungkin juga menyukai