SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
ATIKA SURI RAMBE
NIM: 130600017
Pembimbing:
Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing: Tandatangan
TIM PENGUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam
rangka memenuhi kewajiban penulis untuk mendapatkan gelar sarjana Kedokteran
Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa terima kasih penulis sampaikan untuk yang paling berharga dalam hidup
saya, ibunda tercinta, Ibunda Hj. Nurhayanah Dalimunthe dan ayahanda tercinta, H.
Azhar Rambe, SE serta kakak-kakak saya Meilisa Putri Rambe, S.Pd, Weni Yuliana
Rambe, S.Pd, dan Siti Fatimah Rambe, S.Kom, abang saya Bima Said Rambe, adik-
adik saya almarhumah Ali Hamzah Rambe dan Raja Ardiansyah Putra Rambe, serta
ponakan-ponakan saya tersayang yang senantiasa menyayangi, mendoakan, dan
mendukung penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bimbingan, bantuan,
motivasi, saran-saran serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Eddy A.Ketaren, drg., Sp. BM selaku Ketua dan dosen pembimbing di
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan,
bimbingan, penjelasan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Siti Bahirrah, drg., Sp. Ort selaku dosen pembimbing akademis yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi USU.
3. seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang
sangat banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
4. Sahabat-sahabat terbaik penulis Pina Siti Siannapa Siregar, Kardillah
Yayang, Putri Arum Nia Lubis, Rintan Permata Sari, Intan Permata Sari, Raudhatul
Husna, Pratiwi Nababan dan seluruh teman-teman saya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang membuat penulis termotivasi dan membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat satu bimbingan penulis dalam menyelesaikan skripsi Annydia
Maydelin Purba dan Ovila Ulfa yang telah bersama-sama berjuang, saling
mendoakan, memberi semangat dan motivasi serta membantu dalam seluruh tahap
penyelesaian skripsi ini.
6. Teman-teman semasa perkuliahan stambuk 2013 dan teman-teman
seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga semuanya sukses
dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan
ilmu Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dan bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................
ABSTRAK ..............................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR GRAFIK ................................................................................. xii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 4
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Klasifikasi spasia fasial yang dapat digunakan dalam
menentukan infeksi odontogenik ............................................... 12
2 Jumlah pasien dengan diagnosis infeksi odontogenik pada
spasia primer maksila dan mandibula di RSUP H. Adam Malik
Medan pada Tahun 2013-2015 ................................................... 30
3 Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksiladan
mandibula berdasarkan usia di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2013-2015 ........................................................................ 31
4 Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksiladan
mandibula berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2013-2015 ............................................................ 32
5 Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan
mandibula berdasarkan spasia yang terkena di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2013-2015 ................................................. 34
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Ilustrasi gambar abses subperiosteal dengan lokalisasi
didaerah lingual dan tampakan klinis abses subperiosteal ....... 13
2 Ilustrasi fosa kanina dan tampakan klinis ................................. 14
3 Ilustrasi gambar memperlihatkan penyebaran abses lateral ke
muskulus buksinator dan tampakan klinis ................................ 14
4 Ilustrasi gambar penyebaran abses infratemporal dan
tampakan klinis ......................................................................... 15
5 Ilustrasi gambar menunjukkan penyebaran abses ke daerah
submaseter dan tampakan klinis ............................................... 16
6 Ilustrasi gambar penyebaran dari abses ke daearah
submandibula di bawah muskulus milohioid dan tampakan
klinis.......................................................................................... 16
7 Perkembangan abses di daerah sublingual dan pembengkakan
mukosa pada dasar mulut dan elevasi lidah ke arah
berlawanan ................................................................................ 17
8 Ilustrasi penyebaran abses ke daearah submental dan
tampakan klinis ......................................................................... 18
9 Anatomi letak faring ................................................................. 18
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1 Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan
mandibula berdasarkan usia di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2013-2015 ....................................................................... 32
2 Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan
mandibula berdasarkan spasia yang terkena di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2013-2015 ................................................. 34
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
1 Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila
dan mandibula berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2013-2015 ............................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
BAB 1
PENDAHULUAN
(7%). Ini artinya dalam masalah kesehatan juga memperlihatkan fakta bahwa 12%
dari antibiotik ditentukan dari pertimbangan odontological.4
Berdasarkan Fragiskos (2007), mayoritas terjadi abses yang disebabkan oleh
infeksi odontogenik yaitu 90-95% dari infeksi yang nyata di wilayah orofasial yang
odontogenik. Dari jumlah tersebut, sekitar 70% dikarenakan abses periapikal, abses
dentoalveolar akut dan abses periodontal.10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aleksandra W dkk (2014)
tentang infeksi odontogenik merupakan penyebab paling umum dari penyakit radang
kepala dan daerah leher. Computed Tomography (CT) memungkinkan untuk
mendefenisikan lokalisasi dan luasnya inflamasi lesi, visualisasi keterlibatan jaringan
lunak, adanya abses atau lesi osteolitis penyebab gigi sekitar. Abses dan infiltrasi
inflamasi yang paling sering mencakup beberapa spasia (82%) kasus sedangkan yang
terbatas pada satu spasia di sejumlah kecil (18%) kasus. Spasia pada leher yang
paling sering terlibat dalam suatu kelompok penelitian adalah spasia mastikator
(82%). Penelitian ini membagi spasia mastikasi untuk presisi lebih besar. Frekuensi
keterlibatan kompartemen individual spasia ini adalah sebagai berikut : otot maseter
(74%), otot pterigoid medial (55%), otot pterigoid lateral (29%) dan spasia temporal
(16%). Spasia submandibula (71%) adalah spasia yang dievaluasi sehubungan dengan
frekuensi terjadinya lesi inflamasi, spasia sublingual terdapat (58%) kasus, spasia
bukal (52%) paling sering ketika spasia otot maseter juga terpengaruh dan spasia
parafaring terdapat (37%) kasus.5 Pada umumnya di wilayah oromaksilofasial
kebanyakan bakteri infeksi melibatkan gangguan dari flora normal, di mana bakteri
biasanya tidak terlihat. Bakteri infeksi dapat terjadi pada abses periapikal, infeksi
superfisial dan dalam di leher.6
Reaksi infeksi biasanya didapatkan dari reaksi inflamasi lokal yang ditandai
dengan peningkatan aliran darah awal ke lokasi cedera, meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah dan akumulasi selektif sel efektor yang berbeda dari darah perifer ke
daerah luka. Cedera sel dapat terjadi karena trauma, kerusakan genetik, agen fisik,
kimia, nekrosis jaringan, agen tubuh asing, reaksi imun dan infeksi. Inflamasi dapat
cepat menyebar dari periodontal kepala dan leher tertentu dan dapat menyebar lebih
3
jauh melintasi membran fasial yang memisahkan keduanya. Jika tidak diobati,
inflamasi umumnya menyebar ke spasia fasial yang saling berdekatan misalnya
masseter, sublingual, submandibula, temporal, bukal, kaninus dan parafaring yang
dapat menyebabkan komplikasi tambahan.7
Pengobatan infeksi odontogenik melibatkan terapi medis, bedah, atau
kombinasinya. Infeksi yang berasal dari gigi memerlukan pengobatan definitif jika
sumber infeksinya dari gigi yang terkena maka harus dihilangkan. Setelah gigi
diidentifikasi, endodonti pulpa yang terinfeksi, skeling periodontal dalam atau
ekstraksi harus dilakukan. Metode pengobatan gigi ditentukan oleh faktor-faktor
seperti tingkat infeksi, status kesehatan umum pasien, tingkat trismus dan kebutuhan
biomekanik mempertahankan gigi. Faktor terakhir tidak harus berdasarkan panilaian
para ahli bedah yang merugikan kesejahteraan pasien. Ketika mendiagnosis penyakit
dokter harus lebih teliti karena dapat memiliki konsekuensi serius jika infeksi besar
terjadi. Ekstraksi yang melibatkan gigi adalah metode yang paling cepat
menyebabkan drainase sekaligus menghilangkan mikroorganisme dalam ruang pulpa
dan kanal. Terapi endodonti dapat digunakan untuk menghilangkan sumber infeksi.8
Beberapa dekade pertanyaan apakah sebuah gigi yang bengkak harus
diekstraksi dengan adanya infeksi akut telah menjadi kontroversi. Keprihatinan atas
potensi penyebaran iatrogenik dari infeksi oleh karena gigi telah ditentang oleh orang
yang percaya bahwa ekstraksi langsung tidak menyebabkan perluasan infeksi dan
mungkin memang mengakibatkan masalah paska operasi ekstraksi akhir, penelitian
ini tidak konklusif. Ini menunjukkan bahwa ekstraksi gigi molar rendah di hadapan
infeksi dapat meningkatkan kejadian osteitis alveolar. Terapi antibiotik harus
digunakan bila gigi harus diekstraksi selama tahap akut sehingga reaksi dari infeksi
yang disebabkan oleh inflamasi dapat menjadi abses yang ringan hingga berat
berdasarkan tinjauan klinisnya, organisme penyebab infeksi, lokasi masuknya dan
berdasarkan spasia yang terkena.8
Bagian Ilmu Bedah Mulut, Rumah Sakit H.Adam Malik terdapat beberapa
kasus infeksi odontogenik, berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti berniat
ingin melakukan penelitian tentang “ Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia
4
primer maksila dan mandibula di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan Tahun 2013-
2015 ”.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi
Istilah infeksi didefinisikan sebagai kolonisasi merugikan dari organisme
inang oleh mikroorganisme asing. Peradangan adalah reaksi jaringan tubuh terhadap
invasi mikroorganisme patogen, atau terhadap trauma karena luka, terbakar atau
bahan kimia, bisa akut ataupun kronis. Infeksi muncul tergantung pada keseimbangan
antara virulensi mikroorganisme dan pertahanan. Infeksi merupakan akibat dari invasi
mikroorganisme patogen ke dalam tubuh dan reaksi jaringan yang terjadi pada
pejamu terhadap organisme dan toksinnya. sebenarnya hanya ada beberapa dari
beribu-ribu mikroorganisme di alam ini yang bersifat patogen terhadap manusia.
organisme patogen berperan sebagai flora normal dan organisme ini menimbulkan
daya tahan tubuh alamiah terhadap invasi mikroorganisme.1,2
Inflamasi ditandai oleh lima tanda utama yaitu: kemerahan, pembengkakan,
nyeri, naiknya suhu dan hilangnya fungsi. Inflamasi akut yang mulainya cepat,
gejalanya parah dan pada umumnya berlangsung sebentar. Inflamasi kronis sulit
sembuh, keadaan tidak begitu nyeri dan berlangsung lama yang bisa mengarah
kepada pembentukan suatu drainase melalui suatu sinus. Inflamasi eksudat
merupakan cairan yang dikeluarkan pada lokasi peradangan akut yang melarutkan
toksin dan setiap iritan yang ada dan memungkinkan terjadinya fagositosis yang juga
menyebabkan pembengkakan.3
Eksudat adalah cairan ektraselular yang umumnya mengumpul dan
menandakan adanya infeksi. Cairan ini harus diperiksa oleh dokter, baik warna, bau,
konsistensinya dan ciri-ciri lain yang dapat membantu menggologkan organisme
penyebab infeksi. Pewarnaan gram terhadap eksudat adalah prosedur yang harus
dikerjakan untuk mendapat terapi yang sesuai sebagai terapi tambahan. Pada
beberapa kasus infeksi, biopsi jaringan akan diperlukan untuk kepentingan
diagnosis.3
7
kepekaan interneurons terletak di dalam sistem saraf pusat. Nyeri berasal dari otot
sternokleidomastoid ke sendi temporomandibular adalah contoh dari nyeri tersebut.9
a.
a.
Gambar 2. (a) Ilustrasi abses fosa kanina (b) Tampakan klinis abses fosa kanina10
a.
a.
trismus yang berat dan ketidakmampuan palpasi saat observasi mandibula. Pada
pemeriksaan intraoral ada pembengkakan pada area retromolar dan pada anterior dari
ramus. Abses ini terus berfluktuasi, memungkinkan hadirnya gejala yang umum.10
a.
Gambar 5. (a) Ilustrasi gambar menunjukkan penyebaran abses ke daerah
submaseter (b) Tampakan klinis10
a.
a. b.
a.
Peresepan antibiotik secara empiris sebelum analisis mikroba dan sebelum tes
sensitivitas antibiotik, dari pus dan spesimen jaringan. Cara empiris bergantung pada
beratnya empiris.
b. Terapi Inisial
Terapi inisial biasanya ditentukan oleh perawatan dari abses akut tanpa
toksisitas sistemik atau dari peninggalan lesi setelah perawatan dari toksisitas
sistemik dan abses periodontal yang kronik. Pada dasarnya, terapi inisial terdiri dari:
1. Irigasi dari poket abses dengan saline atau antiseptik.
2. Ketika ada, penghapusan dari benda asing.
3. Drainase hingga sulkus dengan probe atau skeling dari permukaan gigi.
4. Tekanan dan debridement dari dinding jaringan lunak.
5. Instruksikan untuk menjaga oral higiene
6. Tinjauan setelah 24-48 jam; seminggu kemudian pemeliharaan perawatan
harus dilakukan.
Pilihan perawatan dari abses periodontal dibawah terapi inisisal.
1. Drainase melalui poket periodontal atau insisi
2. Skeling dan perawatan saluran akar
3. Bedah periodontal
4. Antibiotik sistemik
5. Ekstraksi gigi
c. Pemeliharaan Perawatan
Perawatan berulang setelah perawatan inisisal adalah untuk memperbaiki
fungsi dan estetis dan memungkinkan pasien memelihara kesehatan
periodonsiumnya. Pemeliharaan perawatan periodontal selesai tergantung pada
perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.12
Pilihan antibiotik untuk perawatan infeksi odontogenik tergantung pada
pilihan hasil kultur laboratorium dan tes sensitivitas antibiotik. Pendekatan yang
rasional dan praktis untuk pilihan antibiotik secara empiris dapat diterima secara
klinik dan sesuai hukum, jika pilihan didasarkan pada data spesifik dan pengalaman
hidup dengan mikrobiologi pada rongga mulut. Penisilin masih merupakan obat
21
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang di diagnosis terkena infeksi
odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula di RSUP H. Adam Malik
Medan dari Januari 2013 hingga Desember 2015 yang telah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini dan tercatat dalam rekam medis.
RSUP H. Adam Malik Medan dari tahun 2013-2015 yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi dimulai dari januari 2013 hingga desember 2015.
3.7 Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk mendapatkan data adalah rekam medis.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Jumlah pasien infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan
mandibula di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015
Terdapat 120 data rekam medis pasien yang didiagnosa sebagai infeksi
odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2013-2015, namun hanya 62 rekam medis yang memiliki data lengkap
sesuai dengan kriteria inklusi sehingga dapat diteliti berdasarkan usia, jenis kelamin
dan spasia yang terkena. Data yang tidak lengkap meliputi data yang tidak
mencantumkan salah satu variabel penelitian seperti spasia mana yang terkena.
Kemudian spasia yang bukan termasuk kedalam spasia primer maksila dan mandibula
tidak dicantumkan pada penelitian ini karena tidak termasuk ke dalam kriteria inklusi.
Keseluruhan rekam medis tersebut didapat dari bagian rekam medis rawat jalan dan
rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015 (tabel 2).
Tabel 2. Jumlah pasien dengan diagnosis infeksi odontogenik pada spasia primer
maksila dan mandibula di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2015
Tahun Jumlah
2013 25
2014 25
2015 12
Total 62
Pada penelitian ini hanya kasus yang memiliki data lengkap yang digunakan
sebagai data penelitian.
27
Tabel 3. Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula
berdasarkan usia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015
Kelompok Usia Jumlah Persentase (%)
Masa balita (0-5 tahun) 0 0
Masa kanak-kanak (5-11 tahun) 2 3,22
Grafik 1. Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula
berdasarkan usia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015
Tabel 4. Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula
berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 34 54,84
Perempuan 28 45,16
Total 62 100
29
45%
Laki-laki
Perempuan
55%
Diagram 1. Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula
berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015
Tabel 5. Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula
berdasarkan spasia yang terkena di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015.
Spasia yang
Jumlah Persentase (%)
Terkena
Spasia fosa kanina 5 8,06
Spasia bukal 6 9,68
Spasia infratemporal 0 0
Spasia submental 0 0
Spasia submandibula 30 48,39
Spasia sublingual 21 33,87
Jumlah 62 100
Grafik 2. Prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula
berdasarkan spasia yang terkena di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015
31
BAB 5
PEMBAHASAN
infeksi paling sedikit pada pasien kanak-kanak (5-11 tahun) mungkin disebabkan
pada pasien dengan usia ini sedang mengalami masa pertumbuhan gigi persistensi.
Dari 62 kasus infeksi odontogenik, sebanyak 34 penderitanya adalah laki-laki
atau 54,84%. Sedangkan untuk jenis kelamin terdapat 28 kasus atau 45,16%. Hal ini
menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami infeksi odontogenik daripada
perempuan dengan rasio perbandingan 1,2:1. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sanchez R dkk pada pasien infeksi odontogenik Tahun 2007 dan 2008
dari total 151 pasien dengan komplikasi infeksi odontogenik didapatkan paling
banyak 81 penderitanya adalah laki-laki atau 53,64%, dan 70 perempuan atau
46,36%.22
Selain itu, hal senada juga disampaikan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Flynn T dkk Tahun 2006 dari total 37 pasien infeksi odontogenik paling banyak 23
penderitanya adalah laki-laki atau 62,16% dan 14 perempuan atau 37,84%.23 Hal ini
disebabkan oleh karena infeksi odontogenik merupakan infeksi yang disebabkan oleh
kuman-kuman piogenik oleh karena kurangnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
yang dapat menyebakan gangguan pada kesehatan periodonsium. Pada penelitian
yang dilakukan di Kanada tahun 1966 prevalensi perokok 63% diantaranya
merupakan laki-laki dan 37% perempuan. Setelah dilakukan penelitian oleh Wayne J
dkk terdapat hubungan antara perokok dengan status kebersihan rongga mulut pasien
yang dilakukan pada tahun 2007 memiliki hubungan yang siknifikan.24 Hal ini
memungkinkan bahwa laki-laki lebih memilki kualitas kebersihan gigi dan mulut
yang rendah dibandingkan perempuan.
Berdasarkan penggolongan berdasarkan usia dan jenis kelamin, prevalensi
infeksi odontogenik juga digolongkan berdasarkan spasia yang terkena. Menurut hasil
data penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan prevalensi infeksi
odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula Tahun 2013-2015 yang
terbanyak adalah pada spasia submandibula yaitu dengan 30 kasus atau 48,39%,
diikuti dengan spasia sublingual 21 kasus atau 33,87%, spasia bukal 6 kasus atau
9,68% dan spasia fosa kanina 5 kasus atau 8,06%. Hal ini sesuai penelitian yang
dilakukan oleh Aleksandra W dkk pada tahun 2014 dengan hasil penelitian yaitu
33
tingkat kejadian dari spasia submandibula adalah yang paling tinggi 71% dari spasia
lainnya kemudian diikuti dengan spasia sublingual 58% dan spasium bukal 52%.5 Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Spasia submandibula
disini memiliki persentase yang lebih tinggi karena spasia submandibula terdiri dari
spasia sublingual dan submaksila. Spasia sublingual dipisahkan dari spasia
submaksila oleh otot milohioid. Spasia submaksila selajutnya dibagi lagi atas spasia
submental dan spasia submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior. Sehingga
abses dapat terbentuk di spasia submandibula karena kontinuitas dasar mulut dan
regio submandibula yaitu daerah sekeliling batas posterior muskulus milohioid dan
dalamnya akar-akar gigi molar dibawah milohioid, maka infeksi supuratif pada mulut
dan gigi geligi dapat timbul di trigonum subamndibula yang sesuai dalam penelitian
yang dilakukan oleh tahun 2002.
Dari (tabel 2) dapat dilihat bahwa pasien infeksi odontogenik pada spasia
primer maksila dan mandibula di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015
berdasarkan rentangan selama 3 tahun terakhir 2013-2015, yang diperiksa dan
didiagnosa pasien infeksi odontogenik pada primer maksila dan mandibula,
didapatkan 25 orang yang menderita infeksi odontogenik pada spasia primer maksila
dan mandibula pada tahun 2013, 25 orang menderita infeksi odontogenik pada spasia
primer maksila dan mandibula pada tahun 2014, 12 orang menderita infeksi
odontogenik pada spasia maksila dan mandibula pada tahun 2015. Dalam hal ini,
penelitian ini menjelaskan tentang penurunan tingkat kejadian infeksi odontogenik
pertahunnya. Peneliti dapat menganalisa jika dilihat dari tingkat kesadaran dari
masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut sudah terjadi penurunan disetiap
tahunnya, ini artinya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi dan
mulut agar tidak terjadinya infeksi odontogenik semakin meningkat setiap tahunnya.
Walaupun demikian, sosialisasi harus lebih ditingkatkan lagi untuk mengetahui
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, agar kesehatan masyarakat juga terus
meningkat dalam hal kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, data yang didapatkan
dari RSUP H. Adam Malik Medan dari tahun 2013 sampai 2015 ada 62 pasien yang
menderita infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula.
34
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kasus infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015 berdasarkan spasia yang terkena,
dari 62 orang (100%) yang diperiksa dan didiagnosa infeksi odontogenik, didapatkan
30 kasus spasia submandibula atau 48,39% yang merupakan spasia paling banyak,
spasia sublingual 21 kasus atau 33,87%, spasia bukal 6 kasus atau 9,68%, spasia fosa
kanina 5 kasus atau 8,06%,dan pada spasia submental dan infratemporal tidak
ditemukan kasus ini.
2. Infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula berdasarkan
jenis kelamin didapatkan 34 atau (54,84%) orang pasien laki-laki dan 28 atau
(45,16%) orang perempuan yang menderita infeksi odontogenik pada spasia primer
maksila dan mandibula. Oleh karena itu data yang didapatkan dari RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2013-2015 dapat disimpulkan bahwa infeksi odontogenik pada
spasia primer maksila dan mandibula berdasarkan jenis kelamin banyak terjadi pada
laki-laki daripada perempuan.
3. Infeksi odontogenik pada spasia primer maksila dan mandibula berdasarkan
keompok usia hasil data penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia lansia awal
(46-55 tahun) mempunyai prevalensi infeksi odontogenik pada spasia primer maksila
dan mandibula yang paling tinggi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013-2015
yaitu sebanyak 18 kasus atau 29,51% dari keseluruhan kasus (62 kasus). Kelompok
usia dewasa akhir menduduki peringkat kedua dengan 11 kasus atau 17,74%.
Selanjutnya kelompok usia lansia akhir menduduki peringkat ketiga dengan 9 kasus
atau 14,52%. Kelompok usia manula dan dewasa awal dengan masing-masing 8
kasus atau 12,90%, kelompok usia remaja awal dan remaja akhir dengan masing-
masing 3 kasus atau 4,84%, dan disusul kelompok usia kanak-kanak dengan 2 kasus
atau 3,23% .
35
6.2 Saran
1. Dokter gigi harus mempunyai pengetahuan mengenai infeksi odontogenik
terkhusus pada spasia primer maksila dan mandibula, karena pada penyakit ini sulit
menegakkan diagnosis dan lokasi spasia yang terkena dikarenakan letak anatomis
dari spasia sangat kompleks dan tertutupi oleh beberapa jaringan lunak.
2. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai infeksi odontogenik
pada spasia-spasia lainnya,agar dapat menambah wawasan yang lebih dalam di
bidang ilmu bedah mulut.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku ajar ilmu bedah. 2nd; Jakarta: EGC; 2004:
13-6.
2. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 3rded; Newdelhi:
Jaype Brothers Medical Publisher; 2012: 663.
3. Harti FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi (concise illustrated dental
dictionary), Alih bahasa: Narlan S. Jakarta: EGC; 2013: 1-2.
4. Lopez-Piriz R, Aguilar L, Gimenez MJ.. Management of odontogenic
infection of pulpal and periodontal origin. Med Oral Patol Oral Cir Bucal
2007; 12: p. 154-9.
5. Wabik A, Hendrich BK, Nienartowicz J, Guzinski M, Sasiadek MJ.
Odontogenic inflammatory process of head and neck in computed
tomography examinations 9. Pol J Radiol 2014; 79: p. 431-8.
6. Bahl R, Sandhu S, Singh K, Sahai N. Gupta M. Odontogenic infections:
Microbiology and management. Contemp Clin Dent 2014; 5(3): p. 307-11.
7. Agacayak KS, Atilgan SS, Gorgun B, Yaman F, Ucan MC. Atalay Y. Case
report: Canine fossa abscess; a rare etiological factor: The lower canine tooth.
J Int Dent Med Res 2013; 6(1): p. 36-9.
8. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial
surgery.6thed; St. Louis Missouri: Mosby Elsevier; 2014: 295-8.
9. Balasubramaniam R, Turner LN, Fischer D, Klasser GD, Okeson JP. Non-
odontogenic toothache revisited. Open Journal of Stomatology 2011; 1: p. 92-
102.
10. Fragiskos FD. Oral surgery. Greece: Spinger Berlin Heidelberg; 2007: 209-
39.
11. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier;
2013: 469-79.
12. Patel PV, Kumar GS, Patel A. Periodontal abscess: A review. Journal of
Clinical and Diagnostic Research 2011; 5(2): p. 404-9.
37
Lampiran 1
RIWAYAT PENDIDIKAN
Lampiran 2
JADWAL KEGIATAN
Waktu Penelitian
No Kegiatan
September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
proposal
Seminar
2
proposal
3 Penelitian
Pengumpulan
4
data
Pengolahan
5 dan analisis
data
Penyusunan
6
laporan
Seminar
7
hasil
Sidang
8
skripsi
6
Lampiran 3
Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 1.930.000,-
dengan rincian sebagai berikut:
1. Biaya pembuatan proposal Rp. 80.000
2. Biaya print dan fotokopi Rp. 350.000
3. Biaya transportasi Rp. 600.000
4. Biaya bahan habis pakai Rp. 175.000
5. Biaya penjilidan dan penggandaan Rp. 100.000
6. Biaya seminar proposal Rp. 250.000
7. Biaya penelitian Rp. 250.000 +
Rp. 1.805.000
CATATAN :
Semua biaya ditanggung oleh peneliti.
6