PENGUKURAN POROSITAS
13
14
Pemilahan
Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga
porositasnya akan baik pula. Pemilahan yang jelek
menyebabkan butiran yang berukuran kecil akan menempati
rongga diantara butiran yang lebih besar akibatnya
porositasnya rendah.
1. Porositas Primer
Porositas primer adalah porositas yang terjadi atau
terbentuk bersamaan saat proses sedimentasi atau
pengendapan berlangsung.
Contohbatuannya :Batuan konglomerat. Batupasir, dan
batukarbonat.
2. Porositas Sekunder
Porositas sekunder adalah porositas yang terjadi atau
terbentuk setelah proses sedimentasi berlangsung. Porositas
sekunder terbentuk bisa karena pelarutan air tanah atau
akibat rekahan (hydraulic fracturing).
Porositas sekunder terbagi lagi menjadi tiga, yaitu:
Porositas larutan yaitu ruang pori – pori yang terbentuk
karena adanya proses pelarutan batuan.
Porositas akibat rekahan, celah atau kekar yaitu ruang
pori – pori yang terbentuk karena adanya kerusakan
atau perubahan struktur batuan sebagai akibat dari
variasi beban seperti lipatan, patahan atau sesar.
Dolomitasi yaitu proses berubahnya batu gamping
(CaCO3) menjadi dolomite (CaMg(CO3)2).
Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
2CaCO3 + MgCl2 → CaMg(CO3)2 + CaCl2
Dimana:
∅abs : Porositas Absolut (%)
Vp : Volume pori – pori batuan (cc)
Vp yang berhubungan g b
∅eff = ×100% x100%
Vb g f
Dimana:
∅eff =Porositas Effektif (%)
Vp =Volume pori – pori batuan yang berhubungan, cc
Vb =Volume total batuan, cc
g =Densitas butiran, gr/cc
2. Metode Saturation
4. Metode Menimbang
W3 W2
Volume total batuan (Vb) =
B.J kerosin
W1 W2
Volume butiran (Vg) =
B.J kerosin
20
W3 W1
Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
Volume pori
Porositas efektif ( eff ) = x 100%
Volume total batuan
W3 W1
B.J kerosin x 100%
W3 W2
B.J kerosin
90 o
o
90
90 o
o 90 o
90
o
90
2.3.2. Bahan
1. Inti Batuan (Core)
2. Kerosin
Gambar Bahan :
W3 W2
Volume total batuan (Vb) =
B.J kerosin
W1 W2
Volume grain (Vg) =
B.J kerosin
27
W3 W1
Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
Volume pori
Porositas efektif ( eff )= x 100%
Volume total batuan
Atau
W3 W1
=
B.J kerosin x 100%
W3 W2
B.J kerosin
W3 W2
5. Volume bulk (Vb) =
B.J kerosin
40,6 gr 16 gr
=
0.8 gr / cc
= 30,75 cc
30
W1 W2
6. Volume grain (Vg) =
B.J kerosin
31gr 16 gr
=
0.8 gr / cc
= 18,75 cc
W3 W1
7. Volume pori (Vp) =
B.J kerosin
40,6 gr 31gr
=
0.8 gr / cc
= 12 cc
W3 W1
eff = x 100%
W3 _ W2
40,6 gr 31gr
= x 100%
40,6 gr 16 gr
= 39,02 %
Vp
x100%
4. Ø eff = Vb
4,8cc
= × 100%
21,1 𝑐𝑐
= 22, 75 %
32
2.7. Pembahasan
Pada percobaan untuk menentukan porositas sampel core ada dua
cara yaitu dengan cara menimbang dan dengan cara mercury injection
pump. Penentuan porositas dengan menimbang dilakukan dengan,
menimbang core kering di udara setelah didapatkan hasil, core di
jenuhkan dengan kerosene kemudian ditimbang didalam kerosene
selanjutnya core yang masih dijenuhi kerosene ditimbang di udara. Dari
hasil penimbangan tadi didapatkan volume bulk 30,75 cc pada volume
grain didapatkan hasil 18,75 cc dan pada volume pori didapat hasil 12 cc,
dan didapatkan harga porositas effektif dengan cara menimbang adalah
39,02 %
Penentuan porositas dengan cara mercury injection pump diawali
dengan penentuan skala awal dan skala akhir picnometer, skala awal yaitu
volume picnometer ketika belum di injeksi mercury dan skala akhir setelah
di injeksi dengan mercury. Baca skala volume pada keadaan awal dan
akhir pada picnometer yang kosong, didapatkan volume picnometer
kosong adalah 47 cc. Selanjutnya ditentukan volume picnometer kosong
dengan cara skala awal dikurang skala awal. Dilanjutkan dengan
menentukan volume picnometer + core, yaitu menentukan skala awal dan
skala akhir picnometer yang terisi core, baca skala awal dan akhir pada
picnometer. Di dapatkan volume picnometer + core adalah 25,9 cc.
Dari perhitungan volume picnometer kosong dan volume picnometer
terisi samprl core dapat ditentukan volume bulk yaitu volume picnometer
terisi core dikurang volume picnometer kosong didapatkan hasil [-25,9 cc
– 47 cc] = 21,1 cc ( karena perhitungan merupakan selisih volume skala
awal dan akhir maka hasil dalam tanda mutlak dan bernilai positif ).
Kemudian dilanjutkan dengan penentuan volume pori dapat menggunaka
cara yang sama dengan penentuan volume picnometer kosong dan volume
picnometer yang terisi core, yaitu dengan menghitung selisih awal dan
akhir pada picnometer. Didapatkan volume pori yaitu 4,8 cc ( karena
perhitungan merupakan selisih volume skala awal dan akhir maka hasil
33
2.8. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan
sebagai berikut:
1. Porositas adalah perbandingan antara volume total pori batuan (Vp)
batuan dengan volume total batuan (Vb) persatuan volume tertentu.
2. Dengan metode menimbang didapat porositasnya baik, yaitu
39,02%.
3. Dengan mercury injection pump didapat porositasnya baik, yaitu
22,75 %.
4. Porositas dipengaruhi bentuk butiran, ukuran butiran, susunan antar
butir dan sudut kemiringan batuan.
5. Dengan cara menimbang dan dengan menggunakan mercury
injection kita dapat menentukan harga porositas.