Anda di halaman 1dari 30

3

BAB II
SEMEN PEMBORAN

Semen yang dipakai dalam dunia perminyakan harus mempunyai syarat-


syarat dan kemampuan yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dijumpai pada
lapangan perminyakan. Berbagai syarat itu harus dipenuhi sehingga akan
menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebelum mengetahui tentang syarat-syarat dan kemampuan semen, harus diketahui
cara-cara pembuatan , klasifikasi , sifat semen dan lain-lain.

2.1 Cara Pembuatan Semen


2.1.1 Cementing Material
Semen dibuat dari lime stone atau material yang mempunyai CaC0 3 tinggi dan
clay/shale. Oksidasi besi (Fe203) dan Al203 dapat ditambahkan apabila persediaan
clay/shale tidak cukup.
Material-material ini dihancurkan sampai halus dan dicampur, setelah itu dipanaskan
dalam suatu rotary kiln pada suhu 2600-2800ºF. Setelah itu didinginkan dan hasilnya
dinamakan KLINKER ditampung pada klinker storage.
Di dalam klin selama pemanasan , material mengalami suatu proses. Pada
suhu 212 º F, air bebas akan menguap. Sewaktu suhu mencapai 900-1000 º F, air yang
terkombinir akan keluar.
Pada suhu ± 1600 º F, CO2 terjadi , yang berasal dari CaCO3. di atas 1600 º F terjadi
reaksi antara lime dan clay. Di atas 2400 º F, beberapa material terbentuk cair (liquid),
kadang-kadang 25 % dari klinker yang terbentuk liquid meninggalkan klin menuju
kestorage melalui pendingin (cooler) dengan udara.
4

Sesudah beberapa waktu distorage , klinker dihancurkan dan dicampur dengan


gips ( CaSO4. 2H2O ). Gips ini dicampurkan untuk mengatur waktu pengerasan ( the
rate of setting and hardening) dari bubur semen.
Penambahan gips antara 1,5 – 3 % dari berat semen . inilah yang dinamakan
semen ( Portland Cement ). Apabila semen diberi air maka akan terjadi hidrasi (reaksi
dengan air) dan semen perlahan-lahan berubah menjadi keras selama hidrasi
berlangsung (lihat gambar 2.1.).
Fasa-fasa kristal yang terdapat pada portland cement mengandung komposisi
kimia sebagai berikut :
1. Tricalcium Aluminate 3 CaO.Al2O C3A
2. Tricalcium Silicate 3 CaO.SiO2 C3S
3. Dicalcium Silicate 3 CaO. SiO2 C2S
4. Tetracalcium Aluminoferrite 4CaO.Al2O3Fe2O C4AF
Fasa-fasa kristal tersebut merupakan komponen utama di dalam semen dan akan
menghindari membentuk struktur semen yang keras.

Gambar 2.1 Cara pembuatan semen


5

2.1.2 Komposisi Semen


Seperti telah disebutkan di atas maka semen mempunyai beberapa komponen
utama di dalamnya yaitu C3A , C3S , C2S , C4AF .
 C3A : merupakan fraksi yang memperbesar kecepatan hidrasi dan merupakan
suatu unsur yang mengontrol initial set dan thickening time. Tetapi juga
menyebabkan semen mudah terpengaruh oleh gangguan sulfate. Semen
yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap sulfate, kadarnya ditentukan
oleh C3A yaitu maksimum 3 % .
 C4AF: merupakan fraksi hidrasi low heat (heat hydrationnya rendah) di dalam
semen dan akan memberi warna pada semen. Penambahan Fe2O3 yang
berlebihan akan memperbesar jumlah C4AF dan memperkecil jumlah C3A
di dalam semen. Spesifikasi API menghendaki bahwa kadar C 4AF
ditambah dua kali kadar C3A tidak melampaui 24 % untuk semen yang
daya tahan tinggi terhadap sulfate .
 C3S : merupakan fraksi yang terbesar di dalam semen dan merupakan material
penghasil kekuatan. Fraksi ini bertanggung jawab terhadap early strength
yaitu strength pada saat-saat pertama penempatan semen (berkisar antara
1-28 hari). Semakin besar persentase C3S maka high earli strength semen
semakin cepat.
 C2S : merupakan fraksi yang mempunyai sifat menghidrasi lambat sekali
(kecepatan pengerasan menjadi lambat) tetapi akan memperkuat strength
pada perpanjangan periode dan bersifat mendinginkan (cool) semen
terhadap panas yang dibebaskan (head liberated).

Dari tabel 2.1 di bawah dapat dilihat type komposisi dan properties dari klas
semen API.
6

COMPOSITION
Compounds % Finnes sq Water/cement
API
C3S C2S C3A C4AF cm/g ratio
A 53 24 8 8 1.500-1,900 0.46
B 47 32 3 12 1,500-1,900 0.46
C 70 10 3 13 2,000-2,400 0.56
D 26 54 2 12 1,100-1,500 0.38
E 52 32 8 12 1,400-1,600 0.44
F 52 32 8 12 1,200-1,400 0.38
G 53 38.8 2,240-2,480 0.435
H 53.8 Ca0
J Si02
PROPERTIES
Approx. 24 hr
Slurry Slurry
Mix water thickening compressive
CEMENT density yield cu
gal/sack time strength.psi
lb/gal ft/sack
130ºF .hr 110ºF.
A 5.2 15.6 1.18 2½ 4,000
C 6.3 14.8 1.32 1¼ 2,700
G 5.0 15.8 1.15 1¾ 3,000
H 4.3 16.5 1.05 2 3,700
*Plus gypsum, lime, and alkali

Tabel 2.1 Type komposisi dan properties dari klas semen API.

2.2 Klasifikasi Semen


2.2.1 Standarisasi Semen yang akan digunakan
7

Portland semen dibuat berdasarkan pada keadaan fisik dan kimia di mana
akan dipakai. Semen yang dibuat mempunyai range temperatur dan tekanan yang
besar dan dibedakan atas beberapa type oleh ASTM dan API.

Abbreviation Similar to
Type
ASTM API
Ordinary Portland
Cement
Rapid-Hardening (high-
OC
early-strength or high-
RHC A
initial-strength) Portland
Cement C
High-Strength Portland
HSC C
Low Heat (or Slow-
I
LHC B
Hardening,low Heat of
II
Hydration) Portland -
Cement III
SRC -
Sulfate-Resisting
II
AEC
Portland Cement
V
Air-Entraining Portland
Cement -

Tabel 2.2
Klasifikasi semen yang digunakan berdasarkan ASTM dan API

Problem pemilihan semen yang digunakan pada suatu sumur ialah


penggunaan semen yang harganya murah, tetapi memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Dapat ditempatkan secara efektif sesuai dengan peralatan yang tersedia.
b. Mempunyai compressive strength yang cukup.
8

c. Mampu mengisolir tiap-tiap zone dan melindungi casing.


Semen yang digunakan dalam perminyakan ditentukan berdasarkan klasifikasi
API. Di mana kedalaman dari semen API yang digunakan adalah berdasarkan
temperatur (T) dan tekanan (P). Untuk temperatur yang subnormal, semen dapat
digunakan pada kedalaman yang lebih besar, sebaliknya dalam lapangan yang
memiliki temperatur tinggi yang tidak normal, semen dibatasi pada kedalaman yang
lebih dangkal.
Pada umumnya gradient temperatur menurut standard API yaitu 1.5 ºF/100 ft
kedalaman.

Mixing Slurry Wt Well Depth Static Temp


API Class water
Gals/sack Lbs/Gal (a) ºF
A (Portland) 5.2 15.6 0-6000 80-170
B (Portland) 5.2 15.6 0-6000 80-170
C (high Ealy) 6.3 14.8 0-6000 80-170
D (Retarded)
4.3 16.4 6-10,000 170-230
E (Retarded)
4.3 16.4 6-14,000 170-290
F (Retarded)
4.3 16.4 10-16,000 230-320
G (Basic-
5.0 15.8 0-8000 80-200
Calif)
H(Basic-
4.3 16.4 0-8000 80-200

GulfCoast
(a)- Depth based on API casing well simulation schedule
Tabel 2.3
Klasifikasi semen untuk kedalaman sumur dan temperatur yang berlainan
2.2.2 Klasifikasi semen berdasarkan standard API :
 Class : A (WCR = 0,46)
Digunakan dari permukaan sampai 6000 ft dengan temperatur 170ºF bilamana
special properties tidak dibutuhkan. Ini sama dengan semen ASTM C150,
type I.
 Class : B (WCR = 0,46)
9

Digunakan dari permukaan sampai 6000 ft dengan temperatur 170ºF di mana


moderato sulfate resistance dibutuhkan. Ini sama dengan semen ASTM C 150,
type II.
 Class : C (WCR = 0,56)
Digunakan dari permukaan sampai 6000 ft dengan temperatur 170ºF di mana
dibutuhkan untuk kondisi yang high early strength. Tersedia dalam type-type
regular dan high sulfate resistance. Ini sama dengan semen ASTM C 150, type
III.
 Class : D (WCR = 0,38)
Digunakan pada kedalaman 6000 – 10.000 ft dengan temperatur 230ºF di
mana dijumpai kondisi yang mempunyai temperatur agak tinggi dan tekanan
tinggi. Tersedia dalam type regular dan high sulfate resistance.
 Class : E (WCR = 0,38)
Digunakan pada kedalaman 6000 – 14.000 ft dengan temperature 290ºF di
mana dijumpai kondisi yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.
Tersedia dalam type regular dan high sulfate resistant.
 Class : F (WCR = 0,38)
Digunakan pada kedalaman 10.000 – 16.000 ft dengan temperatur 320ºF di
mana dijumpai kondisi yang mempunyai temperatur dan tekanan sangat
tinggi. Tersedia dalam type regular dan high sulfate resistant.

 Class : G dan H (WCR = 0,44)


Digunakan sebagai basic semen dari permukaan sampai 8000 ft kedalaman
sesuai dengan pembuatannya atau dapat digunakan bersama-sama dengan
accelerator dan retarder yang dipakai pada range kedalaman dan temperatur
yang besar. Tersedia dalam type moderato dan high sulfate resistant.
 Class : J
10

Digunakan pada kedalaman 12.000 – 16.000 ft untuk temperatur dan tekanan


yang luar biasa tinggi sesuai dengan pembuatannya atau dipakai pada range
kedalaman sumur yang besar dengan retarder. Hanya tersedia dalam 1
jenis/macam. Temperatur yang dibutuhkan untuk men”set” semen ini harus di
atas 230ºF.

2.3 Sifat -sifat dan Karakteristik Semen


2.3.1 Sifat – sifat Fisik Semen
2.3.1.1 Viscosity
Sedapat mungkin rendah agar didapatkan flow properties dan
pendesakan lumpur yang baik. Semen adalah fluida non newtonian sehingga
viscositas adala fungsi dari shear rate. Untuk menentukan karakteristik
viscosity, dipakai Fann Viscometer.
2.3.1.2 Density (akan berkisar antara 10,8 – 22 ppg)
Density dari bubur semen ini harus cukup besar untuk
mempertahankan pengotrolan sumur kecuali pada squeeze job.
Untuk density yang lebih rendah antara 10,8 – 15,6 ppg, material yang
digunakan adalah campuran air sedang untuk density yang lebih besar antara
15,6 – 22 ppg, digunakan dispersent dan material pemberat seperti hematite.

2.3.1.3 Permeability
Diharapkan semen mempunyai permeability yang kecil karena dengan
permeability yang kecil maka tidak terjadi komunikasi diantara fluida pada
saat semen telah mengeras.
11

Walaupun begitu factor lingkungan yang mempunyai temperature tinggi (di


atas 230ºF) akan menimbulkan strength retrogression (penurunan kekuatan)
sehingga harus ditambahkan silica fluor.

2.3.2 Karakteristik Semen


2.3.2.1 Thickening Time
Adalah waktu yang dibutuhkan oleh bubur semen untuk bercampur
dan mendesak bubur semen itu ke dalam lubang bor dan naik ke annulus di
belakang pipa. Waktu yang paling umum adalah 2,5 – 3 jam ditambah safety
factor. Untuk penempatan cement plug, maka thickening time untuk
penempatan itu diharapkan lebih singkat sesuai dengan keamanan dan tidak
melebihi 2 jam.
Dalam squeeze cementing, waktu yang diperlukan fluida untuk teknik-
teknik yang berbeda akan bervariasi. Pengukuran dilakukan dengan API
pressure temperatur thickening time tester.
Spesific thickening time direkomendasikan, di mana tergantung pada luas
type pekerjaan, kondisi sumur dan volume semen yang dipompakan.
Hubungan antara berbagai kedalaman sumur dan thickening time. (lihat
gambar 2.2).
12

Gambar 2.2 Hubungan kedalaman sumur dan thickening time

Pada volume semen yang dipompakan misalnya 500 cuft, maka untuk
semen class A,B,C pada range kedalaman yang maksimum (6000 ft) didapat
thickening time adalah 55 menit. Begitu pula clas D (10000 ft), E (14000 ft),
F (16000 ft) adalah 75, 90, 100 menit.
Beberapa hal yang mempengaruhi thickening time :
a. Semakin tinggi temperatur maka semakin cepat pengerasan semen. Ini
merupakan faktor yang paling berpengaruh.
b. Semakin tinggi tekanan maka semakin cepat pengerasan semen.
c. Hilangnya air dari bubur semen mempercepat pengerasan semen.
13

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.4, Efek temperatur dan
tekanan terhadap thickening time untuk semen API Clas H dengan retarder.

Temperature Thickening
Pressure,
Depth time, hours
Static circulation psi
minutes
5.000 2:10
10.000 1:34
10.000 230 144
15.000 1:38
10,000 8:35
15,000 5:19
14.000 290 206
25,000 1:14
10,000 4:11
15,000 3:39
16.000 320 248
20,000 2:30
25,000 2:08

Tabel 2.4
Efek temperatur dan tekanan terhadap thickening time untuk semen API Clas
H dengan retarder.

2.3.2.2 Water separation


14

Volume batuan semen seharusnya sama dengan volume bubur semen.


Air bebas tidak boleh lebih dari 1 %. Pengukuran dilakukan dengan settling
test.
2.3.2.3 Strength Development
Semen memerlukan early strength sangat kecil untuk melindungi
casing. Data telah menunjukkan bahwa tinggi semen diannular sebesar 10 ft
dengan tensile strength hanya 8 psi dapat meelindungi casing dari ukuran
yang ringan sepanjang 200 ft, walaupun bondingnya (ikatannya) jelek. Dalam
”setting” surface casing, bilamana berat bit yang diperlukan untuk peralatan
floating drilling maka beban yang bertambah harus diatasi oleh casing dan
semen. Dari tabel menunjukkan panjang casing misalnya dari ukuran D.C
yang dapat ditunjang oleh kolom semen setinggi 10 ft dengan tensile strength
8 psi.(lihat tabel 2.5)

Casing Drill Collar Size (in) Length of


Size (in) Weight (lb/ft) OD ID Casing (ft)
7 17.00 4 3/4 2 94
8 5/8 24.00 6¼ 2¼ 67
10 ¾ 32.72 6¾ 2 7/8 72
13 3/8 48.00 9 3 1/4 50

Tabel 2.5.
Panjang casing dan ukuran DC yang dapat ditunjang oleh semen setinggi 10 ft
dengan tensile strength 8 psi.

Daya compression dari semen lebih besar daripada daya tension di


mana harga dari compressive strength harus dikonversi ketensile strength.
Besarnya harga compressive strength hampir 8 sampai 10 kali lebih besar
daripada tensile strength.
Misalnya : tensile strength 8 psi maka : compressive strength 80 atau 100 psi.
15

Karena berbagai variabel di lapangan seperti prosedur completion, material


dan kondisi-kondisi perbaikan yang tidak di ketahui maka compressive
strength sebesar 500 psi sudah lebih dari cukup untuk membantu casing.
Compressive strength dari neat semen akan bertambah setelah beberapa
minggu. Compressive strength merupakan dasar dari pengukuran WOC
(waiting on cement). Penentuan waktu WOC ini penting karena :
a. untuk mengetahui berapa kekuatan semen.
b. Mengetahui karakteristik strength development, dari semen yang biasa
digunakan.
Curing temperature sangat penting dalam strength development karena
salah satu penentuan WOC time adalah mengetahui downhole curing
temperature (temperature tertentu pada dasar lubang). Temperature formasi
pada kedalaman surface casing adalah surface temperature rata-rata + 2ºF/100
ft kedalaman.
Curing temperature (temperature di mana semen dibiarkan mengeras)
dari semen hampir tidak sama dengan temperature formasi yang mempunyai
harga yang tidak tetap di mana akan tergantung pada temperature lumpur
pemboran, bubur semen, dan pendesakan fluida.
Pemakaian semen yang ditambah accelerator menyebabkan WOC time
pendek 3 sampai 6 jam tergantung kondisi operasi. (lihat tabel 2.6 dan 2.7 )

Calcium Compressive strength (psi) at curing


Curing
Chloride temperature and Pressure of
time
(percent) 95ºF 110ºF 140ºF 170ºF
(Hours)
800 psi 1,600 psi 3,000 psi 3,000 psi
6 0 100 350 1.270 1.950
8 500 1.200 2.500 4.000
12 1.090 1.980 3.125 4.700
24 3.000 4.050 5.500 6.700
6 1 900 1.460 2.230 2.500
8 1.600 1.950 2.900 4.100
12 2.200 2.970 3.440 4.450
24 4.100 5.100 6.500 7.000
6 2 1.100 1.700 2.650 2.990
8 1.850 2.600 3.600 4.370
12 2.420 3.380 3.900 5.530
24 4.700 5.600 6.850 7.400
16

Tabel 2.6.
Pengaruh waktu dan temperature pada compressive
strength untuk semen API klas H.

Curing Condition
Temp Class A Class C Class D Class G Class H
Press.
60ºF 0 psi 615 780 (a) 440 325
80ºF 0 psi 1.470 1.870 (a) 1.185 1.065
95ºF 800 psi 2.085 2.015 (a) 2.540 2.110
110ºF 1.600 psi 2.925 2.705 (a) 2.915 2.525
140ºF 3.000 psi 5.050 3.560 3.045 4.200 3.160
170ºF 3.000psi 5.920 3.710 4.150 4.830 4.485

Tabel 2.7. Typical compressive strength setelah 24 jam

2.3.2.4 Sulfate Resistance atau Resistance to corrosion


Yang paling baik adalah semen clas B atau C3A nya rendah. Pozzolan
akan membantu sulfate resistance dari semen clas A di mana bubur semennya
akan memberikan resistance yang lebih baik. WCR( water cement ratio) yang
tinggi dari bubur semen memberikan resistance yang jelek. Sulfate resistance
tergantung pada C3A yang ada pada semen. C3A beraksi dengan sulfate di
dalam air membentuk calcium sulfoaluminate di mana ini akan merugikan.
Karena itu C3A di dalam semen dibatasi harus kurang dari 3 %. Reaksi itu
terjadi pada temperatur rendah (80 -100ºF) dan pada temperatur tinggi di atas
180ºF, reaksi tidak terjadi.konsentrasi sulfate dalam air formasi lebih kecil
dari pada 1.500 ppm tidak akan merugikan pengerasan semen (set semen).
17

2.3.2.5 Storage Stability


Semen yang disimpan dalam keadaan kerinng akan tetap naik untuk
waktu yang lama. Tetapi perubahan kecil dapat terjadi pada kondisi lembab di
mana akan mempengaruhi thickening time pada situasi penyemenan yang
kritis.

2.3.2.6 Mixing Water


Fresh water adalah air yang baik untuk campuran semen, begitu juga
air laut tetapi harus diawasi thickening timenya. Fraksi inorganic akan
mempercepat pengerasan semen, sedang fraksi organic seperti mud thinners,
fluid loss agent, corrosion inhibitors akan memperlambat pengerasan semen.
Pengaruh carbonat dan bicarbonat yang terkandung di dalam air sampai lebih
besar dari 2.000 ppm adalah tidak bisa meramalkan thickening time, sehingga
pemakaian air ini harus dihindarkan.
Jumlah campuran air akan mempengaruhi bubur semen. Jumlah
campuran air dipilih untuk menetapkan viscosity yang dipompakan dan air
bebas yang diminimum. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.8.

Mixing weight Slurry weight Well depth, ft Static


API CLAS gal/sk lb/gal temperatur ºF
A 5.2 15.6 0-6.000 80-170
B 5.2 15.6 0-6.000 80-170
C 6.3 14.8 0-6.000 80-170
D 4.3 16.3 6-12.000 170-260
E 4.3 16.3 6-14.000 170-290
F 4.3 16.3 10-16.000 230-320
G 5.0 15.8 0-8.000 80-200
H 4.3 16.3 0-8.000 80-200

Tabel 2.8. spesifikasi semen API

Pengaruh pengurangan sejumlah semen API.


18

a. Menambah density bubur semen dan compressive strength.


b. Menambah viscosity bubur semen .
c. Mengurangi waktu pemompaan (pumpability time) atau thickening
time.
d. Mengurangi volume bubur semen per-sack semen.

2.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Penyemenan


2.4.1 Efek Acid pada Semen
HCl yang beraksi dengan semen akan membentuk silica gel di mana
ini akan merugikan. Pengasaman dengan HF mempunyai pengaruh terhadap
semen dengan luas yang dibatasi.

2.4.2 Heat of Hydration


Panas yang akan timbul bila semen mengeras di dalam annulus yang
berdiameter 2 inchi di mana temperatur akan naik 30 - 40ºF di atas temperatur
formasi. Ini disebabkan reaksi eksotermis di mana menghasilkan panas.
Semakin berat semen maka semakin besar pula panas yang dihasilkan. Reaksi
panas dipengaruhi oleh kehalusan (finenness) semen, komposisi kimia,
additives semen dan lingkungan dasar lubang bor (down hole anvironment).
Semakin tinggi temperatur formasi, semakin cepat reaksi terjadi dan lebih
cepat pula panas yang dihasilkan.
Sebagai contoh semen yang mempunyai heat hydration yang berlainan
adalah :
- Gypsum blend cement yang mempunyai heat of hydration rendah yaitu
18-20 Btu/lb slurry.
- High alumina cement yang mempunyai heat of hydration tinggi yaitu 60-
90 Btu/lb slurry.
19

Dari gambar terlihat hubungan cement heat of hydration terhadap


waktu pada kedalan tertentu.

Gambar 2.3.
Cement heat of hydration terhadap waktu pada kedalaman 550 ft.

2.4.3 Fluid Loss


Sangat penting untuk squeeze cementing dan penyemenan dengan
deep liner. Pengukuran dilakukan dengan filter press pada tekanan 1000 psi
dengan ukuran screen 325 mesh dan waktu test 30 menit. Neat cement
mempunyai fluid loss 1000 cc pada kondisi filter press diatas. Kecepatan
filtrasi dari bubur semen yang dipengaruhi oleh waktu, temperatur, tekanan
dan permeabilitas. Untuk primary cementing mempunyai fluid loss antara 150
20

– 400 cc. Untuk penyemenan dengan deep liner maka fluid loss adalah 250 cc.
Untuk squeeze cementing mempunyai fluid loss antara 50 – 200 cc. Bilamana
dijumpai komunikasi gas pada saat semen diannulus seperti sumur-sumur
yang mengandung gas atau sumur-sumur gas yang bertekanan tinggi maka
digunakan semen yang mempunyai fluid loss sangat rendah yaitu sekitar 20 cc
pada kondisi filter press diatas.
Hubungan antara fluid loss terhadap filter cake dapat dilihat pada
tabel 2.9.
API Fluid Loss at Permeability of Time to Form 2”
1000 psi (cc/30 Filter cake at 1000 Cake (minutes)
menit psi (md)
1200 5.00 0.2
300 0.54 3.4
100 0.09 80.0
50 0.009 100.0

Tabel 2.9. Hubungan fluid loss terhadap filter cake

2.5 Additives Cement


Additive atau zat tambahan digunakan untuk memberi variasi yang lebih luas
pada sifat-sifat bubur semen dan ini penting dalam perencanaan penyemenan.
Pengaruh additive terhadap sifat semen:
a. Menaikkan atau menurunkan density bubur semen.
b. Memperbesar compressive strength dari 200 ke 20.000 psi .
c. Mempercepat dan memperlambat pengerasan semen (setting time).
d. Mengatur filtrasi semen, dalam hal ini memperkecil filtrasi semen
sampai 25 cc/30 menit, pada kondisi filter pressure 1.000 psi, 325 mesk.
e. Sifat-sifat aliran (flow properties) akan mempunyai range variasi yang luas.
f. Memperbesar tahanan (resistance) terhadap cairan korosif.
g. Mencegah hilangnya bubur semen ke dalam formasi.
h. Memperkecil kekentalan (slurry viscosity).
21

i. Mengontrol permeability.
j. Mengontrol heat of hydration.
k. Memperkecil biaya.
l. Menaikkan atau menambah durability (sifat tahan lama).

Additive semen dapat digolongkan sebagai berikut : Accelerator, Retarder,


Light Weight Additive, Heavy weight additive, Lost Circulation Additive
2.5.1 Accelerator:
Ditambahkan untuk mempercepat tickening time dari semen. Hal ini
perlu untuk penyemenan sumur yang dangkal di mana WOC sangat lama.
Compressive strength dari semen adalah 50 psi sedang dalam penyemenan
bisa mencapai compressive strenghth 500 psi. Karena itu WOC time sangat
penting untuk mencapai compressive strength 500 psi, di mana WOC itu
sendiri dipengaruhi oleh temperatur penyemenan yang bervariasi antara 40 -
100ºF.
Sebagai contoh : pada 40ºF maka semen API clas A, membutuhkan waktu 48
jam untuk mencapai compressive strength 500 psi.
Materialnya adalah : CaCl2, NaCl, sea water, densified cement slurries.
CaCl2 : mempercepat thickening time dan menaikkan early strength.
Penambahan 2 % CaCl2 akan menduakalikan compressive dalam 24
jam.(lihat tabel 2.10.)
NaCl : tergantung pada konsentrasinya maka NaCl dapat menjadi retarder
atau accelerator.
Pada konsentrasi 1,5 – 3 % berat (konsentrasi rendah) maka NaCl berfungsi
sebagai accelerator. Pada konsentrasi tinggi, lebih dari 5 %, NaCl berfungsi
sebagai retarder.
Tabel 2.11. memperlihatkan efek NaCl terhadap thickening time.
22

Simulated Well Depth - Feet


Calcium
API Casing-Cementing
Cloride API Squeeze-Cementing

Percent
1000’ 2000’ 4000’ 6000’ 1000’ 2000’ 4000’ 6000’
0.0 4:40 4:12 2:30 2:25 3:30 3:29 1:52 0:58
2.0 1:55 1:43 1:26 1:10 1:30 1:20 0:54 0:30
4.0 0:50 0:52 0:50 0:58 0:48 0:53 0:37 0:23

Compressive strength, psi


Atmospheric Pressure API Curing
Curing Calcium Pressure
Time Chlotide 95ºF 110ºF
Hours Percent 40ºF 60ºF 80ºF 800 psi 1600
psi
6 0 N.S 20 75 235 860
12 0 N.S 70 405 1065 1525
18 0 S 620 1430 2210 2750
24 0 30 940 1930 2710 3680
36 0 185 1500 2490 3640 4925
48 0 505 2110 3920 4820 5280

6 2 N.S. 460 850 1170 1700


12 2 65 785 1540 2360 2850
18 2 170 1810 3080 3250 4300
24 2 415 2290 3980 4450 5025
36 2 945 2900 4810 5770 6000
48 2 1460 4205 6210 6190 5680

Tabel 2.10. Efek CaCl2 terhadap thickening time dan


strength untuk semen class A.
23

SODIUM CHLORIDE CEMENT ACCELERATOR


Portland Cement – API Class A
Thickening Time – Hours Minutes
Pan American Pressure thickening Time

Water Rata - 5. 2 Gal/Sack


Slurry Weight – 15.6 Lbs Gal
Sodium API Casing – Cementing
Chloride Simulated Well Depths - Feet
percent 1000 2000 4000 6000
0.0 4.40 4.12 2.30 2.25
2.0 3.05 2.27 1.52 1.13
4.0 3.05 2.35 1.35 1.20

CONPRESSIVE STRENGTH - PSI


Atmospheric
Curing Sodium API Curing Pressure
Pressure
Time Chloride
95ºF 110ºF
Hours Percent 60ºF 80ºF
800 psi 1600 psi
12 0 79 405 1065 1525
24 0 940 1930 2710 3680
48 0 2110 3920 4820 5280
12 2 290 960 1590 2600
24 2 1230 2260 3200 3420
48 2 3540 3250 3900 4350
12 4 280 1145 1530 2575
24 4 1390 2330 3150 3400
48 4 3325 3500 3825 4125

Tabel 2.11. Efek NaCl terhadap thickening time dan strength.


24

2.5.2 Retarder
Pemakaian retarder dipengaruhi oleh temperatur sumur, karena
temperatur mempercepat reaki kimia antara semen dan air. Retarder
digunakan untuk memperpanjang waktu pemompaan (thickening time) di
mana naiknya temperatur lebih mempengaruhi thickening time daripada
naiknya kedalaman/tekanan.
Materialnya antara lain : CMHEC, NaCl dan berbagai retarder buatan
Halliburton.
CMHEC : hanya digunakan untuk temperatur tinggi dan kedalaman yang
sangat ekstrim. Dapat dicampur oleh semua klas semen API.
NaCl : digunakan untuk sumur-sumur dengan formasi garam karena untuk
semen yang dicampur air tawar tidak memberikan ikatan yang baik
pada formasi garam. Juga pada zone-zone heaving shale.
Pengaruh penggunaan bubur semen yang sudah dijenuhkan dengan NaCl :
- memperbaiki ikatan semen ke formasi garam.
- melindungi formasi shale yang dapat rusak apabila bubur semen
menggunakan air tawar baik pada penyemenan casing maupun squeeze.
- menaikkan density dan volume bubur semen.
- mengurangi early strength
- memberikan pengembangan yang kecil pada setting (pengerasanya).
Sebagai contoh dari semen yang telah dijenuhkan dengan garam
adalah semen API klas A,G atau H di mana bisa ditempatkan sampai pada
kedalaman 10.000 – 12.000 ft dengan temperatur 230ºF - 260ºF.
25

Gambar 2.4. Pengaruh garam terhadap thickening time dan strength


2.5.3 Light Weight Additive
Penambahan additive ini akan mempertinggi kolom cairan tanpa
menyebabkan formation breakdown dan memperkecil biaya (cost).
Material yang digunakan adalah : bentonite dan gilsonite .
Bentonite : akan menambah pemakaian mixing water dan memperbaiki biaya
bubur semen, berat bubur semen serta memperkecil water
separation (pemisahan air). Dengan memperbesar persentase
bentonite akan memperkecil compressive strength dan
mengurangi thickening time .
Gilsonite : mempunyai S.G = 1.07 (kecil) maka baik untuk mengurangi
density. Semen yang dicampur dengan gilsonite ini mempunyai
pengerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan semen yang
dicampur dengan additive lain. Gilsonite tidak akan merubah
waktu pemompaan. Pemakaian biasanya 6 – 25 lbs/sack semen.
2.5.4 Heavy weight additive
Bahan pemberat ini harus mempunyai karakteristik :
a. Membutuhkan sedikit air.
b. Tidak mengurangi kekuatan semen.
c. Tidak merubah waktu pemompaan.
26

d. Mempunyai ukuran partikel yang sama.


e. Sedikit saja menambah bubur semen.
f. Chemically inert.
g. Mempunyai SG antara 4.5 – 5.0 .
h. Tidak mengganggu terhadap well logging.

Chemically inert (bahan kimia yang lambat) berarti dengan additive yang lain
dia akan cocok/harmonis dengan perubahan yang lambat (inert).
Materialnya antara lain : Hematite Ore, Barite.
Hematite Ore : SG =5.05, dapat menaikkan density bubur semen sampai 20
ppg (lihat tabel 2.12.). Bersifat chemically inert dan membutuhkan sedikit air.

Cement Hematite Water gal/sack Slurry volume Slurry weight.


pounds pounds cu ft/sack Lb/gal
94 - 4.5 1.08 16.2
94 12 4.5 1.12 17.0
94 28 4.5 1.17 18.0
94 46 4.5 1.23 19.0
94 63 4.5 1.30 20.0

Tabel 2.12. Sifat bubur semen klas H dengan Hematite

Barite : SG = 4.2, kebutuhan air sedikit (0.2 lb air per lb barite) di mana
menghasilkan SG maksimum 18.0 ppg (lihat tabel 2.13.)

Slurry weight. Slurry


Cement Water.
Barite. pounds Lb/gal volume. Cu
pounds Gal/sack
ft/sack
94 - 4.5 16.2 1.08
94 22 5.1 17.0 1.24
94 55 5.8 18.0 1.46
94 108 7.1 19.0 1.83
27

Tabel 2.13. Sifat bubur semen klas H dengan Barite

2.5.5 Lost Circulation Additive


Dipakai untuk mencegah hilangnya bubur semen kedalam
formasi.pemakaian lost circulation material in harus memenuhi faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Mempunyai ukuran yang baik sehingga dapat operasikan oleh
pompa semen.
b. Formasi mempunyai rongga yang cukup kecil sehingga material
ini akan menyumbat.
Material yang digunakan antara lain: gilsonite, perlite dan beberapa material
yanng lain (lihat tabel 2.14.)

Type
Additive for Water
Natural
controlling Material Amount Used Required
particles
lost
circulation
Granular Gilsote Graded 5 to 50 2 gal/50 lb
Perlite Expanded lb/sack 4 gal/cu ft
Walnut shells Graded ½ to 1 c u 0.85 gal/50
Coal Graded ft/sack lb
Lamellated Cellophane Flaxed 1 to 5 lb/sack 2 gal/50 lb
Fibrous nylon Short-libered 1 to 10 None
lb/sack none
½ to 2 lb/sack
½ to ¼
lb/sack
Formulations
of materials
Natural Water
for controlling Material Amount Used
particles Required
lost
circulation
Semisolid or Gypsum - - 4.8 gal/100
flash setting cement - 10 to 20 % lb
28

Gypsum- gypsum 5.0 gal/cu ft


portland -
cement - 10 to 25 % gel 12 to 16
Bentonite - gal/sack
cement (the silica is
Quick gelling Cement + - mixied with
sodium - water before
silicate adding
cement.
Bentonite- -
diesel oil

Tabel 2.14. Material yang biasa ditambahkan untuk mengontrol lost circulation
2.5.6 Filtration Control Additive
Penggunaan ini mempunyai tujuan antara lain :
a. Mencegah dehidrasi secara prematur atau hilangnya air pada zone yang
porous.
b. Melindungi formasi yang sentisitive.
c. Memperbaiki hasil squeeze cementing.

Fungsi yang paling prinsip dari filtration contoh additive :


a. Membentuk film, di mana film ini akan mengontrol keluarnya air dari
bubur semen dan mencegah dehidrasi secara cepat.
b. Memperbaiki distribusi ukuran partikel sehingga menentukan berapa
liquid yang terjebak di dalam bubur semen.

2.5.7 Slurry viscosity control atau Friction Reducers/Dispersents


Friction reducers ditambahkan pada bubur semen untuk memperbaiki
sifat aliran. Karena friction reducers mempunyai viscosity rendah maka dapat
dipompakan secara turbulensi pada tekanan yang rendah, di mana ini
mengakibatkan kecilnya HP yang digunakan.
Penggunaan friction reducer ini mempunyai alasan sebagai berikut :
29

a. mengurangi rate pendesakan sehingga memperbaiki aliran turbulent


diannulus.
b. Pada rate pendesakan yang sama, naiknya bubur semen dipengaruhi oleh
aliran turbulent.

Friction reducer ini akan memperkecil yield point dan gel strength dari bubur
semen. Efek dispersant atau friction reducer ini terhadap aliran kritis (dapat
dilihat pada tabel 2.15.).

Cement : API class H


Water ratio : 5.2 gal/sack
Slurry weight : 15.6 lb/gal
Slurry properties
Critical pump rate
Critical velocity (ft/sec)
Pipe size Hole Size (bbl/min
(in) (in) Without With Without With
dispersent dispersent dispersent dispersent
4½ 6¾ 9.2 2.6 13.6 3.85
4½ 7 7/8 8.6 2.13 20.9 5.18
5½ 7 7/8 9.1 2.54 16.9 4.70
5½ 8¾ 8.6 2.17 23.3 5.85
7 8¾ 9.6 2.96 15.5 4.76
8 5/8 11 9.1 2.54 24.4 6.90
8 5/8 12 ¼ 8.5 2.05 37.0 9.05
9 5/8 12 ¼ 9.0 2.41 29.6 8.08

Tabel 2.15. Efek dispersant terhadap rate aliran kritis pada turbulensinya

2.5.8 Special Additive untuk Semen


Beberapa special additive yang dipakai dan kegunaannya dapat dilihat
pada tabel 2.16.
Usual Amount per
Type of Material application Sack of Cement
Percent by Weight
30

Salt Bonding-Acceleration 1–6


Silica flour Strength Stability 30 – 40
Mud Kill Neutralizing Mud 1
(Gull Patent NO. 2.889.226) Treating chemical
Radioactive tracers Locating leaks Variable
Dyes Cement Location 0.1 – 1.0
Hydrazine Oxygen Scavenger 6 gal/1000 bbl mud
Fibers Impact Resistance 1/8 – 1/2
Gypsum Flash 4 - 10
Thixotropic
expansion

Tabel 2.16 Special additive untuk semen

 Mud Kill
dipakai untuk menetralisir mud treating chemical. Biasanya digunakan pada
pekerjaan open hole plug back dan liner, serta squeeze cementing.
 Silica flour
dipakai untuk stabilisasi strength. Berkurangnya strength diakibatkan tingginya
temperature di mana semakin tinggi temperature semakin tinggi pula kehilangan
strength. Silica flour dapat ditambahkan pada semua klas semen.
 Radioactive tracers
dipakai untuk menentukan lokasi kebocoran juga untuk lokasi top semen dan
disposisi squeeze cement.
 Dyes
dipakai untuk mengidentifikasikan specific semen API atau additive yang
ditambahkan pada komposisi semen. Caranya ialah dengan perbedaan warna yang
timbul dari berbagai material yang digunakan (lihat tabel 2.17.).
Per-centage Water/Cement
Material Cement Slurry Color
used Contact Color
Indicator Dyes
Fluorescein 0.1 Green Green
Phenolphthalein 0.1 Red violet Purple
31

Methylene blue 0.1 blue blue

Pigments
Black oxide 0.1 Faint tannish green Dark gray with black
Yellow oxide 0.1 Faint tannish streaks
Red iron oxide 0.1 ywllow Pale olive green
Faint tannish red Light brown with
orange streaks

Tabel 2.17. Dyes atau pigment untuk membedakan warna semen

2.6 Fungsi Semen


Dalam well completion, maka penyemenan mempunyaia peran yang penting :
Secara prinsip , fungsi utama semen ada 2 :
a. Mencegah bergerak fluida di antara 2 formasi.
b. Membantu melindungi casing.

Selain itu, ada beberapa fungsi yang lain yaitu :


a. mencegah blow out melalui annulus dengan cara mempercepat pengerasan
semen.
b. Mencegah loss circulation dengan cara menutup daerah loss.
c. Mencegah casing dari beban mengejut pada waktu pemboran lebih aman.
32

Anda mungkin juga menyukai