Anda di halaman 1dari 2

1. inversion sprain (figure 1).

Ligaments that may be affected in an inversion sprain are the i) anterior


talofibular ligament, ii) calcaneofibular ligament and iii) posterior inferior tibiofibular ligament (figure 2).
2.
Stadium 1
Pasien parkinson mulai kesulitan melakukan kegiatan akibat gerakan berirama tapi tak terkendali (tremor). Pada
fase ini, postur tubuh memburuk, hilang keseimbangan dan ekspresi wajah datar (abnormal).

Stadium 2
Gejala mulai menyebar ke anggota tubuh lain yang berpasangan. Mereka sulit berjalan dan menjaga
keseimbangan,

Stadium 3
Orang dengan parkinson pada tahap ini tidak mampu berjalan lurus dan berdiri. Pergerakan tubuh mereka juga
melambat.

Stadium 4
Pada tahap ini gejala parkinson semakin parah, timbul kekakuan (bradykinesia). Mereka tak mampu melakukan
aktivitas harian seperti menulis, mengancingkan baju dan berdandan.

Stadium 5
Ini adalah perjalan akhir parkinson. Penyakit ini telah mengambil alih seluruh tubuh. Pasien tak mampu
mengurus dirinya sendiri, tidak bisa berdiri dan berjalan.

3.

Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti
program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang
berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erb. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai
eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900.

4. Tes keseimbangan duduk ;


Pasien duduk di tepi bed, kaki tersangga, kedua tangan diletakkan di sisi tubuh dan punggung tak tersangga, selama 15 detik. Jika mampu
menahan posisi ini selama 15 detik, fisioterapis menggoyang/mendorong pasien ke arah depan, belakang dan samping (dengan tenaga
dorongan yang diperkirakan mampu diterima pasien), hingga waktu 30 detik berakhir.
Skor:
4 (normal) : mampu melakukan tanpa ada bantuan fisik
3 (good) : membutuhkan bantuan dari sisi tubuh yang lemah
2 (fair) : mampu mempertahankan posisi statis, tapi perlu bantuan dalam reaksi
tegak
1 (poor) : tak mampu mempertahankan posisi statis tegak
Skor normal : 4
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase, yaitu :

1. Fase hematoma

Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami
robekan dalam daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh
periosteum. Periosteum akan terdorong dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi
ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.

Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan
menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang yang mati pada sisi – sisi fraktur segera setelah trauma.

Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.

1. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena
adanya sel – sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum
membentuk kalus interna sebagi aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka
penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel – sel mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari
penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel – sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan
osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu
daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada
pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radioluscen.

Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.

1. Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada
kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh
garam – garam kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus
atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

1. Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan – lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas
osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap.

Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.

1. Fase remodeling

Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi
tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik
pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan – lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
system haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum.

Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.

5.

Anda mungkin juga menyukai