Anda di halaman 1dari 7

KANDUNGAN ANTIOKSIDAN PADA FITOPLANKTON JENIS Spirulina sp SEBAGAI

AGEN ANTIDIABETES MELITUS

OLEH:

RENDHA AGUSTINA RAHMAWATI 175080107111008


ALFI NUR AINI 175080107111014
RATNA DZILLIL USWAH 175080107111016
NITA YULIANA SARI 175080107111026

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penyakit diabetes melitus
merupakan penyakit yang tidak bisa dianggap main-main. Hal ini diketahui berdasarkan riset
kesehatan dasar tahun 2007 yang diperoleh data bahwa proporsi penyebab kematian akibat
diabetes melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki rangking ke-2
yaitu sebesar 14,7%, sementara pada daerah pedesaan menduduki rangking ke-6 sebesar 5,8%.
Bahkan, diperkirakan pada tahun 2030 pravalensi dari diabetes melitus di Indonesia mencapai
21,3 juta orang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan
secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada
penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan berat badan,kesemutan.
Diabetes melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama yang disebabkan oleh keturunan dan tipe
kedua disebabkan oleh life style atau gaya hidup, dan perlu diketahui bahwa sebanyak 80%
diabetes melitus di Indonesia adalah tipe dua yang disebabkan oleh gaya hidup Tingginya
prevalensi Diabetes Melitus tipe dua disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat
diubah misalnya pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa
Tubuh, dan lingkar pinggang (Fatimah, 2015).
Dewasa ini, banyak obat-obatan yang digunakan sebagai penyembuh dari diabetes
melitus. Salah satu yang belum banyak dimanfaatkan adalah kandungan atioksidan pada
fitoplankton jenis Spirulina sp. Saat ini, mikroalga tersebut hanya digunakan untuk produk
kosmetik kecantikan. Spirulina sp. adalah mikroalga bersel tunggal termasuk golongan
cyanobacterium mikroskopik berfilamen. Spirulina sp. memiliki lebar spiral antara 26-36 µm
dan panjang spiralnya antara 43-57 µm. Pada Spirulina sp terdapat phycocyanin, salah satu
pigmen yang merupakan pewarna alami dan mempunyai aktivitas antioksidan tinggi yang juga
mengandung senyawa antidiabetes (Yudiati, et.al. 2011).
Penggunaan Spirulina sp sebagai agen antidiabetes melitus sangat cocok karena
mikroalga ini sendiri mudah tumbuh di perairan ataupun diproduksi secara massal. Spirulina sp
memiliki kandungan protein yang tinggi (60% 70%) dan nutrisi yang mencakup vitamin B-
kompleks, mineral, g- asam linolenat dan antioksidan super, b- karoten, vitamin E, elemen, 12
dan senyawa bioaktif lainnya. Spirulina mampu untuk merangsang sistem kekebalan tubuh, dan
memiliki beberapa fungsi terapi seperti antidiabetes, anti-inflamasi, kegiatan antiviral, dan
antikanker (Jatav et al 2014).
Dari latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian
terhadap pembuatan obat dari kandungan antioksidan Spirulina sp sebagai agen dari antidiabetes
melitus.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kadar zat yang terkandung dalam Spirulina sp ?
2. Bagaimana cara pengolahan Spirulina sp agar mampu digunakan pada bidang kesehatan
untuk diabetes miletus?
3. Bagaimana efektifitas dari obat yang dibuat dari kandungan antioksidan Spirulina sp ?

1.3 TUJUAN TEORITIS


1. Menganalisis zat bermanfaat yang terkandung dalam fitoplankton jenis Spirullina sp.
2. Mengetahui cara pengolahan fitopalnkton Spirullina sp.sehingga dapat digunakan di
bidang kesehatan untuk diabetes melitus.
3. Mengetahui efektifitas dari penggunaan Spirullina sp untuk diabetes melitus

1.4 TUJUAN PRAKTIS


Manfaat pembuatan karya ilmiah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di
bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian, dapat menjadi landasan dalam
pengembangan media pembelajaran atau penerapan media pembelajaran secara lebih lanjut.
Selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang
pendidikan di Indonesia.

1.5 LANDASAN TEORI


Menurut Nah et al. (2012), spirulina memiliki efek anti-diabetes pada penurunan kadar
glukosa darah, mengatur kolesterol, dan meningkatkan resistensi insulin. Pada pria diabetes
sangat berhubungan dengan gangguan reproduksi. Tekanan oksidatif yang terkait dengan
diabetes memicu banyak perubahan dalam fungsi seksual yang dapat mencakup penurunan
fungsi testis. Pada penelitian sebelumnya Spirulina dikaitkan dengan khasiat anti-diabetes yang
kuat, anti oksidan, anti-hiperglikemik dan anti-lipidemik.
Menurut Kulshreshtha (2008), spirulina memiliki perpaduan unik dari nutrisi yang tidak
ada pada sumber lain. Spirulina mengandung spektrum yang luas dari nutrisi profilaksis dan
terapi yang mencakup B-kompleks vitamin, mineral, protein, asam linolenat dan super anti-
oksidan seperti carotene, vitamin, elemen dan sejumlah senyawa bioaktif. Karena kemampuan
nyata untuk merangsang fisiologi manusia utuh, Spirulina memiliki fungsi terapi seperti
antioksidan, anti-bakteri, antivirus, anti cancer, anti-inflamasi, anti-alergi dan antidiabetes dan
kebanyakan dari banyak lagi fungsi yang menguntungkan.
Menurut Kulshreshtha (2008), spirulina telah terbukti memiliki antihiperglikemik dan
sifat antihyperlipidemic dalam model eksperimental. Pada pasien dengan diabetes mellitus tipe-
2, spirulina mampu meturunkan kadar glukosa dalam darah, glukosa postprandial dan
pengurangan hemoglobin glikosilasi. Spirulina maxima menunjukkan efek hipolipidemik,
terutama pada triasilgliserol (TAG) dan LDL Cholesterol dan mencegah dislipidemia yang
disebabkan oleh karbon tetraklorida. Peningkatan kolesterol total, LDL dan VLDL kolesterol dan
fosfolipid dalam serum berkurang secara signifikan ketika dilakukan pemberian spirulina.
Penurunan kolesterol HDL yang disebabkan oleh kolesterol tinggi juga dicegah pada penderita
yang diberi Spirulina.

1.6 METODE PENELITIAN


Data penelitian ini adalah fitoplankton jenis Spirulina sp.. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengambil water sampler dengan kedalaman dua meter di atas permukaan.
Kemudian air ini disaring menggunakan plankto net. Air hasil saringan ini dimasukkan ke dalam
botol dan ditambahkan formalin. Selanjutnya ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan
menggunakan pelarut methanol PA kemudian dikeringkan dengan rotary evaporator. Sebagian
ekstrak methanol dilakukan partisi dengan menggunakan pelarut methanol:aseton PA dengan
perbandingan 7: 3 ( v/v). Ekstrak eter didapatkan dengan melakukan partisi ekstrak
methanol/aseton dengan pelarut dietil eter PA, kemudian dikeringkan. Setelah terpisah, dilakukan
isolasi ekstrak dengan metode Kromatografi Kolom Terbuka. Fase diam yang digunakan adalah
silica gel sedangkan fase geraknya menggunakan pelarut n-heksana: dietil eter: aseton dengan
perbandingan 6:3:2 (v/v/v). Saat elusi berlangsung, pita warna kuning (β-karoten) dan hijau
kebiruan (klorofil α) yang muncul ditampung dalam vial. Ketiga ekstrak selanjutnya
diidentifikasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dengan silica gel sebagai fase diam.
Fase gerak yg digunakan adalah n- hexan:dietil eter;aseton dengan perbandingan 3:2:1 (v/v/v).
Ekstrak pigmen kering ditotolkan pada pelat KLT menggunakan pipa kapiler dan dihitung nilai
Rfnya. Selain nilai Rf, spektrofotometer digunakan untuk melihat hasil serapan maksimal yang
dihasilkan pada panjang gelombang tertentu. IC adalah parameter yang digunakan untuk 50
mengukur aktivitas antioksidan. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri dengan reagen
DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) (Banerjee et al., 2005) yang mempunyai kemampuan
sebagai penangkal radikal bebas atau pendonor hydrogen (Panovska, 2005). Pengujian dilakukan
dengan mengambil sejumlah sampel sesuai dengan deret konsentrasi yang diinginkan kemudian
ditambah dengan reagen DPPH 0,1 mM. Inkubasi pada sampel tersebut dilakukan pada suhu
ruang selama 30 menit. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV-Vis dengan melihat nilai
serapannya pada panjang gelombang 517 nm. Kurva IC dibuat dengan nilai % 50 penghambatan
sebagai sumbu Y dan seri konsentrasi sebagai sumbu X. Uji toksisitas dilakukan dengan uji
BSLT (Ghisalberti, 1993). Pengujian dilakukan dengan menentukan deret konsentrasi terlebih
dahulu.
Pengujian pigmen fikobiliprotein
a. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-difenil-
2pikrilhidrazil) (Djamil, R., dkk., 2007)
b. Pembuatan larutan DPPH (0,4 mM). Zat DPPH(BM 394,32) ditimbang lebih kurang 4 mg,
lalu dilarutkan dengan metanol p.a hingga 25 mL.
c. Pembuatan larutan blangko. Larutan DPPH dipipet 1 mL (0,4 mM) ke dalam tabung reaksi
yang telah ditara 5 mL, lalu ditambahkan metanol hingga tanda, dan dihomogenkan.
d. Pembuatan larutan uji. Ekstrak kering fikobiliprotein ditimbang lebih kurang 10 mg, lalu
dilarutkan dalam 10,0 metanol p.a (1000 µg/mL) larutan ini merupakan larutan induk. Sebanyak
25, 50, 125, 250, dan 500 µL larutan induk dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang telah ditara 5,0 ml untuk mendapatkan konsentrasi sampel 5, 10, 25, 50, dan 100 µg/mL.
Masing-masing tabung ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH dan ditambahkan dengan metanol p.a
sampai tanda 5 mL. Campuran dihomogenkan dan mulut tabung ditutup dengan aluminium foil
e. Pembuatan larutan vitamin C sebagai kontrol positif . Vitamin C ditimbang lebih kurang 10
mg, lalu dilarutkan dalam 10,0mL metanol p.a (1000 bpj), larutan ini merupakan larutan induk.
Dipipet 10, 20, 30, 40, dan 50 µL larutan induk ke dalam tabung reaksi yang telah ditara 5,0
mLuntuk mendapatkan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 µg/mL. Masing-masing tabung
ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH (0,4mM) dan ditambahkan dengan metanol p.a sampai tanda
10,0 mL. Larutan dihomogenkan dan mulut tabung ditutup dengan aluminium foil.

1.7. TINJAUAN PUSTAKA


Berdasakan penelitian yang telah dilakuka Gross tahun 1991 menunjukkan aktivitas
antioksidan yang diekspresikan dengan nilai IC menunjukkan bahwa ekstrak metanol 50
mempunyai nilai yang jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan ekstrak kasar pigmen. Nilai
IC 50 ekstrak pigmen methanol/aseton lebih rendah dan ekstrak pigmen eter mempunyai nilai
terendah (Tabel 1). Semakin kecil nilai IC semakin besar aktivitas 50 antioksidannya . IC ekstrak
kasar 50 tertinggi karena methanol yang digunakan sebagai pelarut merupakan pelarut universal
dan akan mengambil semua senyawa baik polar, non polar maupun semi polar. Pelarut yang
digunakan dalam ekstraksi pigmen mampu memecah ikatan kompleks protein-klorofil, ikatan
non kovalen dan mengekstraksi pigmen secara kuantitatif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Agustini (2008) DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil) merupakan suatu radikal bebas yang stabil yang bila bereaksi dengan suatu zat
yang dapat menyumbangkan hidrogen (antioksidan) akan tereduksi menjadi 1,1-difenil-
2pikrilhidrazin. Berdasarkan reaksi antara DPPH dan zat antioksidan yang berasal dari pigmen
fikobiliprotein, dapat diperoleh nilai IC50 yaitu konsentrasi tertentu yang dapat memberikan
50% efek penghambatan radikal bebas. Daya hambat terhadap radikal bebas DPPH diukur secara
spektrofotometri cahaya tampak berdasarkan perubahan warna yang terjadi. DPPH (1,1-difenil-
2-pikrilhidrazil) bila dilarutkan dengan metanol akan berwarna ungu, dan setelah bereaksi
dengan pigmen fikobiliprotein yang berperan sebagai antioksidan, akan berubah menjadi 1,1-
difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna kuning
1.8 SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN
Penyusunan karya ilmiah ini adalah pertama dengan menyusun landasan teori yang
mendasari penelitian ini, selanjutnya dilakukan pengumpulan data serta menganalisis data
tersebut. Dilakukan pembandingan penelitian yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya atau
literatur yang telah di peroleh.
Bagian awal, terdiri atas :

1. Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi asal, kota
penyusunan, dan tahun
2. Daftar isi;

Bagian Isi, terdiri atas:

1. Bab I Pendahuluan berisi tentang: Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan dan
manfaat
2. Bab II : Landasan Teori

3. Bab III : Metode Penelitian

4. Bab IV: Tinjauan Pustaka

5. Bab V : Hasil dan Pembahasan

6. Bab VI : Penutup

Bagian Akhir, terdiri atas

1. Daftar Pustaka
2. Daftar Lampiran

3. Indeks : Daftar istilah


DAFTAR PUSTAKA

Jatav, S. K., MSc, A. Kulshrestha, MSc, A. Zacharia, MSc, N. Singh, MSc, G. Tejovathi, PhD, P.
S. Bisen, PhD, DSc, and G. B. K. S. Prasad, PhD. 2014. Spirulina maxima Protects
Liver From Isoniazid and Rifampicin Drug Toxicity. Journal of Evidence-Based
Complementary & Alternative Medicine. 19(3) : 189-194.
Kulshreshthaa, A., A. Zacharia J., U. Jarouliya, P. Bhadauriya, G.B.K.S. Prasada and P.S. Bisen.
2008. Spirulina in Health Care Management. Current Pharmaceutical Biotechnolog.
9 : 400-405.
Nah, Won Heum, Il Kyoo Koh, Hae Sun Ahn, Mi Jeong Kim, Hee-Gyoo Kang, Jin Hyun Jun, and
Myung Chan Gye. 2012. Effect of Spirulina maxima on spermatogenesis and
steroidogenesis in streptozotocin-induced type I diabetic male rats. Food Chemistry.
134 :173–179.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009.


http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-
indonesia-mencapai-213-juta-orang.html diakses tanggal 10 Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai