Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
Buku Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit dapat selesai disusun.
Buku Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang memberikan
pelayanan di Rumah Sakit.
Pedoman ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan kebijakan pelayanan di rumah sakit.
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan yang termasuk dalam subsistem Upaya
Kesehatan. Rumah sakit tidak boleh dipandang sebagai suatu entitas yang terpisah dan
berdiri sendiri dalam sektor kesehatan. Peran rumah sakit adalah mendukung pelayanan
kesehatan dasar melalui penyediaan fasilitas rujukan dan mekanisme bantuan. Menurut
WHO, rumah sakit harus terintegrasi dalam sistem kesehatan di mana ia berada.
Fungsinya adalah sebagai pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di
wilayah yang bersangkutan. Reformasi perumahsakitan di Indonesia sangat diperlukan
mengingat masih banyaknya rumah sakit yang hanya menekankan pelayanannya kepada
aspek kuratif dan rehabilitative saja. Padahal keadaan ini menyebabkan rumah sakit
menjadi sarana kesehatan yang elit dan terlepas dari sistem kesehatan dimana ia berada.
Pendidikan atau edukasi kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu dan keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu (Depkes RI dikutip dari
Effendi, 1998).
Menurut Craven dan Hirnle (1996), pendidikan kesehatan adalah penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik belajar atau instruksi, dengan
tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan
terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide
baru.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, pada kesimpulannya pendidikan
kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu,
kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup
sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, atau
masyarakat dari yang tidak tahu tentang nilai kesehatan manjadi tahu, dan dari tidak
mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian
pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
B. Tujuan Pedoman
Pedoman Edukasi ini disusun agar menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan
edukasi di RSUP H. Adam Malik. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama Nomor :
KP.01.01/II.5/7636/2012 Tentang Kebijakan Pelaksanaan Edukasi Pasien dan
Keluarga di RSUP H. Adam Malik.
D. Batasan Operasional
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
dilakukan, dengan demikian merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan
atau melaksanakan kegiatan (Komisi Akreditasi RS, 2012).
Pendidikan Pasien dan Keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan
yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya.
Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter, perawat atau petugas
kesehatan lainnya di rumah sakit (Standar Akreditasi RS, 2011).
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan :
a. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya
dari tenaga kesehatan.
c. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya
memperoleh lingkungan yang sehat baik fisk, biologi maupun social.
d. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
e. Pasal 17
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
f. Pasal 18
Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam konseling. Untuk itu rumah sakit telah mengadakan pelatihan
kepada petugas kesehatan dengan materi utama komunikasi efektif.
Standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk rumah sakit adalah sebagai berikut :
Kualifikasi Kompetensi Umum
S1 Kesehatan/Kesehatan - Membantu petugas rumah sakit
Masyarakat lain merancang pemberdayaan
D3 Kesehatan ditambah - Membantu/fasilitasi
minat dan bakat di bidang pelaksanaan pemberdayaan,
promosi kesehatan bina suasana dan advokasi
B. Distribusi Ketenagaan
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama Nomor : KP.01.01/II.5/7636/2012
Tentang Kebijakan Pelaksanaan Edukasi Pasien dan Keluarga di RSUP H. Adam
Malik bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan promosi kesehatan rumah sakit
dilaksanakan oleh Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUP H. Adam
Malik dan Pokja PFE (Patient and Family Education) yang merupakan salah satu
pokja dari 14 pokja Akreditasi JCIA.
C. Pengaturan Petugas
Dalam pelaksanaan tugas, Instalasi PKRS membagi petugas menjadi dua bagian yang
masing-masing dipimpin oleh seorang koordinator. Dalam pelaksanaan tugas di
dalam rumah sakit, petugas PKRS dibagi menjadi tim yang terdiri dari dua orang
petugas yang bertugas untuk melaksanakan promosi kesehatan di Instalasi Rawat
Jalan dan di Instalasi Rawat Inap. Dan untuk pelaksanaan PKRS di luar rumah sakit
dikoordinir oleh seorang koordinator.
A. Denah Ruang
Ruang Instalasi PKRS terletak di gedung administrasi lantai 3 RSUP H. Adam
Malik. (denah ruang terlampir)
B. Standar Fasilitas
Beberapa sarana/peralatan yang dipakai dalam kegiatan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit diantaranya adalah :
a. TV, LCD
b. Screen/layar
c. Amplifier dan wireless microphone
d. Komputer dan laptop
e. Pointer
f. Public Address System (PSA)/Megaphone
g. Flipchart / lembar balik
h. Leaflet/brosur/flyer
i. Kamera foto
Untuk dana atau anggaran PKRS memang sulit ditentukan standar, namun
demikian diharapkan rumah sakit dapat menyediakan dana/anggaran yang cukup
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan PKRS.
Strategi PKRS bagi pasien yang sehat termasuk pasien dalam masa rehabilitasi,
sama dengan strategi untuk pasien, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana
dan advokasi.
A. PEMBERDAYAAN
Dalam rangka pemberdayaan terhadap pasien sehat, rumah sakit dapat membentuk
kelompok-kelompok diskusi, kelompok paduan suara, kelompok senam dan
membuka konseling berbagai aspek kesehatan.
1. Pengelolaan Kelompok Diskusi
Banyak anggota masyarakat yang dalam keadaan sehat ingin mempertahankan
terus kesehatannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini media massa penyedia
informasi kesehatan (seperti tabloid, majalah, Koran, dan juga acara-acara radio
dan televisi) semakin banyak penggemarnya. Peluang ini dapat ditangkap oleh
rumah sakit dengan menyediakan sarana atau mengorganisasi interaksi
masyarakat, seperti Simposium, Seminar, Lokakarya, dan forum-forum diskusi
lainnya. Bagi rumah sakit hal ini tidak merupakan sesuatu yang merepotkan,
karena rumah sakit sendiri cukup memiliki sumber daya manusia yang dapat
digunakan sebagai narasumber dalam forum-forum tadi.
Jika forum yang besar belum dapat dilaksanakan, maka diskusi bisa dilakukan
dalam bentuk forum kecil hal inilah yang telah dilakukan selama ini dengan
melaksanakan kegiatan penyuluhan di Instalasi Rawat Jalan, Rawat inap dan
sosialisasi kegiatan pelayanan dengan nara sumber dari SMF atau Instalasi yang
terkait.
2. Pengelolaan Kelompok Paduan Suara
Bernyanyi dipercaya orang sebagai salah satu jalan keluar (outlet) untuk
mencegah stress. RSUP H. Adam Malik telah memiliki kelompok paduan suara
yang berasal dari staf RS.
B. BINA SUASANA
Pihak yang berpengaruh terhadap klien sehat terutama adalah para petugas RS
dan mereka yang direkrut RS untuk mengelola pelayanan-pelayanan dalam rangka
pemberdayaan. Mereka ini diharapkan menjadi teladan yang baik bagi klien dalam
hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Oleh karena itu pembinaan terhadap petugas RS yang bertugas sangatlah penting.
Demikian juga rekrutmen dan pembinaan terhadap mereka yang membantu
mengelola pelayanan-pelayanan pemberdayaan seperti misalnya moderator diskusi,
instruktur paduan suara, instruktur senam, pemandu rekreasi dan para petugas
konseling. Selain kompeten dalam tugas yang diembannya, mereka juga harus
Selain itu dapat dilakukan beberapa hal lain untuk bina suasana, antara lain :
1. Pemasangan poster di dinding-dinding, baik dalam bentuk cetakan maupun neon box
atau bentuk-bentuk lain.
2. Penyediaan perpustakaan atau bahan-bahan bacaan.
3. Penyediaan leaflet atau selebaran atau bahan-bahan informasi lain yang dapat diambil
secara gratis.
4. Penyediaan VCD/DVD player dan televisi yang menayangkan informasi-informasi
yang dibutuhkan.
5. Penyelenggaraan pameran yang dilakukan secara berkala dengan mengganti topik
dan bahan-bahan pamerannya.
C. ADVOKASI
Pada umumnya klien sehat datang dari segmen masyarakat mampu, walaupun
tidak tertutup kemungkinan adanya klien sehat dari segmen masyarakat miskin. Oleh
karena itu, dukungan yang diharapkan oleh rumah sakit dalam pemberdayaan klien
sehat terutama adalah adanya kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang
dapat menjadi rambu-rambu perilaku bagi mereka. Misalnya peraturan menjaga
kebersihan rumah sakit, peraturan tentang rumah sakit sebagai Kawasan Tanpa
Rokok, peraturan menjaga kesopanan dan tata tertib di kawasan rumah sakit, dan
sebagainya. Kebijakan atau peraturan-peraturan semacam ini akan lebih kuat
pengaruhnya jika dating dari pembuat kebijakan di atas rumah sakit, seperti misalnya
Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota atau Peraturan daerah. Oleh karena itu
diperlukan advokasi kepada Gubernur/Bupati/Walikota dan DPRD.
Di tempat parkir yang berupa lapangan pesan kesehatan dapat dibuat dalam
bentuk baliho/billboard atau balon udara di sudut lapangan dan neon box di atap
bangunan atau gardu parkir.
Direktur Utama